Anda di halaman 1dari 88

CURRICULUM VITAE

A. Data Pribadi

1. Nama : Zainab Nur Hidayah


2. Tempat Tanggal Lahir: Malang, 01 Desember 1989
3. Alamat : Jl. Raya Patuk Sari Rt 06 Rw 01
Plaosan Wonosari
4. Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia
5. NomorTelepon : 082186149010
6. Email : zaiangeldewata@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
SDN Plaosan 03, Lulus Tahun 2004
SMPN 01 Ngajum, Lulus Tahun 2007
SMA ISLAM Kepanjen, Lulus Tahun 2010
Program Sarjana Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Brawijaya, 2011 sampai sekarang.
C. Pengalaman Organisasi
UABT Universitas Brawijaya (2012)
D. Pengalaman Kepanitiaan
Student Day Sastra Cina Universitas

Chinese Paradise
E. Pengalaman Magang
Praktek mengajar Bahasa Mandarin di SMA ISLAM Kepanjen
Periode : Juli Agustus 2014
Praktek Kuliah Kerja Nyata Tematik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Batu.
Posisi : Ketua Kelompok KKN temantik di Desa Sidomulyo Batu
Periode : Januari - Februari 2015

F. Kualifikasi
Tahun 2011 Lulus Hanyu Shuiping Kaoshi 1 (HSK 1)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-

Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun judul

skripsi ini adalah Ciam si klenteng Dewi Kwan Im gunung Kawi kabupaten

. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak dibantu

oleh berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Prof. Ir. Ratya Anindita, M.S., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Brawijaya Malang yang telah memberikan kesempatan

sehingga penulisan skripsi ini berjalan sampai akhir.

2. Ibu Diah Ayu Wulan, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Sastra Cina

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang yang telah

memberikan kesempatan dan motivasi sehingga penulisan skripsi ini

berjalan sampai selesai.

3. Ibu Yang Nadia Miranti, M.Pd, selaku Pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan kepada penulis sejak penyusunan skripsi ini

sampai selesai.

4. Ibu Galih Edy Nur Widyaningsih, MTCSOL., selaku Penguji yang telah

banyak memberikan masukan dalam proses pengerjaan skripsi ini.

5. Ayah dan ibu, yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan

penuh dalam mengerjakan skripsi ini.


6. Bapak Aji, selaku juru kunci kuil Ciam si klenteng Dewi Kwan Im gunung

Kawi kabupaten Malang Jawa Timur yang telah memberikan informasi-

informasi yang berhubungan dengan skripsi ini.

7. Bapak Tan Lioe Le, selaku penggarang buku yang berjudul Ciam Si Puisi-

Puisi Ramalan dari Provinsi Bali yang telah memberikan waktu dan

informasi-informasi tentang puisi ramalan yang berhubungan dengan

skripsi ini.

8. Bapak S. Liantu, selaku narasumber dari provinsi Bali yang telah

memberikan waktu dan informasi-informasi tentang syair Ciam si obat

yang berhubungan dengan skripsi ini.

9. Teman-teman Sastra Cina, yang selalu memberikan motivasi dan

semangat untuk mengerjakan skripsi ini.

10. Kepada sahabat-sahabat dekat, yang selalu memberikan dukungan serta

nasehat selama proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaaan skripsi ini.

Malang, 09 Agustus 2017


ABSTRAK

Zainab, Nur Hidayah. 2017. Ritual Ciam si di Klenteng Dewi Kwan Im


Gunung Kawi kabupaten Malang Jawa Timur. Program Studi Sastra Cina,
Jurusan Bahasa dan Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya.
Pembimbing : Yang Nadia Miranti
Kata kunci : Ciam si, klenteng, ritual

Di klenteng Dewi Kwan Im gunung Kawi mempunyai kepercayaan


tentang tradisi meramal nasib seseorang yaitu ramalan Ciam si. Ciam si
merupakan tradisi kuno milik etnis Tionghoa. Ritual Ciam si dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui perjalanan hidup seseorang di masa yang akan datang
berdasarkan syair kuno. Penelitian ini membahas ritual Ciam si di klenteng Dewi
Kwan Im gunung Kawi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
tentang bentuk ritual, jenis syair, dan peralatan yang digunakan untuk melakukan
ritual Ciam si di klenteng Dewi Kwan Im kabupaten Malang Jawa Timur.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualiatatif dengan teknik observasi,
wawancara, studi pustaka dan studi dokumentasi. Penelitian ini menggunakan
teori Budi Liong. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah ritual Ciam si
diawali dengan cara berdoa di depan altar Dewi Kwan Im kemudian menyebutkan
nama dan tujuannya. Lalu mengambil keping yinyang/pua pwee, kemudian
melemparkannya. Ketika keping pua pwee dalam keadaan bolak balik maka ritual
Ciam si dilanjutkan dengan cara mengocok tabung yang berisi bilahan bambu
yang berisi syair Ciam si. Di klenteng Dewi Kwan Im terdapat dua jenis syair
yaitu, Ciam si penerangan berisi tentang perjalanan hidup seseorang yang
meliputi keuangan, kesehatan, pekerjaan, bisnis, keluarga dan perjodohan, dan
syair Ciam si obat berisi tentang resep obat. Alat yang digunakan untuk
melakukan ritual Ciam si ada 6 yaitu, keping yinyang/pua pwee, dupa/hio, lilin,
minyak, pelita dan tabung Ciam si.
Kawi

: Zainab Nur Hidayah : Yang Nadia Miranti


: : 115110407111003

Kawi

Kawi

Budi
Liong
,

:
DAFTAR ISI


SAMPUL DALAM ...............................................Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... 3
HALAMAN PERSETUJUAN ............................Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... 2
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 6
ABSTRAK ............................................................................................................. 8
......................................................................................................................... 9
DAFTAR TABEL ............................................................................................... 12
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... 13
BAB I PENDAHULUAN .....................................Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ....................................Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah ...............................Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penelitian................................. Error! Bookmark not defined.
1.4 Manfaat Penelitian...............................Error! Bookmark not defined.
1.5 Definisi Istilah Kunci ..........................Error! Bookmark not defined.
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...............................Error! Bookmark not defined.
2.1 Klenteng ..............................................Error! Bookmark not defined.
2.1.1 Klenteng Dewi Kwan Im Gunung KawiError! Bookmark not
defined.
2.2 Kebudayaan .........................................Error! Bookmark not defined.
2.3 Ritual ...................................................Error! Bookmark not defined.
2.4 Jenis Ramalan ......................................Error! Bookmark not defined.
2.4.1 Ciam Si ......................................Error! Bookmark not defined.
2.4.2 Pua Pwee ....................................Error! Bookmark not defined.
2.5 Jenis Syair Ciam Si .............................Error! Bookmark not defined.
2.5.1 Syair Ciam si Penerangan ..........Error! Bookmark not defined.
2.5.2 Syair Ciam si Obat .....................Error! Bookmark not defined.
2.6 Penelitian Terdahulu ...........................Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN .....................Error! Bookmark not defined.
3.1 Jenis Penelitian ....................................Error! Bookmark not defined.
3.2 Sumber Data ........................................Error! Bookmark not defined.
3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................Error! Bookmark not defined.
3.4 Analisis Data .......................................Error! Bookmark not defined.
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ........Error! Bookmark not defined.
4.1 Temuan ................................................Error! Bookmark not defined.
4.2 Pembahasan .........................................Error! Bookmark not defined.
4.2.1 Klenteng Dewi Kwan Im Gunung KawiError! Bookmark not
defined.
4.2.2 Bentuk Ritual .............................Error! Bookmark not defined.
4.2.3 Jenis Syair Ciam si di Klenteng Dewi Kwan Im ................ Error!
Bookmark not defined.
4.2.4 Peralatan untuk melakukan Ritual Ciam sError! Bookmark not
defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............Error! Bookmark not defined.
5.1 Kesimpulan ................................Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran ..........................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ...........................................Error! Bookmark not defined.
GLOSSARY ..........................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Ritual Ciam si Klenteng Dewi Kwan Im Gunung KawiError! Bookmark not

defined.
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Jenis Syair Ciam Si ..........................................Error! Bookmark not defined.
2.2 Syair Penerangan ..............................................Error! Bookmark not defined.
2.3 Syair Resep Obat ..............................................Error! Bookmark not defined.
4.4 Klenteng Dewi Kwan Im ................................. Error! Bookmark not defined.
4.5 Kuil Ciam si .....................................................Error! Bookmark not defined.
4.6 Syair Penerangan No 1 .....................................Error! Bookmark not defined.
4.7 Syair Penerangan No 2 .....................................Error! Bookmark not defined.
4.8 Syair Penerangan No 3 .....................................Error! Bookmark not defined.
4.9 Syair Penerangan No 4 .....................................Error! Bookmark not defined.
4.10 Syair Penerangan No 5 ...................................Error! Bookmark not defined.
4.11 Syair Penerangan No 6 ...................................Error! Bookmark not defined.
4.12 Syair Penerangan No 7 ...................................Error! Bookmark not defined.
4.13 Syair Penerangan No 8 ...................................Error! Bookmark not defined.
4. 14 Syair Penerangan No 9 ..................................Error! Bookmark not defined.
4.15 Syair Penerangan No 10 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.16 Syair Penernagan No 11 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.17 Syair Penerangan No 12 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.18 Syair Penerangan No 13 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.19 Syair Penerangan No 14 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.20 Syair Penerangan No 15 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.21 Syair Penerangan No 16 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.22 Syair Penerangan No 17 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.23 Syair Penerangan No 18 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.24 Syair Penerangan No 19 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.25 Syair Penerangan No 20 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.26 Syair Penerangan No 21 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.27 Syair Penerangan No 22 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.28 Syair Penerangan No 23 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.29 Syair Penerangan No 24 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.30 Syair Penerangan No 25 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.31 Syair Penerangan No 26 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.32 Syair Penerangan No 27 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.33 Syair Penerangan No 28 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.34 Syair Penerangan No 29 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.35 Syair Penerangan No 30 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.36 Syair Penerangan No 31 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.37 Syair Resep Obat No 5 ...................................Error! Bookmark not defined.
4.38 Syair Resep Obat No 3 ...................................Error! Bookmark not defined.
4.39 Syair Resep Obat No 2 ...................................Error! Bookmark not defined.
4.40 Syair Resep Obat No 4 ...................................Error! Bookmark not defined.
4.41 Syair Resep Obat No 73 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.42 Syair Resep Obat No 113 ...............................Error! Bookmark not defined.
4.43 Syair Resep Obat No 28 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.44 Syair Resep Obat No 50 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.45 Syair Resep Obat No 25 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.46 Syair Resep Obat No 19 ................................. Error! Bookmark not defined.
4.47 Syair Resep Obat No 112 ...............................Error! Bookmark not defined.
4.48 Keping Pua Pwee ...........................................Error! Bookmark not defined.
4.49 Dupa / Hio ......................................................Error! Bookmark not defined.
4.50 Lilin ................................................................Error! Bookmark not defined.
4.51 Minyak ...........................................................Error! Bookmark not defined.
4.52 Pelita...............................................................Error! Bookmark not defined.
4.53 Tabung Ciam Si .............................................Error! Bookmark not defined.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etnis Tionghoa di Indonesia sudah ada sejak abad ke 15 dan 16. Di

