Anda di halaman 1dari 170

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA

NOVEL 50 RIYAL KARYA DENY WIJAYA


DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Mu’amar Fahmi

NIM 122110023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2017

i
ii
iii
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO
“Hidup adalah tentang pilihan. Pilihan jalan mana yang akan kita tempuh. Tak ada
salah atau benar dalam pilihan itu. Yang ada adalah sebuah konsekuensi. Setiap
pilihan kita selalu mengandung konsekuensi. Teruslah melangkah tentukan
pilihan-pilihan hidup. Dan ingat akan sebuah konsekuensinya. Berproses untuk
lebih baik menggapai ridho Allah.”

“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang
berputus asa dari Rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir.”
(O.S. Yusuf: 87)

PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku, Bapak


Muchtamadi dan Ibu Munifah,
terima kasih atas do’a, bimbingan,
dan kasih sayangnya yang selalu
mengiringi perjalanan hidupku.
2. Kakak-kakakku : Mas Saeful
Haryanto, Mbak Fitri Laili, dan
Mas Azhar Taufik Akbar yang
selalu memberi dukungan dan
pemikiran dewasa baik moral
maupun spiritual.
3. Sahabat-sahabatku di Program
Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia angkatan 2012,
terima kasih atas semangat dan
bantuan yang kalian berikan.

v
vi
ABSTRAK
Fahmi, Mu’amar. 2017. “Kajian Sosiologi Sastra dalam Novel 50 Riyal Karya
Deny Wijaya dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas XI SMA”. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik novel 50
Riyal karya Deny Wijaya; (2) aspek-aspek sosial novel 50 Riyal karya Deny
Wijaya; (3) rencana pelaksanaan pembelajaran pada novel 50 Riyal karya Deny
Wijaya di kelas XI SMA.
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel 50 Riyal karya Deny Wijaya
yang diterbitkan oleh CV Nuansa Aulia tahun 2015. Objek penelitian ini adalah
teks novel 50 Riyal karya Deny Wijaya. Penelitian ini difokuskan pada (1) unsur
intrinsik novel 50 Riyal karya Deny Wijaya; (2) aspek-aspek sosial dalam novel
50 Riyal karya Deny Wijaya; (3) rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas XI
SMA. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi
dan simak catat. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti yang dibantu
dengan kertas pencatat data. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data
adalah teknik analisis isi (content analysis) dan teknik yang digunakan peneliti
untuk menyajikan hasil analisis adalah teknik informal.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik novel
50 Riyal karya Deny Wijaya meliputi: tema novel ini adalah perjuangan seorang
wanita dalam menjalani kehidupan, tokoh utamanya adalah Dewi memiliki sifat
religius, teguh pendirian, setia, pendiam, dan tertutup. Alur yang digunakan
adalah alur maju. Terdapat tiga macam latar, latar tempat meliputi rumah
Abdullah, apartemen, penjara Malaaz, bandara El Tari Kupang, pantai Nihiwatu,
latar waktu meliputi: siang, sore, dan malam, latar suasana meliputi: bahagia,
marah, mencekam, panik, dan gelisah. (2) Aspek sosial dalam novel 50 Riyal
mencakup empat aspek, yaitu: cinta kasih Dewi bersama Bagas, aspek
kekerabatan meliputi: kekerabatan Dewi dengan Bapak, kekerabatan Dewi dengan
Rianti, kekerabatan Dewi dengan Asmiati, kekerabatan Dewi dengan Andini,
aspek ekonomi tergolong ekonomi kelas bawah, dan aspek moral Dewi dengan
Tuhan meliputi: sabar, tawakal, taat beribadah kepada Tuhan, nilai moral Dewi
dengan dirinya sendiri yaitu teguh pendirian. (3) Rencana pelaksanaan
pembelajaran novel 50 Riyal karya Deny Wijaya sesuai dengan kompetensi inti
yaitu aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi dasar dan
pencapaian indikator kompetensi yaitu menganalisis unsur-unsur intrinsik dan
ekstrinsik novel Indonesia. Model pembelajaran yang digunakan adalah model
kooperatif Group Investigation. Metode yang digunakan, yaitu dengan metode
ceramah, diskusi, dan pemberian tugas. Langkah-langkah pembelajaran terdiri
dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Evaluasi yang digunakan
dalam pembelajaran novel 50 Riyal karya Deny Wijaya secara tertulis dengan
menggunakan tes esai.
Kata kunci: Unsur Intrinsik, Aspek-Aspek Sosial, Rencana Pembelajaran

vii
DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii
PENGESAHAN ............................................................................................. iii
PERNYATAAN ............................................................................................ iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................... v
PRAKARTA .................................................................................................. vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 7
C. Batasan Masalah.......................................................................... 7
D Penegasan Istilah........................................................................... 8
E. Rumusan Masalah ....................................................................... 9
F. Tujuan Penelitian ......................................................................... 10
G. Manfaat Penelitian ...................................................................... 10
H. Sistematika Skripsi ..................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS ..................... 13
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 13
1. Beberapa Kajian Buku............................................................ 13
2. Hasil Penelitian Yang Relevan............................................... 15
B. Kajian Teoretis ............................................................................ 18
1. Pengertian Novel ..................................................................... 18
2. Unsur Pembangun Novel ........................................................ 19
3. Sosiologi Sastra....................................................................... 27
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ....................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 43
A. Sumber Data ............................................................................... 43
B. Objek Penelitian .......................................................................... 43
C. Fokus Penelitian .......................................................................... 43
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 44
E. Instrumen Penelitian .................................................................... 45
F. Teknik Analisis Data ................................................................... 45
G. Teknik Penyajian Data ................................................................ 46
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA ................................. 47
A. Penyajian Data ............................................................................ 47
1. Unsur Intrinsik Novel 50 Riyal karya Deny Wijaya ............... 47
2. Aspek-Aspek Sosial Novel 50 Riyal karya DenyWijaya ........ 49
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Aspek-Aspek Sosial
Novel 50 Riyal karya Deny Wijaya ........................................ 50
B. Pembahasan Data ........................................................................ 55

viii
1. Unsur Intrinsik Novel 50 Riyal karya Deny Wijaya 56
2. Wujud Aspek-Aspek Sosial Novel 50 Riyal karya Deny
Wijaya..................................................................................... 96
3. Rencana Pembelajaran Novel 50 Riyal karya Deny Wijaya
di SMA.................................................................................. 107
BAB V PENUTUP......................................................................................... 119
A. Simpulan ..................................................................................... 119
B. Saran ............................................................................................ 121
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 122
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Unsur Intrinsik Novel 50 Riyal karya Deny Wijaya

Tabel 2 : Aspek-Aspek Sosial Novel 50 Riyal karya Deny Wijaya

Tabel 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam Novel 50 Riyal karya


Deny Wijaya di Kelas XI SMA

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Sinopsis Novel 50 Riyal

Lampiran 2: Biografi Pengarang Novel 50 Riyal

Lampiran 3: Kartu Pencatat Data

Lampiran 4: Daftar Tabel

Lampiran 5: Silabus

Lampiran 6: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 7: Surat Keputusan

Lampiran 8: Kartu Bimbingan Skripsi

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam bab ini, disajikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

penegasan istilah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika skripsi.

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan zaman yang serba kilat, serba instan terjadi pada era

globalisasi saat ini banyak memberikan pengaruh positif maupun negatif

terhadap kemajuan bangsa-bangsa di seluruh dunia, termasuk Indonesia yang

masih tergolong negara berkembang. Bangsa Indonesia semenjak dahulu

terkenal dengan rakyatnya yang sopan santun karena menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur, namun semenjak tahun dua ribuan sampai sekarang bangsa ini

mulai meninggalkan nilai-nilai luhur yang dahulu disanjung-sanjung oleh

negara-negara lain. Kemunduran tersebut akibat dari nilai-nilai luhur yang

terkandung dalam poin-poin pancasila tidak sepenuhnya dihayati dan

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sudah saatnya

sekarang seluruh rakyat Indonesia wajib menghayati dan menerapkan nilai-

nilai luhur dalam poin-poin Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga

bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan mampu bersaing dengan

bangsa-bangsa lain.

Mewujudkan bangsa Indonesia maju dari segala bidang dengan tetap

memegang nilai-nilai luhur tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Oleh sebab itu, harus dimulai dari bidang pendidikan. Di mana lembaga

1
2

pendidikan merupakan tempat para pemuda yang menjadi generasi penerus

bangsa meraih mimpi mewujudkan negara Indonesia yang lebih maju.

Lembaga pendidikan tidaklah berjalan apabila tidak ada tenaga para pendidik

atau yang biasa disebut guru. Guru merupakan seseorang yang berkewajiban

bukan hanya mentransfer ilmu-ilmu yang dimilikinya kepada para siswa

melainkan mendidiknya agar para siswa cerdas secara IQ, EQ dan SQ serta

melahirkan para siswa sebagai generasi penerus bangsa yang berakhlak

mulia.

Para Guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah-

sekolah khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia dalam mengajarkan

sastra kepada para siswa membutuhkan media untuk menyampaikan nilai-

nilai luhur kepada peserta didiknya melalui karya sastra. Karya sastra itu bisa

berupa puisi, cerpen, hikayat, dongeng, roman dan novel. Karya sastra

merupakan karya ide-ide kreatif pengarang yang di dalamnya terdapat unsur

sastra dengan dibubuhi pesan-pesan yang mendidik untuk disampaikan

kepada para penikmat sastra, namun sarat dengan nilai estetik (Nurgiyantoro,

2012: 7). Nilai-nilai estetik yang dikemukakan oleh pengarang disuguhkan

untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh pembaca. Pembaca atau

penikmat sastra dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam karya

sastra.

Kali ini peneliti akan menganalisis salah satu karya sastra yang

berbentuk novel. Novel sebagai salah satu objek yang dapat dikaji dan

dinikmati (Nurgiyantoro, 2012: 10). Novel dikatakan sebagai objek yang


3

dapat dikaji karena novel memiliki struktur intrinsik dan ekstrinsik. Dari

unsur intrinsik itu dapat dibedakan lagi atas beberapa unsur yaitu tema,

penokohan, karakter, alur, setting, sudut pandang, dan gaya, sedangkan dari

struktur ekstrinsik novel dapat dikaji dari beberapa segi, misalnya dari segi

psikologis, filsafat, serta biografi pengarang (Werren, 1990: 79-80).

Tindakan tokoh dalam karya sastra fiksi memiliki karakter yang dimiliki

manusia pada dunia nyata. Tokoh merupakan pemeran cerita yang mengalami

peristiwa yang mengandung pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada

pembaca. Pesan tersebut pada umumnya dikemas dalam bentuk konflik-

konflik yang kompleks dalam sebuah karya sastra fiksi sangat menarik untuk

diteliti.

Pengkajian terhadap sebuah karya sastra dapat dibantu dengan disiplin

ilmu salah satunya adalah sosiologi. Sosiologi sastra adalah pemahaman

terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek

kemasyarakatannya (Ratna, 2013: 3). Sosiologi menelaah bagaimana

masyarakat itu tumbuh dan berkembang. Dengan mempelajari lembaga-

lembaga sosial dan segala masalah perekonomian, keagamaan, politik, dan

lain-lain, kita mendapatkan gambaran tentang cara manusia menyesuaikan

diri dengan lingkungan, mekanisme kemasyarakatan, dan proses

kebudayaannya.

Dalam hal ini penulis menganalisis novel menggunakan teori sosiologi

sastra. Alasan penulis menggunakan teori sosiologi sastra karena ingin

mengetahui dan mendeskripsikan unsur sosiologi yang difokuskan pada aspek


4

kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek ekonomi, dan aspek moral sehingga

penulis dapat merefleksikannya dalam kehidupan nyata. Sosiologi sastra

merupakan ilmu yang membicarakan masalah dalam kehidupan masyarakat

yang dikaitkan dengan karya sastra yang memperhatikan pengarang, karya

sastra itu sendiri, dan pembaca.

Novel yang digunakan dalam penelitian ini berjudul 50 Riyal karya

Deny Wijaya yang merupakan cetakan pertama dan diterbitkan tahun 2015

oleh penerbit CV Nuansa Aulia. Novel 50 Riyal merupakan novel kedua dari

Deny Wijaya (Pemenang Sayembara Penulisan Naskah NA 2014). Peneliti

mengambil novel 50 Riyal karya Deny Wijaya sebagai bahan penelitian

berdasarkan beberapa pertimbangan yakni secara ilmiah novel tersebut belum

pernah dibahas oleh peneliti terdahulu baik di Universitas Muhammadiyah

Purworejo maupun Universitas lain.

Novel 50 Riyal menjadi luar biasa karena mengisahkan tentang

perjalanan spiritual seorang wanita dalam mencari Tuhannya hingga

memutuskan untuk menjadi muallaf dan merantau ke Arab Saudi sebagai

seorang TKW sekaligus ingin memperdalam Islam dan menunaikan ibadah

haji. Namun takdir berkata lain, ia harus menghadapi cobaan berat yang

menguji kekuatan imannya saat menghadapi situasi yang sulit dan harus

terjebak dalam lingkaran prostitusi terselubung di Arab Saudi hingga ia harus

berjuang untuk terbebas dari hukuman mati. Tetapi semua cobaan hidup itu

membuat keyakinannya semakin kuat terhadap Tuhan.


5

Melalui novel 50 Riyal, Deny Wijaya menyuguhkan keanekaragaman

budaya yang berbeda pada masyarakat di kota Jeddah, Arab Saudi. Ditambah

lagi masalah-masalah sosial lain yang menambah menarik novel tersebut. Di

dalam novel tersebut, Deny Wijaya ingin berbagi opini mengenai sebagian

kecil dari segudang permasalahan yang menimpa nasib para “Pahlawan

Devisa” ini dan berharap semoga ke depan nasib mereka akan semakin baik

seiring dengan semakin membaiknya perhatian dan perlindungan hukum dari

pemerintah dan berbagai pihak yang terkait.

Pembelajaran sastra tidak terlepas dari pendidikan. Pendidikan adalah

proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri

sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan menimbulkan perubahan dalam

dirinya agar berfungi kuat terhadap masyarakat. Karya sastra khususnya

Novel juga mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan dan

pengembangan karakter peserta didik. Sastra diajarkan di sekolah dengan

tujuan membentuk keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan,

mengembangkan cipta, rasa, dan menjunjung pembentukan watak.

Berdasarkan tujuan tersebut, sastra memang sangat perlu untuk diajarkan di

sekolah. Sastra dapat berperan sebagai media pendidikan moral dan

menggugah perasaan untuk lebih peka terhadap kehidupan sekitarnya.

Sesuai dengan tujuan umum setiap usaha pendidikan, maka pembinaan

apresiasi sastra diharapkan dapat memberi arah yang positif, yaitu membantu

perkembangan aspek-aspek kejiwaan anak menuju kepada pembentukan

kebulatan pribadi anak. Paling tidak mencakup psikologi yaitu pemahaman,


6

penikmatan, dan penilaian. Pemahaman anak diharapkan mampu berpikir

kritis dan logis. Penikmatan diharapkan matang dalam segi emosi anak,

sedangkan penilaian menumbuhkan imajinasi dan sifat kreatif pada anak.

Dengan demikian, usaha menanamkan rasa cinta anak kepada sastra sekedar

suatu langkah untuk mencapai tujuan pendidikan.

Sekolah sebagai lembaga formal telah merencanakan lingkungan

pendidikan yang menyediakan bermacam kesempatan bagi siswa melakukan

berbagai kegiatan belajar sehingga para siswa memperoleh pengalaman

pendidikan. Dengan demikian, mendorong pertumbuhan dan perkembangan

ke arah suatu tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan tersebut disusun dalam

bentuk kurikulum dan metode pengajaran. Oleh karena itu materi yang

diajarkan kepada siswa harus sejalan atau tidak bertentangan dengan butir-

butir tujuan pendidikan.

Dari uraian di atas, penulis mengangkat novel 50 Riyal karya Deny

Wijaya untuk dikaji dan diteliti menggunakan kajian sosiologi berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan sebagai beikut.

1. Deny Wijaya merupakan seorang penulis baru, beliau pernah memenangi

sayembara penulisan naskah NA 2014.

2. Mengangkat kisah tentang nilai-nilai sosial dan pendidikan sehingga

sangat bagus untuk diajarkan di sekolah-sekolah khususnya Sekolah

Menengah Atas.

3. Novel 50 Riyal karya Deny Wijaya menarik untuk dikaji dengan metode

sosiologi sastra karena pengungkapan jiwa dan imajinasi.


7

4. Dengan pembelajaran novel 50 Riyal di SMA, siswa diharapakan dapat

mengambil sisi positif dalam pembentukan kepribadian dan meningkatkan

apresiasi kepada karya sastra.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah ini berisi identifikasi yang dilakukan oleh peneliti

agar dapat mengarah tepat mengenai sasaran yang diinginkan. Adapun

masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. novel dapat dijadikan sebagai media pendidikan sosiologi sastra bagi siswa

kelas IX;

2. sosiologi perlu diajarkan bagi siswa SMA untuk meningkatkan

kemampuan siswa tentang berbagai bentuk interaksi sosial yang terjadi

dalam masyarakat;

3. novel 50 Riyal sangat cocok untuk dijadikan bahan pembelajaran di kelas

XI SMA.

C. Batasan Masalah

Novel 50 Riyal karya Deny Wijaya adalah novel yang akan dibahas

sebagai bahan kajian atau penelitian. Namun, dengan munculnya

permasalahan dalam novel tersebut peneliti membatasi beberapa

permasalahan. Pertama penelitian ini mengkaji unsur-unsur intrinsik novel 50

Riyal karya Deny Wijaya. Kedua penelitian ini mengkaji aspek-aspek sosial

dalam novel 50 Riyal. Ketiga penelitian ini mengkaji rencana pembelajaran

yang akan diterapkan di SMA.


8

D. Penegasan Istilah

Skripsi ini berjudul “Kajian Sosiologi Sastra Novel 50 Riyal Karya

Deny Wijaya dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA”.

Dari judul tersebut, penulis akan mendapat gambaran yang jelas dan lengkap

dari penelitian ini.

1. Kajian

Istilah kajian, atau pengkajian, yang dipergunakan dalam penulisan

ini menyaran pada pengertian penelaahan, penyelidikan. Ia merupakan

pembendaan dari perbuatan mengkaji, menelaah, atau menyelidiki.

Pengkajian terhadap karya fiksi berarti penelaahan atau mengkaji,

menelaah, menyelidiki karya fiksi tersebut (Nurgiyantoro, 2012: 30).

2. Novel 50 Riyal

Novel 50 Riyal adalah novel karya Deny Wijaya yang isinya

memotivasi pembaca untuk tidak menyerah dengan keadaan meskipun

menghadapi kesulitan yang tidak berkesudahan. Novel 50 Riyal inilah

yang akan menjadi bahan kajian dalam penelitian ini, novel ini diterbitkan

oleh CV Nuansa Aulia pada tahun 2015 dengan tebal 178 halaman.

3. Deny Wijaya

Deny Wijaya adalah nama pengarang novel 50 Riyal (pemenang

sayembara penulisan naskah NA 2014).

4. Sosiologi sastra

Sosiologi sastra adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang

manusia dan masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses sosial.


9

Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan,

bagaimana ia langsung, dan bagaimana ia tetap ada (Faruk, 2010: 1).

Dengan demikian, sosiologi dalam penelitian ini adalah hubungan antar

manusia di dalam masyarakat.

5. SMA

SMA adalah jenjang Sekolah Menengah Atas setelah SLTP.

Pembelajaran ini difokuskan pada siswa kelas XI SMA

6. Rencana Pembelajaran

Rencana pembelajaran adalah langkah demi langkah yang tertulis

secara terperinci yang digunakan pada pembelajaran nilai-nilai moral

dalam novel 50 Riyal Karya Deny Wijaya dan rencana pembelajarannya di

kelas XI SMA dan sebagai acuan dalam proses interaksi antara pendidik

dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar

untuk mencapai tujuan pendidikan.

Berdasarkan penegasan istilah tersebut, maksud judul skripsi ini adalah

penelitian terhadap sosiologi sastra novel 50 Riyal karya Deny Wijaya dan

rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas XI SMA.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, ruang lingkup masalah dalam

penelitian ini dipusatkan pada hal-hal berikut;

1. Bagaimanakah unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel 50 Riyal

karya Deny Wijaya?


10

2. Bagaimanakah aspek-aspek sosial dalam novel 50 Riyal karya Deny

Wijaya?

3. Bagaimanakah rencana pembelajaran novel 50 Riyal karya Deny Wijaya di

kelas XI SMA?

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik novel 50 Riyal karya Deny Wijaya;

2. mendeskripsikan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal karya Deni Wijaya;

3. mendeskripsikan rencana pembelajaran novel 50 Riyal karya Deny Wijaya

di kelas XI SMA.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dengan judul Kajian Sosiologi Sastra Novel 50

Riyal Karya Deny Wijaya dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di

Kelas XI SMA dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi teoretis dan segi praktis.

1. Secara Teoretis

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan pengetahuan, menjadi

bahan kajian, serta wawasan bagi pembaca mengenai unsur-unsur

ekstrinsik dan intrinsik karya sastra yang dalam isi penelitian ini

difokuskan pada aspek sosial yang terkandung dalam novel 50 Riyal karya

Deny Wijaya serta diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran

di bidang pendidikan khususnya di dalam pembelajaran sastra di kelas XI

SMA.
11

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pendidik,

peserta didik, sekolah, dan bagi penulis berikutnya.

a. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi

serta salah satu alternatif pendidik untuk mengatasi kesulitan dalam

pembelajaran sastra novel. Selain itu, sebagai sarana yang efektif untuk

menanamkan nilai-nilai sosial yang baik kepada peserta didik, dan

menumbuhkan rasa cinta terhadap suatu karya sastra.

b. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

pengetahuan di bidang sastra serta dapat mengubah pola pikir dan

menambah hasil-hasil penelitian sastra.

c. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah

satu metode yang efektif dalam peningkatan kualitas pendidikan sastra

novel dalam pengembangan pendidikan peserta didik.

H. Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi ini bertujuan untuk memberikan gambaran skripsi

yang disusun. Skripsi ini berjudul ”Kajian Sosiologi Sastra Novel 50 Riyal

karya Deny Wijaya dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas XI

SMA”. Skripsi ini terdiri dari lima bab, pada bagian awal terdiri dari sampul,

halam judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, pernyataan, moto dan

persembahan, prakarta, abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran.


12

Bab I pendahuluan. Pendahuluan menguraikan alasan pemilihan judul,

identifikasi masalah, batasan masalah, penegasan istilah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.

Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka berisi

tinjauan secara kritis penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan

penelitian ini sedangkan kajian teori berisi paparan teori yang menjadi acuan

penelitian.

Bab III berisi metode penelitian. Metode ini meliputi subjek penelitian,

objek penelitian, fokus penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan

data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis. Bab ini

menjelaskan tentang metode yang digunakan peneliti untuk meneliti karya

sastra.

Bab IV berisi penyajian data dan pembahasan data hasil penelitian.

Dalam bab ini peneliti menguraikan data penelitian yang diambil dari novel

50 Riyal karya Deny Wijaya berupa kutipan-kutipan langsung dan sub bab

pembahasan data yang membahas unsur intrinsik, aspek sosial (aspek

kekerabatan, cinta kasih, ekonomi, dan moral), dan rencana pelaksanaan

pembelajaran di kelas XI SMA.

Bab V berisi penutup. Bab ini peneliti menyajikan simpulan dari semua

hasil pembahasan dan saran-saran yang relevan dengan kesimpulan tersebut.

Pada bab ini peneliti menguraikan secara singkat pembahasan analisis novel

dan memberikan saran.


13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai tinjauan pustaka dan

kajian teoretis. Tinjauan pustaka berisi tinjauan secara kritis penelitian-penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, sedangkan kajian teoretis berisi

paparan teori yang menjadi acuan penelitian.

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap kajian

terdahulu sehingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian yang

terdahulu dengan kajian yang akan dilakukan. Tinjauan pustaka ini meliputi

dua hal yaitu: beberapa kajian buku dan hasil penelitian yang relevan.

1. Beberapa Kajian Buku

Banyak buku yang memuat tentang sosiologi sastra dan karya

sastra. Dalam kajian pustaka ini, peneliti menyajikan beberapa buku yang

dijadikan acuan penelitian ini. Setiap buku diklasifikasikan berdasarkan

jenis pembahasannya.

Buku yang membahas tentang sastra yaitu buku yang berjudul

Teori Pengkajian Fiksi (Nurgiyantoro, 2012) memuat: (1) fiksi: sebuah

teks prosa naratif; (2) membaca teks fiksi; (3) kajian fiksi; (4) tema; (5)

cerita; (6) plot; (7) tokoh; (8) latar; (9) sudut pandang; (10) bahasa; dan

(11) moral. Buku yang berjudul Teori Fiksi (Stanton, 2012) memuat: (1)

fiksi: selayang pandang; (2) membaca fiksi; (3) cerpen; (4) novel; (5) tipe-

tipe fiksi; dan (6) menulis makalah kritik sastra. Buku yang berjudul

13
14

Pengantar Ringkas Teori Sastra (Nurhayati, 2012) memuat: (1) sastra dan

ilmu sastra; (2) puisi; (3) prosa; (4) drama; dan (5) teori sastra. Buku yang

berjudul Apresiasi Prosa Fiksi Indonesia (Nurhayati: 2013) memuat: (1)

apresiasi prosa fiksi; (2) prosa fiksi; (3) sejarah singkat perkembangan

prosa fiksi indonesia; (4) prosa fiksi melayu klasik. Buku yang berjudul

Teori Fiksi (Robert Stanton, 2012) memuat : (1) fiksi: selayang pandang;

(2) membaca fiksi; (3) cerpen; (4) novel; (5) tipe-tipe fiksi; dan (6)

menulis makalah kritik sastra.

Buku yang membahas tentang sosiologi sastra yaitu buku berjudul

Pengantar Sosiologi Sastra (Faruk: 2010) memuat : (1) pendahuluan; (2)

sosiologi; (3) sastra; (4) strukturalisme genetik; (5) sastra dan masyarakat

beberapa mediasi; (6) aspek formatif siswa; (7) sosiologi sastra indonesia;

(8) dari fungsionalisme ke post modernisme. Buku yang berjudul Teori

Kesusastraan (Wellek, Warren: 1990) memuat : (1) definisi dan batasan;

(2) penelitian pendahuluan; (3) studi sastra dengan pendekatan ekstrinsik;

(4) studi sastra dengan pendekatan intrinsik.

