Anda di halaman 1dari 5

Bimbingan Konseling

Kebiasaan Efektif Ke 4
Steven Covey

Nama Anggota
Kelompok 4

X MIPA 2
1. Bintang L. / 4
2. Febrian S. L. / 11
3. Michael K. J. / 15
Penjelasan Kebiasaan Efektif Keempat

Kebiasaan keempat ini adalah Berpikir WIN – WIN


(Menang – Menang), dimana kebiasaan ini juga
merupakan awal dari keempat kebiasaan yang
menerapkan bagaimana kita mengembangkan
hubungan dengan orang lain, karena kebiasaan pertama
hingga ketiga merupakan bagaimana mengembangkan
pribadi seseorang.

Kebiasaan ini bermaksud bahwa kita sendiri diajak untuk berpikir Menang –
Menang yang berarti bahwa sikap terhadap kehidupan suatu cara berpikir yang
mengatakan bahwa saya bisa menang, kamu pun bisa menang. Bukan saya atau
kami, tapi sama-sama. Dasar pemikirannya adalah keyakinan bahwa kita semua
sama, tidak ada yang lebih rendah dan unggul dari yang lain.
“Menang-menang adalah kerangka pikir dan hati yang berupaya mencari
manfaat bersama dalam semua interaksi manusia. Menang-menang didasarkan
pada 1 paradigma yang mengatakan bahwa tersedia cukup banyak untuk semua
orang, bahwa keberhasilan satu orang bukanlah karena mengorbankan orang
lain” (Stephen R. Covey)
Paradigma yang dimaksud, terbagi menjadi enam bagian, yaitu :
1. Menang – Kalah = Artinya bahwa saya mendapatkan apa yang saya
inginkan dan anda tidak, sehingga munculnya ketidakadilan/rasa iri.
2. Kalah – Menang = Artinya bahwa anda mendapatkan apa yang anda
inginkan sedangkan saya tidak, dimana situasinya sama seperti Menang –
Kalah.
3. Kalah – Kalah = Artinya bahwa saya dan anda sama sama tidak
mendapatkan apa yang kami inginkan sehingga bisa menimbulkan kerugian.
4. Menang – Menang = Artinya bahwa saya dan anda sama sama mendapatkan
apa yang kami inginkan, sehingga munculnya jalan yang saling
menguntungkan.
5. Menang = Artinya bahwa hanya memfokuskan semata – mata mengambil
apa yang diinginkan, tanpa ada kepedulian terhadap kebutuhan orang lain.
6. Menang – Menang Atau Tidak Sama Sekali = Artinya bahwa jika saya dan
anda belum yakin untuk bisa mendapatkan apa yang kami inginkan, lebih
baik tidak usah ada kesepakatan sama sekali (Netral)
Maka dapat disimpulkan, paradigma Menang – Menang lah yang paling efektif
dan layak dimiliki, karena paradigma yang lainnya bisa saja berujung pada
kerugian dan keegoisan. Dengan adanya sikap Menang – Menang, kita juga
diajak untuk menjalin kerja sama, berkomitmen akan tindakan, dan
memandang situasi hidup bukan sebagai kompetisi melainkan situasi saling
membantu untuk mencapai yang terbaik
Pentingnya kita bersikap WIN – WIN ini adalah bahwa cara pikir WIN – WIN
ini juga merupakan satu satunya bentuk hubungan yang dapat diterima dan
mampu bertahan dalam segala situasi. Mengalah supaya orang lain menang
atau menang supaya orang lain kalah hanya akan berakhir dengan kekecewaan,
tekanan dan pemutusan hubungan. Jika tidak ada solusi yang berakhir dengan
kemenangan kedua belah pihak, maka pilihan yang harus anda ambil adalah
“Tidak sama sekali.” Dengan kata lain, adanya cara pikir WIN – WIN ini juga
bermanfaat baik bagi kedua belah pihak, karena sama-sama menguntungkan,
sama-sama menerima kebahagiaan, dan sama-sama memperkuat perjalinan
hubungan persaudaraan satu sama lain untuk menuju yang lebih tinggi lagi.
Jikalaupun, kebiasaan WIN – WIN ini tidak diterapkan dalam kehidupan sehari
– hari, maka sudah pasti yang digunakan diluar dari paradigma Menang –
Menang ini, seperti :
a. Jika saya berani namun tidak memiliki
toleransi maka saya akan berpikir
menang – kalah dalam hubungan saya.
Saya akan kuat dan memaksakan ego.
Saya akan bertahan pada keyakinan
saya dengan tidak memperdulikan
keyakinan anda.
b. Jika saya mengedepankan toleransi
daripada keberanian saya, maka saya akan memilih sikap kalah-
menang. Dimana saya akan memprioritaskan kepentingan orang lain dan
tidak sama sekali perhatian dengan usaha sendiri.
c. Jika saya tidak mengedepankan toleransi dan keberanian saya meskipun
mau bekerja sama antar satu sama lain, maka akhirnya saya akan mendapat
hasil Kalah – Kalah.
Maka bisa ditegaskan kembali bahwa, jika saya memiliki keberanian dan
toleransi yang seimbang, dan saya berusaha untuk mencoba memahami anda
dan menyampaikan harapan dan keinginan saya, pastinya win-win solution bisa
tercapai.
Diluar dari penting dan manfaatnya sikap ini, sudah pastinya belum tentu
semua orang sudah pasti bisa ataupun mau berubah dan memiliki sikap itu.
Teruntuk orang yang bisa berubah, tetapi tidak mau, hal ini bisa dikarenakan
bukan hanya mengedepankan keberanian ataupun toleransi, tetapi kesulitan
yang membuat kebiasaan ini susah untuk ada dalam diri seseorang yaitu
adanya mentalitas kelangkaan.

