Anda di halaman 1dari 14

UJIAN AKHIR SEMESTER

“REVIEW JURNAL”

DOSEN PENGAMPU : BAPAK RISYAD FAKAR LUBIS SH, M.AP

Disusun Oleh :
Nama : Nurainun Putri
Nim : 0503192083
Mata Kuliah : Kewarganegaraan

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
JURNAL 1

Judul Jurnal : Membangun Kepemimpinan Berbasis Nilai-Nilai Pancasila dalam


Perspektif Masyarakat Multikultural

Penulis : Dodik Kariadi dan Wasis Suprapto

Volume dan ISSN : Volume 5 Nomor 2, Oktober 2017 p-ISSN: 2302-433X, e-ISSN:
2579-5740,

http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/citizenship/article/view/1560

Objek Penelitian : Kepemimpinan

Metode Penelitian :
Dalam artikel ini, penulis menggunakan metode ekuatan analisis sumber-sumber dan
data-data yang berganpenelitian deskriptif kualitatif-kritis. Penelitian deskriptif-kritis dengan
lebih menekankan pada ktung pada teori-teori dan naskahnaskah yang ada untuk
diterjemahkan berlandaskan tulisan-tulisan yang mengarah kepada diskusi utama. Landasan-
landasan di atas didapat dari karya yang ditulis oleh intelektual dan ahli yang berkompeten.

Hasil Pembahasan :