pantai utara pulau Jawa ada komunitas yang terkenal dari Tiongkok yaitu,

Zeng He. Mereka adalah etnis Tionghoa yang beragama Islam yang

merupakan mayoritas populasi muslim. Pada tahun 1405 dan 1433, Zeng He

mengujungi pulau Jawa. Mereka adalah pedagang besar dan penggembala, di

area lain mereka bekerja di bidang pertanian. Keturunan etnis Tionghoa dari

kota Batavia ke tanah Jawa mengikut sertakan sebagai pengrajin dan

membentuk permukiman dengan wanita lokal yang dinamakan komunitas

Creoleˡ yang diketahui secara lokal sebagai “peranakan Tionghoa”

(Skinner,1996: 51-94).

Desa wonosari gunung Kawi merupakan salah satu desa wisata yang

sangat terkenal sampai ke penjuru kota. Desa ini sangat terkenal dengan

bentuk ritualnya. Di area pesarean gunung Kawi terdapat dua perpaduan

budaya yaitu antara budaya Tionghoa dengan budaya Jawa. Pesarean gunung

Kawi mempunyai tempat ibadah khusus umat Tridharma yaitu klenteng Dewi

Kwan Im. Klenteng Dewi Kwan Im mempunyai kepercayaan tentang meramal

nasib yaitu ramalan Ciam si.

Ciam si merupakan suatu cara untuk mencari jawaban atas

permasalahan diri yang sedang dihadapi oleh seseorang. Isinya berupa syair-

syair yang merupakan cuplikan dari kisah-kisah jaman dahulu. Ciam si baru
mulai ada dalam catatan sejarah pada masa dinasti Tang (Budaya-

Tionghoa.Net). Metode Ciam si diciptakan oleh Zang Tao Ling dengan tujuan

untuk membantu orang yang berdoa di dalam klenteng untuk menyelesaikan

berbagai persoalan hidup yang dihadapi (Tionghoa.Info). Hasil dari ramalan

“Ciam si“ diberikan dalam bentuk kata atau syair yang ditulis di lembar kertas

yang isinya berupa penjelasan atau petunjuk tertentu yang dianggap sebagai

jawaban dari doa yang dipanjatkan kepada dewa atau dewi.

Pada zaman dahulu banyak orang yang datang ke klenteng untuk

mencari guru agama untuk meminta bantuan atau pertolongan tentang

menanyakan nasib, jodoh dan meminta untuk penyembuhan penyakit tetapi

pada bulan tertentu, guru tidak ada di klenteng karena pergi untuk mencari

obat di hutan dan pegunungan seperti gingseng dan jamur. Pencarian obat

membutuhkan waktu yang sangat lama oleh karena itu guru membuat Ciam si

supaya masyarakat yang datang ke klenteng tidak kecewa.

Ciam si merupakan tradisi kuno milik etnis Tionghoa. Ritual ini

sebagai sarana untuk meramal nasib seseorang berdasarkan syair kuno.

Sebelum melakukan ritual peserta berdoa dahulu sesuai dengan kepercayaan,

kemudian mengocok bilahan batang bambu dengan tenang sampai bilahan

tersebut terjatuh ke lantai. Bilahan batang bambu yang sudah terjatuh ini

dinamakan ramalan. Setelah itu melihat nomor yang tertera pada bilahan

batang bambu yang terjatuh, lalu mencocokan nomor dengan kertas syair yang

tersedia.
Ritual Ciam si memiliki nilai budaya dan agama. Dari segi budaya

ritual Ciam si merupakan salah satu ritual yang bertujuan untuk meramal nasib

seseorang di masa yang akan datang yang sudah dipercayai oleh etnis

Tionghoa. Tradisi ini dilakukan setiap pergi ke klenteng atau vihara. Dari segi

agama atau kepercayaan yaitu dapat mengingatkan seseorang kepada Tuhan

Yang Maha Esa karena dengan adanya seseorang melakukan ritual Ciam si

orang yang tadinya tidak pernah berdoa menjadi berdoa.

Ritual Ciam si sebenarnya milik etnis Tionghoa tetapi di pesarean

gunung Kawi tidak hanya etnis Tionghoa yang melakukan ritual, masyarakat

pribumi (non-Tionghoa) banyak yang melakukan ritual tersebut, mereka

sangat berharap tentang peruntungan nasib baik. Ritual ini tidak mengenal

usia, baik dari usia tua hingga usia muda semua mengantri untuk melakukan

ritual Ciam si. Ciam si merupakan ritual wisata yang terdapat di pesarean

gunung Kawi. Ritual wisata ini sangat diminati pengunjung dari berbagai

penjuru kota karena mempunyai keistimewaan yang dapat meramalkan nasib

seseorang di waktu yang akan datang sehingga penelitian ini mengangkat

judul tentang “Ciam si klenteng Dewi Kwan Im gunung Kawi kabupaten

Malang Jawa Timur”. Karena klenteng Dewi Kwan Im merupakan salah satu

klenteng yang berada di desa Wonosari yang masih mempunyai tradisi kuno

milik etnis Tionghoa. Selain itu lokasi klenteng Dewi Kwan Im sangat

strategis. Penelitian ini mencoba mengulas tentang segala hal yang berkaitan

dengan bentuk ritual Ciam si baik dari segi jenis syair maupun alat yang
digunakan untuk melakukan ritual Ciam si yang terdapat di klenteng Dewi

Kwan Im gunung Kawi kabupaten Malang Jawa Timur.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk ritual Ciam si di klenteng Dewi Kwan Im gunung

Kawi kabupaten Malang Jawa Timur ?

2. Bagaimana jenis syair Ciam si di klenteng Dewi Kwan Im gunung

Kawi kabupaten Malang Jawa Timur ?

3. Apa saja alat yang digunakan untuk melakukan ritual Ciam si di

klenteng Dewi Kwan Im gunung Kawi kabupaten Malang Jawa

Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bentuk ritual Ciam si di klenteng Dewi Kwan Im

Gunung Kawi kabupaten Malang Jawa Timur.

2. Untuk mengetahui jenis syair Ciam si di klenteng Dewi Kwan Im

gunung Kawi kabupaten Malang Jawa Timur.

3. Untuk mengetahui alat yang digunakan untuk melakukan ritual Ciam

si di klenteng Dewi Kwan Im gunung Kawi kabupaten Malang Jawa

Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah, manfaat secara

teoritis dan praktis.

 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan tentang ritual Ciam si dan jenis syairnya

terutama bagi etnis Tionghoa.


 Manfaat Praktis

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah ilmu

pengetahuan mengenai budaya Tionghoa serta dapat digunakan

sebagai alat untuk lebih memahami bagaimana bentuk ritual

Ciam si yang benar.

2. Bagi Masyarakat Umum

Penelitian ini dapat membantu masyarakat umum (non

Tionghoa) dalam menambah wawasan tentang bentuk ritual

Ciam si agar tidak disalahgunakan.

1.5 Definisi Istilah Kunci

1. Ciam Si :suatu teknik ramalan yang menggunakan

probalitas. Medianya adalah bilah bambu yang

diberi nomor. Ciam si hanya dilakukan di

klenteng atau wihara (Budi Liong, 2009: 119).

2. Dewi Kwan Im :dewi keberuntungan bagi umat

Tridharma yang mempercayainya

(www.tionghoa.info).

3. Kelenteng :sebutan kuil orang Tionghoa yang merupakan

tempat ibadah untuk melakukan upacara

keagamaan bagi umat Konfusianisme, Taoisme,

maupun Budha (Yudi Mahardi,2006: 62).


4. Ritual :wujudnya sebagai sistem keyakinan dan gagasan

tentang Tuhan, dewa-dewa, roh halus, surge dan

neraka tetapi mempunyai wujud yang berupa

upacara-upacara baik yang bersifat musiman

maupun kadangkala (Koentjaraningrat,2002:

204).
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Klenteng

Menurut Kleinteuber (2010: 10), istilah klenteng berasal dari suara

yang terdengar dari bangunan suci saat sedang menyelengarakan upacara

sembahyang yaitu klinting-klinting atau klontong-klontong. Untuk

memudahkan penamaaan maka disebut dengan istilah klenteng. Seperti

tempat ibadah lain, kelenteng juga memiliki tata cara keagamaan yang

berlandaskan tata agama Khonghuchu. Membangun sebuah klenteng

membutuhkan ahli feng shui, para ahli feng shui harus mewujudkan faktor

keberuntungan agar klenteng tersebut membawa berkat bagi para jemaat yang

sedang beribadah di dalamnya dikemudian hari.

Ada beberapa peraturan dasar dalam feng shui yang digunakan untuk

pembangunan klenteng yaitu :

a. Dalam kontruksi atap, rancangan atau dekorasi dihubungan sangat

penting, misalnya naga, burung Hong dan binatang berkaki 4 lainnya

mempunyai tanda yang baik bila digabungkan dalam bentuk desain

hubungan. Orang yang menggunakan gedung tersebut akan

mendapatkan keberuntungan dan kebahagiaan.

b. Pemberian warna dalam pembangunan klenteng mempunyai arti yang

penting karena warna-warna tertentu mempunyai arti tersendiri,

misalnya warna kuning, hijau dan biru digunakan sebagai simbol

kekuatan, panjang umur dan rahmat Tuhan.


c. Penomoran ruang secara tepat juga memegang peran yang besar.