Buku yang digunakan sebagai acuan untuk Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yaitu Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif

(Sukirno, 2009) memuat: (1) hakikat membaca; (2) faktor-faktor yang

mempengaruhi kemampuan membaca; (3) kebiasaan membaca; (4)

metode membaca yang efektif; (5) membaca pemahaman; (6) membaca

frasa; (7) mengenal paragraf; (8) membaca bab; (9) membaca buku; (10)

membaca majalah/jurnal; (11) membaca surat kabar; (12) membaca kritis;


15

(13) pembelajaran membaca pemahaman; (14) pemilihan teks bacaan;

(15) pelaksanaan pembelajaran membaca; dan (16) bacaan latihan. Buku

yang berjudul Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Arikunto,

2013) memuat: (1) kegiatan penelitian; (2) alur dan ragam penelitian; (3)

penelitian evaluatif; (4) cara mengadakan penelitian; (5) memilih

masalah; (6) studi pendahuluan; (7) merumuskan masalah; (8)

merumuskan anggapan dasar; (9) merumuskan hipotesis; (10) memilih

pendekatan; (11) menentukan variabel; (12) menentukan sumber data;

(13) menentukan dan menyusun instrumen; (14) pengumpulan data; (15)

analisis data; (16) menarik kesimpulan; dan (17) menulis laporan. Dalam

penelitian ini juga menggunakan buku Metode dan Aneka Teknik Analisis

Bahasa (Sudaryanto: 2015) yang memuat: (1) tinjauan umum tentang

metode analisis; (2) tinjauan khusus tentang aneka teknik analisis; (3)

beberapa renungan konklusional dan implikasional; (4) lampiran-

lampiran.

2. Hasil Penelitian yang Relevan

Peneliti menggali dan mencari beberapa penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya yang memiliki hubungan dengan masalah atau

topik dalam penelitian ini. Setelah mencari dan menggali informasi,

peneliti menemukan beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan

topik penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2010)

dan Setyorini (2012).


16

Wibowo (2010), penelitiannya yang berjudul “Kajian Sosiologi

Sastra Novel Rindu Kami PadaMu Karya Garin Nugroho Dan

Kemungkinan Pembelajarannya di Kelas XI SMA”. Peneliti membahas

aspek-aspek sosiologi sastra dan hubungan antar aspek-aspek sosial dalam

novel Rindu Kami PadaMU Karya Garin Nugroho. Sebelum memaparkan

analisis sosiologi sastra dalam novel Rindu Kami PadaMu, Wibowo juga

menyajikan struktur pembangun novel terlebih dahulu diantaranya

meliputi tema, amanat, penokohan, latar atau setting, alur atau plot, dan

sudut pandang. Teori yang digunakan oleh Wibowo adalah teori Darmono

yang menyatakan bahwa faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi isi

karya sastranya.

Terdapat persamaan dan perbedaan yang diteliti oleh Wibowo

(2010) dengan peneliti saat ini. Kesamaannya yaitu menganalisis novel

dengan kajian sosiologi sastra, sedangkan perbedaannya terletak pada

judul novelnya. Judul novel dalam penelitian Wibowo yaitu Rindu Kami

PadaMU Karya Garin Nugroho, sedangkan judul novel dalam penelitian

penulis yaitu 50 Riyal Karya Deny Wijaya.

Penelitian Setyorini (2012) yang berjudul “Analisis Sosiologi

Sastra Novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburahman El Shirazi dan

Skenario Pembelajaranya di Kelas XI SMA” menyimpulkan dengan

pendekatan sosiologi sastra siswa mampu menentukan nilai sosial pada

novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburahman El Shirazi, seperti unsur-

unsur ekstrinsik novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburahman El


17

Shirazi dan bagaimanakah skenario pembelajaran aspek-aspek sosial pada

novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburahman El Shirazi. Aspek-aspek

sosial yang meliputi, hubungan kekerabatan dengan perekonomian,

hubungan kekerabatan dengan kepercayaan, hubungan kekerabatan dengan

pendidikan, hubungan kekerabatan dengan cinta kasih. Setyorini (2012)

dapat mengembangkan dan meningkatkan prestasi siswa kelas XI SMA.

Maka siswa lebih memahami materi tentang nilai-nilai sosial yang

terkandung dalam novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburahman El

Shirazi.

Persamaan penelitian Setyorini dengan penelitian ini adalah

mengkaji tentang aspek-aspek sosial yang menjadi acuan. Perbedaannya

ada pada judul novelnya. Judul novel dalam penelitian Setyorini yaitu

Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburahman El Shirazi, sedangkan judul

novel dalam penelitian penulis yaitu 50 Riyal Karya Deny Wijaya.

Terdapat pembaharuan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya. Penelitian ini menggunakan kurikulum 2013 sedangkan

penelitian sebelumnya menggunakan kurikulum berbasis kompetensi.

Dari beberapa hasil penelitian di atas, peneliti mengucapkan terima

kasih dan penghargaan tinggi karena penelitiannya sangat membantu

peneliti dalam menyusun penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian yang

relevan di atas analisis novel 50 Riyal karya Deny Wijaya belum pernah

diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk melengkapi

penelitian terdahulu.
18

B. Kajian Teoretis

Pada subbab kajian teoretis dipaparkan teori-teori yang menjadi acuan

atau dasar ilmiah dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut mengenai

pengertian novel, unsur pembangun novel, sosiologi dan sosiologi sastra, dan

rencana pelaksanaan pembelajaran sastra. Penjelasan tentang kajian teoretis

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pengertian Novel

Nurhayati (2013: 7) mengemukakan bahwa novel merupakan

pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih

panjang). Nurgiyantoro (2012: 9) menjelaskan bahwa kata novel berasal

dari bahasa itali novella yang secara harfiah berarti sebuah barang baru

yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk

prosa. Novel dapat mengungkapkan sesuatu secara bebas, menyajikan

sesuatu lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan

berbagai permasalahan yang lebih kompleks.

Nurgiyantoro (2012: 16) membatasi novel sebagai suatu cerita

yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang di sekitar kita, tidak

mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang

dan lebih mengenai suatu episode. Mencermati pernyataan tersebut,

kenyataannya banyak novel Indonesia yang digarap secara mendalam, baik

itu penokohan maupun unsur-unsur intrinsik yang lain

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa novel

adalah suatu cerita fiksi yang menggambarkan kehidupan seseorang


19

melalui rangkaian peristiwa yang kompleks dan mengubah nasib tokoh

yang diceritakan. Cerita fiksi tidak hanya sebagai cerita khayalan saja,

tetapi sebuah imajinasi pengarang adalah fenomena atau realitas yang

dilihat dan dirasakan.

2. Unsur Pembangun Novel

Novel tidak lepas dari struktur pembangunnya. Struktur karya sastra

juga menyarankan pada hubungan antar unsur (instrinsik) yang bersifat

timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi yang secara

bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Strukturalisme dapat

dipandang sebagai salah satu pendekatan kesastraan yang menekankan

pada kajian antar pembangun yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2012:

36).

Analisis struktural merupakan prioritas pertama sebelum

menerapkan analisis yang lain. Tanpa analisis struktural, kebulatan makna

intrinsik dalam suatu karya sastra tidak dapat ditangkap. Unsur intrinsik

novel terdiri dari tema, tokoh, alur atau plot, latar, dan sudut pandang.

Keterpaduan unsur-unsur tersebut yang akan membentuk suatu karya

sastra yang utuh.

a. Tema

Menurut Stanton dan Jenny, tema adalah makna yang mendasari

sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2012: 67). Tema merupakan suatu

gagasan sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu


20

tulisan atau karya fiksi. Dalam pengertian tema itu tercakup persoalan

dan tujuan (amanat) pengarang kepada pembaca.

Tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya

sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis

dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-

perbedaan. Untuk menemukan tema sebuah karya sastra, harus

disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-

bagian tertentu cerita (Nurgiyantoro, 2012: 68).

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa tema adalah inti

persoalan yang ditampilkan dalam sebuah cerita atau sesuatu yang

menjadi tujuan utama pengarang. Tema juga dipandang sebagai dasar

cerita, gagasan, dan dasar umum sebuah karya sastra.

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan unsur penting dalam sebuah

cerita. Nurgiyantoro (2012: 247) mengemukakan bahwa istilah tokoh

menunjuk pada orangnya (pelaku cerita), sementara istilah penokohan

menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-

watak tertentu dalam sebuah cerita.

Tokoh cerita sebagaimana dikemukakan Abrams (dalam

Nurgiyantoro, 2012: 247) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam

suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan

memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang

diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.


21

Tidak berbeda halnya dengan Abrams, Baldic (dalam Nurgiyantoro,

2012: 247) menjelaskan bahwa tokoh adalah orang yang menjadi

pelaku dalam cerita fiksi atau drama.

Berdasarkan peran tokoh dalam suatu cerita, tokoh dibedakan

menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan (Nurhayati. 2013: 18)

Selain itu, tokoh dapat dibedakan dalam tokoh protagonis dan tokoh

antagonis. Tokoh sentral atau protagonis mempunyai kedudukan

paling tinggi intensitas keterlibatannya di dalam peristiwa-peristiwa

yang membangun cerita, tokoh protagonis sebagai tokoh yang kita

kagumi yang merupakan pengejawantahan norma-norma dan nilai-

nilai yang ideal. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai

dengan pandangan dan harapan kita sebagai pembaca, sedangkan

secara sederhana tokoh antagonis diartikan sebagai tokoh yang

beroposisi dengan tokoh protagonis secara langsung (analitik) atau

tidak langsung (dramatik).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh

sangat menentukan jalannya cerita. Terdapat perbedaan antara tokoh

dan penokohan. Tokoh adalah pelaku yang terlibat di dalam cerita,

sedangkan penokohan adalah watak atau karakter masing-masing

tokoh. Tokoh utama adalah tokoh yang biasanya paling terlibat

denagn makna atau tema, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh

untuk mendukung suatu peristiwa dalam suatu cerita karya sastra.


22

c. Alur (Plot)

Nurgiyantoro (2010: 113) menyatakan plot adalah cerita yang

berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara

sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan

peristiwa yang lain. Secara umum alur merupakan rangkaian peristiwa-

peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada

peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kausal saja. Peristiwa kausal

merupakan peristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari

berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena akan

berpengaruh pada keseluruhan karya (Stanton, 2012: 26).

Tasrif dalam Nurgiyantoro (2012: 149-150) membedakan tahapan

plot menjadi lima bagian, yaitu :

1. Tahap Penyituasian (situation)

Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi (latar) dan

tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita,

pemberian informasi awal dan lain-lain.

2. Tahap Pemunculan Konflik (generating circumstances)

Tahap ini berisi masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa

yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Peristiwa

ketika tokoh mendapat masalah yang dihadapinya.


23

3. Tahap Peningkatan Konflik (rising action)

Tahap ini berisi konflik yang telah dimunculkan pada tahap

sebelumnya semakin berkembang. Konflik yang terjadi pada tokoh-

tokoh mulai dari konflik keluarga, lingkungan, dan diri sendiri.

4. Tahap Klimak (climax)

Tahap ini berisi konflik atau pertentangan yang terjadi pada

tokoh cerita mencapai titik puncak. Ketika konflik muncul dan

banyak masalah yang dihadapi oleh tokoh-tokoh tersebut.

5. Tahap Penyelesaian (denouement)

Tahap ini berisi penyelesaian dari konflik yang sedang

terjadi. Penyelesaian konflik yang sudah terjadi sampai akhirnya

tokoh-tokoh dapat menyelesaikan masalahnya tersebut.

Berdasarkan kriteria urutan waktu, ada tiga macam alur sebagai

berikut:

a. Alur maju

Alur maju ini berisi peristiwa-peristiwa tersusun secara

kronologis, artinya peristiwa pertama diikuti peristiwa kedua, dan

selanjutnya. Ceritanya umum dimulai dari tahap awal sampai tahap

akhir.

b. Alur sorot balik

Alur ini berisi peristiwa-peristiwa yang dikisahkan tidak

kronologis (tidak runtut ceritanya). Ceritanya tidak berurutan dan

tidak jelas alurnya.


24

c. Alur campuran

Alur ini berisi peristiwa-peristiwa gabungan dari plot

progresif dan regresif. Rangkaian kejadian yang dihadirkan oleh

para pelaku dalam cerita, dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa

sehingga menjalin suatu cerita.

Dari pendapat di atas, dapat di simpulkan bahwa alur adalah

struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun untuk menandai

urutan bagian-bagian dalam keseluruhan cerita. Rangkaian kejadian

yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita, dibentuk oleh tahapan-

tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita. Oleh karena itu, alur

merupakan perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga

membentuk kerangka utama cerita yang dimulai dari pengenalan

hingga pemecahan konflik.

d. Latar (Setting)

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2012: 216) latar atau setting

yang disebut juga sebagai landas tumpu menyaran pada pengertian

tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Ketiga latar inilah yang secara

konkret dan langsung membentuk suatu cerita yang dialami oleh

tokoh cerita.
25

Nurgiyantoro (2012: 227-233) membedakan unsur latar dibagi

ke dalam tiga unsur pokok, yaitu:

1. Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya desa, gunung,

kota, hotel, dan sebagainya.

2. Latar waktu menyaran pada kapan terjadinya peritiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya tahun, siang,

malam, dan jam.

3. Latar sosial menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang

diceritakan dalam karya fiksi, misalnya kebiasaan hidup, tradisi,

keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa latar

merupakan tempat, waktu, dan sosial saat peristiwa itu berlangsung.

Latar tempat mengacu pada tempat terjadinya peristiwa di dalam

cerita. Latar waktu mengacu pada kapan peristiwa dalam cerita itu

terjadi, sedangkan latar sosial mengacu pada hal-hal yang

berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial.

e. Sudut Pandang (Point of View)

Sudut pandang atau point of view, menunjuk pada cara sebuah

cerita dikisahkan. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2012: 338)

mengemukakan bahwa sudut pandang merupakan pandangan yang

dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan cerita


26

dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Baldic (dalam

Nurgiyantoro, 2012: 338) mengemukakan bahwa sudut pandang

adalah posisi atau sudut mana yang menguntungkan untuk

menyampaikan kepada pembaca terhadap peristiwa dan cerita yang

diamati dan dikisahkan.

Stanton (2012: 53-54) membagi sudut pandang menjadi empat

macam sebagai berikut.

1) Orang pertama sebagai tokoh utama (aku), yaitu tokoh utama yang

mengisahkancerita dalam kata-katanya sendiri

2) Orang pertama sebagai tokoh sampingan (aku), yaitu cerita

dituturkan oleh satu karakter bukan utama (sampingan)

3) Orang ketiga sebagai pencerita terbatas, adalah pengarang mengacu

pada setiap karakter dan memomosikannya sebagai orang ketiga.

Pengarang juga dapat membuat beberapa karakter melihat,

mendengar, atau berpikir atau saat ketika tidak ada satu karakter

pun hadir.

4) Orang ketiga sebagai pencerita tidak terbatas, yaitu pengarang

mengacu pada setiap tokoh dan memomosikannya sebagai orang

ketiga (ia atau mereka) dan menceritakan apa yang dilihat,

didengar, dan dipikirkan oleh beberapa tokoh seakan-akan

menceritakan peristiwa tanpa kehadiran tokoh.


27

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa sudut pandang merupakan pandangan yang digunakan oleh

pengarang sebagai sarana untuk menyajikan cerita dalam sebuah karya

fiksi. Sudut pandang dapat dibedakan menjadi orang pertama sebagai

tokoh utama, orang pertama sebagai tokoh sampingan, orang ketiga

sebagai pencerita terbatas, dan orang ketiga sebagai pencerita tidak

terbatas.

f. Amanat

Nurgiyantoro (2012: 321) menyatakan amanat merupakan

gagasan yang mendasari penulisan sebuah karya. Amanat atau

gagasan ini yang mendasari diciptakannya sebuah karya sastra sebagai

pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Amanat ini

diharapkan dapat dipetik dari cerita oleh para pembaca atau penikmat

karya sastra (Nurgiyantoro 2012: 323).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanat merupakan

gagasan yang mendasari diciptakannya sebuah karya sastra sebagai

pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Amanat diharapkan

dipetik dari cerita oleh para pembaca atau penikmat karya sastra.

3. Sosiologi Sastra

a. Pengertian Sosiologi Sastra

Faruk (2010: 1) menjelaskan sosiologi sebagai studi yang ilmiah

dan objektif mengenai manusia dan masyarakat, studi mengenai

lembaga-lembaga dan proses-proses sosial. Selanjutnya dikatakan


28

bahwa sosiologi berusaha menjawab pertanyaan mengenai bagaimana

masyarakat dimungkinkan, bagaimana cara kerjanya, dan mengapa

masyarakat bertahan hidup.

Wolf (dalam Faruk 2010: 4) menjelaskan bahwa sosiologi sastra

merupakan suatu disiplin ilmu tanpa bentuk, tidak terdefinisi dengan

baik, terdiri atas sejumlah studi empiris dan berbagai percobaan pada

teori yang lebih general yang masing-masing mempunyai kesamaan

dalam hal bahwa semuanya berurusan dengan hubungan antara seni

atau kesusastraan dengan masyrakat.

Wellek dan warren (1990: 122) menerangkan bahwa pendekatan

yang umum dilakukan terhadap hubungan sastra dan masyarakat

adalah mempelajari sastra sebagai dokumen sosial, sebagai dokumen

sosial, sebagai potret sosial yang bisa ditarik dari karya sastra. Sebagai

dokumen sosial, sastra dipakai untuk menguraikan ikhtisar sejarah

sosial. Situasi sosial, memang menentukan kemungkinan dinyatakan

nilai-nilai estetis, tetapi tidak secara langsung menentukan nilai-nilai

itu sendiri. Kita dapat mempelajari secara garis besar, bentuk-bentuk

seni apa yang timbul pada suatu masyarakat, dan mana yang tidak

mungkin muncul. Tetapi sulit untuk meramalkan bahwa bentuk sastra

tertentu pasti akan muncul.

Hubungan antara sosiologi dan sastra adalah sastra diciptakan

pengarang dengan menggunakan seperangkat peralatan tertentu yang

merupakan cermin masyarakatnya sehingga pengarang dapat


29

menampilkan masalah sosial dalam dunia rekaannya itu. Sosiologi

sastra memandang karya sastra sebagai hasil interaksi pengarang

dengan masyarakat. Objek sosiologi sastra adalah manusia dan

masyarakat (Ratna, 2010: 13)

Dengan demikian, penelitian sosiologi sastra, baik dalam

bentuk penelitian ilmiah maupun aplikasi praktis, dilakukan dengan

cara mendeskripsikan, memahami, dan menjelaskan unsur-unsur karya

sastra dalam kaitannya dengan perubahan-perubahan bahan struktur

sosial yang terjadi di sekitarnya.

Selain itu, pendekatan lain menurut Ian Watt dalam Faruk

(2010: 5-6) mengklasifikasikan tiga jenis pendekatan yang berbeda

dalam sosiologi sastra:

1. Konteks sosial pengarang

Permasalahan yang pertama termasuk faktor-faktor sosial

yang bisa mempengaruhi si pengarang di samping mempengaruhi

isi karya sastranya. Hal-hal yang dibahas dalam konteks sosial

pengarang yaitu (a) bagaimana pengarang mendapatkan mata

pencahariannya, apakah ia menerima bantuan dari pengayom atau

patron, atau dari masyarakat secara langsung atau dari kerja

rangkap. (b) profesionalisme dalam kepengarangan, yaitu sejauh

mana pengarang itu menganggap pekerjaannya sebagai suatu

profesi. (c) masyarakat apa yang dituju itu menentukan bentuk

dan isi karya sastra.


30

2. Sastra sebagai cermin masyarakat

Sastra sebagai masyarakat mempunyai pengertian,yaitu

sejauh mana sastra dapat dianggap mencerminkan. Yang terutama

perlu mendapat perhatian adalah (a) sastra mungkin tidak dapat

dikatakan mencerminkan masyarakat pada waktu ia ditulis, sebab

banyak ciri-ciri masyarakat yang ditampilkan dalam karya sastra

itu sudah tidak berlaku lagi pada waktu ia ditulis. (b) sifat “lain

yang lain” seorang pengarang sering mempengaruhi pemilihan

dan penampilan fakta-fakta sosial dalam kerjanya. (c) genre sastra

sering merupakan sikap sosial suatu kelompok tertentu dan bukan

sikap sosial seluruh masyarakat (d) sastra berusaha untuk

menampilkan keadaan masyarakat secermat-cermatnya mungkin

saja tidak bisa dipercaya sebagai cermin masyarakat.

3. Fungsi sosial sastra

Dalam hubungan ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan

yaitu, (a) sudut pandang ekstrem kaum Romantika yang

menganggap bahwa sastra sama derajatnya dengan karya pendeta

atau nabi, sehingga sastra harus berfungsi sebagai pembaharu atau

perombak. (b) dari sudut lain dikatakan bahwa sastra bertugas

sebagai penghibur belaka. (c) sastra harus mengerjakan sesuatu

dengan semangat sosial.

Pendekatan yang dikemukakan oleh Ian Watt sangat bagus

apabila diterapkan pada sebuah penelitian sastra, tetapi ruang


31

lingkupnya terlalu luas sehingga penulis merasatidak mampu

menyelesaikan dalam waktu yang singkat. Maka dari itu, penulis

memilih untuk tidak menggunakan pendekatan tersebutdalam

penelitian ini. Penulis sependapat dengan pendekatan yang

dikemukakan oleh Wellek dan Warren, yaitu soiologi sastra suatu

telaah yang objektif dan ilmiah yang membahas tentang manusia

dan masyarakat, tentang sosial dan proses sosial.

b. Aspek-Aspek Sosiologi Sastra

Aspek sosial adalah kajian yang berhubungan dengan struktur

luar karya sastra yang mempengaruhi hadirnya karya sastra tersebut.

Adapun aspek-aspek sosiologi sastra yang peneliti lakukan dipaparkan

berikut ini.

1. Kekerabatan

Kekerabatan berasal dari kata kerabat (yang dekat dengan

adanya pertalian keluarga). Selanjutya mendapatkan awalan ber-

menjadi berkerabat (masih mempunyai hubungan dekat).

Kekerabatan yaitu perihal berkerabat atau berhubungan dekat

(Pradito, 2008: 673-674)

Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan kekerabatan

berkaitan dengan perihal berkerabat atau berhubungan dekat.

Kekerabatan berhubungan dengan pertalian keluarga yang

mempunyai hubungan darah.


32

2. Moral

Secara umum moral menyarankan pada pengertian (ajaran

tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai

perbuatan,sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila (Depdiknas

2008: 929). Jadi, moral berarti sesuatu yang dianggap baik atau

buruk dalam kehidupan.

Menurut Nurgiyantoro (2012: 321), moral dalam karya

sastra biasanya mencerminkan pandangan tentang nilai-nilai

kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Dalam pengertian ini moral berarti suatu saran yang berhubungan

dengan ajaranlewat cerita yang bersangkutan kepada pembaca.

Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2012: 320) berpendapat

bahwa moral cerita dimaksudkan sebagai suatu saran yang

berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis

yang dapat diambil dan ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan

oleh pembaca.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa moral

merupakan perbuatan atau tingkah laku yang berkaitan dengan

etika, baik itu pada diri sendiri, orang lain, dan masyarakat. Dalam

kehidupan terdapat moral yang baik dan moral yang buruk.

3. Perekonomian

Menurut Warren (1990:112) menyatakan bahwa meneliti

perekonomian tokoh cerita dapat dilihat bagaimana tata cara hidup


33

masyarakat dari berbagai golongan (rendah, menengah, tinggi) dan

bagaimana status ekonominya (petani, pedagang, intelek,

bangsawan, tuan tanah). Secara leksikal kata perekonomian itu

sendiri berarti suatu tindakan, aturan-aturan.

Menurut Faruk (2013: 7-8), dasar ekonomi terdiri dari alat-

alat, cara-cara, dan hubungan-hubungan produksi. Alat-alat dapat

disamakan dengan bahan-bahan yang tersedia bagi proses

produksi, cara-cara produksi dengan teknik-teknik yang ada, dan

hubungan produksi dengan tipe pemilihan yang merata bersama-

sama dengan pembagian sosial antara pemilik alat-alat produksi

dengan pekerja yang muncul bersamaan dengannya dalam suatu

masyarakat kelas. Jelaslah ekonomi dalam pengertian ini berarti

bahan dan cara, yang digunakan dalam proses hubungan produksi

dalam suatu kelas masyarakat.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

ekonomi adalah persoalan tentang upaya manusia memenuhi

kebutuhan dan pola kehidupannya. Ekonomi adalah cara yang

digunakan dalam proses hubungan produksi dalam suatu

masyarakat.

4. Cinta kasih

Cinta kasih adalah perasaan kasih sayang atau perasaan

suka terhadap orang lain. Cinta memegang peranan yang penting

dalam kehidupan manusia sebab cinta merupakan landasan dalam


34

kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga, pemeliharaan anak,

hubungan yang erat di masyarakat, dan hubungan manusiawi yang

akrab.

Cinta merupakan dorongan hidup terbesar dalam

masyarakat. Cinta kasih merupakan bentuk hubungan yang selaras

dan tulus hati bagi manusia. Bentuk cinta kasih ada beberapa

macam, yakni cinta kasih orangtua kepada anak-anaknya dan

begitu juga sebaliknya, cinta kasih kepada sesama, dan cinta kasih

sepasang manusia karena rasa asmara. Cinta kasih adalah perasaan

belas kasihan kepada semua makhluk yang menderita (Widyawati,

2010: 65)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cinta kasih

adalah perasaan yang tak akan pernah habis kepada siapapun yang

bersifat netral. Cinta kasih merupakan bentuk hubungan yang

selaras dan tulus hati bagi manusia.

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

a. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada hakekatnya

merupakan rencana jangka pendek untuk memperkirakan atau

memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan menejemen pembelajaran untuk

mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam


35

Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP juga dibuat berdasarkan

prosedur pembelajaran dan harus disesuaikan dengan karakteristik

serta kondisi sekolah

b. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Menurut Sukirno (2009: 105) tahapan yang paling utama dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran adalah menguasai isi komponen

silabus dan membuat rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP).

Silabus adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran, pengelolaan kelas, dan hasil belajar. Silabus berisi

komponen pokok, yaitu identitas sekolah, standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pokok, tujuan pembelajaran, indikator

pencapaian, penilaian, sumber dan media belajar (Sukirno, 2009:106).

1) Identitas Sekolah dan Alokasi Waktu

Identitas sekolah memuat jenjang pendidikan atau nama

sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, dan alokasi waktu.

Alokasi waktu digunakan untuk menentukan berapa lama

pembelajaran kompetensi dasar itu dapat terselesaikan. Alokasi

waktu pembelajaran bergantung pada panjang atau pendeknya atau

justru luas atau sempit juga mudah sukarnya kompetensi dasar

yang ingin dicapai (Sukirno,2009: 103-104).

