Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

I (64 Thn) DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERSYARAFAN STROKE HEMORAGIK DI RUANG FAJAR
RS BHAYANGKARA SARTIKA ASIH BANDUNG

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Klinik KMB II
Dosen pembimbing : Bapak H. Ali Hamzah SKp,. MNS

Disusun oleh :

Dadi Rohaedi

P17320119055

Tingkat 2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktu nya. Shalawat beserta
salam tak lupa pula kita curah limbahkan kepada nabi besar kita yakni Nabi besar
Muhammad SAW, kepada keluargaNya, kepada sabahatNya, semoga kepada kita semua
selaku umatNya hingga akhir zaman. Aamiin.

Makalah ini di buat untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Praktik Klinik Keperawatan
Medikal Bedah mengenai “ Makalah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Stroke”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga menjadi ibadah dan
mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu , penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan supaya kita selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang masalah................................................................................................4
1.2.1.Umum............................................................................................................................7
1.2.2.Khusus...........................................................................................................................7
BABI II......................................................................................................................................8
2.1.3 Tanda dan gejala.........................................................................................................9
2.1.4 Prosedur Diagnostik..................................................................................................14
2.1.5 Penatalaksanaan........................................................................................................15
1.2 2.2.Konsep asuhan keperawatan.................................................................................19
2.2.1 Pengkajian..................................................................................................................19
2.2.2 Diagnosa Perawatan.................................................................................................22
2.2.3 Perencanaan...............................................................................................................23
2.2.4 Implementasi..............................................................................................................32
2.2.5 Evaluasi.......................................................................................................................33
BAB III....................................................................................................................................34

1.3 3.1.Pengkajian...............................................................................................................34

1.4 Analisa Data..................................................................................................................41

1.5 3.2 Diagnosa Perawatan...............................................................................................43

1.6 3.3 Perencanaan............................................................................................................43

5.1 3.4 Implementasi..........................................................................................................45

5.2 3.5 Evaluasi...................................................................................................................49

BAB IV....................................................................................................................................51

5.3 Kesimpulan...................................................................................................................51

5.4 Saran..............................................................................................................................51
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah

Menurut WHO 2010 stroke merupakan adanya tanda–tanda klinik yang


berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala–
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang mengakibatkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler, penyakit stroke bisa
menyerang siapapun dengan kejadian sangat mendadak dan merupakan salah satu
penyebab kematian dan kecacatan neurologi utama di Indonesia (Tarwoto, 2007).

American Heart Association, 2014 menjelaskan bahwa Stroke merupakan


mayoritas dalam kesehatan masyarakat, stroke memiliki tingkat mortalitas yang
tinggi sebagai penyakit terbanyak ketiga yang menyebabkan kematian dunia
setelah penyakit jantung dan kanker, presentasi yang meninggal akibat kejadian
stroke pertama kali adalah 18% hingga 37%, untuk kejadian stroke berulang 62%.
data international classification of disease yang diambil dari national vital
statistics reports Amerika Serikat untuk tahun 2011 menunjukan rata-rata
kematian akibat stroke adalah 41,1% dari 100.000 penderita.

Menurut data BPS Kota Bandung tahun 2019, stroke adalah penyebab
kematian kelima di Kota Bandung dengan persentase 8% setelah penyakit Lansia,
diabetes melitus, hipertensi, jantung (Badan Pusat Statistik, 2015).

Prevalensi penyakit stroke pada kelompok yang di diagnosis oleh nakes


menunjukkan laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yaitu
masing-masing sebesar 7,1% dan 6,8% sedangkan yang di diagnosis nakes atau
berdasarkan gejala menunjukkan persentase yang berbeda yaitu perempuan lebih
tinggi dibandingkan dengan laki-laki walaupun hanya selisih 0,1%. Berdasarkan
penyebab kematian terbanyak di Kota Bandung tahun 2019, stroke menempati
peringkat ke-5 dengan perbandingan perempuan lebih banyak dari pada laki-laki
yaitu masing-masing sebesar 43 dan 37 (Badan Pusat Statistik, 2019).

Pendarahan kedalam jaringan otak atau ruang subarachnoid adalah penyebab


dari stroke hemoragik, Jumlah total stroke iskemik sekitar 83%, seluruh kasus
stroke, sisanya sebesar 17% Stroke Hemoragik penyakit yang terkait dengan
pembuluh darah ke otak merupakan penyebab kematian nomor tiga di Amerika
Serikat dan menjadi penyebab sekitar 150.000 kematian setiap tahunnya. Sekitar
550.000 orang mengalami stroke setiap tahun. ketika stroke yang kedua kalinya
dimasukan dalam kondisi tersebut, angka kejadian tersebut meningkat menjadi
700.000 pertahun hanya untuk di Amerika Serikat sendiri (Black, 2014).

Sedangkan Insiden Stroke bervariasi di berbagai negara di Eropa, di perkirakan


terdapat 100-200 kasus stroke baru per 10.0000 penduduk pertahun di Amerika
diperkirakan terdapat lebih dari 700.000 insiden Stroke pertahun, yang
menyebabkan lebih dari 160.000 kematian pertahun, dengan 4,8 juta penderita
Stroke yang bertahan hidup, rasio insiden pria dan wanita adalah 1.25 pada
kelompok usia 55-64 tahun. 1,50 pada kelompok usia diatas 85 tahun.

Pasien stroke akan mengalami gangguan kebutuhan dasar antara lain, rasa
aman nyaman adalah keadaan bebas dari cidera fisik psikologis dan akan
mengalami penurunan fungsi nervus facial, nervus glosofaringeal dan nervus
hipoglosal maka ketidakmampuan untuk mulai menelan dan mencerna makanan
dengan baik, sehingga ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh menyebabkan
tidak nafsu makan terjadi menurunan berat badan, kekurangan energi dan pola
gaya makan menjadi berubah. Jika pada Pasien Stroke yang mempunyai riwayat
diabetes melitus mengalami gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau
penggunaan karbohidrat secara berlebihan sehingga klien menalami penurunan
berat badan dikarenakan penggunaan cadangan lemak akibat glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel. Penderita stroke ini mengalami gangguan peredaran darah di
otak atau pecahnya pembuluh darah ketika sistem pusat di otak memerintahkan
untuk menggerakan anggota gerak, darah yang menuju ke bagian muskeletal tidak
bisa menuju dengan sempurna di karena adanya hambatan di bagian pembuluh
darah pada akhirnya anggota gerak mengalami kelemahan atau kelumpuhan
karena terjadinya kelemahan pada neuromuskuler.

Komplikasi stroke dapat di klasifikasi menjadi dua yaitu komplikasi akut dan
komplikasi pada masa pemulihan atau lanjut, komplikasi akut meliputi hipoksia
serebral dan menurunnya aliran darah otak, edema serebri, peningkatan tekanan
intraktranial (TIK), aspirasi dan komplikasi pada masa pemulihan atau lanjut yaitu
immobilisasi seperti pneumonia, dekubitus, kontraktur, thrombosis vena dalam,
atropi inkontenensia urine dan bowel, kejang, nyeri kepala kronis dan malnutrisi
karena intake yang adekuat. (Tarwoto, 2013).