Kepemimpinan dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008), dijelaskan berasala dari
kata pemimpin sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing,
pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan
istilah memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan
dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Istilah pemimpin,
kepemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama yakni kata
pimpin. Dengan demikian kepemimpinan disini secara umum diadopsi dari kata pempin yang
memilki makna utama sebagai yang terdepan dalam membawa sekelompok orang atau
masyarakat dalam mencapai tujuannya.
Wahjosumidjo (1999) menyatakan bahwa seorang pemimpin memiliki kecerdasan,
pertanggung jawaban, sehat dan memiliki sifat sifat antara lain Dewasa, keleluasaan
hubungan sosial, motivasi diri dan dorongan prestasi serta sikap hubungan kerja
kemanusiaan. Sebaliknya dalam realitas sosial modern, juga dikenal pemimpin karismatik,
terutama dalam lingkungan sosial dan politik. Kemudian Edwin B (2000) menyatakan bahwa
pemimpin kharismatik mempunyai kesetiaan, tanggung jawab dan dukungan dari
pengikutnya. Fungsi pemimpin lebih banyak memberikan konsultasi, bimbingan, motivasi
dan memberikan nasihat dalam rangka mencapai tujuan. Menurut Siswanto Sastrohadiwiryo
(2003) banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai antara lain pendidikan dan
pelatihan, disiplin kerja, kompensasi, iklim organisasi, sistem jenjang karier, motivasi, dan
kepemimpinan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan kepemimpinan merupakan cara seorang
pemimpin dalam mempengaruhi bawahan dengan karakteristik tertentu sehingga dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor keberhasilan seorang pemimpin salah satunya
tergantung dengan teknik kepemimpinan yang dilakukan dalam menciptakan situasi sehingga
menyebabkan orang yang dipimpinnya timbul kesadarannya untuk melaksanakan apa yang
dikehendaki. Dengan kata lain, efektif atau tidaknya seorang pemimpin tergantung dari
bagaimana kemampuannya dalam mengelola dan menerapkan pola kepemimpinannya sesuai
dengan situasi dan kondisi organisasi tersebut.
Berbicara tentang nilai-nilai Pancasila tidak bisa terlepas dari pengertian dasar
Pancasila. Pancasila merupakan kumpulan lima nilai unidimensional yang dijadikan acuan
tingkah laku bangsa Indonesia. Kelima nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah
ketuhanan pada sila pertama, kemanusiaan pada sila kedua, patriotism pada sila ketiga,
demokrasi pada sila keempat, dan keadilan sosial pada sila kelima. Sila pertama dalam
Pancasila mencakup nilai ketuhanan. Dimana sila pertama ini terkait dengan karakter
transedensi yang merupakan kekuatan yang menempa hubungan individu dengan semesta
yang lebih luas serta menyediakan makna. Dalam transendensi terdapat apresiasi terhadap
keindahan dan keunggulan, rasa syukur (gratitude), harapan, humor, dan religiusitas; hal-hal
yang merupakan bagian dari sila pertama. Poin ketuhanan ini mengisyaratkan harus
dijunjungnya toleransi antarumat beragama. Keberadaan berbagai penganut agama berbeda di
Indonesia bukan tidak mungkin dapat menimbulkan adanya konflik. Oleh sebab itu, nilai
ketuhanan dianggap penting untuk dijadikan landasan kehidupan bernegara, yaitu sebagai
salah satu poin yang tercantum dalam Pancasila (Meinarno, 2012).
Nilai mengenai kemanusiaan diangkat menjadi poin yang tercakup pada sila kedua
Pancasila. Nilai kemanusiaan yang ini lebih menekankan pada perlakuan seorang individu
terhadap individu atau masyarakat lainnya. Berdasarkan sila ini, setiap orang harus
menghormati dan menghargai orang lain sebagai sesama manusia. Oleh karena itu, dituntut
pula adanya sikap adil dalam memperlakukan orang lain, tanpa melihat suku, ras, ataupun
perbedaan lainnya yang dimiliki orang lain tersebut. Poin mengenai persatuan dicantumkan
pada sila ketiga Pancasila. Persatuan sebagai nilai ini berusaha dicapai dengan dijadikannya
Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi nasional. Penggunaan Bahasa Indonesia di berbagai
kegiatan, misalnya dalam kegiatan akademis, perdagangan, pergaulan, diharapkan dapat
menjadi pemersatu masyarakat di Indonesia meskipun mereka berasal dari suku atau agama
yang berbeda. Dengan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, akan terpupuk rasa
persatuan bagi masyarakat Indonesia karena adanya kebakuan yang dipahami secara
bersama-sama (Meinarno, 2012).
Pada sila keempat, tercantum nilai mengenai tanggung jawab dan harmoni. Nilai ini
merupakan nilai yang kental bagi Indonesia yang menganut budaya demokrasi. Nilai sila
keempat lah yang mendasari warga negara untuk dapat memahami keputusan yang diambil
pemimpin (yang awalnya dipilih secara bersama pula) untuk kemaslahatan bersama. Nilai
keempat ini juga berhubungan dengan keutamaan keadilan dan transedensi. Sila terakhir