2) Kompetensi Inti

Kompetensi inti adalah gambaran secara kategorial

mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan


36

keterampilan yang harus dipelajari siswa untuk suatu jenjang

sekolah, kelas, dan mata pelajaran.

3) Kompetensi Dasar dan Pencapaian Indikator Kompetensi

Kompetensi dasar merupakan kemampuan spesifik yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait

muatan atau mata pelajaran. Indikator pencapaian merupakan

penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh

perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan

4) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil

belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan

kompetensi dasar. Tujuan pokok yang perlu dicapai dalam

pembelajaran novel adalah peningkatan kemampuan membaca

secara intensif dan ekstensif. Pembelajaran sastra diarahkan untuk

memperbaiki budi pekerti dan mempertajam kepekaan siswa.

5) Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran memuat pengertian konseptual, gugus

isi atau konteks, proses, bidang ajar, pokok bahasan, dan

keterampilan. Penempatannya dalam silabus berfungsi sebagai

payung dari setiap uraian materi/bahan ajar yang disajikan dalam

pengalaman belajar siswa (Sukirno, 2009: 106).


37

6) Metode Pembelajaran

Dalam mengajarkan suatu karya sastra (novel) guru harus

memilih metode pembelajaran yang tepat. Dalam proses belajar

mengajar, guru bisa menggunakan metode secara bervariasi, yaitu

metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, dan metode

pemberian tugas.

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah suatu cara yang dilakukan oleh

guru untuk menyampaikan/ mengajarkan materi pelajaran

secara langsung terhadap peserta didik (Roestiyah, 2011: 136).

Metode ini digunakan jika pembelajaran banyak mengandung

informasi baru atau bahan-bahan yang memerlukan penjelasan

guru.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan

bahan dengan metode ceramah, yaitu tujuan pembicaraan harus

dirumuskan dengan jelas, bahan materi pelajaran harus jelas,

siapkan hal-hal yang perlu dijelaskan secara khusus dan

siapkan juga media yang diperlukan, guru harus dapat menarik

perhatian siswa dalam mengajar, guru menyampaikan bahan

materi pelajaran dengan jelas dan dapat dipahami.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola

pembelajaran dengan menghasilkan pertanyaan-pertanyaan


38

yang mengarahkan peserta didik memahami materi tersebut

(Roestiyah, 2011: 129). Metode tanya jawab akan menjadi

efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik,

menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaan yang

diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan

yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan

terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban),

serta disajikan dengan cara yang menarik.

c. Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan suatu cara penyampaian bahan

pelajaran dengan tujuan guru membantu peserta didik

menguasai bahan pelajaran melalui wahana diskusi atau pakar

pendapat dan informasi berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman (Roestiyah, 2011: 5). Metode ini merupakan

metode yang paling baik dalam pembelajaran sastra karena

siswa diberi kesempatan oleh guru untuk mengumpulkan

pendapat membuat kesimpulan atau menyusun berbagai

alternatif pemecahan masalah.

d. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau

penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan

suatu pekerjaan (Roestiyah, 2001: 132). Metode ini

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk


39

melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah

dipersiapkan guru. Dalam melaksanakan tugas ini peserta didik

dapat memperoleh pengalaman langsung dan nyata.

7) Media Belajar

Media adalah alat. Media pembelajaran adalah alat yang

berfungsi sebagai alat bantu belajar mengajar yang efektif. Dalam

pembuatan media pembelajaran yang baik harus disesuaikan

dengan tujuan dan isi materi pelajaran (Sukirno, 2009: 108).

Dengan demikian, media pembelajaran dapat diartikan sebagai

alat bantu yang digunakan untuk mengefektifkan proses belajar

mengajar. Ada banyak media pembelajaran, baik yang termasuk

visual seperti gambar, termasuk audio, seperti tape recorder,

maupun audiovisual, seperti film dan lainnya.

8) Sumber Belajar

Sumber belajar menurut Sukirno (2009: 108) adalah bahan

ajar yang memuat teks/materi ajar yang dijadikan rujukan untuk

mencapai kompetensi dasar. Sumber belajar hendaknya dipilih

dan diselaraskan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.

Dalam kegiatan belajar mengajar, sumber belajar tidak

hanya diperoleh dari guru saja melainkan buku pelajaran juga

dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Sumber belajar dalam

pembelajaran novel 50 Riyal karya Deny Wijaya dapat berupa:

a. buku pelajaran bahasa indonesia yang diwajibkan,


40

b. buku pelengkap artinya buku yang menunjang bahan ajar atau

materi pelajaran selain buku wajib,

c. teks novel 50 Riyal karya Deny Wijaya.

9) Langkah-langkah Pembelajaran

Langkah-langkah pembelajaran merupakan tahap-tahap yang

dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah

pembelajaran meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Di

bawah ini disajikan langkah-langkah pembelajaran novel dengan

materi unsur intrinsik dan aspek sosial dalam novel 50 Riyal karya

Deny Wijaya di SMA dengan satu kali pertemuan.

1. Pertemuan 1 (4 x 45 menit)

a. Pendahuluan

Pada tahap ini peserta didik merespon salam, dan

berdoa mengawali kegiatan pembelajaran. Peserta didik

menerima informasi dengan proaktif tentang keterkaitan

pembelajarn sebelumnya dengan pembelajaran yang akan

dilaksanakan. Peserta didik menerima informasi

kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah

pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Kegiatan Inti

Peserta didik membaca novel 50 Riyal karya Deny

Wijaya. Peserta didik mencermati uraian yang berkaitan

dengan unsur-unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel


41

50 Riyal. Peserta didik menganalisis unsur intrinsik dan

aspek sosial dalam novel. Peserta didik. Peserta didik

mendiskusikan hasil temuan terkait dengan unsur intrinsik

dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal dan

mempresentasikan hasilnya di depan kelas.

c. Kegiatan Akhir

Pada tahap ini peserta didik menyimpulkan materi

yang telah dipelajari dan melakukan evaluasi pembelajaran.

Peserta didik mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan

berdoa.

10) Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi atau disebut juga dengan penilaian adalah proses

pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran atau

informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa.

Penilaian adalah prosedur dan cara menilai pencapaian setiap

indikator oleh siswa (Sukirno, 2009: 106).

Penilaian dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana siswa

dalam menguasai materi. Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk

mencari data tentang penguasaan materi peserta didik dalam setiap

proses pembelajaran secara tertulis.

standar penilaian pada kurikulum 2013 lebih menekankan

pada pada prinsif-prisif kejujuran, yang mengedepankan aspek-

aspek berupa knowledge, skill dan attitude. Salah satu bentuk dari
42

penilaian itu adalah penilaia otentik. Penilaian otentik disebutkan

dalam kurikulum 2013 adalah model penilaian yang dilakukan saat

proses pembelajaran berlangsung berdasarkan tiga komponen di

atas. Diantara teknik dan isntrumen penilaian dalam kurikulum

2013 sebagai berikut.

a. Penilaian kompetensi sikap

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui

observasi, penilaian iri, penilaian “teman sejawat”(peer

evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang

digunakan untuk observasi, penilaian Diri, dan penilaian

antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating

scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa

catatan pendidik.

b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis,

tes lisan, dan penugasan.

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui

penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik

mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan

menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.

Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala

penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.


43

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam mengumpulkan

data penelitiannya. Pada bab ini, dibahas metode penelitian yang meliputi:

sumber data, objek penelitian, fokus penelitian, teknik pengumpulan data,

instrumen penelitian, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis.

A. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data penelitian diperoleh

(Arikunto, 2013: 114). Sumber data penelitian ini adalah keseluruhan teks

novel 50 Riyal karya Deny Wijaya yang diterbitkan oleh CV Nuansa

Aulia, Bandung, cetakan pertama tahun 2015, tebal 178 halaman, dan

ukuran buku 12,5 X 19,5 cm.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan

atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2013:

161). Objek penelitian ini adalah aspek sosiologi sastra yang terdapat

dalam novel 50 Riyal karya Deny Wijaya.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pusat dari objek penelitian. Menurut

Sugiyono (2014: 285) fokus penelitian kualitatif dapat disamakan dengan

batasan masalah. Penelitian ini difokuskan pada:

a. unsur intrinsik novel, meliputi tema, alur atau plot, tokoh dan

penokohan, latar, dan sudut pandang;

43
44

b. aspek sosial, meliputi kekerabatan, ekonomi, cinta kasih, pendidikan,

dan moral.

c. rencana pelaksanaan pembelajaran, meliputi identitas sekolah dan

alokasi waktu, kompetensi inti, kompetensi dasar dan pencapaian

indikator kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,

metode pembelajaran, media belajar, sumber belajar, langkah-langkah

pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan oleh

peneliti dalam pengumpulan data penelitiannya. Teknik pengumpulan data

ini penulis lakukan dengan teknik observasi. Teknik observasi adalah suatu

usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sitematis,

dengan prosedur yang terstandar (Arikunto, 2010: 265). Selain

menggunakan metode observasi, penulis juga menggunakan teknik catat

yang dilakukan dengan pencatatan data pada kartu data yang segera

dilanjutkan dengan klasifikasi (Sudaryanto, 2015: 205).

Langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan

data adalah sebagai berikut:

a. membaca berulang-ulang novel 50 Riyal karya Deny Wijaya;

b. mencatat data-data penting yang berkaitan dengan permasalahan yang

diteliti;

c. mengelompokkan unsur-unsur intrinsik dalam novel 50 Riyal karya

Deny Wijaya;
45

d. mengelompokkan aspek-aspek sosial yang ada dalam novel 50 Riyal

karya Deny Wijaya;

e. mencatat data-data yang diperoleh dengan penelitian dalam kartu

pencatat data.

E. Instrumen Penelitian

Arikunto (2013: 160) menyatakan bahwa instrumen penelitian

adalah alat bantu atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya mudah dan hasilnya baik, dalam

arti lebih cermat, lengkap, sistematis sehingga mudah diolah. Instrumen

dalam penelitian ini adalah peneliti yang dibantu dengan kertas pencatat

data. Kertas pencatat data digunakan untuk mencatat seluruh data yang

berupa kutipan-kutipan yang berkaitan dengan aspek-aspek sosial dalam

novel 50 Riyal karya Deny Wijaya.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-

bahan lain sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2014: 334).

Penelitian yang penulis lakukan dalam novel 50 Riyal karya Deny

Wijaya merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan

teknik content analysis atau metode analisis isi. Metode analisis isi adalah

sebuah strategi penelitian daripada sekadar sebuah metode analisis teks


46

tunggal. Artinya penulis membahas dan mengkaji novel 50 Riyal karya

Deny Wijaya berdasarkan aspek-aspek sosial.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam keseluruhan

penelitian sebagai berikut:

a. menganalisis unsur intrinsik novel 50 Riyal karya Deny Wijaya;

b. menganalisis aspek sosial novel 50 Riyal karya ;

c. menyimpulkan hasil analisis unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial

pada novel 50 Riyal karya Deny Wijaya;

d. membuat rencana pelaksanaan pembelajaran novel 50 Riyal karya

Deny Wijaya sesuai dengan KD yang telah ditentukan;

e. menyusun laporan hasil penelitian.

G. Teknik Penyajian Hasil Analisis

Teknik penyajian hasil peneliti gunakan dalam penelitian adalah

metode penyajian informal. Metode informal adalah perumusan dengan

menggunakan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis

sifatnya (Sudaryanto, 2015: 241). Hasil analisis ini berupa unsur-unsur

intrinsik, aspek-aspek sosial dalam novel 50 Riyal karya Deny Wijaya, dan

perencanaan pelaksanaan pembelajaran disajikan secara verbal (dengan

kata-kata biasa), tidak menggunakan tanda atau simbol yang bersifat

khusus.
47

BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA

Bab ini menyajikan dua hal paparan pokok. Data dari bab ini, yaitu (1)

penyajian data penelitian dan (2) pembahasan data merupakan hasil penelitian

yang terdiri dari unsur-unsur intrinsik, aspek-aspek sosiologi sastra, dan rencana

pelaksanaan pembelajaran novel 50 Riyal karya Deny Wijaya di Kelas XI SMA.

A. Penyajian Data

Pada penyajian data ini peneliti menyajikan tiga hal pokok, yaitu

unsur intrinsik novel 50 Riyal karya Deny Wijaya, aspek-aspek sosiologi

sastra, dan rencana pelaksanaan pembelajaran novel 50 Riyal karya Deny

Wijaya di Kelas XI SMA. Berikut ini disajikan data yang peneliti ambil

dari penelitian.

1. Unsur–Unsur Instrinsik dalam Novel 50 Riyal Karya Deny Wijaya

Unsur instrinsik yang terdapat dalam novel 50 Riyal karya Deny

Wijaya terdiri atas tema, alur, penokohan, sudut pandang, latar

belakang, dan amanat. Di bawah ini disajikan data-data unsur intrinsik

yang terdapat novel 50 Riyal karya Deny Wijaya.

Tabel 1
Unsur–Unsur Instrinsik Novel 50 Riyal Karya Deny Wijaya
Unsur-unsur instrinsik Data Halaman
Tema
a. Tema Mayor Perjuangan seorang wanita 54, 176
dalam menjalani
kehidupan

b. Tema Minor 1. Perjuangan meraih 54, 57


kesuksesan
2. Perjuangan menjadi 71, 72

47
48

muallaf
3. Perjuangan 161, 174
mempertahankan
kesetiaan cinta
Tokoh dan Penokohan
a. Tokoh Utama Dewi
Karakter : Religius, 74, 84
Pantang Menyerah, Teguh 85, 92, 96
Pendirian, Setia, Pendiam
dan Tertutup

b. Tokoh Tambahan Bagas


Karakter : Penolong, 1, 109, 122,
Sabar, Religius 125

Zulaikha
Karakter : Durhaka, 15, 16, 32, 80
Kejam, Temperamental,
Keras kepala, dan Kasar

Abdullah
Karakter : Penakut, genit, 14, 32, 52
sabar

Asmiati
Karakter : Peduli terhadap 88, 89, 90,
sesama 110

Rianti
Karakter : Religius 58, 62, 63

Andini
Karakter : Baik hati 171,175

Pak Thomas
Karakter : Bijakana 71,72
Latar
a. Latar Tempat 1. Rumah Abdullah 22, 33
2. Apartemen 84, 86
3. Penjara Malaaz di 118, 119
Saudi
4. Bandara El Tari 151, 159
Kupang
5. Pantai Nihiwatu 173, 174, 177
b. Latar Waktu Siang 8, 159
Sore 2, 13, 15,
49

153, 173
Malam hari 4, 32, 49, 59,
65, 76, 79,
113, 151, 161

c. Latar Suasana Bahagia 149, 150, 159


Marah 16, 20
Gelisah 65, 143, 145
Panik 163
Mencekam/takut 82, 143, 145
1. Tahap Penyituasian
Alur berdasarkan (situation) 22, 32
urutan peristiwa
2. Tahap Pemunculan
Konflik (generating 33, 34
circumstances)

3. Tahap Peningkatan
Konflik (ricing action) 36, 37

4. Tahap Klimaks
(climax) 118, 119

5. Tahap Penyelesaian
(denouement) 147, 148

Sudut Pandang Orang ketiga (dia) 12, 37


Amanat 1. Peduli dengan sahabat 57, 75

2. Tetap berusaha meraih 88, 175


sukses dan jangan
mudah putus asa

3. Jadilah orang yang 84, 85


mempunyai pendirian

2. Aspek-Aspek Sosiologi Sastra Novel 50 Riyal Karya Deny Wijaya

Penyajian data terhadap novel 50 Riyal berdasarkan aspek-aspek

sosiologi. Data penelitian ini berupa aspek-aspek sosiologi yang

meliputi aspek cinta kasih, kekerabatan, moral, ekonomi. Aspek

sosiologi sastra yang terdapat dalam novel 50 Riyal karya Deny Wijaya
50

meliputi aspek cinta kasih, kekerabatan, ekonomi, dan moral. Data

mengenai aspek-aspek sosial novel tersebut disajikan dalam tabel

sebagai berikut.

Tabel 2
Aspek-Aspek Sosial Novel 50 Riyal Karya Deny Wijaya
Aspek-Aspek Halaman
Data
Sosiologi Data
Aspek cinta kasih Cinta kasih Dewi dengan Bagas 76, 110, 149,
150, 155,
156, 158, 174
Aspek a) Kekerabatan Dewi dengan 68, 71
kekerabatan Bapak
b) Kekerabatan Dewi dengan 63, 68
Rianti
c) Kekerabatan Dewi dengan 88, 93
Asmiati
d) Kekerabatan Dewi dengan 60, 171
Andini
Aspek ekonomi Keluarga Dewi tergolong dalam 54, 56, 57
ekonomi kelas bawah.
Aspek moral a. Dewi dengan Tuhan 34, 85, 96,
Meliputi : Sabar, tawakal, 136, 170
taat beribadah
b. Dewi dengan dirinya sendiri 84, 85
Meliputi : Teguh pendirian

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Aspek Sosiologi Sastra Novel 50


Riyal Karya Deny Wijaya

Rencana pembelajaran aspek-aspek sosial novel 50 Riyal karya Deny

Wijaya di kelas XI SMA, yaitu: perencanaan pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran, dan refleksi. Data mengenai rencana pembelajaran aspek-aspek

sosial novel tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut.


51

Tabel 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA

No. Komponen Uraian


1. Sekolah SMA
2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
3. Kelas/Semester XI/1
4. Alokasi Waktu 4 X 45 menit (1 pertemuan)
5. Kompetensi Inti a. Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya.
b. Menghayati dan mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagaian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
c. Memahami, menerapkan, menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan
masalah
52

d. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam


ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan
7. Kompetensi Dasar a. Mensyukuri Anugerah Tuhan akan
dan Pencapaian keberadaan bahasa Indonesia dan
Indikator Kompetensi menggunakanya sesuai dengan kaidah dan
konteks untuk mempersatukan bangsa
b. Menunjukkan perilaku tanggung jawab,
responsif dan imajinatif dalam
menggunakan bahasa Indonesia untuk
berekspresi.
c. Memahami unsur intrinsik dan aspek-
aspek sosial novel 50 Riyal baik melalui
lisan maupun tulisan
1) Mengidentifikasi unsur intrinsik dan
aspek-aspek sosial novel 50 Riyal
2) Menyebutkan unsur intrinsik dan
aspek-aspek sosial novel 50 Riyal
3) Menjelaskan unsur intrinsik dan aspek-
aspek sosial novel 50 Riyal baik secara
lisan maupun tulisan

8. Tujuan Pembelajaran a. Mengidentifikasi unsur intrinsik dan


aspek-aspek sosial novel 50 Riyal baik
melalui lisan maupun tulisan.
b. Menyebutkan unsur intrinsik dan
aspek-aspek sosial novel 50 Riyal baik
lisan maupun tu lisan.
c. Menjelaskan unsur intrinsik dan aspek-
aspek sosial novel 50 Riyal baik
melalui lisan maupun tulisan.
53

9. Materi Pembelajaran a. Pengertian novel.


b. Unsur intrinsik novel (tema, tokoh dan
penokohan, alur, latar, sudut pandang,
dan amanat).
c. Aspek-aspek sosial.
10. Pendekatan dan a. Pendekatan : Saintifik
Metode Pembelajaran
b. Model : Pembelajaran Penemuan
c. Metode : Ceramah, Tanya Jawab,
Diskusi, dan Pemberian Tugas
11. Media, dan Sumber a. Media :
Pembelajaran
1. LCD
2. Laptop
3. Program Powertpoint
b. Sumber Belajar :
1. Novel 50 Riyal karya Deny Wijaya
2. Buku tentang sosiologi sastra
3. modul pembelajaran bahasa
Indonesia untuk kelas XI
12. Langkah-langkah
Kegiatan
Pembelajaran
a. Pendahuluan 1. Peserta didik merespons salam, dan
berdoa mengawali kegiatan
pembelajaran.
2. Peserta didik merespons pertanyaan
dari guru berhubungan dengan
pembelajaran sebelumnya.
3. Peserta didik menerima informasi
dengan proaktif tentang keterkaitan
pembelajarn sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
54

4. Peserta didik menerima informasi


kompetensi, materi, tujuan, manfaat,
dan langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
b. Inti 1) Mengamati:
 Peserta didik membaca novel 50 Riyal
karya Deny Wijaya.
 Peserta didik mencermati uraian yang
berkaitan dengan unsur-unsur intrinsik
dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal
2) Mempertanyakan
 Peserta didik mempertanyakan uraian
yang berkaitan dengan unsur-unsur
intrinsik dan aspek-aspek sosial novel
50 Riyal.
3) Mengeksplorasi
 Peserta didik menganalisis unsur
intrinsik novel (tema, tokoh dan
penokohan, latar, alur, sudut
pandang,dan amanat) dengan cermat.
 Peserta didik menganalisis aspek-aspek
sosial novel (aspek cinta kasih, aspek
kekerabatan, aspek ekonomi, dan aspek
moral) dengan cermat
4) Mengasosiasi
 Peserta didik mendiskusikan hasil
temuan terkait dengan unsur intrinsik
dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal.
 Peserta didik menyimpulkan unsur
intrinsik dan aspek-aspek sosial novel
55

50 Riyal dalam diskusi kelas dengan


saling menghargai.
5) Mengomunikasikan
 Membacakan hasil diskusi tentang
temuan terkait dengan unsur intrinsik
dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal
 mempresentasikan unsur intrinsik dan
aspek-aspek sosial novel 50 Riyal
dengan rasa percaya diri
 menanggapi presentasi teman/
kelompok lain secara santun
c. Penutup 1. Peserta didik menyimpulkan materi
yang telah dipelajari.
2. Peserta didik melakukan evaluasi
pembelajaran.
3. Peserta didik saling memberikan umpan
balik hasil evaluasi pembelajaran yang
telah dicapai.
4. Peserta didik mengakhiri pembelajaran
dengan berdoa.
14. Penilaian a. Penilaian Otentik
1. Penilaian Proses
2. Penilaian Hasil
3. Penilaian Keterampilan

B. Pembahasan Data

Pada bagian ini akan dibahas tentang analisis sosiologi sastra novel 50

Riyal karya Deny Wijaya yang difokuskan pada unsur instrinsik, aspek

sosial, dan rencana pembelajaran novel 50 Riyal karya Deny Wijaya di

kelas XI SMA.
56

1. Unsur-Unsur Intrinsik Novel 50 Riyal Karya Deny Wijaya

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra

itu sendiri. Peneliti dalam skripsi ini menganalisis unsur intrinsik novel

50 Riyal karya Deny Wijaya meliputi : (a) tema, (b) tokoh dan

penokohan, (c) latar, (d) alur, (e) sudut pandang, dan (f) amanat.

a. Tema

Tema merupakan makna dari keseluruhan cerita. Tema

digolongkan menjadi dua, yaitu tema mayor (makna pokok) dan

tema minor (makna tambahan). Tema minor bersifat mendukung

atau mencerminkan tema mayor, sebaliknya tema mayor bersifat

merangkum tema minor.

1) Tema Mayor

Tema mayor merupakan tema utama dalam suatu karya

sastra khususnya novel. Tema mayor novel 50 Riyal karya Deny

Wijaya yaitu perjuangan seorang wanita dalam menjalani

kehidupan. Hal itu dapat dilihat pada beberapa kutipan di bawah

ini.

“Dewi berkeinginan untuk pergi menjadi TKW. Apalagi


saat itu kondisi ekonomi keluarga pas-pasan. Dewi
memutuskan untuk tidak meneruskan sekolah sampai
jenjang SMA karena orang tuanya tidak punya cukup
biaya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.”
(50R: 54)

Kutipan di atas menunjukkan keinginan Dewi untuk

bekerja. Karena tidak punya cukup biaya untuk melanjutkan


57

studi ke perguruan tinggi, Dewi memutuskan pergi menjadi

TKW di luar negeri. Dewi benar-benar berjuang agar

mendapatkan pekerjaan untuk menyambung kehidupannya.

Dewi juga berjuang mempertahankan cintanya untuk Bagas. Hal

itu terlihat dalam kutipan di bawah ini.

“Tulisan ‘Dewi loves Bagas forever’ yang terbingkai oleh


goresan berbentuk hati yang tertusuk anak panah begitu
besarnya terpampang di hamparan pasir. Tulisan itu
merupakan gejolak hati Dewi yang dia ungkapkan melalui
hamparan pasir itu. Harapan akan keabadian cinta.
Lukisan di hamparan pasir pantai itu menjadi saksi bisu
kekuatan cinta.”
(50R: 176)

Kutipan di atas menunjukkan kerinduan Dewi kepada

kekasihnya Bagas yang telah tiada. Mautlah yang memisahkan

cinta Dewi dan Bagas. Meski ditinggal Bagas untuk selamanya,

Dewi berjuang untuk menjaga kesetiaan cintanya kepada Bagas

sampai maut menjemput.

2) Tema Minor

Dalam novel 50 Riyal karya Deny Wijaya terdapat

beberapa tema minor yang mendukung tema mayor, antara lain:

perjuangan meraih cita-cita, perjuangan menjadi mualaf, dan

perjuangan mempertahankan kesetiaan cinta. Berikut ini uraian

dari tema minor.

a) Perjuangan meraih kesuksesan

Perjuangan Dewi untuk meraih sukses tidak perlu

diragukan, dia dengan ekonomi keluarga yang serba


58

terbatas termotivasi untuk meraih sukses bekerja di luar

negeri. Perjuangan tersebut dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

”Akhirnya bekerja adalah pilihan yang terbaik


baginya. Tapi mau bekerja apa? Setelah cukup lama
dipikirkan, Dewi memutuskan untuk merantau ke
luar negeri. Melalui perusahaan jasa TKI, Dewi ingin
menjemput mimpi-mimpinya meraih sukses bekerja
di luar negeri. Sebelum diberangkatkan ke negara
tujuan, para calon TKI harus mengikuti pelatihan dan
karantina terlebih dahulu di penampungan selama
beberapa bulan.”
(50R: 57)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa perjuangan hidup

Dewi untuk menjemput mimpinya meraih sukses di luar

negeri. Itulah perjuangan hidup, keadaan apapun harus

diterima dan dijalani meski harus merantau ke luar negeri.

Perjuangan Dewi untuk menjadi sukses juga terlihat dalam

kutipan berikut ini.