Dengan tingginya angka kejadian stroke dan banyaknya masalah keperawatan


yang ditimbulkan beserta komplikasinya dan berdasarkan peran perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dengan stroke perawat berperan
sebagai promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya promotif yang di
lakukan adalah menganjurkan untuk mengantur melakukan olahraga. Upaya
preventif merupakan upaya perawat dalam usaha pencegahan dengan melakukan
tindakan seperti memantau vaskularisasi secara berkala, memonitor TTV dan
keadaan umum serta memonitor status neurologis, tindakan seperti berkolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat diuretik osmotik, streroid, sedatif,
antihipertensi, dan lain-lain serta memantau efek samping obat, terapi okupasi
atau terapi wicara merupakan bagian dari upaya kuratif yang dapat di lakukan
diantaranya dengan melibatkan keluarga dalam membantu klien melakukan
latihan gerak pasif pada akstermitas yang sakit, membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari, dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, sebagai perwujudan peran perawat dalam


meningkatkan mutu derajat kesehatan melalui upaya preventif, promotif, kuratif,
dan rehabilitas, penulis sebagai calon perawat ingin memperoleh pengalaman
nyata dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada Klien Tn I Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Rasa Aman Nyaman Patologi Sistem Persyarafan :
Stroke Hemoragik di Ruangan Fajar Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih pada
tanggal

1.2 Tujuan

1.2.1.Umum

Diperoleh dari pengalaman nyata, memperoleh informasi/gambaran, dan


mampu menerapkan teori dan konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Rasa Aman Nyaman Patologi Sistem Persyarafan
Stroke Hemoragik di Ruangan Fahar Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih

1.2.2.Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan stroke

b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan stroke

c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan stroke.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan stroke.

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan stroke

f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.

BABI II

KONSEP TEORI

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Pengertian

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang dia
kibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi
penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002 dala
m ekspresiku-blogspot 2008).
Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang disebabkan ol
eh gangguan suplai darah ke bagian otak (Brunner & Suddart:2002).
Menurut (Marilyn E,Doenges:2000) stroke/penyakit serebrovaskuler menu
njukkan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun structural
yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari se
luruh system pembuluh darah otak.

Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Ce


rebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gan
gguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam bebera
pa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang s
esuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono, 1996).
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik lokal
maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih
dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain dari
pada gangguan vascular.

2.1.2 Patofisiologis
2.1.3 Tanda dan gejala

a. Peringatan dini/awal.

Beberapa stroke mempunyai tanda-tanda peringatan dini yang dikenal


dengan dengan serangan iskemik jangka pendek

Manifestasi dari iskemik stroke yang akan terjadi termasuk hemiparesis transien
(tidak peermanen) kehilangan kemampuan berbicara, dan kehilangan sensori
setengah/hemisensori.

Stroke hemoragik juga terjadi sangat cepat, dengan manifestasi


berkembang hanya dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Manifestasi
yang paling sering terajdi termasuk sakit kepala yang berasal dari bagian
belakang leher, vertigo atau kehilangan kesadaran karena hipotensi (sinkop),
parastesia, paralisis sementara, epistaksis dan perdarahan pada retina.

b. Temuan secara umum

Kebanyakan klien tiba di ruang gawat darurat dengan kondisi hipertensi.


Temuan secara umum dari stroke yang tidak berhubungan dengan bagian
pembuluh darah yang khusus termasuk sakit kepala,muntah,kejang,perubahan
status mental,demam,dan perubahan pada status elektrokardiogram (EKG).
Perubahan pada EKG mungkin termasuk kondisi atrial fibrilasi, yang bisa
membantu mengindikasikan penyebab dari stroke.

c. Gangguan khusus setelah stroke

Gangguan yang terjadi pada klien juga bermacam-macam, bergantung


pada apakah bagian otak yang terkena adalah bagian dominan atau nondominan.
Tingkatan penurunan fungsi dapat juga bervariasi dari hanya gangguan yang
kecil sampai kehilangan fungsi tubuh yang serius.

1. Hemiparesis dan Hemiplagia

a) hemiparesis (kelemahan)

penurunan kemampuan ini biasanya disebabkan oleh stroke arteri


serebral anterior atau media sehingga mengakibatkan infark pada bagian otak
yang mengontrol gerakan (saraf motorik) dari korteks bagian depan.

b) hemiplegia (paralisis)

hemiplegia menyeluruh bisa terjadi pada setengah bagian dari wajah dan
lidah, juga pada lengan dan tungkai pada sisi bagian tubuh yang sama.infark
yang terjadi pada bagian otak sebelah kanan akan menyebabkan hemiplegia
bagian kiri tubuh (sinistra) dan sebaliknya karena jaringan saraf berjalan
bersilangan dalam jalur pyramid dari otak ke saraf spinal.

2. Penurunan kesadaran

(konfusi, delirium, letargi,strupor dan koma) pendarahan.

3. Afasia

(kesulitan dalam bicara) yang bisa melibatkan beberapa atau seluruh


aspek dari komunikasi termasuk berbicara,membaca,menulis dan memahami
pembicaraan, pusat primer biasannya terletak dibagian kiri tengah arteri
serebral.

Beberapa tipe afasia yang berbeda tapi bisa terjadi yaitu :

a.Afasia wernick (sensori tau penerima).


Mempengaruhi memahami berbicara sebagai hasi dari infark
pada lobus temporal pada otak.

b. Afasia broca (ekspresi atau motorik)

Mempengaruhi produksi bicara sebagai hasil dari infark pada


lobus frontal pada otak.

c. Afasia global

Mempengaruhi baik komprehensif berbicara dan produksi bicara.

d. Afasia sensorik

Kehilangan kemampuan untuk memahami tulisan, menulis,


bahasa yang diucapkan.

e. Afasia akustik

Dapat mendengar bunyi bicara, tapi bagian otak yang


membearikan makna dari bicara tersebut rusak. Klien mengalami
kesulitan memahami apa yang orang lain bicarakan, mereka mendengar
bunyi tapi tidak dapat memahami makna bunyi tersebut karena tidak
dapat memahami symbol komunikasi yang berhubungan dengan bunyi.

f. Afasia visual

yang menderita afasia ini bisa melihat kata-kata yang tertulis tapi
tidak dapat membaca kata-kata tersebut.

g. Afasia motorik dan afasia sensorik

Kehilangan kemampuan dalam menulis atau berbicara, klien


tidak dapat mengabungkan bunyi bicara kedalam kata-kata atau suku
kata dan kebanyakan afasia adalah gabungan dan mempengaruhi, baik
ekspresi (pengeluaran) maupun reseptif (penerimaan).

h. Afasia parsial (sebagian).

Lebih sering terjadi dari pada afasia menyeluruh, tingkat


keparahan afasia bervariasi berdasarkan area yang terkena dan luasnya
kerusakan pada serebral.
4. Disatria

Kondisi artikulasi yang diucapkan tidak sempurna yang menyebabkan


kesulitan dalam berbicara, disatria paham dengan dengan bahasa yang
diucapkan seseorang tapi mengalami kesulitan dalam melafalkan kata dan tidak
jelas dalam pengucapannya.

