Anda di halaman 1dari 20

MEMORI JABATAN

DIREKTUR RSUD Dr.H.CHASAN BOESOIRIE TERNATE


PROPINSI MALUKU UTARA
(MASA PELAKSANAAN TUGAS 2006-2010)

Mengejar Ketertinggalan, Mengembalikan Kepercayaan

Oleh

Dr. IDHAR SIDI UMAR,M.Kes

BAB I

PENDAHULUAN

Tidak terasa empat tahun sudah berlalu memimpin sebuah rumah

sakit. Dalam sejarah organisasi RSUD Dr.H.Chasan Boesoirie Ternate,

mungkin baru kali ini seorang Direktur mendapat sambutan pro dan kontra

dari komunitas rumah sakit ketika saya memangku jabatannya sebagai

Direktur menggantikan Direktur terdahulunya. Namun kondisi yang demikian,

merupakan hal yang lazim terjadi di berbagai organisasi menurut pemikiran

saya. Karena itu tantangan sedahsyat apapun saya harus hadapi untuk

mengemban amanah yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.

Setahun setelah menjabat, berbagai tantangan demi tantangan kami

hadapi dan secara bertahap kami berupaya untuk menyelesaikannya,

walaupun tidak semua masalah tersebut dapat dipecahkan, oleh karena

keterbatasan sumber daya yang kami miliki antara lain; minimnya sarana dan

prasarana, kapasitas SDM, dan pembiayaan yang relatif terbatas. Akan tetapi

tantangan - tantangan tersebut kami jadikan sebagai bahan informasi

sehingga kami tidak kekeringan ide dan secara terus menerus melakukan

1
inovasi-inovasi dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan di rumah

sakit.

Maka dengan adanya pergantian ini, apalagi terkesan dadakan,

pasti dikalangan medis maupun paramedis serta para pejabat struktural di

lingkungan RSUD muncul pandangan yang pro dan kontra pula, seperti yang

pernah dialami pada saat pertama kali bersosialisasi dengan staf rumah sakit

ketika itu. Bagi pihak yang pro mungkin memiliki argumentasi bahwa Direktur

tersebut akan memperoleh tugas dan tanggung jawab yang lebih besar dan

dapat menjadi sarana representasi antara rumah sakit dengan pemerintah

daerah selaku penentu kebijakan. Sehingga berbagai kendala yang selama

ini menjadi faktor penghambat dalam pengelolaan operasional rumah sakit

diharapkan dapat diminimalisir.

Sedangkan bagi pihak yang kontra, kemungkinan berpendapat

bahwa Direktur tersebut hanya berorientasi kepada jabatan yang lebih tinggi,

tidak bertanggung jawab, tidak konsisten dengan apa yang pernah

disampaikan di awal kepemimpinannya, yakni upaya pembenahan berbagai

aspek di rumah sakit untuk memperbaiki dan menjamin terselenggaranya

kesejahteraan karyawan, meskipun hal itu sudah saya laksanakan, atau

mereka merasa lebih senang dan merdeka serta argumentasi-argumentasi

lain.

Bagi pribadi, kedua pandangan tersebut sama-sama memiliki

argumentasi yang masuk akal dan dapat dibenarkan. Tergantung darimana

sang pemberi argumentasi itu melihat. Akan tetapi jabatan apapun di

2
lingkungan Pemerintah Daerah Propinsi Maluku Utara merupakan hak

prerogatif Gubernur, sehingga apapun keputusannya tidak ada alasan untuk

menerima atau menolak. Karena tidak diberi kesempatan untuk memilih,

harus tunduk kepada loyalitas dan menghormati hak prerogatif Gubernur

yang memutuskan agar jabatan Direktur tersebut segera saya tinggalkan.