“Dewi berkeinginan untuk menjadi TKW. Apalagi


saat itu kondisi ekonomi keluarga pas-pasan.”
(50R: 54)

Kutipan di atas menunjukkan keinginan Dewi untuk

meraih kesuksesan dengan bekerja sebagai TKW di Arab

Saudi. Keadaan ekonomi keluarga yang serba pas-pasan

semakin memotivasi Dewi untuk meraih keberhasilan.

b) Perjuangan menjadi mualaf

Kepercayaan seseorang merupakan suatu tumpuhan

bagi dirinya untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang


59

Maha Esa, begitupun Dewi yang dibesarkan dalam

keluarga yang memiliki perbedaan agama. Kemudian di

perjalanan hidupnya, Dewi menemukan agama Islam. Ia

menjadi pemeluk agama Islam yang taat setelah

mengikrarkan keislamannya dengan membaca kalimah

syahadat. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Berbekal sedikit ilmu tentang islam dan tekad yang


kuat, setelah melalui pemikiran yang cukup panjang
dan rumit, akhirnya Dewi mengucapkan dua kalimat
syahadat. Sejak saat itu dia akan melalui hari-harinya
sebagai seorang muslimah dengan segala kewajiban
yang harus dia tunaikan.”
(50R: 71)

Dari kutipan di atas, tergambar tekad yang sangat

kuat dari Dewi untuk memeluk agama islam. Setelah

mengucapkan dua kalimat syahadat, Dewi melalui hari-

harinya sebagai seorang muslimah dengan segala

kewajiban yang harus dia tunaikan. Dewi merasakan

ketenangan setelah menjadi mualaf. Hal itu terlihat pada

kutipan di bawah ini.

“Resmi sudah Dewi menjadi seorang mualaf, saudara


baru bagi kaum muslimin. Jiwanya merasakan
ketenangan tersendiri setelah memeluk agama islam.”
(50R: 72)

Dari kutipan di atas, tergambar ketenangan jiwa

Dewi setelah memeluk agama islam. Agama islam adalah

agama yang selama ini dia cari dalam hidupnya.


60

c) Perjuangan mempertahankan kesetiaan cinta

Pertemuan Dewi dengan Bagas di Arab Saudi

menimbulkan benih-benih cinta di antara mereka. Mereka

terlibat kisah cinta yang sangat mengharukan dan

dilematis. Bagas meninggal dunia karena kecelakaan

pesawat ketika dia akan pulang ke Sumba untuk melamar

Dewi. Mendengar kematian Bagas, Dewi sangat terpukul

dan merasakan kesedihan yang mendalam.

“Wan, jika tak sampai umurku, ku ingin kau


sampaikan maaf dan salam rinduku untuk Dewi.
Tolong katakan padanya bahwa aku sangat
mencintainya. Sungguh, aku tidak ada maksud
sedikitpun meninggalkannya...”
“Tidak, Wan..sampaikan salamku
untuk..ny..nya...”Bagas sudah tidak mampu lagi
untuk meneruskan ucapannya, dia tak sadarkan diri.
Kondisinya sangat kritis.
(50R: 167)

Setelah mengalami kecelakaan pesawat, Bagas

berpesan kepada sahabatnya yang bernama Wawan untuk

menyampaikan permintaan maaf dan salam rindunya

kepada Dewi. Bagas sangat mencintai Dewi dan tidak ada

maksud sedikitpun meninggalkannya. Bagas akhirnya

menghembuskan nafas terakhirnya dan kembali kepada

sang Maha pencipta. Meskipun kekasihnya meninggal

dunia, Dewi tetap menjaga keetiaan cintanya untuk Bagas.

Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.


61

“Din, bagaimana bisa aku melupakan mas Bagas,dan


itu tak akan terjadi, sungguh cintaku padanya tak
akan lekang oleh waktu. Din, aku tak dapat
membalas semua pengorbanan dan kesetiaan mas
Bagas kepadaku meski nyawa ini harus ku berikan.
Din, dia sungguh tulus mencintaiku,lalu bagaimana
pula aku harus melupakannya, sungguh suatu dosa
bagiku...Din, Cinta ini begitu terpatri dalam jiwa
ragaku.”
(50R: 171)

Dari kutipan di atas jelas terlihat kesedihan hati Dewi

setelah ditinggal Bagas untuk selama-lamanya. Sudah

terlalu lama penantian Dewi untuk Bagas, tapi akhirnya

Bagas harus kembali kepada Sang Maha Pencipta. Cinta

Dewi dan Bagas dipisahkan oleh maut. Dewi berjuang

untuk mempertahankan kesetiaan cintanya hanya untuk

Bagas, dan tidak akan pernah bisa melupakannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tema

dalam novel 50 Riyal tersebut dapat dirumuskan menjadi

perjuangan seorang wanita dalam menjalani kehidupan meskipun

diterpa dengan berbagai gelombang ujian yang berat.

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah pelaku yang hadir dalam cerita, sedangkan

penokohan adalah penggambaran karakter/ watak yang ditampilkan

oleh pengarang dalam karya sastra. Novel 50 Riyal karya Deny

Wijaya memiliki banyak tokoh sehingga penulis membagi tokoh

menjadi dua macam, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.


62

1) Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang berhubungan dengan

setiap peristiwa dan diutamakan penceritaannya di dalam novel

yang bersangkutan. Tokoh utama yang terdapat dalam novel 50

Riyal karya Deny Wijaya adalah Dewi. Tokoh ini sering

dimunculkan oleh pengarang dalam tiap bab dan merupakan

penggerak konflik cerita.

a) Dewi

Dewi yang bernama lengkap Dewi Kuntari adalah

tokoh utama kisah ini. Dewi adalah TKW asal Indonesia yang

bekerja di Arab Saudi. Dalam novel ini, karakter Dewi yang

dominan adalah karakter yang positif. Dewi digambarkan

sebagai sosok yang religius. Hal itu terlihat dalam kutipan

berikut ini.

“ Suara azan zuhur pun bergema. Sejenak meredalah


isak tangis Dewi. Terpanggil jiwanya untuk
menyelesaikan kewajiban spiritualnya menghadap pada
Yang Mahakuasa. Segera dia tunaikan ibadah solat
zuhur. Ia sangat khusyuk dalam doa yang dia panjatkan
disiang itu.” (50R: 85)

Kutipan di atas, tergambar dengan jelas bahwa Dewi

adalah sosok yang religius. Ketika mendengar suara adzan,

Dewi segera menunaikan ibadah solat dan tidak lupa

memanjatkan do’a dengan khusyuk. Selain religius, Dewi juga

mempunyai sifat teguh pendirian. Hal ini digambarkan secara


63

dramatik yaitu melalui teknik tingkah laku. Hal ini terlihat

dalam kutipan berikut ini.

“Sepertinya tak ada pilihan lain bagi Dewi selain


menuruti apa kata perempuan itu. Namun semuanya itu
bertolak belakang dengan hati nuraninya. Perang batin
antara dua keputusan yang sama-sama sulit. Akan tetapi
dengan keyakinan yang mantap, Dewi memutuskan
untuk tidak menuruti kemauanmami Zulaikha karena
akan berakhir juga di penjara dan bahkan akan
membuat murka Tuhan. Dewi berpikir lebih baik
masuk penjara dan mati daripada harus berbuat dosa.”
(50R: 84)

Berdasarkan kutipan di atas Dewi digambarkan sebagai

sosok yang teguh pendirian terlihat dari keyakinan dirinya

untuk tidak menuruti kemauan mami Zulaikha untuk dijadikan

sebagai pelacur. Dewi memilih masuk penjara dan mati

daripada harus berbuat dosa. Selain itu Dewi juga memiliki

sifat pendiam dan tertutup, seperti yang terlihat dalam kutipan

berikut ini.

“Asmiati mengerti dan sudah memahami sosok yang


sangat sulit ditebak. Bukannya jawaban yang dia dapat,
melainkan hanya senyum kecil yang mengembang dari
bibir Dewi. Sebenarnya Asmiati makin bingung dengan
semua tingkahnya. Sangat aneh baginya karena Dewi
merupakan wanita pendiam dan terutup, untuk semua
masalah yang dihadapi olehnya. Tak banyak kata yang
keluar dari mulutnya.
(50R: 92)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Dewi adalah orang

pendiam dan tertutup. Dewi lebih suka diam dan tertutup untuk

semua masalah yang dihadapi olehnya, tak banyak kata yang

keluar dari mulutnya.


64

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa

tokoh Dewi mempunyai sifat yang baik yaitu religius, taat

beribadah, teguh pendirian, dan pendiam. Jadi, tokoh Dewi

merupakan tokoh utama, hal itu dapat dilihat dari perannya

yang sering dimunculkan dalam cerita.

2) Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan dalam novel 50 Riyal karya DenyWijaya

sangatlah banyak dan tidak disebutkan semuanya.Beberapa tokoh

tambahan yang sangat mendukung jalannya cerita tokoh utama

yaitu Bagas, Zulaikha, Abdullah, Rianti, Asmiati, Andini,dan Pak

Thomas. Tokoh-tokoh tersebut hanya sesekali saja muncul dalam

cerita. Namun, perannya tidak dapat dianggap enteng karena

kehadirannya akan mendukung

a) Bagas

Dalam novel ini, Bagas dikisahkan sebagai mahasiswa

University of King Abdul Aziz asal Indonesia yang juga

berprofesi sebagai sopir taksi. Bagas terlibat kisah cinta yang

sangat mengharukan dan dilematis dengan Dewi. Bagas adalah

sosok yang penolong. Seperti pada kutipan berikut ini.

“Aku sangat prihatin dan kasihan atas nasib yang


menimpa Dewi. Aku ingin membantunya keluar dari
masalahnya. Dia gadis yang baik.”
(50R:109)

“Merasa jalan mediasi sudah tidak bisa dilanjutkan,


Bagas akan menempuh jalan terakhir, yakni banding
dengan melakukan pembelaan terakhir untuk Dewi.
65

Untunglah Dewi tetap pada pendiriannya semula, yaitu


dia tetap tidak mengakui semua yang telah dituduhkan
oleh Zulaikha, jadi masih ada harapan bagi Bagas untuk
melakukan pembelaan dengan menghadirkan saksi-
saksi di persidangan terakhir itu. Meski pemerintah
Arab Saudi memberikan jeda waktu yang cukup lama
untuk melakukan jalan mediasi, sekitar enam bulan,
namun karena jalan mediasi sepertinya sudah tidak
mungkin dilakukan, kini Bagas harus berpikir lebih
keras lagi untuk memberikan pembelaan terakhir untuk
Dewi. Dengan dukungan sahabat-sahabatnya sesama
mahasiswa Universitas King Abdul Aziz asal
Indonesia, Bagas menggalang dukungan melalui
berbagai media sosial baik cetak maupun elektronik.”
(50R :122)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Bagas mempunyai

sifat penolong. Bagas sangat prihatin dengan nasib yang

menimpa Dewi, dan ingin membantunya keluar dari masalah.

Bagas berpikir lebih keras lagi untuk memberikan pembelaan

terakhir untuk Dewi agar terbebas dari hukuman mati. Bagas

juga mempunyai sifat yang sabar. Adapun kutipan berikut ini.

“ Di sela-sela menunggu kedatangan pesawat Garuda di


bandara Soekarno-Hatta, Bagas dengan cukup sabar
menunggu di lobi hotel. Sesekali pandangannya
mengarah ke sisi luar lobi.”
(50R :1)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Bagas adalah

sosok laki-laki yang sabar dalam menunggu. Bagas dengan

sabar menunggu kedatangan pesawat yang akan mengantarnya

ke Arab Saudi. Selain itu ia juga sosok laki-laki yang religius

dalam menjalani kehidupan. Hal ini terlihat dalam kutipan di

bawah ini.
66

“Bagas melakukan sujud syukur sebagai tanda syukur


kepada Sang Maha Pencipta bahwa dirinya selamat
sampai tujuan. Ritual yang kerap dilakukan saat
pertama kali sang perantau menginjakan kaki ke tanah
tujuan.”
(50R :3)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Bagas adalah

sosok yang religius. Kereligiusan bagas terlihat ketika dia

melakukan sujud syukur sebagai tanda syukur kepada Sang

Maha Pencipta setelah dirinya sampai ke tanah tujuan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Bagas

mempunyai sifat penolong, sabar, dan religius. Dilihat dari

segi perannya dan kemunculannya dalam novel, dapat

disimpulkan bahwa tokoh Bagas adalah tokoh tambahan.

Tokoh yang mendukung tokoh utama dalam cerita.

b) Zulaikha

Zulaikha di dalam novel digambarkan sebagai

mucikari. Awalnya dia seorang TKW, tapi kemudian diperistri

oleh seorang juragan kebab dari Arab bernama Abdullah.

Zulaikha mempunyai watak yang keras kepala dan

temperamental. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.

“ Biarlah anjing menggonggong kafilah berlalu. Selama


ini tak pernah terpikir sekalipun untuk menceraikan
istrinya. Namun ia tak bisa menghentikan kebiasaan
istrinya yang temperamental dan itu membuat istrinya
makin keras kepala.”
(50R :15)
67

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zulaika

merupakan sosok wanita yang keras kepala dan temperamental

terhadap suaminya. Selain itu Zulaikha adalah istri yang

durhaka. Hal ini terlihat pada kutipan berikut ini.

“Hey Zulaikha,aku bicara padamu! Mau ke mana sore-


sore begini? Berhenti dasar istri durhaka!”
(50R: 16)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zulaikha adalah

istri yang durhaka terhadap suaminya. Dia tidak menghormati

suaminya dan sering keluyuran keluar rumah tanpa ijin

suaminya.Selain itu ia juga mempunyai sifat cemburu,

perhatikan kutipan dibawah ini.

“Juga ditambah sikap kasar majikan perempuannya


karena cemburu padanya.”
(50R: 32)

Kutipan di atas menunjukkan Zulaikha adalah sosok

pecemburu. Dia cemburu kepada pembantu perempuan karena

sang suami bersikap genit kepada pembantunya tersebut.

Selain itu Zulaikha juga perempuan yang kejam. Hal itu

terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Zulaikha tuh germo alias mucikari di sini. Dia


sebenarnya juga orang Indonesia. Dulu dia juga
seorang TKW, tapi kemudian diperistri oleh seorang
juragan kebab. Tapi Gas, dia terkenal sebagai mucikari
yang kejam dan temperamental kasihan anak
buahnya....”
(50R: 80)
68

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zulaikha

merupakan mucikari yang kejam, dia sering memaksa anak

buahnya untuk menuruti segala perintah dan kemauan dirinya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Zulaekha

mempunyai sifat temperamental, keras kepala, durhaka,

cemburu, dan kejam. Dilihat dari segi perannya dan

kemunculan dalam novel, dapat disimpulkan bahwa tokoh

Zulaekha adalah tokoh tambahan. Tokoh yang mendukung

tokoh utama dalam cerita.

c) Abdullah

Abdullah adalah salah satu tokoh tambahan dalam

novel 50 Riyal. Abdullah di dalam novel ini digambarkan

sebagai juragan kebab dan suami dari Zulaikha. Dia sosok

suami yang takut pada istrinya. Hal itu terlihat pada kutipan di

bawah ini.

“Singkat kata, dia tipe suami takut istri. Jika istrinya


sudah marah, nyalinya akan menciut. Sering kali hak-
haknya sebagai seorang suami atas istrinya tidak
terpenuhi.”
(50R: 14)

“Jangankan minta dipijit, ngobrol dengan dirinya pun


tidak berani karena jika ketahuan majikan
perempuannya, pasti Abdullah dihajar habis-habisan.”
(50R: 32)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Abdullah

merupakan tipe suami yang takut dengan istrinya. Nyali

Abdullah langsung menciut jika dimarahi sang istri. Sering kali


69

hak-hak Abdullah sebagai seorang suami atas istrinya tidak

terpenuhi. Selain itu Abdullah juga orang yang genit. Hal itu

terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Kondisi ini makin diperparah dengan sikap majikan


laki-lakinya, Abdullah. Ia bersikap genit dan suka
mengganggunya.”
(50R: 32)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Abdullah

merupakan sosok majikan laki-laki yang genit dan suka

mengganggu pembantu perempuannya. Abdullah sering

bersikap genit kepada pembantunya yang bernama Dewi ketika

istrinya tidak ada di rumah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh

Abdullah mempunyai sifat penakut dan genit. Di balik sifat

penakutnya kepada sang istri, ia ternyata seorang yang genit

kepada pembantu perempuannya. Abdullah sering menganggu

dan menggoda Dewi. Berdasarkan perannya dalam cerita,

dapat disimpulkan bahwa Abdullah merupakan tokoh

tambahan. Tokoh yang kemunculannya sedikit atau jarang.

d) Rianti

Rianti adalah teman Dewi yang sama-sama bekerja

sebagai TKW. Rianti adalah sosok perempuan yang religius.

Dia taat menjalankan kewajiban agamanya seperti salat lima

waktu. Tak pernah sekalipun dia meninggalkan salat lima


70

waktu di tengah-tengah kesibukannya bekerja. Hal itu terlihat

pada kutipan di bawah ini.

“Bergegas Rianti ke kamar mandi untuk mengambil


air wudu. Kemudian dengan mengenakan mukena
putih dia mengerjakan salat empat rakaat. Tanpa dia
sadari, diam-diam sepasang mata Dewi sering
memperhatikan Rianti saat mengerjakan salat. Dari
dulu hingga saat ini, ibu dan kakaknya juga rajin
mengerjakan salat dan gerakannya juga sama seperti
yang dilakukan Rianti.”
(50R: 62)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Rianti merupakan

sosok yang religius. Dia senantiasa mengerjakan salat di

tengah-tengah kesibukannya bekerja. Rianti mengambil air

wudhu, kemudian dengan mengenakan mukena putih dia

mengerjakan salat empat rakaat. Selain itu ia juga mempunyai

sifat yang sabar. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Dengan bekal pemahaman islam yang cukup dalam,


Rianti dengan sabar menjelaskan seputar islam dan
permasalahannya.”
(50R: 68)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa bahwa Rianti

merupakan seorang yang sabar. Dengan pembekalan

pemahaman tentang islam yang cukup dalam, dia dengan

penuh kesabaran menjelaskan seputar islam dan

permasalahannya kepada Dewi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Rianti

adalah sosok yang religius terutama dalam menjalankan solat

lima waktu, selain itu ia juga seorang yang penyabar. Dilihat


71

dari segi perannya dan kemunculan dalam novel, dapat

disimpulkan bahwa tokoh Rianti adalah tokoh

tambahan.Tokoh yang mendukung tokoh utama dalam cerita.

e) Asmiati

Asmiati adalah anak buah mami zulaekha yang

bekerja sebagai pelacur karena dipaksa oleh majikannya

tersebut. Asmiati adalah teman sekamar Dewi di apartemen.

Dewi diculik oleh mami zulekha dan di sembunyikan di

apartemen. Asmiati mempunyai sifat yang sangat peduli

terhadap teman. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Wi, merapatlah kemari. Ingat, keluargamu dan orang-


orang yang mencintaimu sedang menanti
kepulanganmu. Ingatlah harapan ayah ibumu. Coba kau
pikirkan bagaimana perihnya hati mereka jika
melihatmu harus berakhir seperti ini, mati bunuh diri.
Wi, insya Alloh semua ini segera berakhir.” Asmiati
terus membujuk Dewi agar mengurungkan niatnya.”
(50R: 88)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Asmiati adalah

sosok yang peduli terhadap temannya. Asmiati terus

membujuk Dewi agar mengurungkan niatnya untuk bunuh diri.

Asmiati terus mengingatkan Dewi betapa perih hati keluarga

yang ditinggalkan jika Dewi tetap nekat untuk bunuh diri.

Selain itu Asmiati adalah seseorang yang penutup, perhatikan

kutipan berikut ini.

“Selama ini aku berusaha untuk tidak


menceritakannya pada orang lain. Cukup aku dan
Tuhan saja yang tahu....” jawab Asmiati dengan nada
72

berat. Pandangan matanya mengarah jauh entah ke


mana.”
(50R: 93)

Kutipan di atas menggambarkan sosok Asmiati

yang sangat penutup. Dia lebih suka memendam semua

masalah dalam hatinya. Dia berusaha untuk tidak menceritakan

masalah pribadinya pada orang lain.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Asmiati

merupakan sosok yang peduli terhadap sesama. Dia peduli

dengan nasib buruk yang menimpa Dewi dan berusaha

membujuk Dewi untuk mengurungkan niatnya bunuh diri.

Selain itu Asmiati memiliki sifat yang penutup, dia tidak

pernah menceritakan masalah pribadinya kepada orang lain.

f) Andini

Andini di dalam novel digambarkan sebagai sahabat

Dewi yang sama-sama berasal dari Sumba, Nusa Tenggara

Barat. Andini adalah tipe sahabat yang baik hati. Dia selalu

menguatkan hati Dewi, ketika sahabatnya itu sedang merasa

sedih. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Wi... sudahlah ayo kita kembali ke lobi, yakinlah


bahwa Mas Bagas selamat. Kita di sini berdoa untuk
keselamatan mereka semua. Tenang...tenang ya Wi,
yang sabar ya... yang dapat kita lakukan saat ini adalah
berdoa dan pasrah kepada Alloh. Ingat, menunggu
kabar selanjutnya. Mereka semuapun di sini pasti
sangat mengharapkan keselamatan bagi orang-orang
yang mereka cintai.”
(50R: 171)
73

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Andini

merupakan sosok yang baik hati. Dia selalu menemani Dewi

ketika sahabatnya tersebut sangat bersedih hati. Andini selalu

menguatkan dan menenangkan hati Dewi, dia mengajak Dewi

untuk berdoa dan mengharap keselamatan bagi Bagas.

Kebaikan hati Andini juga terlihat pada kutipan berikut ini.

“Wi, hapuslah air matamu... sudahlah, jangan menagis


lagi. Aku mengerti akan kesedihanmu. Tersenyumlah...
Kata Andini lembut berusaha untuk menghibur Dewi.”
(50R: 175)

Kutipan di atas menunjukkan kebaikan hati Andini

kepada sahabatnya. Andini selalu menghibur dan

menyemangati Dewi untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan.

Dewi merasa bahagia mempunyai sahabat seperti andini yang

selalu menghibur dan menguatkan hatinya ketika mendapat

musibah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Andini

adalah sosok yang baik hati. Dia selalu menguatkan hati Dewi

untuk tidak terpuruk dalam kesedihan. Dia selalu menghibur

sahabatnya itu ketika mendapatmusibah.

g) Pak Thomas

Pak Thomas adalah salah satu tokoh dalam novel 50

Riyal. Dia digambarkan sebagai ayah Dewi yang mempunyai

sifat sangat bijaksana. Hal itu dapat terlihat pada kutipan di

bawah ini.
74

“Walaupun kebijaksanaan sebagai bapak benar-benar


terpancar pada sosok pak Thomas. Dia menyadari
bahwa persoalan agama memang tak bisa dipaksakan.”
(50R: 71)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Thomas

merupakan sosok yang bijaksana. Ketika Dewi memutuskan

memeluk agama islam, Pak Thomas menyerahkan semua pada

Dewi. Sifat bijaksana Pak Thomas juga terlihat pada kutipan

berikut ini:

“Bagi Pak Thomas Yang terpenting adalah saling


menghormati. Sebab, semua agama mengajarkan
umatnya untuk saling menghormati. Begitu juga
dengan kakak keduanya.”
(50R: 72)

Pak Thomas menyadari bahwa persoalan agama

memang tak bisa dipaksakan, yang tepenting baginya adalah

saling menghormati, karena semua agama mengajarkan

umatnya untuk saling menghormati.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pak

Thomas merupakan tokoh yang bijaksana. Itu terlihat ketika

Pak Thomas membebaskan anaknya untuk memeluk agama

sesuai dengan hati nuraninya. Bagi Pak Thomas yang

terpenting semua anaknya saling menghormati, meski berbeda

keyakinannya.

Dari seluruh uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

tokoh utama dalam novel 50 Riyal adalah Dewi. Sedangkan

tokoh-tokoh tambahan antara lain: Bagas, Zulaekha, Abdullah,


75

Rianti, Andini, Asmiati, dan Pak Thomas. Mereka semua

adalah tokoh-tokoh yang sangat mendukung dan

menghidupkan jalannya cerita pada novel 50 Riyal karya Deny

Wijaya ini.

c. Latar

Latar dalam sebuah novel terdiri dari latar tempat, latar

waktu, dan latar suasana. Latar tempat adalah peristiwa menyaran

pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah

karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan”

terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

Sementara itu, latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidupan

sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan. Di bawah ini

diuraikan latar novel 50 Riyal yang meliputi latar tempat, waktu,dan

suasana.

1) Latar Tempat

Latar tempat yang terdapat dalam novel 50 Riyal terdiri

lebih dari satu tempat. Hal ini terlihat pada uraian berikut ini.

a) Rumah Abdullah

Latar tempat di rumah Abdullah terlihat saat Dewi yang

berada di dalam rumah majikannya tersebut di panggil

untuk memijit kaki Abdullah. Hal itu terlihat pada kutipan

di bawah ini.

“Suatu ketika, Abdullah memanggil Dewi. Dia


meminta Dewi memijit kakinya. Dengan perasaan was-
76

was terpaksa Dewi menuruti kemauan majikannya.


Ternyata malam itu istri dan anaknya sedang
berkunjung ke rumah familinya di luar kota, sehingga
rumah saat itu sepi. Jadi yang ada di rumah itu hanya
mereka berdua.”
(50R : 33)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa tokoh utama Dewi

menempati rumah majikannya yang bernama Abdullah.

Malam itu, istri dan anak Abdullah sedang berkunjung ke

rumah familinya di luar kota, sehingga rumah saat itu dalam

keadaan sepi. Yang berada di dalam rumah hanya mereka

berdua. Latar tempat di rumah, juga terlihat saat Dewi

keluar dari dalam rumah untuk membukakan pagar

majikannya. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Sejenak kemudian dari dalam rumah keluar wanita


cantik berwajah Asia sambil berlari tergopoh-gopoh
menghampiri pintu dan segera membuka pintu rumah.”
(50R: 22)

kutipan di atas menunjukkan bahwa latar tempat yaitu

di rumah Abdullah terlihat saat Dewi membukakan pintu

rumah untuk majikannya yang bernama Abdullah. Dewi

sambil berlari tergopoh-gopoh menghampiri pintu dan

segera membuka pintu rumah untuk majikannya tersebut.

b) Kamar Apartemen

Latar tempat di Apartemen terlihat saat Dewi disekap

dalam sebuah kamar apartemen untuk dipaksa menjadi

pelacur oleh mantan majikan perempuannya yang bernama


77

mami Zulaekha yang ternyata seorang mucikari. Hal itu

terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Seolah sudah tak menggubris keputusan Dewi, wanita


itu tetap menyekapnya dalam sebuah kamar untuk
dipaksa menjadi pelacur.”
(50R: 84)

Dewi di sekap dalam sebuah kamar apartemen oleh

mantan majikan perempuannya. Mantan majikan

perempuannya tersebut tidak menggubris keputusan Dewi

dan tetap memaksa Dewi untuk menjadi pelacur. Selain itu

latar di kamar apartemen juga terlihat saat Dewi berjalan ke

sana kemari seperti sedang kebingungan. Hal itu terlihat

pada kutipan di bawah ini.