Pancasila mengenai keadilan sosial yang harus diwujudkan di Indonesia. Tampakya hal-hal di
dalam nilai kelima ini erat dengan bagaimana rasa adil tidak semata untuk diri, tapi untuk
masyarakat tempat individu berada. Pembuatan kategori ini merupakan dampak logis dari
tidak terbentuknya satu konstruk Pancasila sebagaimana yang diperkirakan sebelumnya
(Suwartono & Meinarno, 2011; 2012). Justru hasil ini seakan menegaskan bahwa ide dasar
yang diajukan oleh Soekarno tepat adanya yakni kumpulan nilai. Hal ini agak berseberangan
dengan ide dari Soeharto yang lebih menekankan bahwa Pancasila adalah satu kesatuan utuh
yang masing-masing sila saling menjiwai. Dengan cara pandang itu maka Pancasila sering
disebut sebagai satu konstruk.
Implikasi lainnya adalah bahwa Pancasila merupakan sistem nilai. Susunan nilai
terdiri dari gagasan-gagasan yang tertanam dalam otak sebagian besar masyarakat, mengenai
hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Dengan demikian suatu sistem
nilai biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia (Koentjaraningrat,
1974). Ide ini sejalan dengan pernyataan Soekarno saat rapat pada tanggal 1 Juni 1945 yang
menggagas tentang dasar Negara Indonesia. Berdasarkan beberapa pemaparan di atas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa Pancasila memiliki nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai
pedoman oleh seorang yang menjadi pimpinan organisasi. Apabila pancasila dijadikan
sebagai landasan idiologi maka harus memuat tiga macam nilai utama yaitu nilai dasar,
instrumental dan praksis. Kemudian apabila pancasila dijadikan sebagai basis utama dalam
menjalankan organisasi maka transendensi, humanisasi, kebinekaan dan keadilan harus
menjadi pegangan ketua dalam organisasi tersebut.
Kelompok masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat
keanekaragaman serta perbedaan yang sangat kompleks atau majemuk. Kelompok
masyarakat dengan bebagai keanekaragaman dan kemajemukan tersebut dikenal dengan
istilah masyarakat multikultural atau Multicultural society. Jika kita mengenal masyarakat
sebagai sekelompok masyarakat yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehinga
mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan
sosial dengan batas-batas tertentu, maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan
dengan multicultural memiliki makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang
mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multicultural itu.
Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural adalah
multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan
dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Fay 1996, Jary dan
Jary 1991, Watson 2000). Model multikulturalisme ini sebenarnya telah digunakan sebagai
acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai
kebudayaan bangsa, sebagaimana yang terungkap dalam penjelasan Pasal 32 UUD 1945,
yang berbunyi: "kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di
daerah".
Multikulturalisme bukan hanya sebuah wacana tetapi sebuah ideologi yang harus
diperjuangkan, karena dibutuhkan sebagai landasan bagi tegaknya demokrasi, HAM, dan
kesejahteraan hidup masyarakatnya. Multikulturalisme bukan sebuah ideologi yang berdiri
sendiri terpisah dari ideologii- deologi lainnya, dan multikulturalisme membutuhkan
seperangkat konsep-konsep yang merupakan bangunan konsep-konsep untuk dijadikan acuan
bagi memahaminya dan mengembang-luaskannya dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk
dapat memahami multikulturalisme diperlukan landasan pengetahuan yang berupa bangunan
konsep-konsep yang relevan dengan dan mendukung keberadaan serta berfungsinya
multikulturalisme dalam kehidupan manusia. Bangunan konsep-konsep ini harus
dikomunikasikan diantara para ahli yang mempunyai perhatian ilmiah yang sama tentang
multikultutralisme sehinga terdapat kesamaan pemahaman dan saling mendukung dalam
memperjuangkan ideologi ini. Berbagai konsep yang relevan dengan multikulturalisme antara
lain adalah, demokrasi, keadilan dan hukum, nilai-nilai budaya dan etos, kebersamaan dalam
perbedaan yang sederajat, sukubangsa, kesukubangsaan, kebudayaan sukubangsa, keyakinan
keagamaan, ungkapan-ungkapan budaya, domain privat dan publik, HAM, hak budaya
komuniti, dan konsep-konsep lainnya yang relevan (Fay 1996, Rex 1985, Suparlan 2002).
Kehidupan masyarakat multikultural Indonesia yang telah dicita-citakan oleh para
pendiri bangsa atau the founding fatheradalah masyarakat multikultural indonesia yang
menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai acuan yang mengatur kehidupannya warga negara.
Sebagai dasar kehidupan bernegara, Pancasila memiliki nilai-nilai yang menjadi pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi setiap warga negara.