Bagi saya, sebagai pejabat maupun pribadi yang dibesarkan dan

meniti karier dibawah Pemerintahan Propinsi Maluku Utara, loyalitas,

tanggung jawab dan komitmen untuk mengemban tugas dimanapun

tempatnya merupakan prinsip dasar yang harus dilakukan. Sedangkan

sebagai pribadi, mengemban tugas dan tanggung jawab dimanapun

tempatnya, di lingkungan / jajaran kesehatan merupakan bentuk konkrit

kecintaan kepada profesi sebagai seorang dokter. Kendati alasan semacam

ini memang bisa dinilai bernada klise, euphimisme, hanya mencari alasan

pembenar dan tidak berdasar, namun apapun resiko dari pilihan atau tidak

diberi kesempatan untuk memilih, keputusan sudah dijatuhkan, dan harus

tunduk kepada keputusan tersebut. “Terjadilah padaku menurut

kehendakMu”.

Memori jabatan ini berisi catatan-catatan yang dapat dipergunakan

oleh Direktur baru yang akan melanjutkan program kerja yang sedang

maupun belum dapat dilaksanakan,. Resiko telah dipikirkan secara

mendalam, pertanggungjawaban tetap harus disampaikan, dan keberlanjutan

kinerja serta program-program kerja tetap harus diupayakan seoptimal

mungkin. Oleh sebab itu, walaupun saya sudah tidak dapat mengkoordinir

dan memanage secara langsung program-program di RSUD Dr.H.Chasan

3
Boesoirie, namun secara pribadi dan sebagai anggota profesi komunitas

kesehatan, saya tetap bertanggung jawab secara moral untuk membantu

Direktur yang baru beserta staf jajarannya, demi kemajuan RSUD

Dr.H.Chasan Boesoirie yang kita cita-citakan,.

Secara sistematis memori jabatan ini diuraikan sebagai berikut:

A. Nama Jabatan:

Berdasarkan Surat Perintah Gubernur Maluku Utara Nomor:

821.2.23/KEP/09/2006 Tanggal, 04 Oktober 2006 tentang Pengangkatan

Pejabat Eselon II di Lingkungan Pemerintah Darah Propinsi Maluku Utara.

Kepada Dr. IDHAR SIDI UMAR, M.Kes/NIP:140 322 914 dalam jabatan

“DIREKTUR RSUD Dr.H.CHASAN BOESOIRIE TERNATE”

B. Tugas Pokok dan Fungsi

1. Tugas Pokok Direktur

Direktur RSUD Dr.H.Chasan Boesoirie mempunyai tugas memimpin,

menyusun kebijakan, membina, mengkoordinasikan dan mengawasi

serta melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan tugas rumah

sakit sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Fungsi Direktur

Fungsi Direktur adalah

a. Pemberian Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat;

b. Pengendalian dan Pembinaan Kegiatan/Pelaksanaan Tugas;

c. Pengkoordinasian antar Sektor dan Pembinaan Kesehatan

4
3. Uraian Tugas

Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Direktur, maka dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program kerja

RSUD;

b. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan RSUD

c. Memberikan pembinaan dan petunjuk pada bawahan di

lingkungan satuan kerja;

d. Melakukan pengawasan pada bawahan dalam pelaksanaan

tugas-tugas;

e. Mengkoordinasikan dengan instansi terkait untuk kelancaran

peningkatan pelayanan kesehatan;

f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur baik

secara lisan maupun tertulis untuk kelancaran tugas kedinasan;

g. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas/kegiatan kepada Gubernur

melalui Sekretaris Daerah baik secara lisan maupun tertulis

sebagai bahan pertanggungjawaban.

5
BAB II

KONDISI ORGANISASI

A. Analisa Situasi Organisasi

Selama tiga bulan pertama masa jabatan, disamping

melanjutkan program Direktur sebelumnya, saat itu dilakukan analisa

situasi rumah sakit dan hasil analisa tersebut mengindikasikan bahwa,

“Terdapat suatu keadaan yang tidak sesuai antara kenyataan yang ada

dengan budaya organisasi rumah sakit yang seharusnya”. Sehingga Tema

besar yang menjadi titik tolak saya adalah memperbaiki sistem pelayanan

yang didahului dengan perbaikan infra struktur sarana dan prasarana

rumah sakit serta membangun kebersamaan dan kekompakan diantara

sesama profesi. Karena rumah sakit merupakan organisasi yang padat

tenaga, dengan spesifikasi dan jenis tenaga kerja yang jumlahnya cukup

banyak, mulai dari spesialis sampai tenaga cleaning service.