Sebab ada anggapan bahwa nomor 1, 5 dan 9 adalah nomor-nomor

yang baik. Sedangkan nomor-nomor yang merupakan kelipatan 4

seperti 4, 8, 12, 14 harus dihindarkan.

Membangun sebuah klenteng mewajibkan ahli feng shui memiliki

atau menentukan beberapa pedoman agar bangunan klenteng tersebut

membawa keberuntungan dan kesehatan yang baik antara lain Qi yaitu

energi, prinsipnya yinyang dan lima unsur atau Wu Xing yaitu lima elemen

yang terdiri dari logam, kayu, air, api dan bumi.

1.1.1 Klenteng Dewi Kwan Im Gunung Kawi

Menurut Prasto Wardoyo (2009: 33), klenteng ini dibagun oleh

salah satu murid dari Raden Mas Iman Soejono yaitu Tan Kie Lam.

Menurut cerita yang berkembang, Tan Kie Lam adalah etnis Tionghoa

yang sempat diobati dan disembuhkan oleh Raden Mas Iman Soedjono

dengan air suci dari guci wasiat peninggalan Eyang Djoego. Setelah itu

untuk menghormati Raden Mas Iman Soedjono, Tan Kie Lam selanjutnya

berguru dan menetap di padepokan Agung gunung Kawi. Keyakinan yang

dianut berbeda dengan Sang Guru, akhirnya Tan Kie Lam mendirikan

klenteng kecil di sekitar padepokan untuk melaksanakan sembahyang dan

menghormati sang guru.

1.2 Kebudayaan

Menurut Ralph Linton (2011: 151), kebudayaan adalah seluruh cara

kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup
saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diiginkan. Sementara Selo

Soemardjan dan Soeleman Soemardi (2006:21), merumuskan kebudayaan

sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat

menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan

jamaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar

kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.

Unsur-unsur kebudayaan menurut Kluckhon (2006: 20-23), dalam

bukunya “Universal Categories Of Cultural” membagi sistem kebudayaan

menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural

universal. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah :

1. Sistem bahasa

2. Sistem pengetahuan

3. Sistem sosial

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi

5. Sistem mata pencaharian hidup

6. Sistem religi

7. Kesenian

Dari beberapa pernyataan tokoh dapat dilihat bahwa agama erat

kaitannya dengan simbol sebagai media penghubung antara Tuhan Yang

Esa dengan manusia, pada kenyataannya seperti sholat dalam agama Islam

yang merupakan gerakan simbolik untuk memuja Allah, dalam agama-

agama yang lain juga terdapat simbol dalam berbagai rangkaian ritual

pemujaan terhadap Tuhannya ( Toyyip dan Sugianto, 2002: 94).


Dalam prosesnya dari ajaran-ajaran kepercayaan muncul adanya

ritual-ritual yang diatur oleh atauran tertentu sesuai dengan kepercayaan

dan keyakinan atau adat tertentu suatu masyarakat. Aturan seperti ini yang

mengikat masyarakat atau kelompok masyarakat untuk terus

melakukannya dengan harapan jauh dari mala petaka. Mitos yang seperti

ini kemudian berubah menjadi ritus. Ritus yaitu tata cara dalam upacara

keagamaan yang disertai dengan penggunaan simbol dalam

pelaksanaannya. Simbol dalam ritus yaitu suatu tindakan yang biasanya

dalam bidang keagamaan yang bersifat seremonial dan tertata. Hal tersebut

yang kemudian menjadi benda-benda yang sakral dalam masyarakat.

Contoh dalam hal ini adalah upacara selamatan sebagai bentuk ritus

pemujaan terhadap Tuhan dengan berbagai simbol dalam pelaksanaanya

seperti tumpeng, sego golong dan apem (Sumandiyo Hadi, 2006: 31).

Dari berbagai tradisi keagamaan yang berkaitan dengan simbol

inilah yang kemudian lahir berbagai penelitian yang dilakukan oleh para

antropolog berkaitan dengan ritus keagamaan seperti Erni Budiwanti yang

menemukan bahwa kehidupan sehari-hari setiap orang dengan ritual dan

tradisi seperti pelaksanaan upacara-upacara yang rutin dilakukan

masyarakat sebagai bentuk penghormatan terhadap arwah leluhur, serta

sebagai upaya melestarikan budaya leluhur (Muhammad Damani,2002:

182).
Menurut Y. Sumandiyo Hadi (2006: 233-240), dalam analisis

inkulturasi pembentukan simbol eksprensif dalam peristiwa atau studi

kasus biasanya mencakup:

1. Tempat dan harapan. Tempat perayaan atau upacara Liturgy

Ekaristi² yang biasanya diselenggarakan di dalam sebuah bagunan

gereja atau upacara pemujaan yang dilakukan masyarakat Hindu

depan altar-altar, umat Muslim dalam masjid menghadap arah

kiblat.

2. Waktu atau saat upacara, biasanya waktu pelaksanaan ditetapkan

merupakan salah satu ciri ritual yang sakral. Umat Islam

menjalankan sholat dengan waktu tertentu. Seperti kebanyakan

ritual di Jawa seperti selamatan, ketentuan waktu diharapkan

menjadi kekuatan yang menghubungkan kehendak manusia dengan

penguasa yang disembah atau dipuja.

3. Bilangan atau angka seperti dipaparkan dalam pembentukan

simbol bilangan atau angka merupakan suatu pembentukan simbol

yang ada hubungannya dengan inkulturasi. Seperti makna angka

sembilan dalam filosofi Jawa yang mengandung makna simbolis

tentang kehidupan. Dalam filosofi Jawa, angka sembilan banyak

dikaitkan dengan kekuatan-kekuatan metafisik serta kepercayaan

mitos. Angka sembilan juga mempunyai peran penting untuk

menentukan hari beribadat, para ahli sihir dan dukun sejak dahulu
kala memakai angka sembilan untuk memilih hari peringatan

arwah nenek moyang serta menentukan rumus-rumus mantra.

4. Media bahasa, pemakaian bahasa merupakan salah satu cara

mengungkapkan diri yang berfungsi sebagai pengantar pertemuan

antara manusia dan Tuhan.

5. Media sikap, meliputi sikap yang dilakukan umat beragama yang

menandakan ketundukannya kepada Tuhan.

6. Media tari, seperti yang dilaksanakan kepercayaan-kepercayaan

Jawa untuk mengekspresikan ketakjuban dan ketundukan terhadap

pemimpin atau roh nenek moyang yang mereka agungkan.

7. Media musik, inkulturasi pembentukan media musik yang

digunakan dalam Litergiᶾ Jawa berupa kindungan, gending,

karawitan Jawa dan salawatan. Musik atau lagu menjadi simbol

ekspresif seni Jawa yang sangat menonjol hingga saat ini.

8. Perlengkapan persembahan bisa diumpamakan dari perlengkapan

pakaian dikenakan hingga benda-benda tertentu yang dibutuhkan

dalam kelancaran pelaksanaan ritual.

1.3 Ritual

Menurut Bustanudin (2007: 97), ritus berhubungan dengan kekuatan

supranatural dan kesakralan sesuatu. Istilah ritus atau ritual dipahami sebagai

upacara keagamaan yang berbeda dengan yang natural, profen dan aktivitas

ekonomi dan rasional sehari-hari. Ritual dilaksanakan sebagai salah satu

sarana mencari keselamatan dan bukti nyata tentang keyakinan yang dimiliki
oleh kelompok atau anggota masyarakat tentang adanya kekuatan yang maha

dahsyat diluar manusia. Menurut Koentjaraningrat (2002: 204), upacara religi

atau ritual adalah wujudnya sebagai sistem keyakinan dan gagasan tentang

Tuhan, dewa, roh halus, surga dan neraka tetapi mempunyai wujud yang

berupa upacara-upacara baik yang bersifat musiman maupun yang kadangkala.

Ritual atau ritus dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan berkah

atau rezeki yang banyak dari suatu pekerjaan. Seperti upacara menolak balak

dan upacara karena perubahan atau siklus dalam kehidupan manusia seperti

kelahiran, pernikahan dan kematian (Bustanudin,2007: 95). Pada dasarnya

ritual adalah rangkain kata, tindakan pemeluk agama dengan menggunakan

benda-benda peralatan dan perlengkapan tertentu di tempat tertentu dan

memakai pakaian tertentu. Begitu halnya dalam ritual upacara kematian,

banyak perlengkapan benda-benda yang harus dipersiapkan dan dipakai

(Imam Suprayono,2001: 41).

1.4 Jenis Ramalan

Menurut Budi Liong jenis ramalan ada dua yaitu :

1.4.1 Ciam Si

Menurut Budi Liong (2009: 119), Ciam si adalah suatu teknik

ramalan yang menggunakan probabilitas. Medianya adalah bambu yang

diberi nomor. Ciam si hanya dilakukan di klenteng atau wihara.

Pelaksanaanya dilakukan pada saat tertentu, yaitu pada acara imlek atau

perayaan ulang tahun klenteng.


Ciam si mulai muncul pada Dinasti Tang. Para ahli atau guru Tao

mempraktikkan sistem ini untuk memutuskan hubungan yang buruk

karena sering terjadi peramal suka memanipulasi pikiran penanya ramalan.

Maka dari itu Ciam si adalah suatu cara untuk memutuskan hubungan

yang bisa dimanipulasi (subjektif) dan juga memberikan jawaban dengan

hati penanya itu sendiri. Teknik ramalan Ciam si sebenarnya merupakan

penyederhanaan dari teknik ramalan I Ching yang terkenal. I Ching adalah

salah satu metode atau teknik ramalan kuno yang berasal dari Tiongkok

yang sudah terkenal selama lebih dari 5000 tahun. Bukan hanya ramalan, I

Ching juga merupakan suatu ajaran kebijaksanaan yang dimanfaatkan

dengan baik yang dapat membantu mencari jalan keluar dari kesulitan

hidup. Masyarakat Cina kuno percaya bahwa nasib dapat menentukan Tao

atau jalannya. Semua di dunia tidak ada yang kebetulan, semua memiliki

tandanya. I Ching membantu seseorang berkomunikasi dengan sang

pencipta. Metode I Ching menggunakan 6 koin yang masing-masing

dilempar atau diacak dan kemudian disusun berurutan secara vertikal

sehingga membentuk sebuah hexagram, setiap pola hexagram yang

terbentuk mempunyai maksud dan arti yang berbeda.