Kesimpulan :
Kepemimpinan berbasis nilai-nilai Pancasila merupakan upaya membumikan
Pancasila di pada semua ormas dan lembaga. Kepemimpinan yang menginternalisasikan
nilai-nilai Pancasila mutlak harus diimplementasikan, di tengah terbukanya tatanan global.
Ormas dan lembaga sebagai tempat berkumpulnya orang mengemban tugas untuk
mengukuhkan, memformulasikan, menyatukan, dan menciptakan masyarakat yang
berasaskan Pancasila disetiap sendi-sendi kehidupan. Pimpinan ormas dan lembaga
merupakan keyperson terwujudnya lingkungan dan budaya organisasi yang Pancasilais.
Pimpinan dalam seluruh kegiatan memiliki kewajiban menanamkan nilai-nilai Pancasila
kepada anggotanya, dengan memasukkan kandungan nilai-nilai Pancasila dalam setiap
kegiatan dan program organisasi. Kalau mengacu pada sila-sila Pancasila, maka diperoleh
beberapa hal penting tekait dengan pilar-pilar nilai kepemimpinan yang harus dilaksanakan
oleh seorang pemimpin dalam setiap lembaga, antara lain, pertama transendensi, kedua
humanisasi, ketiga kebhinekaan, keempat liberasi, dan kelimakeadilan. Lima pilar nilai
kepemimpinan Pancasila tersebut menjadi ruh kepemimpinanyang ditampilkan oleh pimpinan
dalam memimpin ormas atau lembaganya. Jika pimpinan menampilkan sifat lima pilar
kepemimpinan Pancasila dan juga menampilkan keteladanan yang menjiwai Pancasila, maka
anggota atau pegawai pun akan meneladani pimpinan. Sehingga ormas atau lembaga menjadi
wahana yang efektif dalam merevitalisasi dan membumikan Pancasila. Ormas dan lembaga
menjadi model penerapan kepemimpinan berbasis nilai-nilai Pancasila.