“Sejenak Dewi berjalan ke sana kemari, mengitari


ruangan apartemen seperti sedang kebingungan. Raut
wajahnya yang sayu menggambarkan tekanan berat
yang dihadapi olehnya.”
(50R: 86)

Kutipan di atas terlihat bahwa Dewi disekap dalam

sebuah kamar apartemen. Terkadang Dewi berjalan ke sana

kemari mengitari ruangan apartemen seperti sedang

kebingungan. Dari raut wajahnya tergambar tekanan berat

yang dihadapi olehnya.

c) Penjara Malaaz, Saudi

Dewi berada di penjara Malaaz, Saudi. Dewi

mendapat perlakuan yang kurang mengenakan di dalam


78

penjara, dia dilarang menghubungi orang lain. Hal ini

terlihat pada kutipan berikut ini.

“Dewi ternyata meringkuk di penjara Malaaz, Saudi.


Selama itu pula sering kali Dewi mengalami kesulitan
dalam menghubungi siapa pun. Polisi setempat
melarangnya untuk berbicara atau membuat pernyataan
dan menghubungi orang lain.”
(50R: 118)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Dewi meringkuk di

penjara Malaaz, Saudi. Polisi melarang Dewi untuk

berbicara atau membuat pernyataan dan dilarang

menghubungi orang lain. Selain itu latar di penjara juga

terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Di dalam penjara, Dewi acap kali mengalami


tindakan kekerasan oleh oknum aparat polisi dan
dipaksa mengakui perbuatan yang sebenarnya tidak
dia lakukan.”
(50R: 119)

Kutipan di atas terlihat bahwa Dewi mendapat tindak

kekerasan selama di dalam penjara. Oknum aparat polisi

tidak segan memberi tindakan kekerasan agar Dewi

mengakui perbuatan yang sebenarnya tidak dilakukan oleh

Dewi.

d) Bandara El Tari Kupang

Bandara El Tari Kupang merupakan tempat transit

pesawat yang digunakan Dewi. Hal itu terlihat pada kutipan

di bawah ini.
79

“Beberapa saat kemudian, Dewi tiba di bandara El


Tari Kupang tepat tengah malam. Terpaksa dia harus
menginap semalaman di Kupang.”
(50R : 151)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa pesawat yang

dinaiki dewi transit di Bandara El Tari Kupang dan Dewi

harus menginap semalaman di sana. Latar tempat di

Bandara El Tari Kupang juga terlihat pada kutipan di bawah

ini:

“Beberapa jam kemudian, Dewi baru saja memasuki


bandara El Tari. Dia tidak peduli dengan orang-orang
yang berjalan di depannya.”
(50R: 159)

Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa Dewi

memasuki bandara El Tari Kupang untuk menanti

kepulangan kekasihnya yaitu Bagas. Dewi sangat antusias

menanti kepulangan pujaan hatinya sampai dia tidak peduli

dengan orang di sekitarnya.

e) Pantai Nihiwatu

Pantai Nihiwatu merupakan pantai yang biasa

disinggahi Dewi dan temannya Andini untuk menikmati

keindahan pantai menjelang sore. Hal itu terlihat pada

kutipan di bawah ini.

“Langit di ufuk barat pantai Nihiwatu mulai memerah,


menghapus jejak kuning yang semula begitu terang.
Indah sekali panorama senja di pantai ini.”
(50R: 174)
80

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Dewi sering

mengunjungi pantai Nihiwatu yang memiliki panorama

sangat indah. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

pantai Nihiwatu adalah salah satu latar tempat yang ada di

novel 50 Riyal karya Deny Wijaya.

Dari keseluruhan kutipan latar tempat di atas, dapat

disimpulkan bahwa latar tempat pada novel 50 Riyal karya

Deny Wijaya adalah rumah Abdullah, apartemen, penjara

Malaaz di Saudi, bandara El Tari Kupang, dan pantai

Nihiwatu. Seluruh latar tersebut berfungsi sebagai latar yang

bersifat fisikal untuk membuat suatu cerita menjadi logis dan

memberikan informasi situasi sebagaimana adanya.

2) Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan”

terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

Latar waktu dalam novel 50 riyal, antara lain:

a) Siang

Salah satu latar waktu yang digunakan dalam novel 50

Riyal karya Deny Wijaya adalah siang hari. Hal itu terlihat

pada kutipan di bawah ini.

“Beberapa jam kemudian, Dewi baru saja memasuki


bandara El Tari. Dia tidak peduli dengan orang-orang
yang berjalan di depannya. Tidak seperti biasanya,
pengunjung siang itu lumayan banyak.”
(50R: 159)
81

Kutipan di atas menunjukkan bahwa pengarang

secara langsung menggambarkan latar waktu terjadinya

peristiwa tersebut terjadi pada siang hari. Cerita bermula

saat Dewi memasuki bandara El Tari, dia tidak peduli

dengan orang-orang yang berjalan di depannya. Siang itu

pengunjung di bandara El Tari lumayan banyak.

b) Sore

Latar waktu yang digunakan dalam novel tersebut

adalah sore. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Semburat merah kekuningan tampak menghiasi


cakrawala. Nuansa lukisan Sang Pencipta di kaki langit.
Cuaca cerah membuat sang surya terlihat indah ketika
akan melangkah kembali ke singgasananya. Deburan
ombak silih berganti datang mendekat sehingga makin
menambah romantisme senja.”
(50R: 157)

Sore hari memang terlihat indah, semburat merah

kekuningan tampak menghiasi cakrawala. Deburan ombak

silih berganti datang mendekat sehingga menambah

romantisme senja di pantai. Kutipan di atas menunjukkan

latar waktu sore di pantai Nihiwatu. Selain di atas, latar

waktu sore juga terlihat saat Dewi ditemani Andini duduk

bersama. Hal itu tampak pada kutipan di bawah ini.

“Dengan ditemani Andini, Dewi duduk menikmati


pertunjukan warna langit yang Tuhan pertontonkan saat
di menjelang sore. Pertunjukkan langit yang saling
berharmonisasi dalam lukisan alam. Meskipun sering
kali mereka lewati hari dengan menikmati senja, tak
82

secuilpun ada rasa bosan karena sepertinya Tuhan


begitu cekatan meramu pertunjukkan senja dengan
cerita yang tak pernah sama.”
(50R: 174)

Berdasarkan kutipan di atas, Dewi ditemani Andini

menikmati pertunjukan warna langit yang Tuhan

pertontonkan saat menjelang sore. Mereka tidak pernah

merasa bosan, meski sering kali melewati hari dengan

menikmati senja di pantai tersebut. Hal itu membuktikan

bahwa latar waktu sore hari,dapat terlihat dalam kutipan di

atas.

c) Malam

Latar waktu yang lain yang digunakan dalam novel

tersebut adalah malam hari. Hal ini terlihat pada kutipan di

bawah ini.

“Suatu ketika pada malam hari, Abdullah


memanggilnya. Dia meminta Dewi memijit kakinya.
Dengan perasaan was-was, terpaksa Dewi menuruti
kemauan majikannya.”
(50R: 32)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa latar waktu yang

digunakan dalam novel tersebut adalah malam hari. Suatu

ketika pada malam hari, Abdulloh meminta Dewi untuk

memijit kakinya. Dengan perasaan wa-was,Dewi terpaksa

menuruti kemauan majikannya tersebut. Latar waktu malam

hari, juga dapat terlihat pada kutipan di bawah ini.


83

“Beberapa saat kemudian, Dewi tiba di bandara El Tari


Kupang tepat tengah malam. Terpaksa dia harus
menginap semalaman di Kupang”
(50R: 151)

Waktu malam hari pesawat yang dinaiki Dewi tiba di

bandara El Tari Kupang. Terpaksa Dewi harus menginap

semalaman di Kupang. Selain itu, latar waktu malam hari

juga terlihat saat Dewi dan Rianti sedang beristirahat dari

semua aktivitasnya di rumah sang majikan. Hal itu terlihat

dalam kutipan di bawah ini.

“Suatu malam, saat sedang beristirahat dari semua


aktivitasnya di rumah sang majikan, sering mereka
habiskan untuk bercengkrama.”
(50R: 59)

Berdasarkan kutipan di atas terlihat Dewi dan Rianti

menghabiskan waktu istirahatnya pada malam hari untuk

bercengkrama. Mereka bercengkrama ketika sedang

beritirahat dari semua aktivitasnya di rumah sang majikan.

Dari seluruh kutipan latar waktu di atas, dapat

disimpulkan bahwa latar waktu yang mendominasi pada

novel 50 Riyal karya Deny Wijaya adalah latar waktu pada

malam hari. Fungsi dari seluruh latar di atas adalah

memberikan informasi yang jelas mengenai situasi kejadian

di dalam cerita.
84

3) Latar Suasana

Latar suasana berhubungan dengan masalah “perasaan”

yang dirasakan pada saat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi, seperti senang, sedih,

lucu/humoris, mengharukan, mencekam/takut, dan sebagainya.

Berikut adalah latar suasana yang terdapat dalam novel 50

Riyal.

a) Takut

Suasana takut terlihat saat Dewi disekap oleh mami

Zulaekha. Sekujur tubuh Dewi penuh dengan keringat.

Dewi menatap mami Zulaekha dengan wajah yang

menggambarkan rasa takut yang luar biasa. Hal itu terlihat

pada kutipan di bawah ini.

“Keringat dingin mengucur deras membasahi sekujur


tubuh Dewi. Ia hanya bisa menatap dengan wajah yang
menggambarkan rasa takut yang luar biasa.”
(50R: 82)

Kutipan di atas, terlihat Dewi menatap mami

Zulaekha dengan wajah yang penuh ketakutan. Sekujur

tubuh Dewi juga penuh dengan keringat karena rasa takut

tersebut. Suasa takut juga terlihat saat Dewi menantikan

saksi ketiga sebagai saksi kunci dalam kasus yang

menjeratnya. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut ini.

“Kemudian hakim memerintahkan kepada tim pembela


untuk menghadirkan saksi ketiga sebagai saksi kunci
85

dalam kasus ini. Namun setelah sekian lama, detik


demi detik, menit demi menit, saksi ketiga belum juga
hadir.
Guratan ketakutan terpancar pada raut wajah Dewi.
Butiran-butiran air mata di kelopak matanya
menggambarkan bagaimana kondisi emosi jiwanya saat
itu.”
(50R: 143)

Dari kutipan di atas terlihat perasaan takut yang

dialami oleh Dewi. Dewi merasa ketakutan karena saksi

ketiga sebagai saksi kunci yang membela dirinya belum

terlihat. Setelah sekian lama ditunggu, saksi ketiga tersebut

belum juga hadir. Hal itu membuat guratan ketakutan yang

terpancar pada raut wajah Dewi.

b) Gugup

Suasana gugup terlihat saat Dewi bertemu dengan

Bagas di bandara. Rasa gugup yang terlalu hebat membuat

keringat mereka mengucur. Hal itu terlihat pada kutipan di

bawah ini.

“Tanpa mereka sadari, para pengunjung bandara


lainnya melihatnya dengan tatapan aneh. Namun seolah
mereka sudah tidak peduli dengan itu semua. Biarkan
saja detak jantungnya beradu dengan aliran darahnya
yang deras. Biarkan saja keringatnya mengucur karena
rasa gugupnya yang terlalu hebat.”
(50R: 149)

Dari kutipan di atas terlihat perasaan gugup. Perasaan

gugup terjadi ketika Dewi bertemu dengan bagas. Detak

jantung mereka beradu dengan aliran darahnya yang deras


86

dan keringatnya mengucur karena rasa gugupnya yang

terlalu hebat.

c) Bahagia

Suasana bahagia dirasakan Dewi ketika dirinya

bertemu dengan kekasihnya yang bernama Bagas. Hal itu

terlihat pada kutipan berikut ini.

“Mas Bagas!” teriak Dewi dengan suara tertahan.


Ekspresi wajahnya menunjukkan kebahagiaan yang
tiada tara.”
(50R: 149)

Dari kutipan di atas, terlihat suasana bahagia.

Ekspresi wajah Dewi menunjukkan kebahagiaan yang tiada

tara. Suasana bahagia juga terlihat saat Dewi mendengar

ucapan yang keluar dari mulut Bagas. Hal itu terlihat pada

kutipan di bawah ini.

“Mendengar ucapan Bagas, sepertinya Dewi tak kuasa


untuk mengucapkan satu kata pun, hatinya bahagia.
Seolah rasa bahagianya tak bisa diungkapkan dengan
kata-kata.”
(50R: 150)

Suasana bahagia tergambar saat Dewi mendengar

ucapan Bagas. Dewi tak kuasa untuk mengucapkan satu

kata pun, hatinya sangat bahagia. Rasa bahagia yang

dirasakan Dewi tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Suasana bahagia juga dirasakan Dewi ketika dia menanti

kepulangan Bagas dari Arab Saudi. Dewi bergegas menuju

bandara El Tari. Hal itu terlihat pada kutipan berikut ini.


87

“Saat ketika akan ada perjumpaan, janji bertemu. Saat


membahagiakan. Kerinduan yang dahaga terhadap
kekasih bakal terobati. Penantian panjang selama ini
akan terbayar. Hari itu hatinya berbunga-bunga. Setelah
mempersiapkan segala sesuatu,termasuk surprise untuk
Bagas, dia bergegas menuju bandara El Tari.”
(50R: 159)

Kebahagiaan Dewi muncul karena penantian

panjangnya selama bertahun-tahun akan terbayar. Hari itu

hatinya berbunga-bunga karena kekasihnya yang bernama

Bagas akan pulang. Setelah mempersiapkan segala sesuatu,

termasuk surprise untuk Bagas. Dewi bergegas menuju

bandar El Tari untuk menyambut kedatangan Bagas,

kekasih yang sangat dirindukan.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa latar suasana yang

mendominasi dalam novel 50 Riyal karya Deny Wijaya adalah latar

suasana bahagia. Fungsi dari seluruh latar di atas, adalah sebagai

gambaran suasana batin tertentu pada seorang tokoh dalam cerita.

d. Alur

Alur adalah cerita yang berisi tentang urutan kejadian, tetapi

tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat dan

peristiwa satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa

yang lain. Secara kronologis, plot terdiri dari tahap situation,

generating circumstance, rising action, climax, dan denoument.


88

1) Situation (pengarang mulai menggambarkan keadaan)

Pada bagian ini digambarkan tokoh Dewi sebagai seorang

pembantu rumah tangga berwajah Asia yang bekerja di Arab

Saudi. Dia bekerja tak kenal waktu, tak kenal istirahat.

Tenaganya diperas layaknya budak. Hal itu terlihat pada kutipan

berikut ini.

“Sejenak kemudian dari dalam rumah keluar wanita cantik


berwajah Asia sambil berlari tergopoh-gopoh
menghampiri pintu pagar dan segera membuka gembok
pagar.”
(50R: 22)
“Sementara itu, sungguh sial nasib Dewi. Tidak seberapa
lama dia bekerja, tepatnya masih hitungan bulan, acap kali
dia mendapat cacian, pukulan, dan hinaan dari majikan
perempuannya. Ia bekerja tak kenal waktu, tak kenal
istirahat. Tenaganya diperas layaknya budak. Kondisi ini
makin diperparah dengan sikap majikan laki-lakinya,
Abdullah. Ia bersikap genit dan suka mengganggunya.
Juga ditambah sikap kasar majikan perempuannya karena
cemburu padanya.”
(50R: 32)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa cerita awal

menunjukkan keadaan Dewi sebagai seorang pembantu yang

mempunyai majikan perempuan yang galak dan majikan laki-

laki yang genit. Dewi bekerja layaknya budak, dia bekerja tidak

mengenal waktu dan istirahat.

2) Generating Circumtance (peristiwa-peristiwa yang terpaut mulai

bergerak)

Pada bagian ini Dewi mendapat perlakuan yang kurang

mengenakan dari majikan laki-lakinya. Dewi dirayu untuk


89

menuruti nafsu birahi majikan laki-lakinya. Hal itu terlihat pada

kutipan di bawah ini.

“Abdullah terus menggoda dan merayunya, sampai suatu


ketika majikannya itu meminta Dewi menemaninya ke
dalam kamar.”
“Jika dia menuruti majikan laki-lakinya itu,maka dia akan
terjatuh dalam perbuatan zina. Bagai buah simalakama,
Dewi sudah tidak bisa berkutik lagi. Untuk sesaat
kemudian, Dewi sadar bahwa dirinya bagaikan telur di
ujung tanduk. Nasibnya malam ini hanya ada di tangan
Allah, Sang Pemilik Jiwa.”
(50R: 33)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa konflik mulai bergerak.

Di mana tokoh Dewi digoda dan dirayu majikan laki-lakinya

untuk menemaninya ke dalam kamar. Jika dia menuruti majikan

laki- lakinya, dia akan terjatuh dalam perbuatan zina.

3) Rising Action (keadaan mulai memuncak)

Pada bagian ini diceritakan bahwa tokoh Dewi kabur dari

majikan laki-laki yang hendak memperkosanya. Hal itu terlihat

pada kutipan di bawah ini.

“Tanpa berpikir lama, Dewi mengambil kunci pintu itu.


Tanpa menghiraukan Abdullah yang masih terkulai
dilantai, Dewi berlari menuju pintu kamar dan segera
membukanya. Klek... Pintu kamar terbuka,semilir angin
malam yang dingin seolah menyambut kebebasan Dewi
dari kejadian yang buruk itu. Dia bergegas berlari menuju
pintu keluar. Yang ada dalam benaknya saat itu hanyalah
pergi meninggalkan rumah ini. Kabur. Ya, kabur
merupakan pilihan terbaik, menurutnya. Sementara itu di
dalam kamar, Abdullah masih tergeletak tak sadarkan diri
di lantai di pinggir tempat tidur.”
(50R: 36)
90

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Dewi kabur dari

rumah majikan yang hendak memerkosanya. Semilir angin

malam yang dingin menyambut kebebasan Dewi dari kejadian

yang buruk itu.

4) Climax (peristiwa mencapai puncaknya)

Pada bagian ini diceritakan Dewi meringkuk di penjara

Malaaz, Saudi. Selama di penjara Dewi dipaksa mengakui

perbuatan yang sebenarnya tidak dia lakukan. Hal itu terlihat

pada kutipan di bawah ini.

“Dewi ternyata meringkuk di penjara Malaaz, Saudi.


Selama itu pula sering kali Dewi mengalami kesulitan
dalam menghubungi siapa pun. Polisi setempat
melarangnya untuk berbicara atau membuat pernyataan
dan menghubungi orang lain. Bahkan dalam penjara, Dewi
acap kali mengalami tindakan kekerasan oleh oknum
aparat polisi dan dipaksa mengakui perbuatan yang
sebenarnya tidak dia lakukan.”
(50R: 118)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Dewi mengalami

tindakan kekerasan oleh oknum aparat polisi selama meringkuk

di penjara Malaaz dan dipaksa mengakui perbuatan yang

sebenarnya tidak dia laukan.

5) Denoument (bagian yang ditandai adanya pemecahan soal dari

semua peristiwa)

Bagian ini berisi penyelesaian masalah yang dihadapi

Dewi. Perhatikan kutipan berikut.

Setelah divonis bebas oleh pemerintah Arab Saudi, dengan


dibantu pihak kedutaan Indonesia untuk Arab Saudi,
91

akhirnya Dewi dipulangkan ke tanah air. Proses


kepulangannya merupakan kemenangan dan kebahagiaan
yang tiada terkira bagi kebenaran dan orang-orang yang
dicintai dan mencintainya. Perasaannya campu aduk
antara gembira dan haru akhirnya bisa kembali pulang ke
tanah air. Dengan menggunakan pesawat komersial, Dewi
diberangkatkan dari Jeddah menuju ke bandara Soekarno-
Hatta, Cengkareng, Indonesia.
(50R: 147)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Dewi divonis bebas

oleh pemerintah Arab Saudi dan Dewi dipulangkan ke tanah air

dengan bantuan pihak kedutaan Indonesia untuk Arab Saudi.

Dari uraian tahapan-tahapan alur di atas, dapat disimpulkan

bahwa novel 50 Riyal karya Deny Wijaya tergolong alur maju. Hal

ini terbukti dari peristiwa-peristiwa yang berlangsung dan terjadi

tersusun secara runtut dari awal sampai akhir yaitu dari pengenalan,

pemunculan masalah, konflik memuncak, klimaks, dan penyelesaian.

Tahapan-tahapan tersebut membentuk sebuah alur.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang dalam novel 50 Riyal, pengarang menggunakan

pusat pengisahan persona ketiga serba tahu. Pengarang menjadi

narator, yaitu seseorang yang berada di luar cerita yang

menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata

gantinya ia, dia, dan mereka. Dengan mengkombinasi metode

dramatik-ironik dengan metode objektif. Pengkombinasian ini

mengakibatkan pencerita tahu segala hal mengenai peristiwa, sikap,

pikiran dan perasaan tokoh, tetapi dia tidak mengomentari hal


92

tersebut sehingga sudut pandang tetap terkontrol dan cerita tidak

diganggu dengan berbagai komentar atau nasihat pengarang. Hal itu

terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Dewi bergegas menuju pintu, namun pintunya terkunci.


Kuncinya ada pada Abdullah. Pandangan Dewi mengarah
pada Abdullah yang masih tergolek lemah di pinggir
ranjang sambil sesekali meringis menahan sakit di
kepalanya”.
(50R: 35)

Selain itu, juga terdapat kutipan lain yang menyatakan

novel 50 Riyal karya Deny Wijaya menggunakan sudut pandang

persona ketiga. Hal ini terdapat pada kutipan di bawah ini.

“Mendengarkan kata-kata Rianti, Dewi hanya manggut-


manggut. Entah dia paham ucapan Rianti ataukah manggut-
manggut karena masih belum paham”.
(50R: 60)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa pengarang menggunakan

sudut pandang persona ketiga. Pengarang sering menyebut nama

orang “Dewi” atau menggunakan kata ganti “Dia” dalam cerita. Hal

ini membuktikan bahwa pengarang menggunakan sudut pandang

orang ketiga dalam menceritakan kisah di novel 50 Riyal.Selain itu

pengarang atau penulis bebas bergerak dari tokoh satu ke tokoh lain

berdasarkan tempat, waktu dan keadaan tokoh-tokoh yang berada

dalam karya sastranya.

f. Amanat

Pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis dalam novel 50

Riyal karya Deny Wijaya ini diambil dari perilaku-perilaku yang


93

dilakukan ataupun dikerjakan oleh tokoh-tokoh yang berperan

dalam cerita novel. Perilaku-perilaku tersebut dapat kita contoh

sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan. Hal itu dapat dilihat

dalam kutipan novel berikut ini.

1) Peduli dengan Sahabat

Salah satu amanat yang dapat diambil dalam novel 50

Riyal karya Deny Wijaya adalah kita sebaiknya peduli dengan

sahabat. Hal itu nampak pada kutipandi bawah ini.

“Wi, Tuhan itu Mahapengampun dan Mahapenyayang.


Dia pasti akan mengampuni dan melindungi orang-orang
seperti kita. Percayalah. Jadi tolong, kamu jangan nekat
bunuh diri. Jangan berputus asa dari rahmat Tuhan!”
bujuk rayu Asmiati.”
(50R: 88)

Kutipan di atas merupakan salah satu amanat yang dapat

diambil dalam novel 50 Riyal karya Deny Wijaya. Kutipan di

atas menggambarkan bagaimana kepedulian terhadap temannya

saat Asmiati membujuk Dewi mengurungkan niatnya bunuh

diri. Dewi saat itu sedang berputus asa karena terus menerus

dipaksa untuk menjadi pelacur oleh mantan majikan

perempuannya. Saat itulah Asmiati terus menasihati Dewi untuk

tidak jadi bunuh diri. Rasa peduli terhadap sahabat juga

ditunjukkan pada kutipan di bawah ini.

“Wi, hapuslah air matamu... sudahlah jangan menangis


lagi. Aku mengerti akan kesedihanmu. Tersenyumlah...
dimana pun mas Bagas kini berada, tentulah dia akan
sangat bahagia melihatmu tersenyum.” Kata Andini
lembut, berusaha untuk menghibur Dewi. Untuk sesaat
94

kemudian, Dewi tersenyum kecil meski dia harus


berusaha untuk menyembunyikan perasaannya.”
(50R: 175)

Kutipan di atas membuktikan kepedulian Andini terhadap

Dewi. Andini menghibur Dewi untuk tidak menangis dan

mengerti akan kesedihan yang dirasakan sahabatnya itu. Kutipan

tersebut dapat dijadikan pesan atau amanat yang baik mengenai

kepedulian terhadap sahabat. Kita harus peduli dan menghibur

sahabat kita yang mengalami musibah dan merasa sedih.

2) Tetap Berusaha Meraih Sukses dan Jangan Mudah Putus Asa

Amanat tetap berusaha meraih sukses dan jangan mudah

putus asa, terlihat saat Dewi memilih bekerja setelah

orangtuanya tidak sanggup membiayai Dewi sampai perguruan

tinggi. Meski tidak merasakan bangku kuliah Dewi tidak putus

asa, Dewi memutuskan untuk meraih sukses bekerja di luar

negeri. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Akhirnya bekerja adalah pilihan yang terbaik baginya.


Tapi mau bekerja apa? Setelah cukup lama dipikirkan,
Dewi memutuskan untuk merantau ke luar negeri.
Melalui perusahaan jasa TKI, Dewi ingin menjemput
mimpi-mimpinya meraih sukses bekerja di luar negeri”.
(50R: 57)

Kutipan di atas menggambarkan tokoh Dewi yang tidak

mudah putus asa dan tetap berusaha meraih sukses. Meskipun

Dewi tidak sanggup mengenyam pendidikan sampai bangku

kuliah, tapi dia tidak putus asa dan tetap berusaha untuk meraih

sukses dengan bekerja di luar negeri. Terdapat kutipan lain yang


95

pantas dijadikan sebagai amanat yaitu pada kutipan di bawah

ini.

“Setiap kesulitan yang menyapa kita adalah keindahan


bagi jalan hidup yang akan kita lalui. Belajarlah pada
semut. Semut merupakan makhluk Alloh yang tidak
pernah putus asa dalam mencari, mengantar,dan menjaga
makanan yang didapatnya walau kesulitan dan tantangan
kerap menyapa perjalanannya.”
(50R: 75)

Kutipan tersebut menjelaskan setiap kesulitan yang

menyapa kita adalah keindahan bagi jalan yang akan kita lalui.

Kita tidak boleh putus asa dalam menghadapi kesulitan dan

tantangan yang kerap menyapa perjalanan hidup ini.

3) Jadilah Orang yang Mempunyai Pendirian

Amanat tersebut terdapat dalam novel 50 Riyal karya

Deny Wijaya. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini.