Heterogenitas yang begitu besar dengan berbagai ciri, karakter, ulah dan

budayanya masing-masing, membutuhkan sistem manajemen yang baik

untuk menumbuhkan perekat-perekat budaya diantara mereka.

Tema besar seperti ini, maka topik yang saya angkat adalah “Mengejar

Ketertinggalan, Mengembalikan Kepercayaan” hal ini dilandasi oleh

beberapa alasan, yaitu:

1. Pada hakikatnya tenaga di rumah sakit terdiri dari sumber daya

manusia yang sangat berkualitas dan memiliki kemampuan yang tinggi

dalam memberikan pelayanan, baik di bidang pelayanan kesehatan

6
maupun pelayanan administrasi. Namun karena kebersamaan dan

kekompakan belum optimal diupayakan, maka potensi yang dimiliki

tersebut belum mampu untuk memberikan pelayanan yang maksimal.

2. Konflik yang terjadi di lingkungan rumah sakit maupun karyawan

administrasi karena terhambatnya komunikasi dan keterbukaan,

mengakibatkan keharmonisan hubungan antar personal menjadi relatif

terganggu. Kecurigaan dan kasak-kusuk selalu mewarnai hubungan

personal terutama antara pemberi pelayanan dengan pengelola

manajemen. Muncul kelompok-kelompok yang saling mendelegitimasi

eksistensi kelompok yang satu dengan lainnya. Akibat lanjutan dari

kondisi semacam ini, suasana kerja dan kultur organisasi tidak berjalan

dengan normal dan baik.

3. Kinerja Rumah Sakit dari beberapa indikator, terutama tingkat

pemanfaatan tempat tidur untuk pelayanan rawat inap masih jauh

dibawah standar dan hanya mencapai 36,8% dari kapasitas 210

tempat tidur pada tahun 2006, sedangkan standar idial (65% – 85%).

Hal ini menunjukan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan khususnya pelayanan rawat inap pada saat itu

tergolong rendah.

4. Motivasi kerja yang rendah, terutama staf administrasi dan sebagian

tenaga keperawatan, sebagai akibat dari kurangnya bimbingan dan

pengawasan, serta beban kerja perawat yang terlalu berlebihan,

karena selain melakukan asuhan keperawatan juga melaksanakan

tugas-tugas lain diluar tugas pokok dan fungsinya.

7
5. Kinerja keuangan yang kurang sehat masih jauh dibawah target, baik

dari sisi penerimaan yang bersumber dari retribusi jasa pelayanan

maupun subsidi pemerintah, padahal peluang sangat besar.

6. Struktur organisasi belum tertata dengan baik, masih terdapat

kekosongan pada bidang dan bagian tertentu serta adanya rangkap

jabatan sehingga efektifitas kerja menjadi terganggu.

Berpijak pada alasan tersebut diatas, maka sudah saatnya harus

melakukan perubahan dan dibutuhkan keberanian untuk melakukan

perubahan tersebut.

B. Mengejar Ketertinggalan

Berdasarkan uraian tersebut, maka untuk mengejar

ketertinggalan, langkah awal yang saya lakukan adalah:

1. Membangun kebersamaan dan kekompakan personil dengan mengisi

struktur organisasi dengan personil-personil yang dinilai memiliki

komitmen untuk bekerjasama serta mampu mengakomodasi

kepentingan-kepentingan yang terpecah belah, baik dari kalangan

profesi maupun pelaksana administrasi.

