Anda di halaman 1dari 3

TUGAS RESUME MANTIQ PERTEMUAN KE 9

Nama : Muhammad Naufal Fadhlurrahman


NIM : 11190340000088

"SYAKL QIYAS (FIGURA SILOGISME)"


Syakl Qiyas adalah bentuk atau pola dasar dari silogisme. Terdapat 4 figura silogisme
yang didasarkan pada peletakan dari hadul ausath (term tengahnya), yaitu dalam hubungan
antara premis minor dan premis mayor. Bagaimana premis ini mengikat melalui hadul ausath.
Ada kata yang berulang pada premis minor dan mayor yang mengikat keduanya sehingga
memiliki keterhubungan. Inilah yang disebut hadul ausath (term tengah). Berdasarkan posisi
hadul ausath ini, dapat diketahui bentuk figura silogismenya, ini terdapat 4 bentuk :
1. Hadul ausath merupakan predikat dalam premis minor dan subjek dalam premis mayor, ini
figura yang paling umum dan paling dasar yang pasti menghasilkan kesimpulan.
Contoh :
Zaid adalah manusia - setiap manusia tertawa (maka kesimpulannya adalah zaid tertawa)
Had ausath nya adalah konteks kedua posisi ini adalah pada kata manusia, kalau pada
premis minor dia merupakan predikat zaid adalah manusia, manusia adalah posisi sebagai
predikat, pada premis mayor sebagai subjek.
Keuntungan utama dari pola ini adalah hukum yang dihasilkan, hukum universal
berlaku bagi semua afradh (kesatuannya). Dan ini adalah hukum yang universal, misalnya
tertawa itu berlaku bagi siapapun. Figura ini pasti menghasilkan konklusi (natijah) karena
subjek pada premis minor juga subjek dalam natijah, dan predikat pada premis mayor juga
predkat dalam konklusi. Jadi subjek pada premis minor yaitu zaid merupakan subjek pada
kesimpulan. Sementara predikat pada premis mayor yaitu tertawa juga merupakan predikat
pada kesimpulan. Figura ini hanya memerlukan satu langkah yaitu menghilangkan hadul
ausath pada kedua premis itu. Keunggulan figura ini yaitu :
a. ketika natijah itu bersifat aksiomatis, maka pembuktian terhadap kesimpulan-
kesimpulan lain menjadi sempurna dengan dikembalikan kepadanya.
b. ini adalah figura yang paling sering digunakan dalam beragam disiplin ilmu bahkan
dalam logika yang paling sederhana. Misalnya : Alexander adalah penipu, setiap
penipu tidak bisa dipercaya ( maka kesimpulannya adalah alexander tidak bisa
dipercaya).
Agar figura ini menghasilkan natijah (kesimpulan), maka harus memenuhi 2 syarat :
a. premis minornya harus bentunya afirmatif (positif),
b. premis mayornya harus universal.