Untuk menggunakan program ramalan I Ching, kosentrasikan

permaslahan yang sedang dialami didalam hati sambil membuat

hexagramnya, 6 lapis garis pada hexagram mewakili 6 kali lembaran koin

yang dibuat. Setiap lapis mewakili sisi yin (garis putus) dan yang (garis

sambung) pada sebuah koin. Rumitnya teknik meramal I Ching, para ahli
ramal di Tiongkok menyerderhanakannya dengan menggunakan syair-

syair yang berasal dari cerita-cerita kuno.

Dalam praktiknya ada beberapa macam ramalan yang

menggunakan teknik Ciam si. Ada yang terdiri dari 49 batang sajak dan

menggunakan sistem perhitungan tujuh bintang utara. Ada juga yang

mengunakan sistem perhitungan waktu tiap dua belas jam dan

menggunakan 30 syair tetapi pada umumnya lebih banyak menggunakan

100 batang tiap syair terdiri dari 1 bait. Teknik pelaksanaan kegiatan Ciam

si yang pertama-tama yaitu memanjatkan doa dan meminta petunjuk

tentang peruntungannya di klenteng. Kemudian mengambil sebuah tabung

bambu yang berisi syair-syair yang sudah dimasukkan pada bilah kayu-

kayu dan dituliskan dalam aksara Mandarin. Setelah itu, orang yang ingin

meramal mengocok tabung bambu hingga keluar sebuah batang kayu yang

berisi syair-syair kuno. Karena bentuknya syair, orang biasanya tidak

mengerti tafsirannya. Maka harus meminta jasa seorang ahli di klenteng

untuk mengartikan ramalan tersebut (Budi Liong, 2009: 120).

Budi Liong (2009: 121), Ciam si juga dapat digunakan demi

kesembuhan suatu penyakit. Mereka yang mencari kesembuhan atas

penyakit yang dideritanya semacam pengobatan alternatif. Adapun teknik

penggobatan Ciam si yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penderita yang ingin melakukan Ciam si wajib berdoa di depan patung

dewa-dewi.
2. Sambil berdoa penderita juga membakar dupa atau hio dan memohon

agar penyakitnya disembuhkan.

3. Setelah itu mengocok nomor ramalan yang ada di bilah-bilah bambu.

4. Berdasarkan nomor ramalan yang keluar, petugas klenteng

memberikan resep obat.

1.4.2 Pua Pwee

Pua pwee adalah ramalan yang menggunakan kayu yang berbentuk

seperti separuh kacang. Setelah membuat permohonan, kedua kayu itu

kemudian dilemparkan. Jika hasil kedua kayu tersebut terbuka artinya sang

dewa tidak mengerti tentang pertanyaan yang dimaksud. Ketika kedua

kayu telungkup artinya sang dewa menolak pertanyaan dan jika satu

terbuka dan satunya lagi telungkup artinya dewa menerima permohonan.

Syarat melakukan ramalan pua pwee adalah sebagai berikut:

1. Sembayang kepada Tuhan terlebih dahulu.

2. Sembayang kepada para dewa dan dewi.

3. Setelah selesai sembayang, baru boleh mempergunakan pua pwee.

Pua pwee biasa dilakukan untuk dua macam kegiatan yaitu.

pertama untuk mengetahui persetujuan Tuhan dan para dewa-dewi

terhadap makanan yang disajikan di klenteng, yaitu makanan tersebut

sudah cukup dan bisa diganti atau tidak dan yang kedua pua pwee

dilaksanakan sebelum Ciam si. Jika jawaban pua pwee adalah iya berarti

boleh melakukan Ciam si (Budi Liong, 2009: 121-122).


1.5 Jenis Syair Ciam Si

Gambar 2.1 Jenis Syair Ciam Si

Jenis syair Ciam si yang terdapat di klenteng Dewi Kwan Im gunung

Kawi ada dua yaitu Ciam si penerangan dan Ciam si obat.

1.5.1 Syair Ciam si Penerangan

Gambar 2.2 Syair Penerangan

Syair penerangan berisi tentang perjalanan hidup seseorang

yang meliputi perjodohan, bisnis, kesehatan, keluarga dan

pekerjaaan. Jumlah syair penerangan di klenteng Dewi Kwan Im


gunung Kawi ada 1-60 nomor. Syair penerangan menggunakan dua

bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Mandarin.

1.5.2 Syair Ciam si Obat

Gambar 2.3 Syair Resep Obat

Ciam si yang sangat populer di Tiongkok adalah Ciam si obat (yào

qiān). Jenis Ciam si ini menyebar hingga ke berbagai klenteng di luar

Tiongkok. Kumpulan buku Dao yaitu (Dàozàng) terdapat daftar Ciam si

obat hal ini menunjukkan Ciam si obat berkaitan dengan Taoisme. Pada

zaman dahulu, pengobatan merupakan hal yang sangat langka dan sulit.

Menurut sejarah dinasti Han sampai dinasti Tang terakhir jumlah tabib di

provinsi Fujian tidak pernah lebih dari 20 orang, sehingga masyarakat di

provinsi Fujian dan Guangdong mendewakan tabib. Para daoshi yaitu guru

pendamping kemudian mencari cara untuk memberikan pengobatan pada

masyarakat yang kurang mampu yaitu dengan cara menggabungkan Ciam

si dengan resep obat. Ciam si obat berkembang dan bertahan sejak ribuan

tahun yang lalu hingga sampai sekarang.


Di Indonesia, tepatnya di kota Semarang terdapat Ciam si obat

yaitu di klenteng Grajen dan Welahan. Ciam si obat di kedua klenteng

tersebut terkenal sangat manjur. Selain kota Semarang, kota Malang juga

terdapat Ciam si obat lebih tepatnya yaitu di klenteng Dewi Kwan Im

gunung Kawi. Jumlah syair Ciam si obat di klenteng Dewi Kwan Im

gunung Kawi ada 1 - 120 syair. Ciam si obat di klenteng Dewi Kwan Im

gunung Kawi sudah tidak digunakan lagi atau bisa dikatakan sudah vakum

untuk saat ini, kecuali ada tamu dari luar daerah Malang yang mengambil

Ciam si obat tersebut. Syair Ciam si obat di klenteng Dewi Kwan Im

gunung Kawi menggunakan bahasa Mandarin.

Baosheng Dadi, dipercaya sebagai Dewa pengobatan Tiongkok.

Umat yang percaya akan semua itu adalah jawaban dari para dewa-dewi

yang dipercayainya. Sistem kepercayaan yang tidak bisa dilihat dari sudut

ilmu pengetahuan belaka karena sudah melampaui dunia nyata dan masuk

ke dalam spiritual yaitu menguatkan kepercayaan akan mujizat para dewa-

dewi yang dipercayainya.

Ciam si obat dianggap sebagai suatu mujizat yang diberikan oleh

dewa-dewi yang ada di dalam klenteng. Kepercayaan etnis Tionghoa

tentang Ciam si obat sangat kental misalkan ketika salah satu etnis

Tionghoa percaya bahwa obat ini bisa menyembuhkan suatu penyakit

maka pasti akan sembuh. Pada awalnya Ciam si obat bertujuan untuk

melayani masyarakat yang kurang mampu, sehingga bisa mendapatkan

pengobatan yang layak dan murah.


1.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian pertama adalah skripsi Sadewi (2014) Universitas Gajah

Mada yang berjudul Motivasi Pengunjung Vihara Budha Prabha Yogyakarta

Melakukan Ramalan Ciam si. Penelitian ini membahas tentang motivasi

pengunjung melakukan ramalan Ciam si di Wihara Budha Prabha Yogyakarta.

Wihara ini terletak di Jalan Brigjen Katamso No. 3 Yogyakarta. Hasil dari

penelitiannya adalah mengetahui motivasi pengunjung Wihara Budha Praba

Yogyakarta melakukan ramalan Ciam si karena ingin mengetahui tradisi etnis

Tionghoa dan pengunjung wihara melakukan ramalan Ciam si karena ingin

memecahakan suatu masalah yang sedang dihadapi.

Penelitian kedua adalah skripsi Tiagusta (2012) Program Studi

Psikologi Fakuttas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Brawijaya Malang yang

berjudul Kepercayaan dan Motivasi Pengunjung Ciam si di Gunung Kawi.

Skripsi Tiagusta membahas tentang kepercayaan dan motivasi pengunjung

melakukan Ciam si. Pada penelitian ini mempunyai perbedaan dan persamaan

dengan skripsi Sadewi yaitu persamaanya sama-sama membahas tentang

ramalan Ciam si tetapi perbedaanya dengan skripsi Sadewi adalah objek yang

dikaji sedangkan penelitian ini membahas tentang bentuk ritual. hal yang

membedakan antara skripsi diteliti. Persamaan penelitian ini dengan skripsi

Tiagusta (2012) yaitu sama-sama membahas Ciam si di gunung Kawi.

Perbedaan peneltian ini dengan penelitian Tiagusta adalah pembahasan tentang

motivasi pengunjung sedangkan penelitian ini membahas tentang bentuk

ritualnya. Keunggulan penelitian ini dibandingkan skrispi Sadewi (2014) dan


Tiagusta (2012) yaitu penelitian ini membahas secara menyeluruh dan detail

tentang bagaimana bentuk ritual Ciam si mulai dari tata cara melakukan ritual,

jenis syair dan peralatan yang digunakan untuk melakukan ritual Ciam si di

klenteng Dewi Kwan Im gunung Kawi.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Menurut Denxin dan Lincolin Moleong (2007:5), penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menggunakan latar dengan maksud menafsirkan

fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai

metode yang digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan

untuk penelitian. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasa dimanfaatkan

adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen.