Judul Baru :
Dari jurnal yang di review membahas tentang bagaimana Membangun Kepemimpinan
Berbasis Nilai-Nilai Pancasila. Sehingga jurnal tersebut meneliti bagaimana Membangun
Kepemimpinan Berbasis Nilai-Nilai Pancasila dalam Perspektif Masyarakat Multikultural.
Sehingga dapat dibuat dengan judul baru yang berhubungan seperti “Dampak Membangun
Kepemimpinan Berbasis Nilai-Nilai Pancasila dalam Perspektif Masyarakat Multikultural”
JURNAL 2

Judul Jurnal : Penyaluran Kredit Usaha Kecil Terhadap Pengusaha Ekonomi Lemah

Penulis : Hasanuddin, Fakhruddin Mansyur, Ulil Amri, Wahidah Rustan

Volume dan ISSN : Volume 2 Nomor 2, Januari-Juni 2018 ISSN: 2549-4872,

https://scholar.google.com/scholar?
hl=en&as_sdt=0%2C5&q=PENYALURAN+KREDIT+USAHA+KEC
IL+TERHADAP+PENGUSAHA+EKONOMI+LEMAH&btnG=#d=g
s_qabs&u=%23p%3D9dBp28jQwtkJ

Objek Penelitian : Bank

Metode Penelitian :
Penelitian ini dilakukan di salah satu Bank di Makassar. Jenis penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research), yaitu yang bersifat studi kasus, yakni penulis langsung
melakukan penggalian data kepada semua pegawai yang berhubungan dengan pembiayaan.
Sifat studi kasus penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk
menuturkan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data-data hasil dari wawancara
dengan responden dan menganalisis dari data tersebut.