2. Di tingkat karyawan administrasi dilakukan komunikasi intensif dan

mengurai persoalan komunikasi yang terjadi agar sinergi dan kinerja

antar subbagian dapat berjalan secara normal. Cara yang ditempuh

adalah dengan membenahi sistem yang sudah lama terbengkelai

karena terjadinya miskomunikasi antar personal. Di lingkungan

karyawan administrasi menunjukkan bahwa terjadinya miskomunikasi

8
sebenarnya disebabkan oleh adanya arogansi kemampuan di bidang-

bidang tertentu akibatnya bidang-bdang lain merasa tidak

diberdayakan.

3. Membangun budaya dialog dan keterbukaan dalam menyampaikan

kritik maupun saran di tingkat profesi medis dan paramedik. Cara yang

ditempuh adalah membuat jadwal pertemuan secara berkala baik

formal maupun informal. Pendekatan personal pun dilakukan untuk

menggali aspirasi baik tuntutan (demand) maupun dukungan (support)

guna membangun partisipasi dalam pengambilan berbagai kebijakan

baik di bidang teknis administratif, maupun di bidang pelayanan.

4. Merubah paradigma internal dan eksternal stakeholders (Pemerintah

dan DPRD) guna membangun kebersamaan dan kekompakan dalam

pengelolaan rumah sakit. Advokasi dilakukan di setiap kesempatan

baik formal maupun informal. Inilah modal yang sangat besar dan

memberikan harapan serta keyakinan saya, bahwa apapun masalah

yang terjadi pasti dapat terselesaikan dan kebersamaan pasti dapat

terwujud.

5. Untuk perubahan budaya di rumah sakit dalam rangka peningkatan

motivasi kerja karyawan dilakukan melalui komunikasi yang efektif

disampaikan pada saat apel pagi, rapat staf, rapat profesi dan

peninjauan di unit-unit pelayanan.

6. Sebagai jaminan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, dilakukan perekrutan tenaga kontrak (tenaga medis,

paramedis, tenaga teknis administrasi, pramusaji, satpam, tenaga

9
efakuasi, tenaga pembersih) dan menghentikan sumber daya manusia

yang tidak sesuai dengan budaya organisasi, diikuti dengan perbaikan

kesejahteraan karyawan melalui pemberian/peningkatan insentif

pegawai dan Alhamdulillah dapat terlaksana dengan baik meskipun

sebagaian profesi tertentu masih beranggapan bahwa apa yang saya

lakukan belum sepenuhnya memenuhi harapan mereka.

7. Peningkatan sumber daya aparatur sesui kebutuhan organisasi melalui

pendidikan dan pelatihan baik yang dilaksanakan di luar daerah

maupun mendatangkan praktisi dan pakar sesuai bidang pelatihan

yang dilaksanakan.

C. Mengembalikan Kepercayaan melalui implementasi Program

Setelah kebersamaan dan kekompakan mulai terbangun terutama

di kalangan Pemerintah Daerah dan DPRD, maka dirumuskanlah

program-program kerja baik rutin maupun non rutin dalam setiap

tahunnya, dimulai tahun 2007 sampai sekarang. Program-program yang

telah dilaksanakan antara lain:

1. Pengembangan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit:

a. Pembangunan dan Rehabilitasi Sarana Fisik.

b. Pengadaan Peralatan Medis dan Alat-Alat Kesehatan.

c. Pengadaan Mesin Pembangkit listrik

d. Pembangunan sarana air bersih

2. Pengembangan Kualitas Sumber Daya Aparatur Tenaga Kesehatan

a. Pendidikan dan Pelatihan Formal Tenaga Kesehatan;

b. Pendidikan dan Pelatihan Manajerial;

10
c. Seminar Ilmiah untuk tenaga medis spesialis.