Menurut Suparlan (2006: 134), penelitian deksriptif saat pengambilan

data melakukan pengamatan yaitu, (1) ruang dan waktu, (2) pelaku, (3)

kegiatan, (4) benda-benda atau alat-alat, (5) waktu, (6) peristiwa, (7) tujuan,

dan (8) perasaan. Kedelapan hal tersebut saling berkaitan sehingga penelitian

perhatiannya harus total pada apa yang sedang diamati. Penelitian ini

membahas tentang bentuk ritual Ciam si klenteng Dewi Kwan Im gunung

Kawi kabupaten Malang Jawa Timur. Dalam penelitian ini memerlukan

banyak waktu, tidak hanya dilakukan sekali atau dua kali dalam waktu satu

jam atau dua jam, melainkan dilakukan secara intens dalam waktu yang tidak

terbatas, bisa seminggu atau bahkan lebih dari itu.

3.2 Sumber Data

Bungin (2010: 119), menjelaskan bahwa data adalah bahan keterangan

tentang objek penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian dan lebih

menonjolkan aspek materi. Ada dua jenis sumber data, yaitu sumber primer
dan sekunder. Menurut Sugiyono (2013: 187), “Sumber primer adalah sumber

data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan sumber

sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data

pengumpul data misalnya lewat orang lain atau dokumen”.

 Sumber Data Primer


Sumber primer dalam penelitian ini yaitu subjek penelitian dan

informan pendukung dalam pencarian data dalam penelitian ini dilakukan

melalui wawancara dengan pengurus klenteng Dewi Kwan Im gunung

Kawi yaitu Bapak Aji sebagai juru kunci sekaligus sebagai sekertaris di

bidang pariwisata di gunung Kawi.

 Sumber Data Sekunder


Data sekunder diperlukan untuk mendukung dan melengkapi data

primer. Data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen atau arsip,

artikel, buku, literatur, surat kabar, jurnal penelitian, foto maupun sumber-

sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan ritual Ciam si sebagai

sumber pelengkap dan pendukung dalam menganalisis objek penelitian

dan berguna untuk memperkuat bukti penelitian dan memperkuat data

hasil penelitian secara non verbal.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013: 224), teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam sebuah penelitian, karena tujuan utama

dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif

teknik pengumpulan data sangat diperlukan untuk mendapatkan data dalam

sebuah penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka tidak


akan mendapatkan data yang sesuai dengan harapkan. Dalam proses

pengumpulan data, penelitian ini dilakukan mulai bulan November 2016

sampai selesai dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut.

 Teknik Observasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013: 145), merupakan

suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses

pengamatan dan ingatan.

Observasi ini dilakukan di klenteng Dewi Kwan Im gunung Kawi

pada bulan November 2016. Tujuan dari penggunaan teknik observasi

adalah untuk melihat, mengamati, dan mendengar secara langsung,

memotret gambar, merekam suara, dari semua aktifitas yang dilakukan

masyarakat etnis Tionghoa maupun masyarakat pribumi (non Tionghoa)

dalam melakukan ritual Ciam si di klenteng Dewi Kwan Im gunung Kawi.

 Wawancara
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013: 231), wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Pada teknik wawancara ini pengambilan data yang strategis

memerlukan ketelitian dan teknik tertentu. Tujuan utama dari wawancara

antara lain untuk menggali pemikiran konstruktif seorang informan, yang

menyangkut peristiwa, organisasi, perasaan, perhatian dan aktivitas

budaya untuk merekonstruksi pemikiran ulang tentang hal ihwal yang

dialami informan masa lalu atau sebelumnya, dan untuk mengungkap


proyeksi pemikiran informan tentang kemungkinan budaya miliknya masa

mendatang. Pada penelitian ini wawancara sangat diperlukan dalam

mengumpulkan data-data terutama wawancara yang dilakukan pada ritual

Ciam si di klenteng Dewi Kwan Im gunung Kawi.

 Studi Pustaka
Penelitian ini mengumpulkan semua data-data yang telah

dikumpulkan dari media cetak yang berupa majalah, buku-buku yang

sesuai referensi dan surat kabar lainnya yang berhubungan dengan

penelitian penulis kemudian membuat rangkuman agar data-data yang

didapatkan lebih akurat.

 Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah suatu metode atau teknik yang

digunakan dalam penelitian kualitatif yang mengungkapkan dan mencari

berbagai informasi dari sumber data dalam bentuk gambar, foto, catatan

buku dan surat kabar yang memiliki hubungan dengan masalah yang akan

diteliti yang diperoleh di klenteng Dewi Kwan Im gunung Kawi.

3.4 Analisis Data

Bungin (2012: 161), menjelaskan bahwa tujuan analisis dari penelitian

kualitatif ada dua yaitu : (1) menganalisis proses berlangsungnya suatu proses

fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses

tersebut, (2) menganalis makna yang ada di balik informasi, data, dan proses

suatu fenomena sosial itu.

Berikut langkah- langkah menganlisis data yang telah dikumpulkan:


1. Wawancara dengan nara sumber yaitu bapak Aji sebagai juru kunci kuil

Ciam si.

2. Hasil wawancara dikumpulkan dalam catatan tertulis (transkrip data

wawancara).

3. Mengamati tamu yang sedang melakukan ritual Ciam si di klenteng

Dewi Kwan Im gunung Kawi.

4. Mengumpulkan video tamu yang sedang melakukan ritual Ciam si di

klenteng Dewi Kwan Im gunung Kawi.

5. Hasil temuan dan pembahasan di klenteng Dewi Kwan Im gunung Kawi

yaitu bentuk ritual Ciam si, jenis syair Ciam si dan alat yang digunakan

untuk melakukan ritual Ciam si.

Menarik kesimpulan dari analisis data yang telah dilakukan.


BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Temuan

Tabel 4.1 Ritual Ciam si Klenteng Dewi Kwan Im Gunung Kawi


Kelenteng Dewi Kwan Im
1. Berdoa
2. Membakar 3 batang dupa /hio
Bentuk Ritual 3. Mengambil keping Pua Pwee
4. Mengocok Ciam si
5. Doa penutup
1. Syair penerangan
Jenis Syair Ciam Si
2. Syair resep obat
1. Keping Pua Pwee
2. Dupa /hio
Peralatan Yang Digunakan Untuk 3. Lilin
Melakukan Ritual Ciam Si 4. Minyak
5. Pelita
6. Tabung Ciam si

4.2 Pembahasan

Gambar 4.1 Klenteng Dewi Kwan Im


4.2.1 Klenteng Dewi Kwan Im Gunung Kawi

Klenteng Dewi Kwan Im merupakan tempat ibadah umat

Tridharma yaitu, Budha, Hindu dan Konghuchu. Klenteng ini berada di

komplek pesarean gunung Kawi, dusun Wonosari, desa Wonosari,

kecamatan Wonosari gunung Kawi kabupaten Malang Jawa Timur.


Klenteng ini dibagun atas dasar suka rela oleh etnis Tionghoa yang

bernama Tan Kie Lam. Dia adalah murid dari Eyang Raden Mas Imam

Soedjono. Menurut cerita, Tan Kie Lam adalah etnis Tionghoa yang

sempat diobati dan disembuhkan oleh Eyang Raden Mas Imam Soedjono

dengan air suci dari guci wasiat peninggalan Eyang Djoego. Untuk

menghormati Eyang Raden Mas Imam Soedjono, Tan Kie Lam selanjutnya

berguru dan menetap di padepokan agung gunung Kawi. Oleh karena

keyakinan yang dianut berbeda dengan sang guru, akhirnya Tan Kie Lam

mendirikan klenteng kecil disekitar padepokan untuk melaksanakan

sembahyang dan menghormati sang guru. Di sekitar area klenteng Dewi

Kwan Im terdapat bagunan suci yaitu Kuil Ciam si ( Prasto Wardoyo,2009:

33).

Gambar 4.2 Kuil Ciam si

Kuil Ciam si merupakan tempat untuk melakukan ramalan nasib.

Tempat ini sangat kental dengan budaya etnis Tionghoa. Pengunjung yang

datang ke kuil ini tidak hanya etnis Tionghoa tetapi dari berbagai etnis

dan kepercayaan yang dapat mengakses tempat ini untuk melakukan ritual

Ciam si sesuai dengan tata cara kelompok kepercayaan Tridharma. Pada


ruang yang digunakan untuk melakukan ritual terdapat perabot yang

mendukung pelaksanaan ritual. Selain mendukung pelaksanaan ritual,

atribut ruang juga berperan dalam pembentukan ruang ritual.

4.2.2 Bentuk Ritual

 Berdoa

Berdoa kepada Dewi Kwan Im. Doa ini bertujuan untuk

mengutarakan harapan dan keinginan kita selama satu tahun ke depan

dan memohon restu kepada dewi supaya hal tersebut bisa terkabul

kemudian permisi meminta izin kepada Eyang Djoego selaku sesepuh

pesarean gunung Kawi. Sebelum berdoa dupa/hio harus menyala lalu

menguncapkan didalam hati ungkapkan nama dan permohonan kita.

Permohonan diutarakan kepada dewi welas asih yaitu Dewi Kwan Im.

 Membakar 3 Batang Dupa / Hio

Membakar tiga batang dupa yang kemudian ditanjapkan

ditempat yang sudah disediakan sambil berdoa/bersembayang ke

hadapan para suci yaitu Dewi Kwan Im yang ada di dalam kleteng

yang akan dimintai petunjuk.

 Mengambil Keping Yinyang / Pua Pwee

Tujuan pengambilan keping yinyang/pua pwee untuk

mengetahui boleh atau tidak melakukan ritual Ciam si. Ketika keping

pua pwee dalam keadaan bolak-balik berarti diijinkan untuk

melakukan ritual Ciam si. Tetapi ketika keping pua pwee tengkurap

semua berarti sang dewi menolak permohonan yang dimaksud.


Namun ketika keping pua pwee tengadah bearti sang dewi tidak

mengerti pertanyaan yang dimaksud.