“Sepertinya tak ada pilihan lain bagi Dewi selain


menuruti apa kata perempuan itu. Namun semuanya itu
bertolak belakang dengan hati nuraninya. Perang batin
antara dua keputusan yang sama-sama sulit. Akan tetapi
dengan keyakinan yang mantap, Dewi memutukan untuk
tidak menuruti kemauan mami Zulaekha karena akan
berakhir juga di penjara dan bahkan akan membuat
murka Tuhan. Dewi berpikir lebih baik masuk penjara
dan mati daripada harus berbuat dosa.”
(50R: 84)

Kutipan di atas, menggambarkan tokoh Dewi yang

mempunyai pendirian teguh. Dewi dengan keyakinan yang

mantap tidak menuruti kemauan mami Zulaikha untuk

menjadikannya seorang pelacur. Dewi berpikir lebih baik masuk


96

penjara dan mati daripada harus berbuat dosa. Pendirian teguh

yang dimiliki Dewi juga terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Seolah sudah tak menggubris keputusan Dewi, wanita


itu tetap menyekapnya dalam sebuah kamar untuk
dipaksa menjadi pelacur.”
(50R: 85)

Kutipan di atas, menggambarkan keteguhan hati yang

dimiliki oleh Dewi. Dewi dengan tegas menolak perintah mami

Zulaekha untuk menjadikannya seorang pelacur. Meskipun di

ancam akan dijebloskan ke dalam penjara oleh Mami Zulaekha,

Dewi tetap pada pendiriannya untuk menjaga kesucian dirinya.

Berdasarkan kutipan di atas, peneliti menyimpulkan dalam

novel 50 Riyal karya Deny Wijaya terdapat banyak amanat yang dapat

menjadi pedoman kita dalam bertingkah laku. Amanat tersebut berupa

peduli dengan sahabatnya, tetap berusaha meraih sukses dan jangan

mudah putus asa, dan jadilah orang yang mempunyai pendirian.

2. Aspek-Aspek Sosiologi Sastra Novel 50 Riyal Karya Deny Wijaya

a. Aspek Cinta Kasih

Bentuk cinta kasih dalam novel 50 Riyal merupakan hal yang

sangat menarik. Dewi adalah seorang TKW yang ingin menjemput

mimpi-mimpinya meraih sukses bekerja di luar negeri. Di Jeddah,

secara tidak sengaja, dia bertemu dengan Bagas, seorang mahasiswa

University of King Abdul Azis yang juga berprofesi sebagai sopir


97

taksi. Mereka terlibat cinta kasih yang sangat mengharukan dan

dilematis. Kutipan cinta kasih dalam novel ini adalah sebagai berikut.

“Mendengar ucapan Bagas, sepertinya Dewi tak kuasa untuk


mengucapkan satu kata pun, hatinya bahagia. Seolah rasa
bahagianya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata”.
“Pemuda ini.Ya Tuhan... Andai pemuda ini tahu, setiap
ekspresi wajahnya itu makin memunculkan rasa cintaku Dewi
dan mengeruknya makin dalam”.
(50R: 150)

Dari kutipan di atas, Dewi terlihat sangat bahagia dan tak kuasa

untuk mengucapkan satu kata pun setelah bagas berjanji akan

melamar Dewi. Setiap ekspresi dari wajah Bagas semakin

memunculkan rasa Cinta Dewi dan mengeruknya makin dalam. Dewi

selalu merindukan Bagas dan selalu teringat wajah tampannya. Hal ini

terlihat pada kutipan berikut ini.

“Senyuman dari wajah tampan pemuda itu terus berputar-putar


di kepalanya. Seorang lelaki yang nyaris sempurna dan
memikat hati semua wanita. Dewi beranjak menuju meja
belajarnya, mengambil sebuah foto dari dalam tasnya”.
“Dia tak akan pernah bisa lupa saat pertama kali berjumpa
dengan seseorang yang telah memberikan cahaya indah di
dalam hatinya. Seseorang yang telah memberikan harapan dan
impian tentang masa depan. Sejenak Dewi mencoba untuk
memejamkan mata. Namun saat itu angan-angannya terbang
bersama angin malam. Kembali ingatannya tertuju pada
seorang yang terkasih di sana. Saat itu... Ya, saat itu...”
(50R: 155)

Dari kutipan di atas, Dewi terlihat jelas sangat mencintai

Bagas. Dewi selalu merindukan kekasihnya tersebut. Dewi tak akan

pernah bisa lupa terhadap Bagas yang telah memberikan harapan dan

impian tentang masa depan. Ingatannya selalu tertuju pada seorang

yang terkasih di sana.


98

Berdasarkan beberapa kutipan aspek cinta kasih di atas

disimpulkan bahwa Dewi sangat mencintai kekasihnya yang bernama

Bagas. Bagas juga sangat mencintai Dewi yang sering diungkapkan

lewat kata maupun perbuatan. Dewi tidak bisa melupakan Bagas dan

selalu merindukannya.

b. Aspek Kekerabatan

1. Kekerabatan Dewi dengan Bapaknya

Kekerabatan yang terjadi pada novel 50 Riyal sangatlah patut

untuk dicontoh karena kekerabatan keluarga sangat baik dan penuh

toleransi. Dewi anak bungsu dari tiga bersaudara dan dia adalah satu-

satunya anak perempuan. Dewi selalu meminta pendapat keluarga

disaat mengambil keputusan besar, seperti saat dia memutuskan untuk

memeluk islam. Bapak Dewi yang bernama Pak Thomas merupakan

sosok yang sangat bijaksana dan toleransi kepada keluarga maupun

kepada Dewi. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Biarkan Dewi yang memutuskan. Kalau dia memilih Islam


ya biarkan saja, kenapa harus ribut?” Sela Pak Thomas
mencairkan suasana.”
(50R: 68)

“Walaupun begitu, kebijaksanaan sebagai bapak benar-benar


terpancar pada sosok Pak Thomas. Dia menyadari bahwa
persoalan agama memang tak bisa dipaksakan. Yang
terpenting baginya adalah saling menghormati. Sebab, semua
agama mengajarkan umatnya untuk saling menghormati.
Begitu juga dengan kakak keduanya”.
(50R: 71)

Dari kutipan di atas Dewi dengan bapaknya mempunyai

hubungan yang sangat erat sekali. Dewi selalu melibatkan keluarga


99

terutama bapaknya dalam mengambil keputusan besar. Begitupun

ketika Dewi memutuskan memeluk agama islam. Bapaknya penuh

toleransi kepada anak bungsunya tersebut.

2. Kekerabatan Dewi dengan Rianti

Kekerabatan yang terjadi pada novel 50 Riyal sangatlah patut

untuk dicontoh karena kekerabatan mereka sangat erat. Selama di

tanah rantau Dewi mempunyai sahabat yang begitu akrab, yaitu

Rianti. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Seusai mengerjakan salat Isya, Rianti menghampiri Dewi


yang sedang tiduran di ranjang. Sejenak kemudian Rianti
merebahkan tubuhnya di samping Dewi. Memang selama ini
mereka tidur dalam satu kamar. Sementara dua pembantu
lainnya dari bangladesh juga sekamar. Jadi bisa dikatakan
kedekatan mereka sebagai sahabat sangat akrab. Meskipun
mereka berbeda akidah, mereka merasa senasib
sepenanggungan, sama-sama ingin merauh impian mereka di
tanah rantau.”
(50R: 63)

Dari kutipan di atas Dewi dengan Rianti nampak hubungan

kekerabatannya erat sekali seperti layaknya saudara, sama-sama anak

perantauan yang jauh dari keluarganya. Mereka tidur dalam satu

kamar, susah senang mereka berdua jalani. Meskipun mereka berbeda

akidah, mereka merasa senasib sepenanggungan, sama-sama ingin

meraih impian mereka di tanah rantau. Kekerabatan Dewi dengan

Rianti juga terlihat pada kutipan di bawah ini:

“Dengan bekal pemahaman islam yang cukup dalam, Rianti


dengan sabar menjelaskan seputar islam dan permasalahannya
kepada Dewi.”
(50R: 68)
100

Kutipan tersebut menunjukkan hubungan kekerabatan yang

erat antara Dewi dengan Rianti. Dewi yang merupakan seorang

muallaf sering bertanya tentang islam dan permasalahannya kepada

Rianti. Dengan senang hati Rianti menjelaskan tentang islam kepada

sahabat karibnya tersebut.

3. Kekerabatan Dewi dengan Asmiati

Ketika Dewi diculik oleh mami zulaekha, dia disembunyikan

dalam kamar apartemen. Di dalam kamar apartemen tersebut, Dewi

bertemu dengan Asmiati. Hubungan Dewi dan Asmiati sangat dekat.

Bahkan Asmiati berhasil membujuk Dewi untuk mengurungkan

niatnya bunuh diri. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Wi, dari sejuta alasan untuk mati, tetap ada satu alasan
untuk hidup. Tolong pikirkan sekali lagi. Bagaimana dengan
orang-orang yang mencintaimu? Kalau mereka terlihat kau
bergelantungan di tempat ini, pasti mereka sangat cemas dan
sedih. Apakah kau tidak rindu pada mereka dan pulang ke
kampung halamanmu? Apa kau mau namamu saja yang
pulang? Wi, sekali lagi tolong pikirkan kembali. Kau tidak
sendirian di sini, ada aku dan teman-teman lain yang akan
dengan senang hati berbagi suka dan duka denganmu
Percayalah, Tuhan akan menolong kita. “bujuk Asmiati.”
(50R: 89)

Dari kutipan di atas, Asmiati membujuk Dewi untuk

membatalkan niat bunuh diri. Asmiati berbagi masukan disaat batin

Dewi masih berkecamuk dengan keraguan. Asmiati dengan senang

hati berbagi suka dan duka dengan dewi. Kekerabatan Dewi dengan

Asmiati juga terlihat pada kutipan berikut.


101

“Wi, merapatlah kemari. Ingat, keluargamu dan orang-orang


yang mencintaimu sedang menanti kepulanganmu. Wi, insya
Allah semua ini segera berakhir.”
(50R: 88)

Meskipun tidak ada hubungan darah antara Dewi dengan

Asmiati, tapi kekerabatan mereka sangatlah kental. Asmiati terus

membujuk Dewi untuk mengurungkan niatnya bunuh diri. Asmiati

mengingatkan bahwa keluarga Dewi sangat merindukan

kepulangannya di rumah.

4. Kekerabatan Dewi dengan Andini.

Setelah divonis bebas oleh pemerintah Arab Saudi, dengan

dibantu pihak kedutaan Indonesia untuk Arab Saudi, akhirnya Dewi

dipulangkan ke tanah air. Di kampung halaman, Dewi bertemu dengan

sahabatnya yang bernama Andini. Hubungan kekerabatan Dewi

dengan Andini sangat erat. Asmiati menghibur Dewi, ketika Dewi

menangis karena teringat almarhum Bagas, kekasih Dewi yang

meninggal dalam kecelakaan pesawat. Hal ini terlihat pada kutipan di

bawah ini.

“Wi, hapuslah air matamu... sudahlah, jangan menangis lagi.


Aku mengerti akan kesedihanmu. Tersenyumlah...
dimanapun mas Bagas kini berada, tentulah dia akan sangat
bahagia melihatmu tersenyum.” Kata Andini lembut,
berusaha untuk menghibur Dewi. Untuk sesaat kemudian,
Dewi tersenyum kecil meski dia harus berusaha untuk
menyembunyikan perasaannya.”
(50R: 175)

Meskipun tidak ada ikatan darah di antara Dewi dan Andini,

namun perhatian yang Andini berikan seperti layaknya saudara.


102

Andini selalu menghibur Dewi untuk tidak bersedih hati. Ketika Dewi

meneteskan air mata karena teringat kekasihnya yang telah tiada,

Andini menghibur Dewi sehingga Dewi dapat tersenyum kembali.

Kekerabatan Dewi dengan Andini juga terlihat pada kutipan di bawah

ini.

“Dengan ditemani Andini, Dewi duduk menikmati


pertunjukkan warna langit yang Tuhan pertontonkan saat
menjelang sore”.
(50R: 174)

Dewi sering menghabiskan waktunya di pantai Nihiwatu

bersama Andini menjelang sore. Andini adalah sahabat akrab Dewi di

tempat kelahirannya. Mereka saling memberikan semangat dan peduli

satu sama lain. Dewi dan Andini sangat suka menikmati keindahan

langit menjelang sore Pantai Nihiwatu. Kekerabatan mereka sangat

erat dan sulit dipisahkan.

Berdasarkan beberapa kutipan aspek kekerabatan di atas,

penulis menyimpulkan bahwa kekerabatan dalam keluarga sangatlah

erat. Selain memiliki keluarga yang cukup harmonis meskipun

berbeda keyakinan, Dewi juga mempunyai beberapa sahabat baik

antara lain Asmiati, Rianti, dan Andini yang sudah seperti saudara.

c. Aspek Ekonomi

Dewi terlahir dari keluarga ekonomi pas-pasan, bahkan bisa

dibilang kekurangan. Setelah lulus SMA, Dewi ingin melanjutkan ke

perguruan tinggi tetapi terkendala biaya. Hal ini terlihat pada kutipan

di bawah ini.
103

“Sebenarnya Dewi ingin sekali melanjutkan pendidikannya


ke jejang perguruan tinggi. Namun keinginannya itu hanya
tinggal angan-angan belaka. Setelah lulus SMA, bapak dan
ibunya tak mampu memenuhi keinginanya untuk kuliah
karena biaya masuk ke perguruan tinggi makin mahal. Untuk
ukuran keluarganya, mana mungkin bisa terjangkau.”
(50R: 57)

Dari kutipan di atas Dewi sebenarnya ingin melanjutkan kuliah

setelah tamat SMA. Namun keinginannya itu hanya tinggal angan-

angan belaka karena keluarganya tak mampu memenuhi keinginannya

kuliah. Akhirnya Dewi memutuskan untuk merantau ke luar negeri.

Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Akhirnya bekerja adalah pilihan yang terbaik baginya. Tapi


mau bekerja apa? Setelah cukup lama dipikirkan, Dewi
memutuskan untuk merantau ke luar negeri. Melalui
perusahaan jasa TKI, Dewi ingin menjemput mimpi-
mimpinya meraih sukses bekerja di luar negeri”.
(50R: 57)

Dewi memutuskan untuk bekerja setelah dirinya ke perguruan

tinggi. Setelah berpikir panjang akhirnya Dewi memutuskan untuk

merantau ke luar negeri. Dewi ingin menjemput mimpi-mimpinya

meraih sukses bekerja di luar negeri.

Berdasarkan beberapa kutipan aspek ekonomi di atas dapat

disimpulkan bahwa Dewi berasal dari keluarga yang pas-pasan. Orang

tua Dewi tidak sanggup membiayainya untuk masuk ke perguruan

tinggi. Keadaan ekonomi keluarga yang lemah mendorong Dewi

untuk bekerja sebagai TKW di Arab Saudi dan berharap meraih

kesuksesan nantinya.
104

d. Aspek Moral

Pesan moral adalah amanat yang terkandung dalam cerita baik

tersirat maupun tersurat yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang

menjadi pegangan seseorang atau masyarakat dalam mengatur tingkah

laku.

Bentuk-bentuk moral dalam novel 50 Riyal adalah sebagai berikut:

1. Teguh Pendirian

Berikut ini uraian tentang pesan moral pekerja keras dalam

kaitannya dengan posan moral yang terdapat dalam novel 50 Riyal

karya Deny Wijaya. Dan dapat kita lihat dalamkutipan berikut ini :

“Sepertinya tak ada pilihan lain bagi Dewi selain menuruti


apa kata perempuan itu. Namun semuanya itu bertolak
belakang dengan hati nuraninya. Perang batin antara dua
keputusan yang sama-sama sulit. Akan tetapi dengan
keyakinan yang mantap, Dewi memutuskan untuk tidak
menuruti kemauan mami Zulaikha karena akan berakhir
juga di penjara dan bahkan akan membuat murka Tuhan.
Dewi berpikir lebih baik masuk penjara dan mati dari pada
harus berbuat dosa.”
(50R: 84)
“Seolah sudah tidak menggubris keputusan Dewi, wanita
itu tetap menyekapnya dalam sebuah kamar untuk dipaksa
menjadi pelacur. Kini tahulah Dewi bahwa mantan
majikan perempuannya itu adalah seorang mucikari alias
germo. Mengapa dia berbuat seperti itu, padahal dia
sendiri juga seorang wanita yang juga punya hati nurani.
Selama dalam penyekapan, Dewi sering kali mengalami
perlakuan kasar dan kekerasan fisik. Betapa pun upaya
perempuan itu untuk melacurkan Dewi, Dewi senantiasa
tegar dengan keputusannya meski berada dalam bayang-
bayang ancaman dan siksaan.”
(50R: 85)

Dari kutipan tersebut memberikan pesan moral bahwa

seseorang harus mempunyai pendirian di dalam hidupnya. Jangan


105

pernah melakukan sesuatu hal yang bertolak belakang dengan hati

nurani kita. Ketika kita menghadapi keputusan yang sama-sama

sulit, kita harus mempunyai keyakinan dan pendirian yang teguh.

Dengan pendirian teguh seseorang pasti bisa menghadapi dan

melewati segala kesulitan yang datang kepada dirinya.

2. Kesabaran

Berikut ini adalah uraian tentang pesan moral kesabaran

dalam kaitannya dengan pesan moral yang terdapat dalam novel 50

Riyal karya Deny Wijaya. Dan dapat kita lihat dalam kutipan

berikut ini:

“Selama lebih dari setahun Dewi menghabiskan hari-


harinya di dalam jeruji besi dengan penuh kesabaran.
Selama itu pula sering kali Dewi mengalami kesulitan
dalam menghubungi siapa pun. Polisi setempat
melarangnya untuk berbicara atau membuat pernyataan
dan menghubungi orang lain. Bahkan dalam penjara, Dewi
acap kali mengalamitindakan kekerasan oleh oknum
aparat polisi dan dipaksa mengakui perbuatan yang
sebenarnya tidak dia lakukan.”
(50R: 118)

Dari kutipan tersebut memberikan peasan moral bahwa

kesabaran merupakan sebuah keutamaan yang menghiasi diri

seorang mukmin, di mana orang itu mampu mengatasi berbagai

kesusahan dan tetap berada dalam ketaatan kepada Allah meskipun

kesusahan dan cobaan itu begitu. Seorang mukmin harus senantiasa

bersabar dan mengharap dengan sangat keridhoan Alloh serta

mencita-citakan untuk mendapat pahala-Nya dan segala apa yang

disediakan bagi orang-orang yang sabar.


106

3. Tawakal

Berikut adalah uraian tentang pesan moral tawakkal dalam

kaitannya dengan pesan moral yang terdapat dalam novel 50 Riyal

karya Deny Wijaya. Dan dapat kita lihat dalam kutipan berikut ini :

“Serahkan semua pada Alloh. Dia pasti akan memberikan


sesuatu yang terbaik buatmu. Kebenaran pasti yang akan
membelamu.”
“Sudahlah jangan menangis lagi, serahkanlah semua pada
Alloh ya... Kamu harus bersiap, sebentar lagi sidang
segera dimulai. Kami pergi dulu. Tetap tenang dan
teruslah bedoa.”
“Dewi merasa lebih tegar untuk melalui sidang kali ini.
Dewi yakin, kali ini Alloh akan menunjukkan keadilan-
Nya.”
(50R: 139)

Dari kutipan tersebut memberikan pesan moral bahwa

seseorang yang memiliki sifat tawakal akan merasakan ketenangan,

ketentraman dan senantiasa merasa mantap dan optimis. Di

samping itu, juga akan mendapatkan kekuatan spiritual, serta

keperkasaan luar biasa yang dapat mengalahkan segala kekuatan

yang bersifat material. Selain itu juga merasakan kerelaan yang

penuh atas segala yang diterimannya, dan selanjutnya akan

senantiasa memiliki harapan atas segala yang dikehendaki.

4. Taat beribadah

Berikut ini adalah uraian tentang pesan moral taat

beribadah dalam kaitannya dengan pesan moral yang terdapat

dalam novel 50 Riyal karya Deny Wijaya. Hal itu dapat kita lihat

pada kutipan di bawah ini:


107

“Suara azan zuhur pun bergema. Sejenak meredalah isak


tangis Dewi. Terpanggil jiwanya untuk menyelesaikan
kewajiban spiritualnya menghadap pada Yang Maha
Kuasa. Segera dia tunaikan ibadah salat dzuhur. Ia sangat
khusyuk dalam doa yang dia panjatkan di siang itu.”
(50R: 85)

Dari kutipan terebut memberikan pesan moral bahwa

ibadah di dalam syariat Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai

dan diridhai-Nya. Karena Alloh menciptakan manusia, mengutus

para Rasul dan menurunkan kitab-kitab suci-Nya. Orang yang

melaksanakannya dipuji dan yang enggan melaksanakannya dicela.

Di antara keutamaan ibadah bahwasannya ibadah menyucikan jiwa

dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat tertinggi

menuju kesempurnaan manusiawi.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan aspek moral

dalam novel 50 Riyal terdiri aspek moral antara Dewi dengan

Tuhannya yang meliputi taat beribadah, tawakal, dan kesabaran.

Aspek moral antara Dewi dengan dirinya sendiri yaitu teguh

pendirian.

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Novel 50 Riyal Karya Deny

Wijaya di SMA

Data yang digunakan sebagai rencana pelaksanaan pembelajaran

novel 50 Riyal karya Deny Wijaya dalam keterampilan membaca di kelas

XI SMA, yaitu sebagai berikut.


108

a. Identitas Mata Pelajaran

Identitas mata pelajaran dalam pembelajaran ini, yaitu sebagai berikut.

1) Satuan pendidikan : SMA

2) Kelas : XI

3) Semester :2

4) Alokasi Waktu : 4 x 45 menit ( 1 pertemuan)

5) Mata pelajaran : Bahasa Indonesia

b. Kompetensi Inti

Kompetensi inti adalah gambaran secara kategorial mengenai

kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang

harus dipelajari siswa untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata

pelajaran. Kompetensi inti dalam pembelajaran ini, yaitu sebagai berikut.

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli ( gotong royong, kerjasama, toleran, damai ),

santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai

bagian solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan

diri sebagi cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,


109

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang

kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah

4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan

ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya

di sekolah secra mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif,

dan mampu menggunakan metode sesuia kaidah keilmuan.

c. Kompetensi Dasar dan Pencapaian Indikator Kompetensi

Kompetensi dasar merupakan kemampuan spesifik yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan

atau mata pelajaran. Indikator pencapaian merupakan penanda

pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang

dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Kompetensi dasar dan pencapaian indikator kompetensi dalam

pembelajaran ini, yaitu :

1. Mensyukuri Anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan

menggunakanya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk

mempersatukan bangsa

2. Menunjukkan perilaku tanggung jawab, responsif dan imajinatif

dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk berekspresic.

3. Memahami unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal baik

melalui lisan maupun tulisan


110

a) Mengidentifikasi unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50

Riyal

b) Menyebutkan unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50

Riyal

c) Menjelaskan unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50

Riyal baik secara lisan maupun tulisan.

d. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar

yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi

dasar. Tujuan dalam pembelajaran ini, yaitu:

1. mengidentifikasi unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal

baik melalui lisan maupun tulisan.

2. menyebutkan unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal

baik lisan maupun tulisan.

3. menjelaskan unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal

baik melalui lisan maupun tulisan.

e. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran memuat pengertian konseptual, gugus isi

atau konteks, proses, bidang ajar, pokok bahasan, dan keterampilan.

Materi dalam pembelajaran ini, yaitu sebagai berikut.

1) Pengertian novel

Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan

manusia (dalam jangka yang lebih panjang). Konflik-konflik yang


111

terjadi di dalam novel akhirnya menyebabkan perubahan jalan hidup

antar pelakunya.

2) Unsur intrinsik novel

a) Tema

Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang

sebuah karya sastra yang terkandung di dalam teks sebagai struktur

semantis yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-

perbedaan. Nurgiyantoro (2013: 115) menyatakan tema adalah

gagasan (makna) dasar umum yang menopang sebuah karya sastra

sebagai struktur semantis dan bersifat abstrak yang secara

berulang-ulang dimunculkan lewat motif-motif dan biasanya

dilakukan secara implisit.

b) Tokoh dan penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting

dalam prosa. Isitilah tokoh digunakan untuk menunjuk pada

orangnya atau pelaku cerita. Istilah penokohan dipakai untuk

melukiskan gambaran yang jelas tentang seorang yang ditampilkan

dalam sebuah cerita

c) Alur

Alur merupakan rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita

yang memiliki hubungan kausal. Di dalam rangkaian peristiwa

tersebut terdapat peristiwa yang menyebabkan atau menjadi


112

dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan

karena akan berpengaruh pada keseluruhan cerita.

d) Latar

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu

mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan

lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan. Pada banyak prosa khususnya novel, latar membentuk

suasana emosional tokoh cerita, misalnya cuaca yang ada di

lingkungan tokoh memberi pengaruh terhadap perasaan tokoh

cerita.

e) Sudut pandang

Sudut pandang adalah posisi atau sudut mana yang menguntung-

kan untuk menyampaikan kepada pembaca terhadap peristiwa dan

cerita yang diamati dan dikisahkan.

f) Amanat

Amanat adalah pesan yang disampaikan oleh pengarang dalam

karya sastra, baik secara implisit ataupun secara eksplisit.

3) Aspek-aspek sosial

Aspek sosial adalah kajian yang berhubungan dengan struktur

luar karya sastra yang mempengaruhi hadirnya karya sastra tersebut.

Aspek-aspek sosial yang peneliti lakukan sebagai berikut.

b. Kekerabatan

c. Moralitas
113

d. Perekonomian

e. Cinta kasih

f. Metode Pembelajaran

Metode yang dapat digunakan dalam penelitian sastra antara lain,

metode ceramah, diskusi, dan pemberian tugas. Tiga metode tersebut

saling melengkapi dan saling terikat dalam pembelajaran sastra.

Penjelasan dari ketiga metode tersebut yaitu.

1) Ceramah
Metode ceramah dilaksanakan dengan uraian-uraian oleh guru

di hadapan siswa-siswanya. Metode ceramah dapat digunakan pada

kegiatan pembelajaran dengan intensitas materi yang banyak. Melalui

metode ceramah seorang pendidik akan mampu menguasi peserta

didik secara lebih maksimal, sehingga akan menghasilkan pemahaman

materi yang lebih baik.

2) Diskusi

Dengan metode diskusi, semua siswa diajak aktif berpikir

untuk membicarakan pemecahan suatu soal secara gotong royong.

Pemecahan tersebut nantinya membutuhkan dan meminta persetujuan

dari pendidiknya.

