2. Term tengah pada pola kedua adalah predikat pada kedua premisnya.
Contoh : setiap manusia tertawa - tak ada kuda yang tertawa ( maka tak ada satupun
manusia adalah kuda).
Jadi, hadul ausath nya adalah tertawa. Tertawa pada premis minor adalah tertawa bagi
manusia dan tertawa pada premis mayor adalah tertawa bagi kuda dalam bentuk negatif.
Maka dalam kesimpulannya term tengah dihapus. Keuntungan dari pola ini adalah jika
salah satu sifat berlaku bagi subjek dan dinegasikan dengan subjek yang lain tentu terjadi
kontradiksi antara dua premis tersebut, jika tidak maka terjadinya bersatu dua hal yang
kontradiktif. Misalnya setiap manusia tertawa dan setiap kuda tertawa tentulah menjadi
kontradiktif antara keduanya, maka kesimpulannya adalah setiap manusia adalah kuda dan
itu adalah sesuatu yang mustahil.
Figura ini dipandang sebagai figura sekunder karena jarang digunakan. Subjek pada
kesimpulan merupakan subjek premis mayor (tidak ada kuda adalah manusia). Figura ini
terdapat dua syarat, yaitu: ( pertama, premis mayor harus universal, kedua, kedua
premisnya harus berbeda secara kualitas (premis minor: manusia, premis mayor: kuda)).
Mungkin saja pada dua premis yang berbeda berlaku satu sifat kendati demikian
tidak serta merta menjadikan dua hal tersebut menjadi satu, misalnya setiap manusia
adalah jism, setiap batu adalah jism, maka setiap batu adalah manusia, ini adalah suatu
yang keliru, kontradiktif. Maka tentu premisnya berbeda dengan kualitasnya.
Kemudian mungkin saja dua sifat dinegasikan dari satu dua hal yang menyatu tapi ia
tidak menyebabkan penegasian salah stau dari yang lainnya, misalnya tidak ada satu
manusia pun adalah batu, tidak ada sesuatu dari yang berfikir adalah batu, maka tidak akan
dihasilkan bahwa tidak ada satu pun dari manusia adalah yang berfikir. Suatu hal yang
tidak mungkin. Sifat itu mesti berlaku pada yang pertama dan dinafikan (ditiadakan,
negatif) pada yang kedua.
3. Term tengah adalah subjek dalam kedua premisnya.
Contohnya :
Setiap manusia adalah hewan (universal) - Setiap manusia berfikir (universal).
Maka, Sebagian hewan itu berfikir (parsial) Menghapus hadul ausath (manusia), bila
universal dan universal bertemu maka yang dihasilkan adalah parsial. Keuntungan dari
pola ketiga ini adalah sekiranya satu subjek memiliki dua sifat maka Sebagian mendapat
sifat pertama dan bisa juga mendapatkan sifat yang kedua. Silogisme ini bukanlah
sekunder dalam hal keaksiomatisannya dan kejelasannya dan ia lebih jauh dalam pikiran
karena subjek dalam konklusi adalah predikat dalam premis mayor. Figura ini jarang
digunakan. Terdapat dua syarat untuk menggunakan pola ini yaitu premis mayor haruslah
afirmatif dan salah satu dari kedua premis itu harus bersifat universal (tidak bisa jika
keduanya sama-sama partikular).
4. Term tengah adalah subjek dalam premis minor dan predikat dalam premis mayor. Pada
hadul ausath yang terakhir ini tidak akan menghasilkan kesimpulan. Dengan demikian,
mantiqiyun tidak satupun menggunakan jenis pola ini karena bertentangan dengan posisi
natural dan term-term premis. Oleh karena itu, figura jenis ini sama sekali tidak digunakan
dalam beragam keilmuan.
Tugas !!
1. Predikat dalam premis minor dan subjek dalam premis mayor
- Ahmad adalah filosofi
- setiap filosofi berpikiran cerdas
(maka kesimpulannya Ahmad berpikiran cerdas)
- Presiden adalah pemimpin tertinggi pada suatu negara
- setiap pemimpin tertinggi pada suatu negara ditempuh setelah menang dalam pemilu
(maka kesimpulannya, Presiden ditempuh setelah dinyatakan menang dalam pemilu)