Hasil Pembahasan :
Gamabran Umum Perbankan
Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan,
dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu:
1. Menghimpun dana
2. Menyalurkan dana
3. Memberikan jasa bank lainnya
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank
sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun
dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan,
dan deposito Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah
sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian
pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk
mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut. Bank didirikan untuk beberapa manfaat
perbankan dalam kehidupan.
Terlepas dari funsi-fungsi perbankan (bank) yang utama atau turunannya, maka yang
perlu diperhatikan untuk dunia perbankan, ialah tujuan secara filosofis dari eksistensi bank di
Indonesia. Hal ini sangat jelas tercermin dalam Pasal empat (4) Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 yang menjelaskan, ”Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangun-an nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, per-tumbuhan ekonomi,
dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”. Meninjau lebih
dalam terhadap kegiatan usaha bank, maka bank (perbankan) Indonesia dalam melakukan
usahanya harus didasarkan atas asas demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-
hatian. Hal ini, jelas tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan
mikro terhadap proses pembangunan bangsa.
Penyaluran Kredit Kepada Nasabah
Hasil Wawancara dengan salah satu pegawai/karyawan bank di kota Makassar. Hal
ini, dapat di uraikan dengan jelas terkait penyaluran kredit kepada masyarakat.
Penyalur/pemberi Kredit Bank dalam kegiatannya tidak hanya menyimpan dana yang
diperoleh, akan tetapi untuk pemanfaatannya bank menyalurkan kembali dalam bentuk kredit
kepada masyarakat yang memerlukan dana segar untuk usaha. Tentunya dalam pelaksanaan
fungsi ini diharapkan bank akan mendapatkan sumber pendapatan berupa bagi hasil atau
dalam bentuk pengenaan bunga kredit. Pemberian kredit akan menimbulkan resiko, oleh
sebab itu pemberiannya harus benar-benar teliti.
1. Agent Of Trust
Yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama kegiatan perbankkan
adalah kepercayaan (trust), baik dalam penghimpun dana maupun penyaluran dana.
Masyarakat akan mau menyimpan dana dananya di bank apabila dilandasi kepercayaan.
Dalam fungsi ini akan di bangun kepercayaan baik dari pihak penyimpan dana maupun dari
pihak bank dan kepercayaan ini akan terus berlanjut kepada pihak debitor. Kepercayaan ini
penting dibangun karena dalam keadaan ini semua pihak ingin merasa diuntungkan untuk
baik dari segi penyimpangan dana, penampung dana maupun penerima penyaluran dana
tersebut.
2. Agent Of Development
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Kegiatan bank
berupa penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan
perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan
kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat
bahwa kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya
penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain
adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
3. Agent Of Services
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Disamping
melakukan kegiatan penghimpun dan penyalur dana, bank juga memberikan penawaran jasa
perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan
kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Penyaluran pembiayaan kepada
masyarakat dilakukan dengan pemberian dana dengan angka yang sedikit agar masyarakat
tidak terbebani dengan angsuranya karena pembiayaan sedikit berarti angsuranya juga
sedikit. Hal ini memberikan dampak yang positif kepada masyarakat khususnya masyarakat
ekonomi lemah yang dapat memanfaatkan produk-produk ini, karena angka diberikan sedikit
dan syarat yang deberikan pula mudah, dengan demikian dapat meningkatkan pengembangan
usahanya bagi pelaku ekonomi lemah. Produk - produk yang ditawarkan kepada masyarakat
ekonomi lemah guna meningkatkan taraf hidupnya melalui pembiayaan ini, di upayakan
produk yang memiliki keringanan kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak terbebani
dengan angsuran yang harus dibayar. Setiap calon nasabah yang ingin mengajukan
pembiayaan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh bank, apabila sudah sesuai
maka nasabah akan mengisi formulir permohonan pembiayaan dan melengkapi persyaratan
yang diajukan oleh pihak bank. Adapun persyaratan yang harus dimiliki dan dilengkapi oleh
calon nasabah adalah:
1. Surat Permohonan Pembiayaan
2. Foto Copy suami istri
3. Foto Copy KK
4. Rencana Anggaran Biaya
Rancangan Tahapan Berikutnya
Berdasarkan hasil analisis kedala yang dihadapi bank dalam pembiayaan, setelah di
analisis ternya kedala yang dihadapi bank dalam pembiayaan berpotensi banyak pada
nasabah yang tidak sesuai permohonan dan realisasnya sehingga mengalami penunggakan
yang berkelanjuta, hingga akhirnya menjadi kredit macet. Untuk selanjutnya akan dilakukan
penelitian lanjutan untuk ebih mengetahui proses yang dilakukan perbankan dalam
memproses nasabah yang melakukan pembiayaan tapi tidak sesuai dengan realitas
penggunaan dananya, hal ini dapat mempengaruhi nasabah ataupun calon nasabah dalam
melakukan pembiayaan pada bank.

Kesimpulan :
Penyaluran kredit usaha kecil kepada masyarakat ekonomi lemah dilakukan dengan
mitra dengan masyarakat dalam artian bahwa pihak bank dan nasabah sama-sama
menjalangkan fungsinya bank sebagai penyedia dana dan nasabah sebagai debitur yang
menggunakan dana tersebut. Pembiayaan kepada masyarakat ekonomi lemah merupakan
konsep pada salah satu bank di Makassar untuk memudahkan masyarakat dan mendukung
keberlanjutan usaha bagi masyarakat ekonomi lemah agar lebih serius mengembangkan
usahanya.

Judul Baru :
Dari jurnal yang di review membahas tentang bagaimana Penyalur/pemberi Kredit
Bank dalam kegiatannya. Sehingga jurnal tersebut meneliti bagaimana Penyaluran Kredit
Usaha Kecil Terhadap Pengusaha Ekonomi Lemah. Sehingga dapat dibuat dengan judul baru
yang berhubungan seperti “Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Penghasilan Usaha Kecil
Masyarakat”
Jurnal 3

Judul Jurnal : Etika Bisnis Jual Beli Online Dalam Perspektif Islam
Penulis : Kristianto Dwi Estijayandono, Siradjuddin, Abd. Wahid Haddade
Volume dan ISSN : Volume 3 Nomor 1, Januari-Juni 2019 p-ISSN: 2549-4872, e-ISSN:
2654-4970,

https://journal.unismuh.ac.id/index.php/jhes/article/view/2125/1697

Objek Penelitian : Masyarakat

Metode Penelitian :
Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data primer yang dikumpulkan
melalui wawancara dan hasil observasi. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan etika bisnis dalam Tokopedia.com sejalan
dengan etika bisnis islam, implikasi dari penelitian ini memberikan masukan dalam upaya
meningkatkan penerapan etika bisnis.