3) Pemberian Tugas

Dalam metode pemberian tugas ini yaitu pendidik memberi

tugas-tugas berupa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh

murid-murid. Tugas yang diberikan hendaknya jelas dan tegas


114

merangsang siswa. Hasil dari pekerjaan tersebut kemudian

dipertanggungjawabkan kepada guru pada hari-hari berikutnya.

g. Media Belajar
Media belajar merupakan alat yang berfungsi sebagai alat
bantu belajar mengajar yang efektif. Media belajar dalam
pembelajaran ini, yaitu sebagai berikut.
1) LCD
2) Laptop
3) Program powerpoint

h. Sumber Belajar

Sumber belajar adalah bahan ajar yang memuat teks/ materi ajar

yang dijadikan rujukan untuk mencapai kompetensi dasar. Sumber

belajar dalam pembelajaran ini, yaitu:

1) novel 50 Riyal karya Deny Wijaya;

2) buku Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyantoro;

3) buku tentang aspek sosiologi sastra;

4) modul pembelajaran bahasa Indonesia untuk kelas XI.

i. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sastra mengenai aspek

sosiologi sastra novel 50 Riyal karya Deny Wijaya, yaitu sebagai berikut.

Pertemuan I

1) Pendahuluan (15 menit)

Tugas guru pada tahap pendahuluan dalam pembelajaran ini, antara

lain:
115

a) Peserta didik merespons salam, dan berdoa mengawali kegiatan

pembelajaran.

b) Peserta didik merespons pertanyaan dari guru berhubungan

dengan pembelajaran sebelumnya.

c) Peserta didik menerima informasi dengan proaktif tentang

keterkaitan pembelajarn sebelumnya dengan pembelajaran yang

akan dilaksanakan.

d) Peserta didik menerima informasi kompetensi, materi, tujuan,

manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2) Inti (150 menit)


a) Mengamati:
 Peserta didik membaca novel 50 Riyal karya Deny Wijaya.

o Peserta didik mencermati uraian yang berkaitan dengan unsur-

unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal

b) Mempertanyakan

 Peserta didik mempertanyakan uraian yang berkaitan dengan

unsur-unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal.

c) Mengeksplorasi

 Peserta didik menganalisis unsur intrinsik novel (tema, tokoh

dan penokohan, latar, alur, sudut pandang,dan amanat) dengan

cermat.

 Peserta didik menganalisis aspek-aspek sosial novel (aspek cinta

kasih, aspek kekerabatan, aspek ekonomi, dan aspek moral)

dengan cermat
116

d) Mengasosiasi

 Peserta didik mendiskusikan hasil temuan terkait dengan unsur

intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal.

 Peserta didik menyimpulkan unsur intrinsik dan aspek-aspek

sosial novel 50 Riyal dalam diskusi kelas dengan saling

menghargai.

e) Mengomunikasikan

 Membacakan hasil diskusi tentang temuan terkait dengan

unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal

 mempresentasikan unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel

50 Riyal dengan rasa percaya diri

 menanggapi presentasi teman/ kelompok lain secara santun

3) Penutup (15 menit)

a) Peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

b) Peserta didik melakukan evaluasi pembelajaran.

c) Peserta didik saling memberikan umpan balik hasil evaluasi

pembelajaran yang telah dicapai.

d) Peserta didik mengakhiri pembelajaran dengan berdoa.

j. Evaluasi atau Penilaian Pembelajaran

Evaluasi proses dan hasil dalam pembelajaran sastra di SMA dapat

berlangsung lewat kegiatan, baik lisan maupun tertulis. Evaluasi merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses belajar mengajar.

Evaluasi dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam


117

memahami dan mendalami materi yang dijelaskan penulis. Evaluasi

pembelajaran novel 50 Riyal karya Deny Wijaya adalah sebagai berikut.

1. Penilaian Otentik

a. Penilaian Proses
Penilaian Sikap

No Aspek yang Teknik Waktu Instrumen


dinilai Penilaian Penilaian Penilaian
1. Religius
2. Tanggung jawab
3. Disiplin Pengamatan Proses Lembar
4. Proaktif Pengamatan
5. Jujur

b. Penilaian Hasil
1. Penilaian Pengetahuan
No Indikator Teknik Bentuk Instrumen
Pencapaian Penilaian Penilaian
Kompetensi
a. Kemampuan Proses Uraian Jelaskan
memahami unsur unsur
intrinsik novel 50 intrinsik
Riyal novel 50
Riyal
b. Kemampuan Proses Uraian Jelaskan
memahami aspek- aspek-aspek
aspek sosial novel 50 sosial novel
Riyal 50 Riyal
118

c. Penilaian Keterampilan
Menjelaskan Proses Uraian Jelaskan aspek kekerabatan
aspek kekerabatan novel 50 Riyal
novel 50 Riyal

2. Pedoman Penskoran
No Petunjuk Penskoran Skor
1. Tepat 3
Kurang tepat 2
Tidak tepat 1
2. Tepat 3
Kurang tepat 2
Tidak tepat 1
3. Tepat 3
Kurang tepat 2
Tidak tepat 1

Keterangan
Nilai = Perolehan skor x 100
Jumlah skor maksimal
119

BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini dipaparkan dua subbab, yaitu simpulan dan saran. Di

bawah ini akan dijelaskan dua subbab tersebut.

A. Simpulan

Simpulan dalam penelitian ini, berisi jawaban singkat dari masalah

yang diteliti pada analisis dan pembahasan. Berdasarkan uraian pada analisis

dan pembahasan data penelitian, peneliti mengambil simpulan sebagai berikut.

1. Unsur intrinsik novel 50 Riyal karya Deny Wijaya meliputi tema,

penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat. Tema dalam novel 50

Riyal adalah perjuangan dan kesabaran seseorang dalam menjalani takdir

hidupnya. Tokoh dan penokohanya adalah Dewi (religius, teguh pendirian,

setia, pendiam dan tertutup), Bagas (penolong, sabar, dan religius), Zulaikha

(durhaka, kejam, temperamental, keras kepala, dan kasar), Abdullah

(penakut dan genit), Asmiati (peduli terhadap sesama), Rianti (religius),

Andini (Baik hati). Latar yang digunakan dalam novel ini adalah latar

tempat, latar waktu dan latar suasana. Latar tempat (rumah Abdullah,

apartemen, penjara Malaaz di Saudi, bandara El Tari Kupang, dan pantai

Nihiwatu). Latar waktu (siang, sore, dan malam). Latar suasana (bahagia,

marah, gelisah, panik, dan takut). Sudut pandang yang digunakan dalam

novel ini yaitu persona ketiga dengan menyebutkan kata ganti “dia”.

Amanat yang terdapat dalam novel ini adalah peduli dengan sahabat, tetap

119
120

berusaha meraih sukses dan jangan mudah putus asa, dan jadilah orang yang

mempunyai pendirian.

2. Aspek-aspek sosial yang terkandung dalam novel 50 Riyal karya Deny

Wijaya meliputi empat aspek nilai sosial. Aspek cinta kasih meliputi : cinta

kasih Dewi dengan Bagas. Aspek kekerabatan meliputi : kekerabatan Dewi

dengan Bapaknya, kekerabatan Dewi dengan Rianti, kekerabatan Dewi

dengan Asmiati, kekerabatan Dewi dengan Andini. Aspek ekonomi meliputi

: ekonomi kelas bawah dan ekonomi kelas atas. Aspek moral Dewi dengan

Tuhan meliputi : tawakal dan ketaatan beribadah kepada Alloh, nilai moral

Dewi dengan dirinya sendiri meliputi teguh pendirian dan kesabaran.

3. Rencana pelaksanaan pembelajaran novel 50 Riyal karya Deny Wijaya di

SMA disesuaikan dengan kurikulum 2013 terdiri atas beberapa komponen,

yaitu : identitas mata pelajaran (satuan pendidikan, kelas, semester, alokasi

waktu, dan mata pelajaran), kompetensi inti (aspek sikap, pengetahuan, dan

keterampilan), kompetensi inti dan pencapaian indikator kompetensi (siswa

mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50

Riyal), tujuan pembelajaran (siswa dapat menganalisis unsur-unsur intrinsik

dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal), materi pembelajaran (naskah novel

50 Riyal karya Deny Wijaya, yang dibahas adalah unsur-unsur intrinsik dan

aspek-aspek sosial novel tersebut), metode pembelajaran (metode ceramah,

tanya jawab, penugasan), media pembelajaran (laptop dan LCD, fotokopi

materi, dan media power point), sumber belajar (novel 50 Riyal karya Deny

Wijaya, buku teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiantoro, buku


121

tentang aspek sosiologi sastra, dan modul pembelajaran bahasa Indonesia

untuk kelas XI), langkah-langkah pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan

inti, kegiatan akhir), dan penilaian (penilaian otentik : penilaian proses,

penilaian hasil, dan penilaian keterampilan)

B. Saran

Berdasarkan analisis data dan pembahasaan data tersebut, peneliti dapat

memberikan beberapa saran berikut ini.

1. Bagi guru, novel 50 Riyal dapat dijadikan media pembelajaran bahasa dan

sastra Indonesia karena di dalamnya sarat dengan nilai-nilai sosial seperti

cinta kasih, kekerabatan, ekonomi, dan moral.

2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

khususnya tentang analisis sosiologi sastra dan teori pembelajaran sastra

pada novel 50 Riyal.

3. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini dapat dipilih sebagai salah satu

referensi yang serupa dan mampu menemukan nilai-nilai sosial di dalam

novel-novel lainnya. Selanjutnya peneliti lain dapat memanfaatkan nilai-

nilai sosial bagi dunia pendidikan, agar mampu menjawab permasalahan

yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

4. Bagi pembaca, diharapkan dapat lebih memahami isi novel 50 Riyal dan

mengambil manfaat dari novel tersebut. Selain itu, pembaca dapat semakin

jeli dalam memilih bahan bacaan (khususnya novel) dengan memilih

novel-novel yang mengandung nilai-nilai sosial dan dapat menggunakan

hasil penelitian ini untuk sarana pembinaan watak diri pribadi.


122

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Baribin, Raminah. 1989. Teori dan Apresiasi Fiksi. Semarang: IKIP Press.

Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi sastra Sebuah Pengantar Ringkas.


Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Faruk. 2014. Pengantar Sosiologi Sastra Dari Struktural Genetik Sampai


Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiski. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Nurhayati. 2012. Pengantar Ringkas Teori Sastra. Yogyakarta: Media Perkasa.

Nurhayati. 2013. Apresiasi Prosa Fiksi Indonesia. Yogyakarta: Cakrawala Media.

Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka


Belajar

Roestiyah. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Setyorini, Yully. 2012. “Analisis Sosiologi Sastra Novel Dalam Mihrab Cinta
Karya Habiburahman El Shirazi dan Skenario Pembelajarannya di kelas
XI SMA”. Purworejo. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Stanton, Robert. 2012. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:


Universitas Sanata Dharma.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukirno. 2009. Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif. Purworejo: UMP Press

Wellek Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia

Wibowo, Undip. 2010. “Kajian Sosiologi Sastra Novel Rindu Kami PadaMU
Karya Garin Nugroho dan Kemungkinan Pembelajarannya di Kelas XI
SMA”. Purworejo. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Wijaya, Deni. 2015. 50 Riyal. Bandung: Nuansa Aulia.

122
123
Lampiran 1

SINOPSIS NOVEL

Di dalam novel 50 Riyal ini menceritakan seorang TKW yang bekerja di


Arab Saudi. Tingkah laku yang diperlihatkan oleh tokoh utama sangat baik dan
patut dijadikan pedoman. Tokoh tersebut bernama Dewi. Awal ceritanya bermula
saat Dewi bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi. Dewi dengan
penuh kesabaran bekerja tak kenal waktu, tak kenal istirahat. Tenaganya diperas
layaknya budak. Kondisi ini makin diperparah dengan sikap majikan laki-lakinya,
Abdullah. Ia bersikap genit dan suka mengganggunya. Juga di tambah sikap kasar
majikan perempuannya yang bernama Zulaikha karena cemburu padanya.

Suatu ketika pada malam hari, majikan laki-laki Dewi yang bernama
Abdullah berusaha untuk merenggut kehormatannya. Dewi berhasil lolos dari
usaha pemerkosaan tersebut, akan tetapi istri Abdullah melaporkan Dewi ke polisi
dengan tuduhan telah membunuh suaminya dan mencuri perhiasan miliknya.
Dalam pelarian menghindari polisi Saudi, Dewi bertemu dengan Bagas, seorang
mahasiswa King Abdul Aziz yang bekerja sebagai sopir taksi. Bagas merasa
simpati dengan nasib Dewi yang difitnah oleh mantan majikan perempuannya
telah melakukan pembunuhan dan pencurian. Bagas menolong Dewi dengan
menyembunyikan Dewi di sebuah apartemen penampungan. Lambat laun, benih-
benih cinta tumbuh di antara hati Bagas dan Dewi.

Pada suatu malam, Dewi diculik dari apartemen penampungan oleh


Zulaikha, mantan majikan perempuannya yang ternyata seorang mucikari. Dewi
disekap dalam sebuah kamar dan dipaksa untuk menjadi seorang pelacur.Selama
dalam penyekapan, Dewi sering kali mengalami perlakuan kasar dan kekerasan
fisik. Betapa pun upaya perempuan itu untuk melacurkan Dewi, Dewi senantiasa
tegar dengan keputusannya meski berada dalam bayang-bayang ancaman dan
siksaan. Dewi mencoba bunuh diri dengan meloncat dari jendela apartemen
tempat dia disekap. Dewi mengurungkan niatnya untuk mengakhiri hidup setelah
dibujuk oleh Asmiati, teman sekamar Dewi ketika dirinya disekap oleh Zulaikha.
Seiring berjalannya waktu, Dewi dijebloskan ke dalam penjara Malaaz,
Saudi. Di dalam penjara, Dewi acap kali mengalami tindakan kekerasan oleh
oknum aparat polisi dan dipaksa mengakui perbuatan yang sebenarnya tidak dia
lakukan. Pada sidang ketiga, pengadilan Arab Saudi menjatuhkan vonis mati bagi
Dewi karena dituduh telah melakukan pembunuhan dan perzinaan dengan
majikan laki-lakinya serta telah melakukan pencurian perhiasan milik majikan
perempuannya, Zulaikha. Hukuman yang bakal dijatuhkan adalah pancung.

Bagas berusaha sekuat tenaga untuk membantu Dewi terlepas dari hukuman
mati, Bagas yakin Dewi tidak melakukan seperti yang dituduhkan. Merasa jalan
mediasi sudah tidak bisa dilanjutkan, Bagas akan menempuh jalan terakhir, yakni
banding dengan melakukan pembelaan terakhir untuk Dewi. Bagas didukung oleh
sahabat-sahabatnya sesama mahasiswa Universitas King Abdul Aziz asal
Indonesia, tim pembela, dan perwakilan dari pemerintah Indonesia melakukan
pembelaan untuk Dewi. Banding tersebut berhasil dan Dewi divonis bebas oleh
pemerintah Arab Saudi. Dengan bantuan pihak Kedutaan Indonesia untuk Arab
Saudi, akhirnya Dewi dipulangkan ke tanah air.

Setelah tiga tahun berlalu, saat yang ditunggu Dewi akhirnya datang juga.
Rasa kerinduan yang mendalam terhadap Bagas akan terobati karena Bagas akan
bertolak ke Sumba, Nusa Tenggara Timur, untuk bertemu Dewi. Harapan Dewi
untuk bertemu dengan kekasihnya tersebut lenyap karena Bagas meninggal dunia
setelah pesawat yang ditumpanginya menuju Sumba mengalami kecelakaan dan
terbakar. Meski ditinggal kekasih untuk selamanya, cinta Dewi tetap abadi hanya
untuk Bagas.
Lampiran 2

BIOGRAFI PENGARANG NOVEL

Terlahir dengan nama Deni Wijaya, di Bandung, 20 Juli 1983. Sudah


menyelesaikan studi S1 Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas
Padjajaran (2003-2007). Karya pertamanya adalah Kupu-Kupu Kertas, diterbitkan
oleh Regina Media pada 2013.

Deni pernah meraih penghargaan sebagai 10 Karya Terbaik Lomba Cerpen


Pekan Seni Mahasiswa Indonesia Regional (Peksiminal) oleh Badan Pembina
Seni Mahasiswa Indonesia (BPMSI) wilayah Jawa Barat tahun 2008; Juara 2
Lomba Karya Komik Tokoh Sejarah (LKKTS) se- Indonesia dalam Pekan
Nasional Cinta Sejarah (Pentas) oleh Ditjen Nilai Sejarah dan Purbakala,
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI tahun 2012; dan Juara 1 Sayembara
penulisan naskah NA oleh CV Nuansa Aulia Bandung tahun 2014.
Lampiran 3

KARTU PENCATAT DATA

Unsur Intrinsik Novel 50 Riyal karya Deny Wijaya


Tema
No. Data Kutipan Novel Halaman
1. Tema Mayor
a. Perjuangan seorang wanita dalam menjalani kehidupan
“Dewi berkeinginan untuk pergi menjadi TKW. Apalagi
saat itu kondisi ekonomi keluarga pas-pasan. Dewi
memutuskan untuk tidak meneruskan sekolah sampai 54
jenjang SMA karena orang tuanya tidak punya cukup
biaya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.”
“Tulisan ‘Dewi loves Bagas forever’ yang terbingkai oleh
goresan berbentuk hati yang tertusuk anak panah begitu
besarnya terpampang di hamparan pasir. Tulisan itu
176
merupakan gejolak hati Dewi yang dia ungkapkan melalui
hamparan pasir itu. Harapan akan keabadian cinta. Lukisan
di hamparan pasir pantai itu menjadi saksi bisu kekuatan
cinta.”
Tema Minor
a. Perjuangan meraih kesuksesan
”Akhirnya bekerja adalah pilihan yang terbaik baginya.
Tapi mau bekerja apa? Setelah cukup lama dipikirkan,
Dewi memutuskan untuk merantau ke luar negeri. Melalui
perusahaan jasa TKI, Dewi ingin menjemput mimpi-
57
mimpinya meraih sukses bekerja di luar negeri. Sebelum
diberangkatkan ke negara tujuan, para calon TKI harus
mengikuti pelatihan dan karantina terlebih dahulu di
penampungan selama beberapa bulan.”
b. Perjuangan menjadi mualaf
“Berbekal sedikit ilmu tentang islam dan tekad yang kuat,
setelah melalui pemikiran yang cukup panjang dan rumit,
akhirnya Dewi mengucapkan dua kalimat syahadat. Sejak
saat itu dia akan melalui hari-harinya sebagai seorang
71
muslimah dengan segala kewajiban yang harus dia
tunaikan. Resmi sudah Dewi menjadi seorang mualaf,
saudara baru bagi kaum muslimin. Jiwanya merasakan
ketenangan tersendiri setelah memeluk agama islam.”
c. Perjuangan mempertahankan kesetiaan cinta
“Wan, jika tak sampai umurku, ku ingin kau sampaikan
maaf dan salam rinduku untuk Dewi. Tolong katakan
padanya bahwa aku sangat mencintainya. Sungguh, aku
167
tidak ada maksud sedikitpun meninggalkannya...”
“Tidak, Wan..sampaikan salamku untuk..ny..nya...”Bagas
sudah tidak mampu lagi untuk meneruskan ucapannya, dia
tak sadarkan diri. Kondisinya sangat kritis.
2. Tokoh dan Penokohan
1. Tokoh Utama
a. Dewi
“Suara azan zuhur pun bergema. Sejenak meredalah isak
tangis Dewi. Terpanggil jiwanya untuk menyelesaikan
kewajiban spiritualnya menghadap pada Yang Mahakuasa. 85
Segera dia tunaikan ibadah solat zuhur. Ia sangat khusyuk
dalam doa yang dia panjatkan disiang itu”. (Religius)
2. Tokoh Tambahan
a. Bagas
“Aku sangat prihatin dan kasihan atas nasib yang
menimpa Dewi. Aku ingin membantunya keluar dari 109
masalahnya. Dia gadis yang baik”. (Penolong)
b. Zulaikha
“Zulaikha tuh germo alias mucikari di sini. Dia
sebenarnya juga orang Indonesia. Dulu dia juga seorang
TKW, tapi kemudian diperistri oleh seorang juragan 15
kebab. Tapi Gas, dia terkenal sebagai mucikari yang
kejam dan temperamental kasihan anak buahnya”.
(Temperamental)
c. Abdullah
“Singkat kata, dia tipe suami takut istri. Jika istrinya
sudah marah, nyalinya akan menciut. Sering kali hak-
haknya sebagai seorang suami atas istrinya tidak 14
terpenuhi”. (Penakut)
d. Rianti
“Bergegas Rianti ke kamar mandi untuk mengambil air
wudu. Kemudian dengan mengenakan mukena putih dia
mengerjakan salat empat rakaat. Tanpa dia sadari, diam-
diam sepasang mata Dewi sering memperhatikan Rianti 62
saat mengerjakan salat. Dari dulu hingga saat ini, ibu
dan kakaknya juga rajin mengerjakan salat dan
gerakannya juga sama seperti yang dilakukan Rianti”.
(Religius)
e. Asmiati
“Selama ini aku berusaha untuk tidak menceritakannya
pada orang lain. Cukup aku dan Tuhan saja yang
tahu....” jawab Asmiati dengan nada berat. Pandangan 88
matanya mengarah jauh entah ke mana.” (Penutup)
f. Andini
“Wi... sudahlah ayo kita kembali ke lobi, yakinlah
bahwa Mas Bagas selamat. Kita di sini berdoa untuk
keselamatan mereka semua. Tenang...tenang ya Wi,
yang sabar ya... yang dapat kita lakukan saat ini adalah 171
berdoa dan pasrah kepada Alloh. Ingat, menunggu
kabar selanjutnya. Mereka semuapun di sini pasti sangat
mengharapkan keselamatan bagi orang-orang yang
mereka cintai.” (Baik Hati)
g. Pak Thomas
“Walaupun kebijaksanaan sebagai bapak benar-benar
terpancar pada sosok pak Thomas. Dia menyadari
bahwa persoalan agama memang tak bisa dipaksakan. 71
Yang terpenting baginya adalah saling menghormati.
Sebab, semua agama mengajarkan umatnya untuk
saling menghormati. Begitu juga dengan kakak
keduanya.” (Bijaksana)
3. Alur
Tahap Penyituasian (Situation)
“Sejenak kemudian dari dalam rumah keluar wanita cantik
berwajah Asia sambil berlari tergopoh-gopoh menghampiri 22
pintu pagar dan segera membuka gembok pagar”.

“Sementara itu, sungguh sial nasib Dewi. Tidak seberapa


lama dia bekerja, tepatnya masih hitungan bulan, acap kali
dia mendapat cacian, pukulan, dan hinaan dari majikan
perempuannya. Ia bekerja tak kenal waktu, tak kenal 32
istirahat. Tenaganya diperas layaknya budak. Kondisi ini
makin diperparah dengan sikap majikan laki-lakinya,
Abdullah. Ia bersikap genit dan suka mengganggunya.
Juga ditambah sikap kasar majikan perempuannya karena
cemburu padanya.”

Tahap Pemunculan Konflik (Generating Circumstances)


“Abdullah terus menggoda dan merayunya, sampai suatu
ketika majikannya itu meminta Dewi menemaninya ke
dalam kamar”. “Jika dia menuruti majikan laki-lakinya
itu,maka dia akan terjatuh dalam perbuatan zina. Bagai 33
buah simalakama, Dewi sudah tidak bisa berkutik lagi.
Untuk sesaat kemudian, Dewi sadar bahwa dirinya
bagaikan telur di ujung tanduk. Nasibnya malam ini hanya
ada di tangan Allah, Sang Pemilik Jiwa.”

Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action)


“Tanpa berpikir lama, Dewi mengambil kunci pintu itu.
Tanpa menghiraukan Abdullah yang masih terkulai
dilantai, Dewi berlari menuju pintu kamar dan segera
membukanya. Klek... Pintu kamar terbuka, semilir angin
malam yang dingin seolah menyambut kebebasan Dewi
dari kejadian yang buruk itu. Dia bergegas berlari menuju 36
pintu keluar. Yang ada dalam benaknya saat itu hanyalah
pergi meninggalkan rumah ini. Kabur. Ya, kabur
merupakan pilihan terbaik, menurutnya. Sementara itu di
dalam kamar, Abdullah masih tergeletak tak sadarkan diri
di lantai di pinggir tempat tidur.”

Tahap Klimaks (Climaks)


“Dewi ternyata meringkuk di penjara Malaaz, Saudi.
Selama itu pula sering kali Dewi mengalami kesulitan
dalam menghubungi siapa pun. Polisi setempat
melarangnya untuk berbicara atau membuat pernyataan 118
dan menghubungi orang lain. Bahkan dalam penjara, Dewi
acap kali mengalami tindakan kekerasan oleh oknum
aparat polisi dan dipaksa mengakui perbuatan yang
sebenarnya tidak dia lakukan.”

Tahap Penyelesaian (Denouement)


“Setelah divonis bebas oleh pemerintah Arab Saudi,
dengan dibantu pihak kedutaan Indonesia untuk Arab
Saudi, akhirnya Dewi dipulangkan ke tanah air. Proses
kepulangannya merupakan kemenangan dan kebahagiaan
yang tiada terkira bagi kebenaran dan orang-orang yang 147
dicintai dan mencintainya. Perasaannya campur aduk
antara gembira dan haru akhirnya bisa kembali pulang ke
tanah air. Dengan menggunakan pesawat komersil, Dewi
diberangkatkan dari Jeddah menuju ke bandara Soekarno-
Hatta, Cengkareng, Indonesia.”
4 Latar
1. Latar Tempat
a. Rumah Abdullah
“Suatu ketika, Abdullah memanggil Dewi. Dia meminta
Dewi memijit kakinya. Dengan perasaan was-was
terpaksa Dewi menuruti kemauan majikannya. Ternyata 33
malam itu istri dan anaknya sedang berkunjung ke
rumah familinya di luar kota, sehingga rumah saat itu
sepi. Jadi yang ada di rumah itu hanya mereka berdua.”
b. Kamar Apartemen
“Seolah sudah tak menggubris keputusan Dewi, wanita
itu tetap menyekapnya dalam sebuah kamar untuk 84
dipaksa menjadi pelacur.”
c. Penjara Malaaz, Saudi
“Dewi ternyata meringkuk di penjara Malaaz, Saudi.
Selama itu pula sering kali Dewi mengalami kesulitan
dalam menghubungi siapa pun. Polisi setempat
melarangnya untuk berbicara atau membuat pernyataan 118
dan menghubungi orang lain. Bahkan dalam penjara,
Dewi acap kali mengalami tindakan kekerasan oleh
oknum aparat polisi dan dipaksa mengakui perbuatan
yang sebenarnya tidak dia lakukan.”
d. Bandara El Tari Kupang
“Beberapa saat kemudian, Dewi tiba di bandara El Tari
Kupang tepat tengah malam. Terpaksa dia harus 151
menginap semalaman di Kupang.”
e. Pantai Nihiwatu
“Langit di ufuk barat pantai Nihiwatu mulai memerah,
menghapus jejak kuning yang semula begitu terang. 174
Indah sekali panorama senja di pantai ini.”