Hal ini bisa mengakibatkan kelemahan atau kelumpuhan pada otot,


bibir, lidah dan laring atau karena kehilangan sensasi. Selain gangguan
berbicara, klien dengan disartria sering juga mengalami gangguan dalam
mengunyah dan menelan karena control otot yang menurun.

5. Disfagia

Menelan adalah proses yang kompleks karena membutuhkan beberapa


fungsi dari saraf kranial (saraf kranial v, saraf kranial VII, saraf kranial XII).
Mulut harus bisa merasakan jumlah dan kualitas gumpalan makanan yang
ditelan (saraf kranial V dan IX) selama aktivitas menelan, lidah menggerakan
gumpalan makanan kearah orofaring, faring akan terangkat dan glottis
menutup.

6. Apraksia

Apraksia adalah kondisi yang mempengaruhi integrasi motorik


kompleks, klien dengan apraksia tidak bisa melakukan beberapa keterampilan
seperti berpakain walaupun mereka tidak lumpuh dan tidak bisa merasakan atau
mengonseptualisasikan isi pesan yang dikirim keotak.

7. Perubahan penglihatan.

Penglihatan merupakan proses yang kompleks dan dikontrol oleh


beberapa bagian dalam otak, pada lobus parietal atau temporal bisa menggangu
jaringan penglihatan dari saluran optic ke korteks oksipital dan menggangu
ketajaman penglihatan. Persepsi kedalaman dan penglihatan pada.

8. Hemianopia homonimus

Kehilangan penglihatan pada setengah bagian yang sama dari lapang


pandang dari setiap mata, jadi hanya bisa melihat stengah dari penglihatan
normal.
9. Sindrom horner

Paralisis pada saraf simpatik ke mata yang menyebabkan tenggelamnya


bola mata, ptosis bagian atas kelopak mata, bagian bawah kelopak mata sedikit
terangat, pupil mengecil dan air mata

berkurang.

10. Agnosia

Ketidakmampuan seorang untuk mengenali benda melalui indra


penglihatan dan pendegaran, agnosia terjadi karena sumbatan pada areteri
serebral tengah dan posterior yang menyuplai lobus temporal atau oksipital.

Seseorang yang dengan agnosia penglihatan bisa melihat benda tapi


tidak dapat mengenali benda tersebut, disorientasi terjadi karena
ketidakmampuan mengenali tanda-tanda dari lingkungan, wajah yang familiar,
atau simbol-simbol.

11. Negleksi unilateral

Ketidakmampuan seseorang untuk merespon stimulasi pada bagian


kontralateral dari bagian infark serebral, klien dengan cidera pada lobus parietal
inferior, lobus frontal lateral, girus singulatum, talamus dan striatum sebagai
akibat dari sumbatan pada arteri serebral bagian tengah beresiko mengalami
negleksi, oleh karena dominasi dari belahan otak bagian kanan dalam
mengarahkan perhatian, negleksi paling sering terlihat pada klien dengan
kerusakan pada belahan otak bagian kanan.

12. Penurunan sensorik

Perubahan sensori dapat terjadi karena stroke pada jalur sensoris dari
lobus parietal yang disuplai oleh arteri serebral anterior atau bagian tengah,
penurunan ini terjadi pada bagian sisi kontralateral tubuh dan biasanya disertai
dengan hemiplegia atau hemiparise, sensasi pada permukaan seperti nyeri,
sentuhan, tekanan dan suhu bisa berpengaruh pada tingakatan yang berbeda-
beda, parastesia bisa digambarkan sebagai rasa nyeri terbakar yang persisten,
perasaan keberatan, kebas, kesemutan atau rasa tertusuk dan rasa sensasi yang
meningkat, gangguan pada propriosepsi (kemampuan untuk menerima
hubungan antara bagian tubuh dengan lingkungan luar) dan gangguan rasa
bagian postural bisa terjadi dengan kondisi penurunan rasa pada sendi otot.

13. Perubahan perilaku

Korteks serebral berfungsi untuk menerjemahkan stimulasi, bagian


temporal dan limbic memodifikasi atau mengontrol respon emosional terhadap
stimulasi, hipotalamus dan kelenjar hipofisis mengkordinasi korteks motorik
dan area bicara. Orang dengan stroke pada bagian belahan otak serebral kiri
atau domiann biasanya lambat, waspada dan tidak teratur sedangkan pada orang
dengan stroke pada otak serebral bagian kanan atau nondominan, infark pada
Lobus frontal yang terjadi dari stroke pada arteri serebral anterior atau media
dapat mengarah pada gagguan dalam ingatan, penilaian,pemikiran abstrak,
pemahaman, kemampuan menahan diri, dan emosi, kemungkinan klien bisa
mengalami emosi yang labil dan tiba-tiba menangis atau bisa juga tertawa tanpa
ada sebab, tapi hal ini jarang terjadi.

14. Inkontenensia

Tidak bisa menahan kandung kemih, kadang terjadi setelah stroke, saraf
mengirim pesan kondisi kandung kemih yang penuh ke otak, tapi otak tidak
mengartikan pesan ini dengan benar dan tidak meneruskan pesan untuk tidak
mengeluarkan urine ke kandung kemih, hal ini mengakibatkan kondisi sering
berkemih, merasa sangat ingin buang air kecil dan inkotenensia.

15. Vertigo

Mual, muntah dan nyeri kepala, terjadi karena peningkatan tekanan


intracranial, edema serebri.

2.1.4 Prosedur Diagnostik

a. Angiografi serebral

Membantu menentukan penyebab dari stoke secara spesifik seperti perdarahan


arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskular.

b. Lumbal fungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukan adanya hemoragik pada subaraknoid atau pendarahan pada
intrakranial.

c. Ct scan

Untuk memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya


jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.

d. MRI

Untuk menentukan posisi dan besar /luas terjadinya pendarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat
dari hemoragik.

e. USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis).

f. EEG

Bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang
infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.

2.1.5 Penatalaksanaan

1. Pada fase akut

a. Terapi cairan, pada fase akut stroke beresiko terjadinya dehidrasi karena
penurunan kesadaran atau mengalami disfagia, terapi cairan ini penting untuk
mempertahankan sirkulasi darah dan tekanan darah.

b. Monitor fungsi pernapasan : analisa gas darah.

c. Monitor jantung dan tanda –tanda vital, pemeriksaan EKG.

d. Evaluasi status cairan dan elektrolit.

e. Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan dan cegah resiko
injuri.
f. Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung dan
pemberian makanan.

g. Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan.

h. Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil,


fungsi sensorik dan motorik, nervus kranial dan refleks.

Untuk mengobati keadaan akut yang harus diperhatikan faktor - faktor sebagai
berikut :

1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital :

a. Mempertahankan saluran napas yang paten yaitu melakukan pengisapan


lender dengan sering dan oksigenasi, jika perlu lakukan trakeotomi, membantu
pernapasan.

b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk usaha


memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.