Hasil Pembahasan :
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan narasumber, dalam
menjalankan bisnisnya para penjual telah menjalankan prinsip-prinsip etika bisnis yang baik.
Seperti prinsip kejujuran, ketetapan, loyalitas dan kedisiplinan.
1. Prinsip kejujuran
Prinsip kejujuran yang diterapkan seperti memasang foto barang yang sesuai dengan
barang yang dijual,menuliskan keterangan barang sesuai dengan keadaan barang yang
sebenarnya dan mengirimkan barang yang sesuai dengan pesanan.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh fajar wahid selaku penjual di tokopedia.com
berikut ini:
Kalau jualan online gini kita harus jujur. Foto barang yang kita upload harus sama
yang ada. Jangan ngirim barang yang rusa katau cacat. Karna pengaruh samarating
toko.
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh destiar selaku penjual di tokopedia.com
berikut ini: “jualan online yang beli enggak liat barangnya langsung, jadi barang yang mau
dijual beneran difoto, enggak ngambil foto dari internet.”
Menerapkan prinsip kejujuran dalam kegiatan bisnis dapat memberikan dampak
positif bagi penjual. Perilaku jujur akan meningkatkan kepercayaan pembeli terhadap penjual.
Ketika tingkat kepercayaan pembeli tinggi, maka pembeli akan melakukan pembelian ulang
kepada penjual, otomatis penjualan akan meningkat dan memberikan keuntungan yang besar
bagi penjual. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Fajar Wahid: “kalau pembeli sudah
percaya sama kita pasti nanti kalau dia mau beli ya ke kita lagi”. Sama halnya yang
diungkapkan Destiar berikut ini: “pembeli yang udah percaya sama kita bakalan reorder, trus
dia juga bakal ngasih tahu temennya buat beli dikita”.
Pihak yang diuntungkan dari penerapan prinsip kejujuran oleh penjual adalah pembeli
itu sendiri. Pembeli akan merasa puas dengan transaksi yang telah dilakukan karena sikap
jujur yang dilakukan oleh penjual. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Arief
Sukmayadi berikut:
Kalo saya belanja online, yang saya liat itu foto barangnya bukan foto dari internet.
Barangnya difoto langsung sama penjual. Jadi kita bisa liat barang aslinya itu gimana.
Kalo penjualnya jujur pasti barangnya difoto trus keterangan barangnya ditulis bener-
bener. Pas barangnya dateng trus sesuai, kita yang beli pasti puas. Trus kita kasih
rating yang tinggi buat penjualnya.
Dhenny Chipta mengungkapkan hal yang serupa:
Penjual yang sudah terpercaya biasanya ratingnya tinggi. Saya biasanya beli di seller
yang sudah trusted seller, bisa dijamin barangnya sesuai. Jadi gak perlu takut buat
beli, tinggal liat aja seller yang ratingnya tinggi, trus yang transaksinya udah banyak,
bisa diliat di profil seller.
Sebaliknya, jika penjual tidak menerapkan prinsip kejujuran saat melakukan kegiatan
bisnisnya, maka akan memberikan pengaruh yang negatif terhadap bisnisnya. Pembeli akan
merasa kecewa dan akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan terhadap penjual. Pembeli
tidak akan melakukan pembelian ulang.
2. Prinsip Ketepatan
Prinsip ketepatan yang diterapkan oleh penjual seperti mengirimkan barang yang
sesuai dengan pesanan, mengirimkan barang tepat waktu, mengemas barang sesuai dengan
kemauan pembeli jika pembeli menginginkan barangnya dikemas menggunakan bubble wrap
ataupun paket dikemas kayu dan lain sebagainya.
Hal ini serupa dengan yang diungkapkan Fajar Wahid sebagai berikut:
Supaya pelanggan enggak nunggu lama, orderannya langsung diproses pas
tokopedianya udah ngasih tau kalo pembeli udah bayar. Barangnya kita siapin, kita
packing sesuai permintaan trus kita kirim pake pengiriman yang dipilih pembeli, jenis
pengirimannya juga harus sesuai, kalo pembeli minta satu hari sampe ya kita ikutin
ato mau yang regular, ya diikutin aja maunya pembeli. Kalo udah dikirim harus
secepetnya upload nomer resi, biar pembeli tau barangnya udah dikirim trus bisa
ngecek barangnya udah sampe mana.
Sama halnya dengan yang diungkapkan Destiar:
Pas orderan sama pembayaran masuk, langsung diproses. Barangnya disiapin,
dipacking trus dikirim. Jangan nunggununggu, kalo bisa diproses secepetnya biar
pembeli enggak nunggu. Jangan lupa upload resi pengirimannya.
3. Prinsip Loyalitas
Prinsip loyalitas yang diterapkan penjual seperti loyal terhadap pembeli, tidak
membedakan pembeli yang lama atau yang baru, semua dilayani dengan baik dan benar.
Loyal terhadap distributor tempat mengambil barangnya. Dalam melayani pembeli, penjual
harus melakukannya dengan baik dan benar, tidak membedabedakan pembeli baru atau pun
pembeli lama. Semua pesanan pembeli diproses dengan baik dan benar. Jika pembeli
bertanya atau pun komplain harus dijawab dengan baik. Menjaga nama baik agar pembeli
tidak kecewa dan tidak melakukan pemesanan ulang.
4. Prinsip Kedisiplinan
Prinsip kedisiplinan yang diterapkan oleh penjual seperti mengikuti seluruh prosedur
yang berlaku dan di terapkan di tokopedia.com. seperti prosedur penjualan barang, menerima
pesanan, memproses pesanan, mengirim pesanan dan lain-lain. Setiap prosedur yang ada di
tokopedia.com, pihak penjual diberi tenggang waktu selama tiga hari untuk memprosesnya.
Sebaiknya pesanan pembeli diproses secepat mungkin agar memberikan nilai tambah
sehingga menaikkan rating toko. Penjual juga harus disiplin untuk memperbaruhi data stok
barang, agar pembeli tahu sisa barang yang mereka miliki sebelum memesan.
Penerapan prinsip kedisiplinan dalam menjalankan proses bisnisnya, maka
menjadikan nilai tambah bagi penjual. Proses bisnisnya akan lebih teratur dengan baik.
Mengikuti semua aturan-aturan yang ada di Tokopedia.com, tidak melakukan halhal yang
dapat merugikan. Memproses pesanan pembeli secepat mungkin, tidak melebihi batas waktu
3 hari yang diberikan oleh Tokopedia.com. disiplin memperbaharui stok barang agar
mempermudah pembeli dalam memesan barang.
Etika bisnis Islami merupakan tata cara pengelolaan bisnis berdasarkan Al-Qur’an,
hadist, dan hukum yang telah dibuat oleh para ahli fiqih. Prinsip-prinsip dasar etika bisnis
Islami harus mencakup: prinsip keadilan, prinsip kehendak bebas, prinsip tanggung jawab
dan prinsip kebenaran.
Kesimpulan :
Etika bisnis yang diterapkan oleh penjual dalam melakukan transaksi jual beli di
Tokopedia.com menerapkan prinsip-prinsip dasar etika bisnis yakni prinsip kejujuran,
ketepatan, loyalitas dan kedisiplinan. Penerapan prinsipprinsip etika bisnis yang Islami pun
juga sudah dilakukan.
Etika bisnis yang diterapkan dalam transaksi jual beli di Tokopedia.com sudah sejalan
dengan etika bisnis dalam pandangan Islam. Pelaku jual beli sudah menerapkan prinsip-
prinsip etika bisnis Islam, yaitu: prinsip keadilan, prinsip kehendak bebas, prinsip tanggung
jawab dan prinsip kebenaran.

Judul Baru :
Dari jurnal yang di review membahas tentang bagaimana Bisnis Jual Beli Online
dalam Perspektif Islam. Sehingga jurnal tersebut meneliti bagaimana Etika Bisnis Jual Beli
Online Dalam Persepektif Islam. Sehingga dapat dibuat dengan judul baru yang berhubungan
seperti “Dampak dari Bisnis Jual Beli Online dalam Perspektif Islam”

Anda mungkin juga menyukai