2. Latar Waktu
a. Siang Hari
“Beberapa jam kemudian, Dewi baru saja memasuki
bandara El Tari. Dia tidak peduli dengan orang-orang
yang berjalan di depannya. Tidak seperti biasanya, 159
pengunjung siang itu lumayan banyak.”
c. Sore Hari
“Dengan ditemani Andini, Dewi duduk menikmati
pertunjukan warna langit yang Tuhan pertontonkan saat
menjelang sore. Pertunjukkan langit yang saling
berharmonisasi dalam lukisan alam. Meskipun sering
kali mereka lewati hari dengan menikmati senja, tak 157
secuilpun ada rasa bosan karena sepertinya Tuhan
begitu cekatan meramu pertunjukkan senja dengan
cerita yang tak pernah sama.”
d. Malam Hari
“Suatu ketika pada malam hari, Abdullah
memanggilnya. Dia meminta Dewi memijit kakinya. 32
Dengan perasaan was-was, terpaksa Dewi menuruti
kemauan majikannya.”
3. Latar Suasana
a. Takut
“Keringat dingin mengucur deras membasahi sekujur
tubuh Dewi. Ia hanya bisa menatap dengan wajah yang
82
menggambarkan rasa takut yang luar biasa.”
b. Gugup
“Tanpa mereka sadari, para pengunjung bandara lainnya
melihatnya dengan tatapan aneh. Namun seolah mereka
sudah tidak peduli dengan itu semua. Biarkan saja detak
149
jantungnya beradu dengan aliran darahnya yang deras.
Biarkan saja keringatnya mengucur karena rasa
gugupnya yang terlalu hebat.”
c. Bahagia
“Mendengar ucapan Bagas, sepertinya Dewi tak kuasa
untuk mengucapkan satu kata pun, hatinya bahagia.
149
Seolah rasa bahagianya tak bisa diungkapkan dengan
kata-kata.”
5. Sudut Pandang
Persona Ketiga (Dia)
“Mendengarkan kata-kata Rianti, Dewi hanya manggut-
manggut. Entah dia paham ucapan Rianti ataukah 60
manggut-manggut karena masih belum paham.”
6. Amanat
a. Peduli dengan Sahabat
“Wi, Tuhan itu Mahapengampun dan Mahapenyayang.
Dia pasti akan mengampuni dan melindungi orang-orang
seperti kita. Percayalah. Jadi tolong, kamu jangan nekat 88
bunuh diri. Jangan berputus asa dari rahmat Tuhan!”
bujuk rayu Asmiati.”
b. Tetap Berusaha Meraih Sukses dan Jangan Mudah Putus
Asa
“Akhirnya bekerja adalah pilihan yang terbaik baginya.
Tapi mau bekerja apa? Setelah cukup lama dipikirkan, 57
Dewi memutuskan untuk merantau ke luar negeri. Melalui
perusahaan jasa TKI, Dewi ingin menjemput mimpi-
mimpinya meraih sukses bekerja di luar negeri”.
c. Jadilah Orang yang Mempunyai Pendirian.
“Sepertinya tak ada pilihan lain bagi Dewi selain menuruti
apa kata perempuan itu. Namun semuanya itu bertolak
belakang dengan hati nuraninya. Perang batin antara dua
keputusan yang sama-sama sulit. Akan tetapi dengan 84
keyakinan yang mantap, Dewi memutukan untuk tidak
menuruti kemauan mami Zulaekha karena akan berakhir
juga di penjara dan bahkan akan membuat murka Tuhan.
Dewi berpikir lebih baik masuk penjara dan mati daripada
harus berbuat dosa.”
Aspek-Aspek sosiologi Sastra Novel 50 Riyal karya Deny Wijaya
1. Aspek Cinta Kasih
a. Cinta Kasih Dewi dengan Bagas
“Mendengar ucapan Bagas, sepertinya Dewi tak kuasa
untuk mengucapkan satu kata pun, hatinya bahagia. Seolah
rasa bahagianya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata”. 150
“Pemuda ini.Ya Tuhan... Andai pemuda ini tahu, setiap
ekspresi wajahnya itu makin memunculkan rasa cintaku
Dewi dan mengeruknya makin dalam”.

“Senyuman dari wajah tampan pemuda itu terus berputar-


putar di kepalanya. Seorang lelaki yang nyaris sempurna
dan memikat hati semua wanita. Dewi beranjak menuju
meja belajarnya, mengambil sebuah foto dari dalam
tasnya”. 155
“Dia tak akan pernah bisa lupa saat pertama kali berjumpa
dengan seseorang yang telah memberikan cahaya indah di
dalam hatinya. Seseorang yang telah memberikan harapan
dan impian tentang masa depan. Sejenak Dewi mencoba
untuk memejamkan mata. Namun saat itu angan-angannya
terbang bersama angin malam. Kembali ingatannya tertuju
pada seorang yang terkasih di sana. Saat itu... Ya, saat
itu...”
2. Aspek Kekerabatan
a. Kekerabatan Dewi dengan Bapaknya
“Biarkan Dewi yang memutuskan. Kalau dia memilih
Islam ya biarkan saja, kenapa harus ribut?” Sela Pak
Thomas mencairkan suasana.” 71
“Walaupun begitu, kebijaksanaan sebagai bapak benar-
benar terpancar pada sosok Pak Thomas. Dia menyadari
bahwa persoalan agama memang tak bisa dipaksakan.
Yang terpenting baginya adalah saling menghormati.
Sebab, semua agama mengajarkan umatnya untuk saling
menghormati. Begitu juga dengan kakak keduanya”.
b. Kekerabatan Dewi dengan Rianti
“Seusai mengerjakan salat Isya, Rianti menghampiri Dewi
yang sedang tiduran di ranjang. Sejenak kemudian Rianti
merebahkan tubuhnya di samping Dewi. Memang selama
ini mereka tidur dalam satu kamar. Sementara dua 63
pembantu lainnya dari bangladesh juga sekamar. Jadi bisa
dikatakan kedekatan mereka sebagai sahabat sangat akrab.
Meskipun mereka berbeda akidah, mereka merasa senasib
sepenanggungan, sama-sama ingin merauh impian mereka
di tanah rantau.”
c. Kekerabatan Dewi dengan Asmiati
“Wi, dari sejuta alasan untuk mati, tetap ada satu alasan
untuk hidup. Tolong pikirkan sekali lagi. Bagaimana
dengan orang-orang yang mencintaimu? Kalau mereka
terlihat kau bergelantungan di tempat ini, pasti mereka
sangat cemas dan sedih. Apakah kau tidak rindu pada 89
mereka dan pulang ke kampung halamanmu? Apa kau mau
namamu saja yang pulang? Wi, sekali lagi tolong pikirkan
kembali. Kau tidak sendirian di sini, ada aku dan teman-
teman lain yang akan dengan senang hati berbagi suka dan
duka denganmu Percayalah, Tuhan akan menolong kita.
“bujuk Asmiati.”
d. Kekerabatan Dewi dengan Andini
“Wi, hapuslah air matamu... sudahlah, jangan menangis
lagi. Aku mengerti akan kesedihanmu. Tersenyumlah...
dimanapun mas Bagas kini berada, tentulah dia akan 175
sangat bahagia melihatmu tersenyum.” Kata Andini
lembut, berusaha untuk menghibur Dewi. Untuk sesaat
kemudian, Dewi tersenyum kecil meski dia harus berusaha
untuk menyembunyikan perasaannya.”
3. Aspek Ekonomi
a. “Sebenarnya Dewi ingin sekali melanjutkan pendidikannya
ke jejang perguruan tinggi. Namun keinginannya itu hanya
tinggal angan-angan belaka. Setelah lulus SMA, bapak dan
ibunya tak mampu memenuhi keinginanya untuk kuliah
karena biaya masuk ke perguruan tinggi makin mahal. 57
Untuk ukuran keluarganya, mana mungkin bisa
terjangkau.”
“Akhirnya bekerja adalah pilihan yang terbaik baginya.
Tapi mau bekerja apa? Setelah cukup lama dipikirkan,
Dewi memutuskan untuk merantau ke luar negeri. Melalui
perusahaan jasa TKI, Dewi ingin menjemput mimpi-
mimpinya meraih sukses bekerja di luar negeri”.
4. Aspek Moral
a. Teguh Pendirian
“Sepertinya tak ada pilihan lain bagi Dewi selain menuruti
apa kata perempuan itu. Namun semuanya itu bertolak
belakang dengan hati nuraninya. Perang batin antara dua
keputusan yang sama-sama sulit. Akan tetapi dengan
keyakinan yang mantap, Dewi memutuskan untuk tidak
menuruti kemauan mami Zulaikha karena akan berakhir 84
juga di penjara dan bahkan akan membuat murka Tuhan.
Dewi berpikir lebih baik masuk penjara dan mati dari
pada harus berbuat dosa.”
b. Kesabaran
“Selama lebih dari setahun Dewi menghabiskan hari-
harinya di dalam jeruji besi dengan penuh kesabaran.
Selama itu pula sering kali Dewi mengalami kesulitan
dalam menghubungi siapa pun. Polisi setempat
melarangnya untuk berbicara atau membuat pernyataan
dan menghubungi orang lain. Bahkan dalam penjara,
Dewi acap kali mengalamitindakan kekerasan oleh oknum 118
aparat polisi dan dipaksa mengakui perbuatan yang
sebenarnya tidak dia lakukan.”
c. Tawakal
“Serahkan semua pada Alloh. Dia pasti akan memberikan
sesuatu yang terbaik buatmu. Kebenaran pasti yang akan
membelamu.”
“Sudahlah jangan menangis lagi, serahkanlah semua pada
Alloh ya... Kamu harus bersiap, sebentar lagi sidang
segera dimulai. Kami pergi dulu. Tetap tenang dan 139
teruslah bedoa.”
“Dewi merasa lebih tegar untuk melalui sidang kali ini.
Dewi yakin, kali ini Alloh akan menunjukkan keadilan-
Nya.”
d. Taat beribadah
“Suara azan zuhur pun bergema. Sejenak meredalah isak
tangis Dewi. Terpanggil jiwanya untuk menyelesaikan
kewajiban spiritualnya menghadap pada Yang Maha
Kuasa. Segera dia tunaikan ibadah salat dzuhur. Ia sangat 85
khusyuk dalam doa yang dia panjatkan di siang itu.”
Lampiran 4

DAFTAR TABEL

Tabel 1
Unsur intrinsik novel 50 Riyal Karya Deny Wijaya
Unsur-unsur instrinsik Data Halaman
Tema
c. Tema Mayor Perjuangan seorang wanita 54, 176
dalam menjalani kehidupan

d. Tema Minor 4. Perjuangan meraih 57


kesuksesan
5. Perjuangan menjadi 71
muallaf
6. Perjuangan 161, 174
mempertahankan
kesetiaan cinta
Tokoh dan Penokohan
c. Tokoh Utama Dewi
Karakter : Religius, Pantang 74, 84
Menyerah, Teguh Pendirian, 85, 92, 96
Setia, Pendiam dan Tertutup

d. Tokoh Tambahan Bagas


Karakter : Penolong, Sabar, 1, 109, 122, 125
Religius

Zulaikha
Karakter : Durhaka, Kejam, 15, 16, 32, 80
Temperamental, Keras
kepala, dan Kasar

Abdullah
Karakter : Penakut, genit, 14, 32, 52
sabar

Asmiati
Karakter : Peduli terhadap 88, 89, 90, 110
sesama

Rianti
Karakter : Religius 58, 62, 63

Andini
Karakter : Baik hati 171
Pak Thomas
Karakter : Bijakana 71
Latar
d. Latar Tempat 6. Rumah Abdullah 22
7. Apartemen 84, 86
8. Penjara Malaaz di Saudi 118
9. Bandara El Tari Kupang 151
10. Pantai Nihiwatu 173, 174, 177
e. Latar Waktu Siang 8, 159
Sore 2, 13, 15, 153,
173
Malam hari 4, 32, 49, 59, 65,
76, 79, 113, 151,
161
Unsur-unsur instrinsik Data Halaman
f. Latar Suasana Bahagia 149, 150, 159
Marah 16, 20
Gelisah 65, 143, 145
Panik 163
Mencekam/takut 82, 143, 145
6. Tahap Penyituasian 1, 15
Alur berdasarkan urutan (situation)
peristiwa 7. Tahap Pemunculan 12, 20
Konflik (generating
circumstances)
8. Tahap Peningkatan 133, 202
Konflik (ricing action)
9. Tahap Klimaks (climax) 206, 207
10. Tahap Penyelesaian 213, 214
(denouement)

Sudut Pandang Orang ketiga (dia) 12, 37


Amanat 4. Peduli dengan sahabat 57, 75
5. Tetap berusaha meraih
sukses dan jangan mudah 88, 175
putus asa
6. Jadilah orang yang 84
mempunyai pendirian
Tabel 2
Aspek-Aspek Sosial Novel 50 Riyal Karya Deny Wijaya

Halaman
Aspek-Aspek Sosiologi Data
Penyajian Data
Aspek cinta kasih Cinta kasih Dewi dengan Bagas 76, 110, 149,
150, 155, 156,
158, 174
Aspek kekerabatan e) Kekerabatan Dewi dengan 68, 71
Bapak
f) Kekerabatan Dewi dengan 63
Rianti
g) Kekerabatan Dewi dengan 93
Asmiati
h) Kekerabatan Dewi dengan 60
Andini
Aspek ekonomi Keluarga Dewi tergolong dalam 54, 56, 57
ekonomi kelas bawah.
Aspek moral c. Dewi dengan Tuhan
Meliputi : Sabar, tawakal, 34, 85, 96, 136,
taat beribadah 170
d. Dewi dengan dirinya sendiri
Meliputi : Teguh pendirian 84

Tabel 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel 50 Riyal Karya Deny Wijaya di
Kelas XI SMA

No. Komponen Uraian


1. Sekolah SMA
2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
3. Kelas/Semester XI/1
4. Alokasi Waktu 4 X 45 menit (1 pertemuan)
5. Kompetensi Inti e. Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya.
f. Menghayati dan mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagaian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
g. Memahami, menerapkan, menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan
masalah
h. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam
ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan
7. Kompetensi Dasar dan d. Mensyukuri Anugerah Tuhan akan
Pencapaian Indikator
keberadaan bahasa Indonesia dan
Kompetensi
menggunakanya sesuai dengan kaidah
dan konteks untuk mempersatukan
bangsa
e. Menunjukkan perilaku tanggung jawab,
responsif dan imajinatif dalam
menggunakan bahasa Indonesia untuk
berekspresic.
f. Memahami unsur intrinsik dan aspek-
aspek sosial novel 50 Riyal baik
melalui lisan maupun tulisan
4) Mengidentifikasi unsur intrinsik dan
aspek-aspek sosial novel 50 Riyal
5) Menyebutkan unsur intrinsik dan
aspek-aspek sosial novel 50 Riyal
6) Menjelaskan unsur intrinsik dan
aspek-aspek sosial novel 50 Riyal
baik secara lisan maupun tulisan
8. Tujuan Pembelajaran d. Mengidentifikasi unsur intrinsik dan
aspek-aspek sosial novel 50 Riyal baik
melalui lisan maupun tulisan.
e. Menyebutkan unsur intrinsik dan
aspek-aspek sosial novel 50 Riyal baik
lisan maupun tu lisan.
f. Menjelaskan unsur intrinsik dan aspek-
aspek sosial novel 50 Riyal baik
melalui lisan maupun tulisan.
9. Materi Pembelajaran d. Pengertian novel.
e. Unsur intrinsik novel (tema, tokoh dan
penokohan, alur, latar, sudut pandang,
dan amanat).
f. Aspek-aspek sosial.
10. Pendekatan dan Metode d. Pendekatan : Saintifik
Pembelajaran
e. Model : Pembelajaran Penemuan
(Discovery Learning)
f. Metode : Ceramah, Tanya Jawab,
Diskusi, dan Pemberian Tugas
11. Media, dan Sumber b. Media :
Pembelajaran
4. LCD
5. Laptop
6. Program Powertpoint
b. Sumber Belajar :
4. Novel 50 Riyal karya Deny Wijaya
5. Buku tentang sosiologi sastra
6. modul pembelajaran bahasa
Indonesia untuk kelas XI
12. Langkah-langkah Kegiatan
Pembelajaran
d. Pendahuluan 5. Peserta didik merespons salam, dan
berdoa mengawali kegiatan
pembelajaran.
6. Peserta didik merespons pertanyaan
dari guru berhubungan dengan
pembelajaran sebelumnya.
7. Peserta didik menerima informasi
dengan proaktif tentang keterkaitan
pembelajarn sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
8. Peserta didik menerima informasi
kompetensi, materi, tujuan, manfaat,
dan langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
e. Inti 6) Mengamati:
 Peserta didik membaca novel 50 Riyal
karya Deny Wijaya.
 Peserta didik mencermati uraian yang
berkaitan dengan unsur-unsur intrinsik
dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal
7) Mempertanyakan
 Peserta didik mempertanyakan uraian
yang berkaitan dengan unsur-unsur
intrinsik dan aspek-aspek sosial novel
50 Riyal.
8) Mengeksplorasi
 Peserta didik menganalisis unsur
intrinsik novel (tema, tokoh dan
penokohan, latar, alur, sudut
pandang,dan amanat) dengan cermat.
 Peserta didik menganalisis aspek-aspek
sosial novel (aspek cinta kasih, aspek
kekerabatan, aspek ekonomi, dan aspek
moral) dengan cermat
9) Mengasosiasi
 Peserta didik mendiskusikan hasil
temuan terkait dengan unsur intrinsik
dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal.
 Peserta didik menyimpulkan unsur
intrinsik dan aspek-aspek sosial novel
50 Riyal dalam diskusi kelas dengan
saling menghargai.
10) Mengomunikasikan
 Membacakan hasil diskusi tentang
temuan terkait dengan unsur intrinsik
dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal
 mempresentasikan unsur intrinsik dan
aspek-aspek sosial novel 50 Riyal
dengan rasa percaya diri
 menanggapi presentasi teman/
kelompok lain secara santun
f. Penutup 5. Peserta didik menyimpulkan materi
yang telah dipelajari.
6. Peserta didik melakukan evaluasi
pembelajaran.
7. Peserta didik saling memberikan umpan
balik hasil evaluasi pembelajaran yang
telah dicapai.
8. Peserta didik mengakhiri pembelajaran
dengan berdoa.
14. Penilaian a. Penilaian Otentik
1. Penilaian Proses
2. Penilaian Hasil
3. Penilaian Keterampilan
SILABUS MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA SMA DAN MA
(WAJIB)

Satuan Pendidikan : SMA


Kelas : XI (Ganjil)
Kompetensi Inti :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan

Alokasi
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Waktu
1.3 Mensyukuri anugerah Tuhan akan
keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannya sesuai dengan kaidah
dan konteks untuk mempersatukan bangsa
2.4 Menunjukkan perilaku tanggung jawab,
responsif dan imajinatif dalam
menggunakan bahasa Indonesia
untukberekspresi
Alokasi
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Waktu
3.1 Memahami unsur intrinsik dan unsur  Pengertian novel Mengamati Tugas: 4 x 45  Internet
ekstrinsik novel Indonesia, baik melalui  Unsur intrinsik  membaca novel Indonesia  para siswa diminta berdiskusi  Media massa
lisan maupun tulisan novel (tema, tokoh,  mencermati uraian yang berkaitan untuk memahami unsur intrinsik  Novel 50 Riyal
dan penokohan, dengan unsur-unsur intrinsik dan Unsur dan unsur ekstrinsik novel karya Deny
alur, latar, sudut ekstrinsik dalam novel Wijaya
pandang,dan Mempertanyakan Observasi,: mengamati kegiatan
amanat) peserta didik dalam proses
 mempertanyakan uraian yang berkaitan
 Unsur ekstrinsik mengumpulkan data, analisis data
dengan unsur-unsur intrinsik dan
dalam novel (nilai dan pembuatan laporan.
unsur-unsur ekstrinsik novel
budaya, sosial,
Portofolio : menilai laporan
moral, dll)
peserta didik unsur intrinsik dan
Mengeksplorasi unsur ekstrinsik novel
 menganalisis menganalisis unsur
intrinsik novel (tema, tokoh dan Tes tertulis : menilai kemampuan
penokohan, latar, alur, sudut peserta didik dalam memahami,
pandang,dan amanat) dengan cermat. menerapkan, dan menginterpretasi
 menganalisis unsur ekstrinsik dalam unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik
novel (nilai budaya, sosial, moral, dll) novel baik secara lisan maupun
dengan cermat tulisan
Mengasosiasi
 mendiskusikan hasil temuan terkait
dengan unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik novel
 menyimpulkan unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik novel dalam diskusi kelas
dengan saling menghargai.
Mengkomunikasikan
 saling menilai kebenaran/ketepatan
Alokasi
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Waktu
penjelasan teman/kelompok
 mempresentasikan unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik novel dengan rasa
percaya diri
 menanggapi presentasi teman/
kelompok lain secara santun
Lampiran 6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : Sekolah Menengah Atas

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : X1/1

Materi Pokok : Menganalisis Novel 50 Riyal

Tema/Topik : Menganalisis aspek-aspek sosial novel 50 Riyal

Alokasi Waktu : 1 Pertemuan (4x45 menit)

A. Kompetensi Inti
KI I : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagaian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemnusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradapan terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Pencapaian Indikator Kompetensi
1.1 Mensyukuri Anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakanya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan
bangsa
2.1 Menunjukkan perilaku tanggung jawab, responsif dan imajinatif dalam
menggunakan bahasa Indonesia untuk berekspresi
3.1 Memahami unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal baik
melalui lisan maupun tulisan
1) Mengidentifikasi unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal
2) Menyebutkan unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal
3) Menjelaskan unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal
baik secara lisan maupun tulisan
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses menggali informasi melalui berbagai fakta, menanya
konsep, berdiskusi atas fakta dan konsep, menginterpretasi, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan, peserta didik dapat:
1. Mengidentifikasi unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal
baik melalui lisan maupun tulisan.
2. Menyebutkan unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal baik
melalui lisan maupun tulisan.
3. Menjelaskan unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal baik
melalui lisan maupun tulisan.
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian novel
2. Unsur intrinsik novel (tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut
pandang, dan amanat)
3. Aspek-aspek sosial
E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Model Pembelajaran : Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
3. Metode : Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi, dan Tugas
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media : LCD, Laptop, dan Program Powerpoint
2. Sumber Belajar : a. Novel 50 Riyal karya Deny Wijaya
b. Buku tentang sosiologi sastra
c. Modul pembelajaran bahasa Indonesia untuk
kelas XI
H. Kegiatan Pembelajaran

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Peserta didik merespons salam, dan berdoa 15 menit
mengawali kegiatan pembelajaran.
2. Peserta didik merespons pertanyaan dari guru
berhubungan dengan pembelajaran
sebelumnya.
3. Peserta didik menerima informasi dengan
proaktif tentang keterkaitan pembelajarn
sebelumnya dengan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
4. Peserta didik menerima informasi
kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan
langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.

Inti: 1) Mengamati:
• Peserta didik membaca novel 50 Riyal
karya Deny Wijaya.
• Peserta didik mencermati uraian yang
berkaitan dengan unsur-unsur intrinsik dan
aspek-aspek sosial novel 50 Riyal
2) Mempertanyakan
• Peserta didik mempertanyakan uraian yang
berkaitan dengan unsur-unsur intrinsik dan 60 menit
aspek-aspek sosial novel 50 Riyal.
3) Mengeksplorasi
• Peserta didik menganalisis unsur intrinsik
novel (tema, tokoh dan penokohan, latar,
alur, sudut pandang,dan amanat) dengan
cermat.
• Peserta didik menganalisis aspek-aspek
sosial novel (aspek cinta kasih, aspek
kekerabatan, aspek ekonomi, dan aspek
moral) dengan cermat
4) Mengasosiasi
• Peserta didik mendiskusikan hasil temuan
terkait dengan unsur intrinsik dan aspek-
aspek sosial novel 50 Riyal.
• Peserta didik menyimpulkan unsur intrinsik
dan aspek-aspek sosial novel 50 Riyal
dalam diskusi kelas dengan saling
menghargai.
5) Mengomunikasikan
• Membacakan hasil diskusi tentang temuan
terkait dengan unsur intrinsik dan aspek-
aspek sosial novel 50 Riyal
• mempresentasikan unsur intrinsik dan
aspek-aspek sosial novel 50 Riyal dengan
rasa percaya diri
• menanggapi presentasi teman/ kelompok
lain secara santun

Kegiatan 1. Peserta didik menyimpulkan materi yang 15 menit


Penutup: telah dipelajari.
2. Peserta didik melakukan evaluasi
pembelajaran.
3. Peserta didik saling memberikan umpan
balik hasil evaluasi pembelajaran yang telah
dicapai.
4. Peserta didik mengakhiri pembelajaran
dengan berdoa.

I. Penilaian Hasil Pembelajaran

1. Penilaian otentik
A. Penilaian proses
Penilaian Sikap
No Aspek yang dinilai Teknik Waktu Instrumen
Penilaian Penilaian Penilaian
1. Religius
2. Tanggung jawab
3. Disiplin Pengamatan Proses Lembar
4. Proaktif Pengamatan
5. Jujur
B.Penilaian Hasil
a. Penilaian Pengetahuan
No Indikator Pencapaian Teknik Bentuk Instrumen
Kompetensi Penilaian Penilaian
1. Kemampuan Proses Uraian Jelaskan
memahami unsur unsur
intrinsik dalam novel intrinsik
50 Riyal dalam novel
50 Riyal
2. Kemampuan Proses Uraian Sebutkan
memahami aspek- aspek-aspek
aspek sosial dalam sosial dalam
novel 50 Riyal novel 50
Riyal

C. Penilaian Keterampilan
Menjelaskan Proses uraian Jelaskan unsur intrinsik dan
unsur intrinsik dan aspek-aspek sosial yang
aspek-aspek sosial terdapat dalam novel 50 Riyal
dalam novel 50 dengan tepat
Riyal

B.Pedoman Pensekoran
No Petunjuk Pensekoran Skor
1. Tepat 3
Kurang tepat 2
Tidak tepat 1
2. Tepat 3
Kurang tepat 2
Tidak tepat 1
3. Tepat 3
Kurang tepat 2
Tidak tepat 1

Keterangan

Nilai = Perolehan skor x 100

Jumlah skor maksimal

Guru Mata Pelajaran

TTD

( Mu’amar Fahmi )

Anda mungkin juga menyukai