3. Merawat kandung kemih, sebaiknya jangan memakai kateter.

4. Menempatkan klien dalam posisi yang tepat, klien harus diubah posisinya tiap
2 jam dan dilakukan latihan gerak pasif

5. Fase rehabilitas

a. Pertahankan nutrisi yang adekuat

b. Program managemen bladder dan bowel.

c. Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi ROM

d. Pertahankan integritas kulit

e. Pertahankan komunikasi yang efektif

f. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

g. Persiapan pasien pulang

6. Pengobatan konservatif.
Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapi pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.

a) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra aterial.

b) Medikasi antitrombosit dapat memainkan peran sangat penting dalam


pembentukan trombus dan embolisasi, antiagregasi thrombosis seperti aspirin
digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi
sesudah ulserasi alteroma.

c) Antikoagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya thrombosis atau


embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.

7. Pengobatan pembedahan

Tujuan utama pengobatan pembedahan untuk memperbaiki aliran darah serebral

a. Endodterektomi karotis memnbentuk kembali arteri karotis dengan membuka


arteri karotis dileher.

b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan

c. Evaluasi pembekuan darah dilakukan pada stroke akut.

d. Ugasi arteri komunis dileher khususnya pada aneurisma.

b. Terapi obat – obatan

Terapi pengobatan tergantung dari jenis stroke.

a. Stroke iskemik

 Pemberian trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue-plasminogen).

 Pemberian obat-obatan jantung seperti digoksin pada aritmia jantung,


katropil, antagonis kalsium pada pasien dengan hipetensi.

b. Stroke haemoragik

 Antihipertensi : katropil, antagonis kalsium.

 Diuretik : Manitol 20%, Furosemide.

 Antikovulsan : Fenitoin
Penatalaksanaan :

a. Stadium hiperakut

Pada stadium ini dilakukan tindakan di intalasi rawat darurat dan


merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar
kerusakan jaringan otak tidak meluas, pada stadium ini klien diberi oksiegn 2
liter/menit dan cairan kristaloid, hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin
dalam H2o. dan dilakukan tindakan pemeriksaan penunjang dan pemriksaan
laboratorium, tindakan lain di intalasi rawat darurat adalah memberikan
dukungan mental pada pasien serta meberikan penjelasan pada keluarganya agar
tetap tenang.

b. Stadium akut

Pada stadium ini, dilakukan penangan faktor – faktor etiologik dan


tindakan terapi fisik, okupasi, wicaradan psikologis serta terapi sosial untuk
membantu pemulihan klien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga klien perlu,
menyangkut dampak stroke terhadap klien dan keluarga serta cacar perawatan
klien yang dapat dilakukan keluarga.

1. Stroke iskemik

Terapi umum : letakan kepala klien pada posisi 30°, kepala dan dada
pada satu bidang, ubah posisi tidur setiap 2 jam, mobilisasi dimulai bertahap bila
hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2
liter/menit sampai didapatkan hasil analisa gas darah.

2. Stroke hemoragik

Terapi umum : jika volume > 30 ml, pendarahan intraventrikuler dengan


hedrosefalus dan keadaan klinis cenderung memburuk. Tekanan darah harus
diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik
>180 mmHg diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg dan volume hematoma
bertambah, bila terdapat gagal ah harus segera diturunkan dengan labetalol IV
10 Mg (pemebrian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemebrian dalam 10 menit)
maksimum 30 mg, enalapril Iv 0,625-1.25 mg/6jam, captopril 3 x 6,25 25mg /
oral.
c. Stadium subakut

Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan,


terapi wicara dan bladder training (termasuk terapi fisik)

Terapi fase subakut antara lain :

1. Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya

2. Penatalaksanaan komplikasi

3. Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan klien) yaitu fisioterapi, terapi wicara,


terapi kognitif dan terapi okupulasi.

4. Prevensi sekunder

5. Edukasi keluarga dan discarg panning.

1.2 2.2.Konsep asuhan keperawatan

2.2.1 Pengkajian

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,


agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.

b. Keluhan utama

Keluhan yang didapatkan adalah gangguan motorik kelemahan anggota


gerak sebelah bedan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi, nyeri kepala,
gangguan sensorik, kejang, gangguan kesadran.

c. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke infark biasanya didahului dengan serangan awal yang


tidak disadari oleh klien, biasanya ditemukan gejala awal sering kesemutan,
rasa lemah pada salah satu anggota gerak.

d. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia,


riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat- obatan
anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obatan adiktif, kegemukan (Donna D.
ingnativicius, 2010).

e. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes mellitus.

f. Riwayat psikososial

Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk


pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan dapat mengacaukan keuangan
keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan
pikiran klien dan keluarga (harsosno, 2003).

g. Kebutuhan

1. Nutrisi : adanya gejala nafsu makan menurun adanya gejala nafsu


makan menurun, mual muntah pada fase akut, kehilangan sensasi (rasa kecap)
pada lidah, pipi, tenggorokan, disfagia ditandai dengan kesulitan menelan,
obesitas.

Tanda : kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan

faringeal) obesitas (faktor resiko).

2. Eliminasi : menunjuka perubahan pada pola berkemih seperti


inkontinensia urine, anuria. Adanya distensi abdomen, bising usus negatif (ilius
paralitik), pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik
usus.

3. Istirahat : klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang


otot/nyeri otot.merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis. Merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat
(nyeri/kejang otot).

Tanda : gangguan tonus otot (flaksiad spastis) : paralitik (hemiplegia)


dan terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan,gangguan tingkat
kesadaran.

4. Integritas ego

Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.


Tanda : emosi yang labil dan tidaksiapan untuk marah, sedih dan
gembira.

5. Interaksi sosial

Tanda : masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.

h. Pemeriksaan fisik pada pasien stroke :

Keadaan umum

Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami


gangguan bicara yaitu sulit dimengerti, kadang tidak bisa bicara dan pada
tanda-tanda vital tekanan darah meningkat dan denyut nadi bervariasi.

1. Sistem Respirasi (Breathing) : batuk, peningkatan produksi sputum, sesak


nafas, penggunaan otot bantu nafas, serta perubahan kecepatan dan kedalaman
pernafasan. Adanya ronchi akibat peningkatan produksi sekret dan penurunan
kemampuan untuk batuk akibat penurunan kesadaran klien. Pada klien yang
sadar baik sering kali tidak didapati kelainan pada pemeriksaan sistem respirasi.

2. Sistem Cardiovaskuler (Blood) : dapat terjadi hipotensi atau hipertensi,


denyut jantung irregular.

3. Sistem neurologis

1. Tingkat kesadaran : bisa letargi, strupor sampai terjadi koma.

Penilaian GCS untuk menilai tingkat kesadaran klien.

2. Refleks Patologis Refleks babinski positif menunjukan adanya perdarahan di


otak/ perdarahan intraserebri dan untuk membedakan jenis stroke yang ada
apakah bleeding atau infark.