3. Penambahan tenaga paramedis perawat/bidan sesuai ratio tempat

tidur;

4. Penataan struktur organisasi dan tata laksana./ tata kelola;

5. Peningkatan sarana transportasi untuk kelancaran operasional.

6. Pengembangan sisitem pengendalian disiplin pegawai.

7. Peningkatan Insentif Pegawai.

8. Fungsionalisasi alat Hemodialisis.

Dihadapan karyawan dan karyawati RSUD Dr.H.Chasan Boesoirie

Ternate harus saya sampaikan, bahwa masih banyak program kerja dan

aktifitas maupun persoalan yang belum terselesaikan secara tuntas. Untuk

itulah dengan kesadaran pribadi dan tanpa paksaan dari siapapun juga,

saya menyatakan bahwa semua daya dan upaya yang telah saya lakukan

belum dapat dikatakan berhasil. Bahkan kegagalan yang paling mencolok

dalam mengemban amanah sebagai direktur rumah sakit, adalah TIDAK

TUNTASNYA seluruh program yang telah direncanakan sampai akhir

masa jabatan, dikarenakan saya diharuskan untuk meninggalkan jabatan

sebagai Direktur. Ada beberapa rencana program dan aktifitas yang belum

terselesaikan, yaitu:

1. Pembenahan manajemen obat dan pengelolaan kefarmasian untuk

menjadi salah satu unit di lingkungan rumah sakit yang berorientasi

pada profit oriented, dimaksudkan agar dapat memperbaiki

kesejahteraan karyawan belum dapat terlaksana hingga saat ini.

11
2. Restrukturisasi retribusi jasa pelayanan rumah sakit belum mendapat

persetujuan DPRD Propinsi Maluku Utara (sedang dalam proses)

3. Usulan perubahan kelembagaan rumah sakit menjadi Badan Layanan

Umum Daerah (BLUD) belum mendapat persetujuan Gubernur.

4. Akreditasi rumah sakit (5 pelayanan) belum dapat terlaksana (dalam

proses penyusunan).

5. Pembagian jasa pelayanan dengan menggunakan Remunirasi Sistem

belum dapat diterapkan, masih dalam tahap sosialisasi.

Mungkin masih banyak kekurangan yang belum tercatat di dalam

memori jabatan ini, karena memang begitu banyak kekurangan yang

melingkupi pelaksanaan tugas dan tanggungjawab yang selama ini saya

emban.

Untuk rincian program kerja dan aktifitas dapat dilihat dalam lampiran memori

jabatan ini.

12
BAB III

KONDISI SEKARANG

A. Personil/SDM

Kondisi Sumber Daya Manusia tahun 2010 terdiri dari:

1) Dokter Spesialis : 18 orang

2) Dokter Gigi : 3 orang

3) Dokter Umum : 15 orang

4) Keperawatan : 340 orang

5) Kefarmasian : 18 orang

6) Kesehatan Masyarakat : 21 orang

7) Gizi : 12 orang

8) Fisioterapi : 8 orang

9) Keteknisan Medis : 23 orang

10)Tenaga Non Medis : 79 orang

11)Tenaga Kontrak : 70 orang

Total Tenaga : 607 orang

B. Sarana dan Prasarana

1. Sarana Pelayanan dan Penunjang Medik

Sejak tahun 2007 sarana dan prasarana rumah sakit terus

ditingkatkan dan kondisi saat ini dapat dikategorikan cukup

memadai. Sarana pelayanan di RSUD Dr.H.Chasan Boesoirie

Ternate meliputi sarana rawat jalan dengan 4 buah poliklinik

13
spesialis dasar (Bedah, Anak, Interna dan Kebidanan) serta

poliklinik-poliklinik lainnya seperti poliklinik THT, Mata, Rehabilitasi

Medik (Unit Fisioterapi), Gizi, Gigi, Paru, Saraf, kulit & kelamin.

Sarana Penunjang Medis yang dimiliki adalah sarana

radiologi/rontgen, farmasi dan laboratorium. Selain itu sarana

pelayanan rawat inap berkapasitas 230 buah fasilitas tempat tidur

yang tersebar di kelas – kelas perawatan.