Maksud dari mentalitas kelangkaan ini, adalah bahwa seseorang yang


memiliki mentalitas ini, akan sulit untuk memberi penghargaan, kekuasaan,
atau keuntungan kepada orang lain. Begitupun mereka juga sulit sekali
menjadi benar-benar bahagia atas keberhasilan orang lain. Seolah – olah
“sesuatu” dari dalam dirinya direbut ketika orang lain menerima pengakuan
khusus atau rejeki nomplok atau keberhasilan. Nilai diri mereka diperoleh
melalui perbandingan, dimana keberhasilan orang lain adalah kegagalan
mereka.

Sering kali, orang dengan mental ini menyembunyikan harapan agar orang
lain menderita kemalangan. Mereka selalu membandingkan, selalu bersaing.
Mereka mengerahkan energi mereka untuk memiliki benda-benda supaya
mereka merasa lebih tinggi, meskipun tidak ada rasa sombong, sehingga
inilah yang menjadi halangan untuk mencapai solusi WIN – WIN.

T e r u n t u k o r
, memang terkadang seberapa keraspun mencoba,
mencari solusi Menang/Menang juga sulit.
Bahkan suatu pihak lain lebih condong pada
Menang/Kalah. Dalam hal ini, jangan ikut-ikutan
bersikap Menang/Kalah atau bahkan
Kalah/Menang. Lebih baik Menang/Menang atau
Tidak Sama Sekali. Berikut solusi untuk mengembangkan sikap menang –
menang ini, yaitu :
1. Kita membutuhkan integritas, dimana berarti memegang teguh prinsip
dasar kita, bahwa nilai hidup yang benar, yang sejati, dan harus kita
pegang yaitu menerapkan pola pikir WIN – WIN ini (Fokus pada tujuan).
2. Kita membutuhkan Maturity/Kedewasaan, dimana berarti orang yang
berani mengungkapkan pendapatnya (keterbukaan) yang didasari nilai
utama mereka, kemudian mereka tetap bertanggung jawab atas segala
efek pendapatnya.
3. Hindari kecenderungan bersaing/suka membanding – bandingkan, dimana
berarti beranggapan, pasti semua orang tersedia atau sama – sama
mendapatkan keuntungan tanpa harus bersaing. Dengan kata lain, hidup
kita unik, yang memiliki hambatan masing – masing, maka berhenti untuk
membanding – banding/bersaing dan lebih baik menjadi diri sendiri serta
lebih bekerja sama.

Contoh pola pikir menang – menang, yang disesuaikan dengan situasi anak
remaja kini :
a. Kamu dan temanmu sama – sama ingin memakan Indomie yang berharga
Rp.5000, tetapi kamu hanya membawa Rp. 3000 dan temanmu membawa
Rp. 2000. Akhirnya kamu dan temanmu sama – sama memutuskan untuk
menggabungkan jumlah uang, membeli 1 bungkus Indomie, dan dibagi 2
untuk disantap bersama – sama.
b. Kamu unggul dalam matematika, tetapi kurang dalam biologi, sedangkan
temanmu unggul dalam biologi, tetapi kurang dalam matematika.
Akhirnya kamu dan temanmu sama – sama saling membantu dan saling
mengajarkan agar keduanya sama – sama mengerti 2 pelajaran itu, tanpa
adanya unsur persaingan atau ingin mendapatkan nilai yang lebih bagus,
karena bertujuan untuk mendapatkan nilai yang bagus bagi keduanya.
c. Kamu dan temanmu sama – sama sedang berada di mall, dimana kamu
ingin menonton bioskop sedangkan temanmu ingin memakan sesuatu apa
saja untuk mengisi perut. Akhirnya pun kamu dan temanmu memutuskan
untuk tetap pergi ke bioskop, serta membeli popcorn dan french-fries
sembaring menonton.

Akhir kata, pola pikir WIN – WIN ini bisa sangat membantu
dalam kehidupan kita, terutama setiap kesulitan – kesulitan yang kita
hadapi, karena pastinya WIN – WIN ini mengajak kita untuk bekerja
sama dan saling melengkapi demi tujuan bersama yang membawa
kebahagiaan di kedua pihak, sehingga sudah sangat baiklah, jika kita
semua mulai menerapkan pola pikir WIN – WIN ini, di luar adanya
konsep persaingan

Anda mungkin juga menyukai