1) Pemeriksaan saraf kranial

a) Saraf I Olfaktorius/penciuman: biasanya pada klien dengan stroke tidak


ada kelainan pada fungsi penciuman.

b) Saraf II Opticus/penglihatan: disfungsi persepsi visual karena gangguan


jarak sensorik primer diantara sudut mata dan korteks visual. Gangguan
hubungan visula-spasial sering terlihat pada klien dengan hemiplegia kiri.
Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena
ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.

c) Saraf III Okulomotorius, IV Trokhlear dan VI Abdusen : apabila akibat


stroke mengakibatkan paralisis seisi otot-otot okularis didapatkan penurunan
kemampuan gerakan konjugat unilateral disisi yang sakit.

d) Saraf VII facial/ ekspresi wajah dan persepsi pengecapan dalam batas
normal, wajah asimetris, otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.

e) Saraf XII Hipoglosal lidah asimetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
Fasikulasi Indera pengecapan normal.

4. Sistem Perkemihan (Bladder) : terjadi inkontinensia urine karena kontrol


sfingter urine eksternal hilang atau berkurang.

5. Sistem gastrointestinal (Bowel) : adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu


makan menurun, mual muntah, pada fase akut. Mual sampai muntah
disebabkan oleh peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan
masalah pemenuhan nutrisi, pola defekasi bisanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltic usus. Adanya inkontenesia alvi yang berlanjut
menunjukan kerusakan neurolgis lebih luas.

6. Sistem Muskuloskeletal dan integument (Bone) : adanya kesulitan untuk


beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensoria tau paralise/hemiplegi, serta
mudah lelah menyebabkan masalah pada aktivitas dan istirahat, Kaji adanya
dekubitus akibat immobilisasi fisik.

2.2.2 Diagnosa Perawatan

1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran


darah, oklusi, pendarahan, vasospasme serebral, edema serebral peningkatan
tekanan intracranial.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,


kelemahan, prestesia, paralisis.

3. kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada


area bicara dihemisfer otak, kehilangan kontrol tonus fasial atau oral dan
kelemahan secara umum.
4. Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori,
transmisi, intergrasi, stress psikologi.

5. Gangguan perawatan diri : ADL berhubungan dengan defisit neuromuskuler,


menurunya kekuatan otot dan daya tahan, kehilangan kontrol otot, gangguan
kognitif.

6. Gangguan eliminasi urine (inkontenensia fungsional) berhubungan dengan


menurunya sensasi, disfungsi kognitif.

7. Gangguan eliminasi fekal (konstipasi) berhubungan dengan menurunya


kontrol volunter, perubahan peristaltik dan immobilisasi.

8. Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan peningkatan volume


intracranial, penekanan jaringan otak dan edema serebral.

9. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kelemahan otot mengunyah dan menelan.

10.Resiko tinggi cidera berhubungan dengan penurunan luas lapang pandang,


penurunan sensasi rasa (panas, dingin).

11. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi


sekret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder dan
perubahan tingkat kesadaran.

12. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.

2.2.3 Perencanaan

1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran


darah, oklusi, pendarahan, vasospasme serebral, edema serebral peningkatan
tekanan intracranial.

Kriteria hasil :

a. Klien dapat mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi kognitif, sensorik


dan motoric.

b. Tanda-tanda vital stabil, peningkatan TIK tidak ada.


c. Komplikasi tidak terjadi.

Rencana tindakan :

- Kaji status neurologic setiap jam

Rasional : Menentukan perubahan defisit neurologic lebih lanjut.

- Kaji tingkat kesadaran dengan GCS.

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kesadaran klien

- Kaji refleks kornea dan refleks gag.

Rasional : agar mengetahui adanya penurunan refleks gag.

- Kaji pupil, ukuran respon terhadap cahaya, gerakan mata

Rasional : untuk mengetahui fungsi nervus.

- Evaluasi keadaan motorik dan sensorik klien

Rasional : untuk mengetahui adanya gangguan motorik dan sensorik


dan dapat terjadi akibat edema otak.

- Monitor tanda – tanda vital setiap 1 jam

Rasional : agar mengetahui adanya perubahan pada tanda-tanda vital.


- Posisikan kepala 30-40° dengan posisi leher tidak menekuk/fleksi.

Rasional : agar memfasilitasi drainasi vena dari otak.

- Anjurkan klien untuk untuk tidak menekuk lututnya/fleksi, batuk, dan


mengedan.

Rasional : karena mengedan menyebabkan peningkatan tekanan


intracranial.

Monitor AGD.

Rasional : agar mengetahui kadar oksigen dalam darah.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,


kelemahan, parestesi, paralisis.

Kriteria hasil :
a. Mempertahankan keutuhan tubuh secara optimal seperti tidak adanya
kontraktur, footdrop.

b. Mempertahankan kekuatan atau fungsi tubuh secara optimal.

c. Mendemostrasikan tekhnik perilaku melakukan aktivitas.

d. Integritas kulit baik

e. Kebutuhan ADL terpenuhi.

Rencana tindakan :

- Kaji kemampuan motoric

Rasional : Untuk mengetahui kekuatan otot dan kelemahan motorik.


ajarkan klien untuk melakukan ROM minimal 4x perhari bila
mungkin. Rasional : latihan ROM meningkatkan massa
tonus, kekuatan otot, perbaikan fungsi jantung dan
pernapasan.

- Observasi daerah yang tertekan, termasuk warna, edema atau tanda lain
gangguan sirkulasi.

Rasional : Daerah yang tertekan mudah sekali trauma.

- Lakukan massage pada daerah tertekan.

Rasional : membantu memperlancar sirkulasi darah.

- Inspeksi kulit terutama pada daerah tertekan.

Rasional : membantu mencegah kerusakan kulit.

3. kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada


area bicara dihemisfer otak, kehilangan kontrol tonus fasial atau oral dan
kelemahan secara umum.

Kriteria hasil :

a. Mampu mengguanakan metode komunikasi yang efektif baik verbal


maupun non verbal.

b. Mampu mengkomunikasi kebutuhan dasar


c. Mampu mengespresikan diri dan memahami orang lain.

Rencana tindakan :

- Kaji kemampuan komunikasi adanya gangguan bahasa dan bicara.

Rasional : mengidentifikasi masalah komunikasi karena adanya


gangguan bicara atau gangguan bahasa.

- Pertahankan kontak mata dengan klien saat berkomunikasi.

Rasional : agar klien dapat memperhatikan ekspresi dan gerakan bibir


lawan bicara sehingga dapat mudah menginterprestasikan.

- Ajarkan tekhnik untuk memperbaiki bicara.

Rasional : dengan membaiknya bicara akan membuat percaya diri dan


meningkatkan motivasi untuk memperbaiki bicara.

- Berikan respon terhadap perilaku non verbal.

Rasional : menunjukan adanya respon dan rasa empati terhadap


gangguan bicara pasien.

- Kolaboratif dengan terapi wicara.

Rasional : untuk mendapatkan teknik penanganan lebih lanjut dengan


teknik khusus.

4. Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori,


transmisi, integrasi, dstres psikologik.

Kriteria hasil :

a. Mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi persepsi.

b. Mendemonstrasikan tingkah laku untuk mengkompensasikan kekurangan.

Rencana tindakan

- Kaji kemampuan persepsi klien dan penerimaan sensorik.

Rasional : untuk menganstisipasi defisit dan upaya perawatanya.


Orientasikan klien pada lingkungan dan prosedur tindakan.
Rasional : untuk menghindari kesalahan persepsi terhadap
realitas. Bantu klien dalam aktivitas dan mobilitas untuk
mencegah injuri. Rasional : memenuhi kebutuhan sehari-
hari dan mencegah injuri.