 Mengocok Ciam si

Setelah berdoa selanjutnya mengocok tabung Ciam si yaitu

kayu nasib yang akan menggambarkan nasib kita, peruntungan kita,

kesuksesan dan karir kita selama satu tahun ke depan. Kayu ini terbuat

dari bambu. Jumlahnya ratusan dan memiliki nomor yang disesuaikan

dengan jumlah kertas syair yang tersedia. Satu kayu yang jatuh adalah

hasil ramalan Ciam si.

 Doa Penutup

Doa penutup yaitu sebagai permohonan ucapan terima kasih

karena sudah diberi izin untuk melakukan ritual Ciam si.

4.2.3 Jenis Syair Ciam si di Klenteng Dewi Kwan Im

Klenteng Dewi Kwan Im mempunyai dua jenis syair Ciam si yaitu:

 Syair Penerangan

Jumlah syair Ciam si penerangan ada 60 nomor. Penelitian ini

hanya mengambil 31 buah syair sebagai sampel penelitian. Syair Ciam

si penerangan menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan

bahasa Mandarin. Syair Ciam si penerangan berisi tentang semua

perjalanan hidup seseorang yang meliputi karir, bisnis, keluarga,

kesehatan, keuangan dan asmara. Setelah melakukan ritual Ciam si

biasanya mendapat syair penerangan. Ketika syair penerangan berisi

tentang sesuatu yang tidak baik atau hal jelek, syair tersebut dibakar
tetapi ketika mendapat syair penerangan yang isinya baik atau bagus

tentang perjalanan hidup dimasa yang akan datang harus disimpan.

Berikut ini merupakan contoh syair Ciam si penerangan yang ada di

klenteng Dewi Kwan Im gunung Kawi yaitu :

 Syair Penerangan No 1

Gambar 4.3 Syair Penerangan No 1

Artinya :

Matahari buyarkan awan bersama angin

Sinarnya menerangi bumi

Jalan yang ditempuh bisa terwujud sesuai harapan

Beribu persoalan teratasi, diri akan dilindungi.

Kesimpulaan :

Semua masalah dapat diselesaikan dengan baik sesuai

dengan harapan kita karena semua sudah atas kehendak Yang

Kuasa.
 Syair Penerangan No 2

Gambar 4.4 Syair Penerangan No 2

Artinya :

Tanda keberhasilan sudah terlihat

Tapi perlu menunggu saat yang lebih tepat dengan sabar

Jika kebetulan melihat atau bertemu (musim semi) peluang

mas.

Ibarat hujan menghapus debu dan segalanya berjalan

dengan selamat.

Kesimpulan :

Harus menunggu waktu dan kesempatan yang tepat agar

bisa berjalan dengan baik.


 Syair Penerangan No 3

Gambar 4.5 Syair Penerangan No 3

Artinya :

Keyakinan dan pendirian perlu,jangan mudah goyah

Allah akan berkati apa yang kamu harapkan

Rukun dengan orang yang datang dan bisa menerima segala

yang akan dialami.

Maka hanya soal waktu saja bagi diperolehnya

perlindungan atau perkenan Tuhan.

Kesimpulan :

Memerlukan keyakinan dan keteguhan hati yang kuat serta

kerukunan dengan sesama, maka cepat atau lambat akan diberkati

oleh Tuhan.
 Syair Penerangan No 4

Gambar 4.6 Syair Penerangan No 4

Artinya :

Jalan nasib sedang bagus ibarat perahu melaju ditiup angin.

Apa yang diinginkan semakin jelas terlihat ibarat cahaya

purnama menerangi jalan yang dituju.

Jangan risau, ketahuilah bahwa segala bencana tak akan

menerpa.

Harkat dan rejeki tak jauh, ibarat sudah didepan mata.

Kesimpulan :

Peruntungan nasib sedang baik, semuanya berjalan lancar,

baik harkat maupun rejeki dan bencana tidak akan menimpa.


 Syair Penerangan No 5

Gambar 4.7 Syair Penerangan No 5

Artinya :

Saatnya meraih kemajuan jangan jadi orang yang tak

percaya.

Pasrahlah dahulu jangan biarkan hati tak menentu.

Kuatkan keyakinan jangan goyah.

Segera datang berdoa pada dewa Taij Pek, agar tak

mendapat hambatan.

Kesimpulan :

Pasrahkan hati, teguhkan keyakinan, maka semua doa akan

terwujud.

 Syair Penerangan No 6

Gambar 4.8 Syair Penerangan No 6


Artinya:

Hujan badai mengancam.

Langit suram ibarat jalan terhalang kabut tebal.

Peruntungan sedang tak baik, perlu waktu tak sebentar agar

keadaan membaik.

Waspadalah senantiasa, jika ceroboh atau tak cermat bisa

diterpa beragam bahaya.

Kesimpulan :

Nasib sedang tidak baik, banyak bahaya mengancam dan

memerlukan waktu yang lama untuk melewatinya. Harus waspada

dan hati-hati.

 Syair Penerangan No 7

Gambar 4.9 Syair Penerangan No 7

Artinya :

Awan berlalu membuka ruang bagi cahaya bulan yang

bersinar.

Dalam mencari tahu masa depan, jangan ragu atau hasil

ramalan.

Ibarat jodoh, pasti ada pandangannya atau pasangannya.


Akan direstui dan selamat dari berbagai masalah serta

terhindar dari rasa sesal.

Kesimpulan :

Keadaan mulai membaik, jangan ragu semua masalah akan

terselesaikan dengan baik.

 Syair Penerangan No 8

Gambar 4.10 Syair Penerangan No 8

Artinya :

Usaha akan berhasil dengan sangat baik.

Dalam hal ini kedua pihak akan diuntungkan.

Pulanglah ke rumah dengan lega.

Berkumpul bersama keluarga dengan suka cita.

Kesimpulan :

Semua usaha akan terselesaikan dengan baik dan

menguntungkan semua pihak, sehingga dalam rumah tangga akan

terdapat kebahagiaan.
 Syair Penerangan No 9

Gambar 4. 11 Syair Penerangan No 9

Artinya :

Kuat ibarat naga dan macan yang seiring menuju puncak

gunung harapan.

Jangan berpaling dan surut ke belakang tetap naik abaikan

pesaing.

Yang sudah pergi dan tak seiring lagi, entah karena tak

suka atau enggan tetap bersama.

Yang penting bukanlah penghalang langkah meraih masa

depan.

Kesimpulan :

Keadaan sedang bagus, jangan melihat masa lalu dan

jangan hiraukan keadaan yang lain, tetaplah maju ke depan.


 Syair Penerangan No 10

Gambar 4.12 Syair Penerangan No 10

Artinya :

Yang berkembang sedang terhalang, ibarat bunga separuh

terkantup.

Peruntungan tahun ini kosong, ibarat gentong atau pasuh

tanpa isi.

Seperti laju matahari menuju senja dan tiba-tiba sudah

terbenam.

Baiknya jangan beranjak dari keadaan sekarang daripada

menemui kesulitan.

Kesimpulan :

Nasib sedang tidak baik dan semua usaha akan gagal, lebih

baik menenangkan diri.


 Syair Penerangan No 11

Gambar 4.13 Syair Penernagan No 11

Artinya :

Tanda-tanda akan terang ibarat ayam berkokok menyambut

fajar.

Jika ada persoalan minta petunjuk Cu Tiu In.

Bubarnya awan menyebabkan cahaya terang bertebaran ke

segala arah.

Tak perlu khawatir keselamatan tersedia bagimu.

Kesimpulan :

Nasib akan berubah dan mintalah petunjuk orang yang

bijak dan semuanya akan berjalan dengan lancar.

 Syair Penerangan No 12

Gambar 4.14 Syair Penerangan No 12


Artinya :

Angin dan gelombang sungai Tiang Kang berangsur

tenang.

Saatnya untuk maju perlahan dan dinaungi keselamatan.

Kui Jin (manusia penolong) tentulah akan datang

menolong.

Suatu masalah akan dapat diatasi.

Kesimpulan :

Keadaan mulai membaik dan sudah waktunya untuk

berusaha, penolong akan datang sehingga masalah bisa

diselesaikan.

 Syair Penerangan No 13

Gambar 4.15 Syair Penerangan No 13

Artinya :

Peruntungan memasuki batas Do Pwe Lo Koan (dewa tua

Tai Pei).

Betapa tenangpun mencoba melewati tidaklah mudah.


Memohon bantuan dewa sakti pun tetap susah

mengatasinya.

Ibarat perahu yang sedang melaju terbentur puncak karang.


Kesimpulan :

Nasib sedang tidak bagus, sehingga walaupun hati-hati dan

berdoa usaha tidak akan berhasil.

 Syair Penerangan No 14

Gambar 4.16 Syair Penerangan No 14

Artinya :

Perlahan-lahan sesuatu yang berharga mulai diperoleh.

Ibarat bunga yang mekar setelah gugur munculah buah.

Kesabaran adalah modal untuk mendapatkan hasil yang

bagus yang pernah tertunda.

Segala persoalan bisa diatasi dengan baik tanpa kesulitan.

Kesimpulan :

Usaha yang dilakukan sedikit demi sedikit akan terlihat

hasilnya, dan yang diperlukan hanya kesabaran sehingga hasilnya

bagus.
 Syair Penerangan No 15

Gambar 4.17 Syair Penerangan No 15

Artinya :

Umur 80 tahun ada Kiong Taij Kiong orang yang sakit.

Namun kemudian akan bertemu Boen Ong raja yang

terpuji.

Harapan tahun lalu masih belum terwujud.

Pada saatnya nanti akan terwujud juga.

Kesimpulan :

Dalam keadaan susah akan bertemu orang yang bijak

sehingga akan memperoleh hasil yang baik di lain waktu.

 Syair Penerangan No 16
Gambar 4.18 Syair Penerangan No 16

Artinya :

Meski terus berbuat baik dan memohon.

Apa pun upaya yang dilakukan tetap saja begini adanya.

Selama masih di dunia, tak tahu rahasia akhirat.

Tak dapat bebas dari hukum karma.

Kesimpulan :

Walaupun selalu berbuat baik dan berdoa tapi hasilnya

tetap jelek, itu karena kita mempunyai karma yang jelek.

 Syair Penerangan No 17

Gambar 4.19 Syair Penerangan No 17

Artinya :

Dendam terpendam semakin menguat tak tertahan.

