Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN KONFLIK

KELOMPOK4
DEFINISI KONFLIK
Beberapa pengertian Konflik oleh para ahli yang diantaranya
sebagai berikut:
 Simon Fisher (2001:4). mendefinisikan, “konflik adalah
hubungan antara dua pihak atau lebih baik individu maupun
kelompok yang merasa memiliki sasaran-sasaran yang tidak
sejalan”.
 Pruit dan Rubin dalam Susan (2009:9) menjelaskan, “konflik
berarti persepsi mengenai perbedaan kepentingan atau suatu
kepercayaan bahwa aspirasi pihak pihak yang berkonflik tidak
dicapai secara simultan”.
 Novri Susan (2009:8) menyatakan, “konflik adalah pertentangan
yang ditandai oleh pergerakan dari beberapa pihak sehingga
terjadi persinggungan”.
GAYA DALAM MENGHADAPI KONFLIK
Ada beberapa model resolusi konflik. Model ini dikembangkan
dengan pemikiran bahwa terdapat aspek yang menjadi fokus
perhatian saat individu mengusahakan tujuannya, yaitu: perhatian
pada diri sendiri dan orang lain.
Model resolusi konflik ini mengidentifikasi 5 gaya resolusi
konflik, yaitu: competitive style, collaborative style, compromise
style, avoidance style, dan accommodating style (Galvin, dkk, 2004).
1. COMPETITIVE STYLE
Pada gaya kompetitif, individu cenderung agresif
dan sulit untuk bekerjasama, menggunakan
kekuasaan untuk melakukan konfrontasi secara
langsung, dan berusaha untuk menang tanpa ada
keinginan untuk menyesuaikan tujuan dan
keinginannya dengan orang lain. Gaya ini tidak
kondusif untuk mengembangkan intimacy. Seperti
yang digambarkan pada grafik, gaya kompetitif lebih
memperhatikan diri sendiri daripada orang lain.
2. COLLABORATION STYLE
Individu dengan collaborative style memiliki sikap
asertif dan perhatian terhadap orang lain. Mungkin ia akan
kelelahan karena gaya ini membutuhkan energi yang
sangat besar untuk menyelesaikan konflik. Persoalan
lainnya, biasanya gaya ini dilakukan oleh seseorang
yang powerfull dan kadangkala menggunakan
kekuasaannya untuk memanipulasi orang lain.
Orang dengan collaborative style bersedia
menghabiskan waktu banyak untuk menyelesaikan konflik
dengan tuntas. Ia mampu memperhatikan orang lain
sekaligus diri sendiri.
3.COMPROMISE STYLE
Gaya kompromi lebih terbuka dibandingkan
dengan avoidance, tetapi masalah yang terungkap
tidak sebanyak gaya collaborative. Yang membedakan
antara compromise style dengan collaborative
style adalah waktu. Waktu yang dibutuhkan
compromise style untuk menyelesaikan konflik lebih
sedikit, namun solusi yang dihasilkan bisa jadi bukan
solusi yang terbaik untuk semua pihak.
4. AVOIDANCE STYLE
Ciri utama gaya ini adalah perilaku yang tidak
asertif dan pasif. Biasanya mereka mengalihkan
perhatian dari konflik atau justru menghindari konflik.
• Kelebihan dari gaya ini adalah memberikan waktu
untuk berfikir pada masing-masing pihak, apakah ada
kemauan dari diri atau pihak lain untuk menangani
situasi dengan cara yang lebih baik.
• Kelemahan dari gaya ini adalah individu menjadi tidak
peduli dengan permasalahan dan cederung untuk
melihat konflik sebagai sesuatu yang buruk dan harus
dihindari dengan cara apa pun.
5. ACCOMMODATING STYLE

Ditandai dengan perilaku non asertif


namun kooperatif. Individu cenderung
mengesampingkan keinginan pribadi dan
berusaha untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhan orang lain. Orang dengan gaya
accommodating style biasanya akan berbicara
seperti ini “ya sudah terserah kamu, aku ikut
aja”.
MANFAAT KONFLIK

1. Memperkuat hubungan. Dua orang yang mampu mengenali


perbedaan akibat konflik,
2. Meningkatnya kepercayaan.
3. Konflik membantu kita untuk belajar dan mengambil manfaat
dari berbagai perbedaan.
4. Munculnya masalah – masalah yang tersembunyi ke permukaan,
sehingga ada kemungkinan untuk diselesaikan.
5. Mendorong orang untuk mencari pendekatan yang lebih tepat
agar memperoleh hasil yang lebih baik.
6. Menyempurnakan proses pengambilan keputusan
7. Menyebabkan perubahan – perubahan. Konflik bisa terjadi
karena perbedaan cara pandang
8. Mengurangi kebosanan.
CIRI KONFLIK YANG KONSTRUKTIF
 Ciri-ciri konflik yang konstruktif:
1. Konflik persaingan bisnis, perusahaan A & B sama2
berebut pelanggan & bersaing secara sehat pada
akhirnya kedua perusahaan berusaha meningkatkan
kualitas produknya agar menarik minat pelanggan.
2. Merasa dirinya disukai oleh banyak orang.
3. Tidak mudah menyerah.
4. Mengajak kepada hal-hal yang baik.
5. Ingin merubah nasib dengan usaha lebih.
MENGATASI KONFLIK SECARA KONSTRUKTIF
1. Koersi
2. Kompromi
3. Arbitrasi
4. Mediasi
5. Toleransi
6. Konveksi
7. Konsilasi
8. Adjudikasi
9. Stalemate
10. Gencatan senjata
11.Segregasi
12.Cease Fire
13.ispasement
MENURUT STEVENIN (2000, PP.134-135),
TERDAPAT LIMA LANGKAH MERAIH KEDAMAIAN DALAM
KONFLIK.

1. Pengenalan
Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan
bagaimana keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang
menjadi perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak
mempedulikan masalah atau menganggap ada masalah padahal
sebenarnya tidak ada).
2. Diagnosis
Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah
diuji mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana
berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah
utama dan bukan pada hal-hal sepele.
3. Menyepakati suatu solusi
Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang
memungkinkan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Saringlah penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak
praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara yang
tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.
4. Pelaksanaan
Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-
hati, jangan biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi
pilihan dan arah kelompok.
5. Evaluasi
Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah
baru. Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke
langkah-langkah sebelumnya dan cobalah lagi.
MANFAAT MEMPELAJARI MANAJEMEN KONFLIK UNTUK
DUNIA KERJA

1. Konflik membuat kita sadar


2. Konflik mendorong perubahan dan membjat kehidupan lebih menarik
3. Keputusan yang lebih baik umumnya dibuat setelah adanya tanggapan
dan perbedaan pendapat
4. Konflik memperdalam dan memperkaya suatu kehidupan
5. Membuat organisasi lebih hidup dan harmonis
6. Membantu setiap orang untuk saling memahami tentang perbedaan
pekerjaan dan tanggung jawab mereka
7. Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif
8. Memberikan saluran baru untuk komunikasi
9. Memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi
10.Menghasilkan distribusi sumber tenaga yang lebih merata dalam
organisasi

Anda mungkin juga menyukai