5. Gangguan perawatan diri (ADL) berhubungan dengan defisit neuromoskuler,


menurunya kekuatan otot dan kehilangan control otot, gangguan kognitif.

Kriteria hasil :

a. Mendemostrasikan perawatan diri (mandi, BAB, BAK, berpakaian dan


makan.

b. Menampilkan aktivitas perawatan secara mandiri.

Rencana tindakan.

- Kaji kemampuan klien dalam memenuhi ADL nya.

Rasional : Agar membantu klien untuk merencanakan intervensinya.

- Ajarkan pada klien cara perawatan dirinya jika mampu.

Rasional : agar menumbuhkan kemandirian dalam perawatan.

- Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan ADL klien jika klien tidak mampu.

Rasional : memenuhi kebutuhan ADL dan melatih kemandirian.

- Kolaborasi ahli fisioterapi.

Rasional : mengembangkan rencana terapi.

6. Gangguan eliminasi urine (inkotenensia fungional) berhubungan dengan


menurunya sensasi, disfungsi kognitif.

Kriteria hasil :

a. Pola berkemih BAK normal.

b. Tidak terjadi infeksi saluran kemih.

Rencana tindakan

- Kaji intake dan output klien


Rasional : untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran klien.

- Lakukan perawatan kateter

Rasional : menghindari terjadinya infeksi.

- Pantau warna, karakteristik urine.

Rasional : untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi saluran kemih.

7. Gangguan eliminasi berhubungan dengan menurunya kontrol volunter,


perubahan persistaltik dan immobilisasi.

Kriteria hasil :

a. Pola BAB normal

b. Feses lunak

Rencana tindakan :

- Kaji pola BAB klien.

Rasional : untuk mengetahui perubahan pola eliminasi. Lakukan

- Mobilisasi dan aktivitas sesuai kemampuan klien.

Rasional : untuk merangsang peristaltik usus klien

- Berikan laksatif, supositoria dan enema.

Rasional : membantu mengeluarkan feses.

- Kaji status nutrisi klien dan berikan diet tinggi serat.

Rasional : agar meningkatkan residu dan merangsang BAB.

8. Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan peningkatan volume


intracranial, penekanan jaringan otak dan edema serebral.

Kriteria hasil

a. Klien tidak mengeluh nyeri kepala dan GCS 4, 5, 6.

b. Tidak mual dan muntah

c. Tidak terdapat papilla edema


d. TTV dalam rentang normal

Rencana tindakan

- Kaji penyebab terjadinya peningkatan TIK

Rasional : untuk mengkaji status neurologis.

- Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

Rasional : untuk mengetahui kondisi/keadaan umum klien dan untuk


mengetahui adanya peningkatan tekanan darah, bradikardia,
distritmia dan dyspnea.

- Kaji refleks pupil

Rasional : untuk mengetahui refleks pupil dan gerakan kembali bola


mata.

9. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kelemahan otot mengunyah dan menelan.

Kriteria hasil

a. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

b. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

d. Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

e. Tidak terjadi penurunan berat badan

Rencana tindakan

- Kaji intake dan output klien

Rasional : untuk mengetahui pemasukan pengeluaran klien.

- Timbang BB klien

Rasional : agar mengetahui adanya penurunan BB klien.

- Berikan makan lewat NGT


Rasioanl : untuk memenuhi asupan klien.

- Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasional : agar kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

10. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan penurunan luas lapang pandang,
penurunan sensasi rasa (panas, dingin).

Kriteria hasil :

a. Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi

perseptual

b. Mengakui perubahan dalam kemampuan adanya kerterlibatan

residual.

c. Mendemostrasikan perilaku untuk mengkompensasi

terhadapat/defisit hasil.

Rencana tindakan

- Kaji kesadaran sensorik, seperti membedakan panas dan dingin, tajam/tumpul,


posisi bagian tubuh otot, rasa persendian.

Rasional : agar mengetahui rasa sensasi yang dirasakan oleh klien.

- Dekati pasien dengan penglihatan yang normal,biarkan lampu menyala :


letakan benda dalam kejauhan normal.

Rasional : agar tidak terjadi cidera pada klien dan lingkungan tetap
aman.

- Ciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang membahayakan


dan berikan tanda resiko jatuh pada klien.

Rasional : agar mencegah terjadinya resiko cidera pada klien.

11. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi


sekret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder dan
perubahan tingkat kesadaran.
Kriteria hasil

a. Tidak ada nafas tambahan

b. Tidak ada batuk

c. Tidak ada penumpukan sekret

d. Frekuensi pernpasan normal.

Rencana tindakan

- Kaji jalan napas

Rasional : untuk mengetahui adanya obstruksi pada jalan napas, atau


adanya penumpukan sekret.

- Kaji pergerakan dada dan auskultasi suara napas pada kedua paru

Rasional : agar mengetahui pergerakan dada simestri atau tidak, dan


suara napas yang keluar dari paru-paru ada gangguan atau
tidak.

- Ajarkan klien cara batuk efektif

Rasional : agar klien dapat mengeluarkan sekret.

- Kolaborasi dengan dokter dan ahli terapi sesuai indikasi

Rasional : untuk mengatasi keluhan yang dirasakan oleh klien.

12. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.
Kriteria hasil :

a. Klien dapat mengetahui penyebab terjadinya luka

b. Klien dapat mengetahui cara pencegahan luka

c. Tidak ada tanda-tanda infeksi

d. Klien mengetahui cara perawatan jika terjadi luka.

Rencana tindakan :

- Kaji kemampuan klien untuk melakukan miring kiri/kanan


Rasional : untuk mengetahui kemampuan klien untuk menghindari
terjadinya luka dekubitus.

- Kaji adanya tanda-tanda infeksi

Rasional : untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi pada kulit.

- Ubah posisi dalam 2 jam

Rasional : agar menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah.

- Gunakan bantal/pengganjal yang lunak dibawah daerah yang menonjol


Rasional : untuk menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang
menonjol.

2.2.4 Implementasi

Tahap pelaksanaan merupakan langkah ke empat dalam tahap proses


keperawatan dengan melaksanakan berbagai tindakan keperawatan yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan. Menurut smeltzer (2013), pelaksanaan
keperawatan pada stroke terdiri dari :

 Menghilangkan perfusi jaringan

 Meningkatkan mobilitas dan mencegah deformitas.

 Meningkatkan komunikasi

 Menangani kesulitan persepsi sensori

 Meningkatkan perawatan diri

 Pemenuhan eliminasi urine normal

 Pemenuhan eliminasi fekal baik

 Mencegah peningkatan TIK

 Mencegah nutrisi kurang

 Mencegah terjadinya resiko jatuh

 Mempertahankan jalan napas efektif

 Mempertahnkan ingritas kulit.


2.2.5 Evaluasi

Evaluasi pencapaian tingkat hasil secara terus-menerus. Setelah stroke,


beberapa hasil, seperti perfusi serebral akan di capai paling awal, yang lain,
seperti penurunan perawatan diri, mungkin membutuhkan rehabilitas jangka
panjang, pantau kemajuan yang mengarah pada hasil, lakukan kerja sama baik
dengan pasien dan keluarga (Joyce M.black 2014).