Distribusi Tempat Tidur Menurut Kelas Perawatan Di RSUD


Dr.H.Chasan Boesoirie Ternate Tahun 2010

N JUMLAH
KELAS PERAWATAN %
O TEMPAT TIDUR
1 VVIP / Paviliun 8 3,5
2 VIP 26 11,3
3 Kelas I 41 17,8
4 Kelas II 38 16,5
5 Kelas III 107 46,5
6 ICU/ICCU 8 4,3
JUMLAH 230 100

2. Peralatan

Fasilitas Pearalatan Medis yang tersedia (Canggih) antara lain Alat

Hemodialisa, Alat Fekomulsifikasi (Mata), USG, EEG, Mesin

Rontgen, Alat Kimia Darah:A25 Biosysem BS 150, Mindray,

Serologi: Mini Vidas dan Hematologi: Micros 60, Advia 60,

Hemostasis Coag-o-mate.

Tidak seluruh sarana disebutkan disini, namun selengkapnya termuat

di dalam buku inventaris barang daerah pada bendahara barang

RSUD Dr.H.Chasan Boesoirie Ternate.

14
C. Anggaran

Anggaran kegiatan RSUD Dr.H.Chasan Boesoirie Ternate tahun 2010

bersumber dari:

1) Penerimaan Retribusi jasa pelayanan rumah sakit

2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

3) Dana Alokasi Khusus (DAK - APBN)

Penerimaan dan Alokasi anggaran tahun 2010, secara rinci disajikan

pada tabel berikut ini.

Target Alokasi
No Jenis Anggaran Realisasi
Penerimaan Anggaran
1 Retribusi RS 12.100.000.000 8.190.738.236
2 APBD 21.952.460.000 15.131.630.362

3 DAK 2.574.181.000 514.836.200

D. Kinerja Rumah Sakit

1. Kinerja Pelayanan

a. Pelayanan Rawat Inap

Indikator pelayanan rawat inap dinilai dari tingkat pemanfaatan

tempat tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) pada periode waktu

2006 - Juni 2010. Sedangkan indikator efisiensi dan mutu

pelayanan secara lengkap dapat dilihat pada prifil rumah sakit.

Gambaran tingkat pemanfaatan tempat tidur disajikan pada

grafik sebagai berikut.

15
BOR

80.00% 71% 69%


66%
70.00% 61%
60.00%

50.00%
39%
40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
2006 2007 2008 2009 Jan-Juni 2010
Grafik 1: Tingkat Pemanfaatan Tempat Tidur tahun 2006 - Juni 2010

Grafik tersebut memperlihatkan bahwa pemanfaatan tempat

tidur di instalasi rawat inap dari tahun 2006 – 2009 mengalami

peningkatan 28% rata-rata setiap tahunnya. Peningkatan yang

cukup signifikan terjadi pada tahun 2007 meningkat dari tahun

2006 ke 2007 sebesar 58%.

b. Pelayanan Rawat Jalan

Kinerja pelayanan rawat jalan dari jumlah kunjungan rawat jalan

periode tahun 2006 – 2009, meningkat 11,7% rata-rata setiap

tahun. Gambaran kunjungan rawat jalan seperti terlihat pada

grafik 2 sebagai barikut.

16
KUNJUNGAN RAWAT JALAN

45 40.64
38.03 38.43
40 33.73
35 30.11
30
25
20
15
10
5
0
2006 2007 2008 2009 SMESTER I
2010

Grafik 2. Tingkat Kunjungan Rawat Jalan Tahun 20016 - Juni 2010

2. Kinerja Keuangan

Grafik 3 dibawah ini memperlihatkan kinerja keuangan dari

penerimaan retribusi jasa pelayanan rumah sakit tahun 2006 –

2010 sebagai berikut.