2. Term tengah pada pola kedua adalah predikat pada kedua premisnya.
Contoh : setiap manusia tertawa - tak ada kuda yang tertawa ( maka tak ada satupun
manusia adalah kuda).
Jadi, hadul ausath nya adalah tertawa. Tertawa pada premis minor adalah tertawa bagi
manusia dan tertawa pada premis mayor adalah tertawa bagi kuda dalam bentuk negatif.
Maka dalam kesimpulannya term tengah dihapus. Keuntungan dari pola ini adalah jika
salah satu sifat berlaku bagi subjek dan dinegasikan dengan subjek yang lain tentu terjadi
kontradiksi antara dua premis tersebut, jika tidak maka terjadinya bersatu dua hal yang
kontradiktif. Misalnya setiap manusia tertawa dan setiap kuda tertawa tentulah menjadi
kontradiktif antara keduanya, maka kesimpulannya adalah setiap manusia adalah kuda dan
itu adalah sesuatu yang mustahil.
Figura ini dipandang sebagai figura sekunder karena jarang digunakan. Subjek pada
kesimpulan merupakan subjek premis mayor (tidak ada kuda adalah manusia). Figura ini
terdapat dua syarat, yaitu: ( pertama, premis mayor harus universal, kedua, kedua
premisnya harus berbeda secara kualitas (premis minor: manusia, premis mayor: kuda)).
Mungkin saja pada dua premis yang berbeda berlaku satu sifat kendati demikian
tidak serta merta menjadikan dua hal tersebut menjadi satu, misalnya setiap manusia
adalah jism, setiap batu adalah jism, maka setiap batu adalah manusia, ini adalah suatu
yang keliru, kontradiktif. Maka tentu premisnya berbeda dengan kualitasnya.
Kemudian mungkin saja dua sifat dinegasikan dari satu dua hal yang menyatu tapi ia
tidak menyebabkan penegasian salah stau dari yang lainnya, misalnya tidak ada satu
manusia pun adalah batu, tidak ada sesuatu dari yang berfikir adalah batu, maka tidak akan
dihasilkan bahwa tidak ada satu pun dari manusia adalah yang berfikir. Suatu hal yang
tidak mungkin. Sifat itu mesti berlaku pada yang pertama dan dinafikan (ditiadakan,
negatif) pada yang kedua.
3. Term tengah adalah subjek dalam kedua premisnya.
Contohnya :
Setiap manusia adalah hewan (universal) - Setiap manusia berfikir (universal).
Maka, Sebagian hewan itu berfikir (parsial) Menghapus hadul ausath (manusia), bila
universal dan universal bertemu maka yang dihasilkan adalah parsial. Keuntungan dari
pola ketiga ini adalah sekiranya satu subjek memiliki dua sifat maka Sebagian mendapat
sifat pertama dan bisa juga mendapatkan sifat yang kedua. Silogisme ini bukanlah
sekunder dalam hal keaksiomatisannya dan kejelasannya dan ia lebih jauh dalam pikiran
karena subjek dalam konklusi adalah predikat dalam premis mayor. Figura ini jarang
digunakan. Terdapat dua syarat untuk menggunakan pola ini yaitu premis mayor haruslah
afirmatif dan salah satu dari kedua premis itu harus bersifat universal (tidak bisa jika
keduanya sama-sama partikular).
4. Term tengah adalah subjek dalam premis minor dan predikat dalam premis mayor. Pada
hadul ausath yang terakhir ini tidak akan menghasilkan kesimpulan. Dengan demikian,
mantiqiyun tidak satupun menggunakan jenis pola ini karena bertentangan dengan posisi
natural dan term-term premis. Oleh karena itu, figura jenis ini sama sekali tidak digunakan
dalam beragam keilmuan.

Tugas !!
1. Predikat dalam premis minor dan subjek dalam premis mayor
- Ahmad adalah filosofi
- setiap filosofi berpikiran cerdas
(maka kesimpulannya Ahmad berpikiran cerdas)
- Presiden adalah pemimpin tertinggi pada suatu negara
- setiap pemimpin tertinggi pada suatu negara ditempuh setelah menang dalam pemilu
(maka kesimpulannya, Presiden ditempuh setelah dinyatakan menang dalam pemilu)

2. Predikat pada kedua premisnya


- Setiap manusia berakal
- tidak ada hewan yang berakal
(maka, tidak ada satupun dari manusia adalah hewan)

- Setiap ahlussunah wal jama'ah adalah muslim


- tidak seorangpun yang katolik itu muslim
(maka, tidak seorangpun yang muslim adalah katolik)

3. Subjek dalam kedua premisnya.


- Setiap orang yahg bersedekah akan membuat senang orang lain
- setiap orang yang bersedekah akan mendapatkan pahala
(maka, sebagian orang yang membuat senang orang lain pasti mendapat pahala)

- Setiap pemimpin adalah pelayan


- setiap pelayan akan dimintai pertanggungjawaban setelah pengabdiannya
(maka, sebagian pelayan akan dimintai pertanggungjawaban)

Anda mungkin juga menyukai