Bahaya di dalam rumah siapa yang dapat mengendalikan.

Berbuat baiklah agar terhindar dari hal buruk.

Jika keras bertemu keras akan buruk dampaknya.

Kesimpulan :
Dendam akan membahayakan diri sendiri dan orang lain,

berbuatlah kebaikan agar terhindar dari keadaan jelek.

 Syair Penerangan No 18

Gambar 4.20 Syair Penerangan No 18

Artinya:

Kau ingin tahu bagaimana akhir masalahmu.

Hadapi dulu apa yang akan segera terjadi.

Jika mulia hatimu maka dapat kau kendalikan masalahmu.

Berupayalah memahaminya maka bisa terwujud harapan

atau impian.

Kesimpulan :

Hasil akhir masalah bisa diketahui bila kita menghadapi

kenyataan. Dengan hati yang baik dan memahaminya maka

hasilnya akan baik.

 Syair Penerangan No 19
Gambar 4.21 Syair Penerangan No 19
Artinya :

Allah sudah menentukan segalanya.

Terburu nafsu hanya akan membawa pada kerusakan.

Jalani saja apa yang sudah dijalani dengan sabar.

Bersabar menunggu cahaya rembulan yang akan

menerangi segala penjuru, jika awan telah buyar.

Kesimpulan :

Semua telah ditentukan oleh Tuhan. Bersabarlah,

menunggu waktu sehingga hasilnya baik.

 Syair Penerangan No 20

Gambar 4.22 Syair Penerangan No 20

Artinya :

Harapan untuk maju, masih tinggal harapan.

Peruntungan masih banyak rintangan.

Dengan tetangga bahu membahu mengatasi masalah.


Sabarlah meski keberuntungan belum datang tak perlu

disesali.

Kesimpulan :

Peruntungan nasib sedang kurang bagus, jangan disesalkan

hanya kesabaran yang diperlukan.

 Syair Penerangan No 21

Gambar 4.23 Syair Penerangan No 21

Artinya :

Dari berbagai arah cahaya cemerlang menerangi.

Kesusahan dan kecelakaan, bukanlah serta merta

merupakan musibah.

Perlindungan ada saat bepergian dan pulang.

Tak lama lagi aka ada penolong di rumah.

Kesimpulan :

Masalah dan kesusahan bukan hal tak berakhir. Akan ada

penolong yang akan membantu menyelesaikan masalah.


 Syair Penerangan No 22

Gambar 4.24 Syair Penerangan No 22

Artinya :

Pahlawan atau kesatria Ie In Siong memberi petunjuk.

Ujian hidup sangat menabahkan hati yang jujur seumpama

dewa.

Peruntungan akan baik tak mengecewakan.

Meski hidup sederhana, segalanya berjalan baik tanpa arah

melintang.

Kesimpulan :

Ujian hidup akan membuat hati yang jujur menjadi lebih

kuat. Sehingga nasib akan berubah menjadi baik walaupun hidup

sederhana.
 Syair Penerangan No 23

Gambar 4.25 Syair Penerangan No 23

Artinya :

Melaju di sungai yang luas tak terkira.

Mencoba maju, namun keberuntungan belum memihak.

Ibarat benang kusut yang belum dapat teruraikan.

Seumpama ikan, tak menemukan air yang diidamkan.

Kesimpulan :

Walaupun kita berusaha sekuat tenaga tapi tidak berhasil

karena nasib baik belum datang.

 Syair Penerangan No 24

Gambar 4.26 Syair Penerangan No 24


Artinya :

Hari cerah diterangi cahaya fajar.

Kemuliaan dan kemakmuran berurutan di hadapakan.

Awan kelabu yang menyelimuti sudah sirna.

Kesulitan tersingkir dan tak ada yang dapat

mempermalukan.

Kesimpulan :

Kedudukan dan rejeki datang bersamaan karena nasib baik

sudah datang.

 Syair Penerangan No 25

Gambar 4.27 Syair Penerangan No 25

Artinya :

Nasib malang membebani.

Mengharap pertolongan dewa pun percuma.

Sabarlah hingga lewat Shio Ke atau tahun ayam, baru

keadaan membaik.

Agar murah rejeki, perbanyak berbuat baik.


Kesimpulan :

Kalau nasib sedang jelek, doa pun percuma, hanya berbuat

baik dan sabar barulah nasib bisa berubah.

 Syair Penerangan No 26

Gambar 4.28 Syair Penerangan No 26

Artinya :

Pilihlah kembang Botan setangkai.

Petik tapi jangan mimpi dapat memanfaatkannya.

Sesuatu haruslah dikuasai cara kerjanya dulu, seperti pakar.

Jika persoalan itu terjadi di musim semi atau saatnya

berkembang tentu lulus.

Kesimpulan :

Untuk menyelesaikan suatu hal, haruslah tahu masalahnya,

baru mendapatkan hasil yang baik.


 Syair Penerangan No 27

Gambar 4.29 Syair Penerangan No 27

Artinya :

Harta benda akan diraih.

Tinggal berupaya dengan baik, tanpa upaya hanya akan

menjadi angan-angan kosong.

Bersabarlah menunggu dengan pikiran tenang membuat

peluang terbuka.

Kedepan kau akan berjalan dengan aman dan rumah tangga

selamat tanpa rintangan.

Kesimpulan :

Kesuksesan diperoleh dengan usaha dan pikiran yang

tenang.

 Syair Penerangan No 28
Gambar 4.30 Syair Penerangan No 28

Artinya :

Kini bukan saatnya memulai sesuatu, bertahanlah dengan

yang sudah ada.

Bagai berjalan di jalan tak dikenal tanpa petunjuk jalan.

Segala masalah tidakalah kekal.

Gunung yang besar mata airnya juga besar, kebimbangan

diupayakan seringan mungkin.

Kesimpulan :

Saat ini yang diperlukan hanyalah bertahan, hilangkan

keragu-raguan, sehingga nasib bisa berubah.

 Syair Penerangan No 29

Gambar 4.31 Syair Penerangan No 29


Artinya :

Saat ini seperti pohon kering berharap musim semi tiba.

Bertahanlah sementara ini sebagaimana adanya.

Dengan sadar menanti masa sulit berlalu.

Baru bisa berjaya lagi seperti dulu.

Kesimpulan :

Nasib sekarang sedang tidak baik, hanya dengan ketabahan,

sehingga nasib bisa berubah.

 Syair Penerangan No 30

Gambar 4.32 Syair Penerangan No 30

Artinya :

Sampai pertengahan bulan, keadaan baik-baik saja.

Setelah itu, berhati-hatilah jangan menaruh harapan terlalu

tinggi.

Berbalik arah ke keadaan dulu lagi.

Perlu kerja keras agar tak merugi.


Kesimpulan :

Keadaan sekarang baik-baik saja, jangan berambisi terlalu

tinggi, agar tidak mengalami kerugian.

 Syair Penerangan No 31

Gambar 4.33 Syair Penerangan No 31

Artinya :

Buah delima tanaman kebiru-biruan.

Yang dalam perjalanan aman.

Apa yang dikembangkan akan berbuah pada waktunya.

Rejeki ibarat sudah didepan pintu.

Kesimpulan :

Semuanya dalam keadaan yang benar, hanya menunggu

waktunya untuk memperoleh hasilnya.

 Syair Resep Obat

Jumlah syair Ciam si Obat di klenteng Dewi Kwan Im gunung

Kawi ada 120 nomor. Penelitian ini hanya mengambil 11 syair untuk

sampel penelitian. Syair Ciam si obat berisi tentang resep obat. Di

klenteng Dewi Kwan Im gunung Kawi Ciam si obat sudah vakum


karena zaman yang serba modern seperti saat ini sudah banyak dokter

yang profesional tetapi biasanya ada tamu yang mengambil Ciam si

obat yaitu tamu dari luar kota Malang. Ciam si obat menggunakan

bahasa Mandarin seperti di bawah ini :

 Syair Resep Obat No 5

Gambar 4.34 Syair Resep Obat No 5

Artinya :

Isi syair Ciam si obat di atas menjelaskan tentang ramuan

obat Tiongkok yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Ramuan obat

tersebut dimasak dengan satu gelas air selama beberapa menit

hingga airnya menjadi setengah gelas. Satu resep ramuan ini hanya

digunakan untuk sekali minum. Ramuan ini diminum sebelum atau

sesudah makan.
 Syair Resep Obat No 3

Gambar 4.35 Syair Resep Obat No 3

Artinya :

Syair di atas menjelaskan cara memproses atau merebus

obat yaitu satu mangkok air di panaskan hingga tersisa seperempat

mangkok. Tentu sudah dengan ramuan obat di dalamnya yaitu

ramuan obat Cing Ing adalah nama daun yang kemudian di campur

dengan ramuan obat Hwai San Thu Fuk Ling dan buah Lien Ci.

 Syair Resep Obat No 2

Gambar 4.36 Syair Resep Obat No 2


Artinya :

Syair di atas menjelaskan cara memproses atau merebus

obat yaitu 8 mangkok air di masak hingga menjadi 4 mangkok

yang di dalamnya terdapat tumbuhan kayu putih, akar tanaman

Fuliang, obat gunung Huai (batang Bai San) dan bunga

Chrisatinum.

 Syair Resep Obat No 4

Gambar 4.37 Syair Resep Obat No 4

Artinya :

Syair di atas menjelaskan cara memproses atau merebus

obat yaitu satu mangkok air di masak selama 4 menit yang di

dalamnya air itu sudah ada macam-macam tumbuhan seperti bunga

matahari, lengkuas, kuda laut dan buah Mente.

 Syair Resep Obat No 73


Gambar 4.38 Syair Resep Obat No 73

Artinya :

Syair diatas menjelaskan cara memproses atau merebus

obat yaitu 6 gelas air sampai keluar rasa obat yang di dalam nya

ada satu tanaman Chuan Lian, satu Cek Khok dan sedikit tanaman

Cusa.

 Syair Resep Obat No 113

Gambar 4.39 Syair Resep Obat No 113

Artinya :

Syair di atas menjelaskan bahwa sedikit garam dicampur air

hangat diminum dengan tiga obat jadi Cin Kwe Wan.