Hasil yang di harapkan setelah dilakukan intervensi keperawatan :

 Perfusi jaringan adekuat

 Gangguan mobiltas teratasi

 Peningkatan komunikasi efektif

 Gangguan persepsi sensori teratasi

 Perawatan diri terpenuhi

 Eliminasi urine terpenuhi

 Eliminasi fekal tepenuhi

 Peningkatan TIK tidak terjadi

 Nutrisi kurang tidak terjadi

 Injury tidak terjadi

 Jalan napas efektif

 Gangguan integritas kulit tidak terjadi

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
1.3 3.1.Pengkajian

1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama : Ipuy Rohipah
Tanggal Lahir : 16 September 1956
Umur : 64 Tahun 8 Bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Kp. Cangkuang, RT/RW 3/5 Kel. Cangkuang
Diagnosa medis : Stroke Hemoragik
Tanggal Masuk : 28 Mei 2021
Tanggal Pengkajian : 02 Juni 2021 Pukul 13.30 WIB
No. RM : 00.261.183
No. Reg : 21003811
Golongan Darah :O
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Mamat Rahmat
Tanggal Lahir : 16 Juni 1970
Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Supir
Alamat : Kp. Cangkuang, RT/RW 3/5 Kel. Cangkuang

c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan utama saat masuk RS
Keluarga mengatakan klien sudah 2 hari merasakan sakit kepala berat
dan pusing
b) Keluhan utama saat dikaji
Keluarga mengatakan Klien sudah 2 hari merasakan sakit kepala dan
pusing, saat bangun tidur ingin sholat tiba-tiba Ny. I mendadak
mengalami nyeri kepala berat, dan penurunan kesadaran, bicara ngawur,
jalan seperti robot, klien merasakan kekakuan pada tangan dan kaki
sebelah kanan, tidak mengenal siapa-siapa saat dipanggil oleh keluarga,
keluarga mengatakan penyebab stroke klien adalah hipertensi yang tidak
terkontrol, kemudian keluarga membawa ke UGD rumah sakit
Bhayangkara Sartika Asih.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Menurut keluarga klien memiliki riwayat hipertensi dan alergi udara
dingin tetapi tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan, dan makanan,
klien tidak memiliki riwayat kecelakaan, tidak pernah dirawat di rumah
sakit dan tidak ada riwayat pemakaian obat.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada yang mempunyai penyakit
keturunan dan penyakit menular.
d. Pola Aktivitas Sehari-hari
Aktifitas Sebelum masuk RS Sesudah masuk RS
1. Nutrisi
a. Makan
 Frekuensi 3x1 hari 3x1 hari
 Porsi 1 porsi 1/4 Porsi

 Jenis Lauk pauk, Bubur

 Kemandirin Sendiri Dibantu


Tidak ada Tidak ada
 Keluhan

b. Minum
1500 ml 2000 ml
 Frekuensi
Teh,Kopi Air putih
 Jenis
Sendiri Dibantu
 Kemandirian
Tidak ada Tidak ada
 Keluhan

2. Eliminasi
a. BAK
6x hari 4x hari
 Frekuensi 600 ml 750 ml
 Jumlah Kuning jernih Kuning Jernih

 Warna Sendiri Terpasang kateter

 Kemandirian Tidak ada Tidak ada

 Keluhan

1x hari Belum BAB


b. BAB
Padat -
 Frekuensi
Kuning kecoklatan -
 Konsistensi
Sendiri -
 Warna
Tidak ada -
 Kemandirian
 Keluhan

3. Personal Hyginie
a. Mandi
 Frekuensi 2x hari 1x / hari
 Kemandirian Sendiri Mandi dibantu

 Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. Keramas
 Frekuensi 1x 2 hari Belum pernah keramas
Sendiri -
 Kemandirian
Tidak ada -
 Keluhan

c. Gosok gigi
2x hari 1x sehari
 Frekuensi
Sendiri Dibantu keluarga
 Kemandirian
Tidak ada Tidak ada
 Keluhan
4. Istirahat Tidur
a. Siang Hari
 Lama tidur 1 Jam/ hari Tidak menentu
 Waktu 12.00-13.00 Tidak menentu
 Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. Malam Hari
 Lama tidur 10 Jam/ hari 2- 3 jam /hari

 Waktu 22.00-08.00 Tidak menentu

 Keluhan Tidak ada Tidak ada

5. Latihan/Olahraga
 Durasi - -
 Jenis - -

 Keluhan - -
6. Gaya Hidup
 Merokok Ada Tidak ada
 Konsumsi Alkoh Tidak ada Tidak ada
ol

e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum sakit berat, kesadaran apatis, berat badan 66,
penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir 1kg, tinggi badan 175cm,
tanda-tanda vital Td:150/100Mmhg N : 92x/menit S : 37°C R : 29x/menit,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening pada leher.
1) Sistem Pernafasan
Jalan nafas bersih, tidak sesak, tidak ada peningkatan produksi sputum,
tidak ada batuk, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, tidak ada bunyi
nafas tambahan, taktil fremitus seimbang kanan dan kiri, jenis pernapasan
spontan, suara nafas vesikuler.
2) Sistem kardiovaskular
1. Sirkulasi perifer
Nadi 92x/menit, irama teratur, denyutan kuat, TD : 150/100 mmHg,
tidak terdapat distensi vena jugularis, temperatur kulit hangat, warna kulit
tampak kemerahan, pengisian kapiler refill <3 detik dan tidak terdapat
edema.
2. Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical 80x/menit, irama teratur, tidak terdapat
kelainan bunyi jantung dan tidak ada nyeri pada dada.
3) Sistem pencernaan
Tidak ada caries pada gigi, tidak ada penggunaan gigi palsu, stomatitis
tidak ada, lidah tampak bersih dengan salifah normal, tidak terdapat muntah
dan mual, tidak ada nyeri pada daerah perut, bising usus 18x/menit, teraba
hepar, abdomen lembek.