PENERIMAAN
12000000000 11.104.597.031

10000000000
8.190.738.236
8000000000 6.954.046.881 7.161.971.347

6000000000
3.233.423.819
4000000000

2000000000

0
2006 2007 2008 2009 2010

17
Kinerja rumah sakit selengkapnya, dapat dilihat pada profil rumah sakit

tahun 2009…

E. Permasalahan

1. Kurangnya dukungan dana untuk menunjang peningkatan kualitas

SDM, serta dana operasional kurang memadai;

2. Kuantitas tenaga medis dan paramedis masih kurang;

3. Komplain masyarakat terhadap pelayanan masih tergolong tinggi;

4. Disiplin pegawai masih tergolong rendah;

5. Komite Medik dan Komite Keperawatan belum optimal

menjalankan fungsinya.

F. Saran

1. Kepada Dirktur yang baru; agar koordinasi lintas sektor lebih

ditingkatkan terutama kepada pemerintah daerah dan DPRD agar

kebersamaan dan kekompakan dalam pengelolaan rumah sakit

tetap dipertahankan.

2. Kepada staf medis dan paramedis; agar tetap menjaga hubungan

interpersonal terutama kepada pasien dan keluarganya, hanya

kalianlah mereka berharap.

3. Kepada staf struktural dan seluruh karyawan dan karyawati di

jajaran rumah sakit; untuk lebih meningkatkan kedisplinan dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Karena mereka yang

datang rata-rata memiliki kesadaran yang labil akibat penyakit

18
yang dideritanya, sehingga dibutuhkan kesabaran kalian dalam

melayaninya.

Sebelum mengakhiri memori jabatan ini, saya juga ingin mengucapkan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Gubernur Maluku Utara yang telah memberikan kepercayaan kepada saya

untuk memimpin rumah sakit ini. Suatu penghargaan yang tidak pernah

saya bayangkan sebelumnya.

2. Sekretaris Daerah Propinsi Maluku Utara. Atas petunjuk dan arahannya

sehingga dalam menjalankan tugas dan fungsi direktur dapat berjalan

denganbaik.

3. Wakil Direktur Pelayanan dan Wakil Direktur Umum dan Keuangan. Atas

kebersamaan dan kekompakannya menjalankan program-program yang

direncanakan.

4. Seluruh tenaga medis dan paramedis yang telah banyak membantu saya

dalam menjalankan fungsi rumah sakit yaitu pelayanan kepada

masyarakat sesuai profesi dan keahlian masing-masing.

5. Kepala Bidang dan Sub Bidang serta seluruh staf struktural. Atas bantuan

dan pengabdiannya, sehingga seluruh program dapat terlaksana dengan

baik.

6. Rekan-rekan Cleaning Service yang selalu bertugas tanpa mengenal lelah

dalam merawat dan menciptakan kebersihan di lingkungan rumah sakit.

7. Rekan-rekan Satpam yang bertugas yang dengan gigih siang dan malam

mengawal ketertiban dan keamanan di lingkungan rumah sakit.

19
8. Rekan-rekan petugas parkir yang dengan tekun mengatur dan

mengamankan alat transportasi pasien dan keluarganya.

9. Semua pihak yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu yang secara

sadar maupun tidak telah ikut membantu saya selama menjabat sebagai

Direktur RSUD Dr.H.Chasan Boesoirie Ternate.

Tanpa kalian semua, saya tidak memiliki arti apa-apa bagi rumah sakit.

Demikianlah memori jabatan ini saya susun dengan harapan agar dapat

dipergunakan sebagai bahan masukan bagi Direktur baru yang menggantikan

saya. Sekali lagi atas segala kelemahan dan kekurangan saya selama

menjabat sebagai Direktur, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa Allah SWT senantiasa memberkati seluruh

langkah yang akan kita tempuh dalam memajukan rumah sakit yang kita

cintai ini.

Ternate; Oktober 2010

Direktur RSUD Dr.H.Chasan Boesoirie


Periode 2006 - 2010

(Dr. IDHAR SIDI UMAR, M.Kes)


NIP: 19650802 199509 1 001

20

Anda mungkin juga menyukai