 Syair Resep Obat No 28

Gambar 4.40 Syair Resep Obat No 28

Artinya :

Syair diatas menjelaskan bahwa air satu mangkok dimasak

menjadi seperempat mangkok dicampur 5 kulit jeruk yang sudah

dikeringkan, 6 daun We dan 1 jenis daun dewa.

 Syair Resep Obat No 50

Gambar 4.41 Syair Resep Obat No 50

Artinya :

Syair diatas menjelaskan bahwa satu mangkok air dimasak

menjadi seperlima mangkok di campur dengan daun tanaman obat,


kulit jeruk yang sudah dikeringkan masing-masing lima dan daun

tanaman (Kwe Chien, Kuk Cin, Piek Ciak).

 Syair Resep Obat No 25

Gambar 4.42 Syair Resep Obat No 25

Artinya :

Syair diatas menjelaskan bahwa satu mangkok air dimasak

dengan batang gandum, rumput Capillary Artemisia gunung Hua,

jahe hitam dan kacang hitam.

 Syair Resep Obat No 19

Gambar 4.43 Syair Resep Obat No 19

Artinya :

Syair diatas menjelaskan bahwa satu mangkok air dimasak

menjadi seperempat mangkok di campur dengan bubuk 4 dewa,


bunga pinus, bunga Chrisantinum dan kesemek dibelah kemudian

dimasukkan kedalam obat.

 Syair Resep Obat No 112

Gambar 4.44 Syair Resep Obat No 112

Artinya :

Syair diatas menjelaskan bahwa Hongzao atau Angzao itu

dimasak setiap hari 1 biji dan dibuat sup akan sangat bagus dan

baik untuk kesehatan.

4.2.4 Peralatan untuk melakukan Ritual Ciam s

 Keping Yin Yang / Pua Pwee

Gambar 4.45 Keping Pua Pwee


Keping ini berasal dari bonggol batang bambu bagian paling

bawah dekat akar. Keping ini yang dinamakan keping pua pwee. Pua

pwee adalah alat yang digunakan untuk mencari jawab boleh tidak

melakukan ritual Ciam si dengan cara dileparkan dengan tiga macam

jatuhan yaitu ketika keping pua pwee dilemparkan dalam keadaan

bolak-balik maka diijinkan untuk melakukan ritual tetapi ketika

keping dalam keadaan tengkurap semua atau tengadah semua berarti

tidak diijinkan. Alat ini dilemparkan dengan tujuan untuk meminta ijin

dahulu sebelum melakukan ritual Ciam si. Alat ini terdiri dari dua

kepingan

 Dupa/Hio

Gambar 4.46 Dupa / Hio

Sebuah bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap yang

berbau sedap atau harum. Dupa digunakan untuk

sembayang/mengormati leluhur. Jumlah dupa yang dibakar biasanya

(lambang selamat jaya) tiga batang yang menyimbolkan Thian

(langit ), Ti (bumi) dan Ren (orang/manusia). Jenis dan ukuran dupa


bermacam-macam ada yang berbentuk gagang, mulai dari ukuran

kecil sampai besar dan ada juga yang berbentuk spiral melingkar

seperti obat nyamuk. Di klenteng biasanya menggunakan dupa

bergangang merah atau dengan garis merah atau kuning. Adapun dupa

bergagang hijau dengan garis kuning biasanya untuk sembayang

jenasah.

 Lilin

Gambar 4.47 Lilin

Lilin melambangkan simbol dari cahaya atau penerangan jalan.

Api dari lilin juga berarti semangat hidup, dimana dalam kehidupan

setiap manusia atau orang harus memiliki semangat dalam belajar dan

bekerja. Lilin harus menyala terus niscaya rejeki akan mengalir.

 Minyak

Gambar 4.48 Minyak


Minyak ini adalah minyak yang terbuat dari kelapa. Tujuan

dari menuangkan minyak adalah untuk bintang terang. Barang siapa

yang menuangkan minyak pada saat sembayang di klenteng dengan

anggapan supaya jalan hidupnya selalu diterangi dan ketika sedang

mengalami kesulitan akan tetap ada jalan keluar dan mendapatkan

petunjuk. Minyak biasanya sebagai denda yaitu ketika bintang kita

sedang gelap yaitu ketika Eyang Djoego dan Dewi Kwan Im tidak bisa

melihat bintang kita. Minyak biasanya di tuangkan dalam wadah

tertentu yang dinamakan pelita.

 Pelita

Gambar 4.49 Pelita

Pelita adalah untuk tempat minyak yang dituangkan.


 Tabung Ciam si

Gambar 4.50 Tabung Ciam Si

Tabung berisi bilahan bambu dengan nomor urut sesuai dengan peruntukan altar

(altar yang mana yang digunakan untuk sembayang). Di dalam tabung juga

ditambah satu bilahan bambu yang bertuliskan Fakyu yaitu, didenda satu botol

minyak yang dituangkan di dalam pelita. Jumlah bilahan bambu yang ada di

klenteng Dewi Kwan Im gunung Kawi ada 61 bilahan yang terdiri dari 1-60

bilahan untuk pertanyaan syair penerangan sedangkan 1 batang bilahan untuk

minyak yaitu sebagai denda ketika bintang gelap atau sang dewi tidak bisa

menerawang.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini menemukan bahwa di dalam klenteng Dewi Kwan Im

terdapat budaya etnis Tionghoa tentang kepercayaan meramal nasib yaitu

ritual Ciam si. Ritual ini diawali dengan cara berdoa dahulu di depan altar

Dewi Kwan Im kemudian menyebutkan nama dan tujuannya. Setelah itu baru

mengambil keping yinyang/pua pwee yaitu keping yang terbuat dari kayu

yang berbentuk seperti bulan sabit dan kemudian melemparkannya. Ketika

keping pua pwee dalam keadaan bolak balik yaitu satu terbuka dan satu

tertutup maka ritual Ciam si bisa dilanjutkan dengan cara mengocok tabung

yang berisi bilahan bambu sampai satu bilahan tersebut jatuh. Satu bilahan ini

yang dinamakan syair Ciam si. Syair Ciam si yang ada di klenteng Dewi

Kwan Im ada dua yaitu syair penerangan dan syair obat. Jumlah syair

penerangan ada 1-60 nomor dan berisi tentang perjalanan hidup sesorang

seperti keuangan, kesehatan, asmara, bisnis dan pekerjaaan. Penelitian ini

hanya mengambil 31 syair untuk sampel penelitian sedangkan syair obat berisi

tentang resep obat dan jumlah syairnya ada 1-120 nomor. Penelitian ini

mengambil 11 syair resep obat untuk sampel penelitian. Alat yang digunakan

untuk melakukan ritual Ciam si ada 6 yaitu, keping yinyan /pua pwee,

dupa/hio, lilin, minyak, pelita dan tabung Ciam si.


5.2 Saran

1. Semoga penelitian ini bermanfaat dan bisa menambah ilmu pengetahuan

bagi yang membaca.

2. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini bisa menjadi

referensi dan ajuannya.


DAFTAR PUSTAKA

Arsi Sadewi, Vera. 2014. Motivasi Pengunjung Vihara Budha Prabha


Yogyakarta Melakukan Ramalan Ciam Si. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada.
Asti, Kleintuber. 2010. Kelenteng-kelenteng Kuno Indosesia. Jakarta:
Kompas.com.
Butanudin, Agus. 2007. Agama dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Dammani, Muhammad. 2002. Makna Agama dalam Masyrakat Jawa.
Yogyakarta: LESFI.
e-jurnal.uajy.ac.id/432/3/2MTA 00021pdf.
Hadi,Sumandiyo. 2006. Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http:// web.budaya-tionghoa.net /indeks.php/item/163-q-a-tanya-jawab-mengenai
ciam-si.
http://news.liputan6.com//read/502975/imlek-tiba-saatnya-meramal-nasib-dengan
ciam-si.
http://Tionghoa, Info. 2012 dan 2016. Seputar Info Tradisi dan Budaya Tionghoa.
http://www.tionhoa.info/category/adat-dan-tradisi.
Imam, Suprayono. 2011. Metodologi Penelitian Sosial- Agama. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Jurnal Ruas – Universitas Brawijaya http: ruas.ub.ac.id Jurnal Ruas, Volume
12.No 2 Desember 2014 ISSN 16393-3702.
Le, Tan Lioe. 2015. Ciam Si Puisi – Puisi Ramalan Cetakan 1. Denpasar: Buku
Arti.
Liong, Budi. 2009. Menyikapi Rahasia Hidup & Manusia Ala Tionghoa Jakarta:
Gagas Media.
Pesarean Panembahan mbah Djoego dan Iman Soedjono, Ciam Si Gunung Kawi
Pratiwi, Ayu. 2012. Ritual Ciam Si Sebagai Ajang Meramalakan Nasib.
Malang: Universitas Brawijaya.
Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia, Suatu Pengantar.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Roibin. 2012. Petilasan Makam, Ramalan Nasib (Ciam Si ), Pohon
Dewandaru, Pemandian, Air Zam-Zam dan Ritual Wayangan sebagai
Objektivitas.
Soeryowidgdo, S.R.1989. Pesarean Gunung Kawi, Tata Cara Ziarah dan
Riwayat Makam Eyang Panembahan Djoego,Eyang Raden Mas Iman
Soedjono di Gunung Gunung Kawi Malang. Malang: Yayasan Pengelola
Pesarean Gunung Kawi Ngesti Gondo Bakti Luhur.
Sugiyanto & Toyyib. 2002. Islam dan Pranata Sosial Kemasyrakatan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Tasmuji Dkk. 2011. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar.
Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
Tiagusta, Amung. 2012. Kepercayaan dan Motiasi Pengunjung Ciam Si.
Malang: Universitas Brawijaya.
Wardoyo, Prasto. 2009. Gunung Kawi Fakta & Mitos Cetakan 1. Surabaya:
Lingua Kota..
GLOSSARY

 Creole : Suatu komunitas yang di dalamnya terdapat orang – orang

keturunan peranakan etnis Tionghoa.

 Liturgy Ekaristi :

 Liturgy : Tata kebaktian atau peribadatan.

Anda mungkin juga menyukai