4) Sistem persyarafan
Keluarga mengatakan Klien mengeluh sakit kepala (vertigo),
kesadaran somnolen, - GCS : 5 E : 4 V : 4 M : 3, adanya tanda-tanda
peningkatan TIK klien mengalami nyeri kepala hebat, bicara pelo dan
disorientasi, reaksi pupil pada kedua mata baik, ukuran pupil kanan dan
kiri 2 mm, kelemahan pada ekstremitas atas dan bawah bagian kanan,
refleks patologis babinsky, refleks fisiologis normal.
 Pemeriksaan nervus
Nervus 1 : klien mengalami gangguan pada penciuman.
Nervus II : klien tidak mengalami gangguan visual spasial.
Nervus III : didapatkan tidak ada dilatasi pupil.
Nervus IV : klien tidak bisa menggerakan bola mata keatas ke bawah.
Nervus V : sentuhan kornea positif, tidak bisa mengatuk otot-otot
rahang, sentuhan ringan pada wajah tidak ada respon.
Nervus VI : tidak bisa mengerakan bola mata ke samping.
Nervus VII : di dapatkan gangguan pengecapan dan wajah tidak simetris.
Nervus VIII : klien masih bisa mendengar.
Nervus VIIII : tidak ada gangguan menelan.
Nervus X : didapatkan apasia dan dysatria.
Nervus XI : didapatkan tidak bisa melawan tahanan.
Nervus XII : didapatkan tidak bisa menjulurkan lidah dan tidak bisa
menggerakan ke berbagai sisi
5) Sistem endokrin
Klien tidak ada pembesaran tiroid, napas tidak berbau keton dan tidak
ada luka ganggren. Urine dalam back penuh, klien tidak cepat haus.
6) Sistem genitourinaria
Balance cairan intake 2250 cc output 1600 ml, balance cairan + 50,
BAK warna jernih, tidak ada distensi kandung kemih, pinggang tidak sakit,
klien mengalami perubahan pola berkemih inkontenensia urine.
7) Sistem muskuloskeletal
Klien mengalami kesulitan dalam pergerakan bagian kanan atas dan
bawah.
Kekuatan otot jalan seperti robot.
8) Sistem integumen dan imunitas
Turgor kulit baik, temeperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan,
keadaan kulit utuh, tidak ada kelainan pada kulit, keadaan rambut baik dan
tampak bersih.
9) Wicara dan THT
Ketidakmampuan berbicara apasia dan dysatria. Letak simetris, tidak
ada lesi, tidak terdapat serumen, tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
Fungsi pendengaran klien baik. Tidak ada tuli konduktif dan tuli persepsi.
10) Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata
normal, konjugtiva ananemis, kornea keruh, sklera anikterik, pupil isokor,
otot-otot mata tidak ada kelainan, fungsi keliatan baik klien masih bisa
melihat dengan jelas, tidak ada tanda-tanda radang, klien mengggunakan
kecamata baca, tidak menggunakan kontak lensa, reaksi terhadap cahaya
positif.
f. Data psikologis
1). Status Emosi
Emosi pasien dapat terkendali menurut keluarga klien
2). Pola Koping
Keluarga klien mengatakan setiap klien ada masalah selalu menceritakanya
kepada keluarganya
3). Gaya Komunikasi
Tidak bisa berkomunikasi langsung dengan klien karena klien dalam keadaan
linglung
4). Konsep Diri
a. Body Image : Tidak terkaji
b. Ideal Diri
Tidak terkaji
c. Peran Diri
Keluarga mengatakan bahwa ia adalah seorang istri dan ibu dari 5 orang anak
d. Identitas Diri
Pasien merupakan istri dari bapak mamat
e. Harga Diri
Tidak terkaji
f. Data Sosial
Klien memiliki hubungan baik dengan keluarganya
g. Data spiritual
Tidak terkaji
h. Data penunjang
a. Hasil Ct-scan kepala polos 31 Mei 2021
Hematoma (hygroma) frontotemporoparietal bilateral dominan sisi kiri
Subfacial kekanan ± 1,5 cm, sinistra lebih lebar. Hipodens subdural didaerah
frontotrmporolparietal kanan, kiri lebih dominan.
b. Hasil rontgen thorax 31 Mei 2021
Kesan : Gambaran HHD ( hipertensi heart disease ).
Hasil laboratorium 31 Mei 2021
Hematologi Hasil Nilai rujukan Satuan
HB 14,0 13,2 - 17,3 g/dl
Hematokrit 41 40 - 25 %
Leukosit 8.01 3.80 - 10.60 Ribu/ul
Trombosit 188 150 - 440 Ribu/ul
Eritrosit 4.93 4.40 - 5.90 Juta/ul
VER 84 80 - 100 Fe
HER 28 26 - 34 Pg
KHER 34 32 - 36 g/dl
Ureum 28 10 - 50 Mg/dl
Kreatinin 1.1 < 1.4 Mg/dl
GDS 169 135 - 147 Mg/dl
Natrium 137 135 - 147 mEq/l
Kalium 4.1 3.5 - 5.0 mEq/l
Klorida 102 94 - 111 mEq/l

Program Therapy
No Nama Obat Dosis Sediaan
1 Captropil 3x25 mg IV
2 Vit K 3x1 ampul IV
3 Asam Transamint 3x1 ampul IV
4 Ranitidine 2x50 mg IV
5 Manitol 20 tpm IV
6 asering 20 tpm IV

1.4 Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS : Keluarga mengatakan Hipertensi Gangguan perfusi
- Klien mengalami penurunan jaringan serebral
kesadaran, mengeluh sakit Kerusakan vaskuler
kepala sejak 2 hari pembuluh darah
- Klien memiliki riwayat
hipertensi dan vertigo Perubahan struktur
DO :
- Kesadaran somnolen, Penyumbatan pembuluh
keadaan umum sakit berat darah
- GCS : 5 E : 4 V : 4 M : 3
- TTV TD : 150/100 mmHg, N Vasokontriksi
92x/menit, S : 37°C R :
29x/menit Gangguan sirkulasi otak
- Sakit kepala hebat
- Hasil CT scan : Hematom Suplai O2 otak menurun
frontotemporoparietal bilateral
dominan sisi kiri Sinkop
- Kesan rontgen : gambaran
HHD Gangguan perfusi
jaringan serebral
DS : Keluarga mengatakan Vasospasme arteri Gangguan mobilitas
- Klien mengalami kelemahan cerebral/ Saraf cerebral fisik
bagian bagian anggota gerak
tangan dan kaki sebelah Iscemic
kanam
- Aktivitas klien dibantu Defisit Neurologi
sepenuhnya
- Klien jalan seperti robot Gangguan mobilitas
- Klien tidak mampu mika fisik
miki
DO :
- Klien tampak hanya
terbaring saja
- Kekuatan otot
2 5
2 5
- Terpasang DC
- Hemiparise Dextra
DS : Keluarga mengatakan Defisit neurologi Gangguan eliminasi
- Klien tidak bisa menahan urine
BAK Disfungsi kandung
- Klien tidak mampu kemih
mengontrol BAK
Gangguan eliminasi
DO : urine
- Klien terpasang kateter
- Klien terpasang pampers
- Inkontenesia urine

1.5 3.2 Diagnosa Perawatan

1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d adanya pendarahan d.d hasil CT scan :
Hematom frontotemporoparietal bilateral dominan sisi kiri, kesan rontgen :
gambaran HHD

2. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuskuler d.d aktifitas klien dibantu
sepenuhnya, kekuatan otot 2 5
2 5
3. Gangguan eliminasi urine b.d disfungsi kognitif d.d klien tidak mampu menahan
dan mengontrol BAK, serta klien terpasang kateter

1.6 3.3 Perencanaan


Diagnosa Intervensi
NO Tujuan Tindakan Rasional
Keperawatan
1. Gangguan Setelah 1. Kaji tingkat kesadaran klien dan TTV 2. Untuk
perfusi jaringan dilakukan mengobservasi
serebral b.d asuhan tindakan selanjutnya
adanya keperawatan 2. Kaji pupil, ukuran respon terhadap 3. Untuk mengetahui
pendarahan d.d selama 3x24 cahaya, gerakan mata fungsi nervus
hasil CT scan : jam diharapkan 3. Pertahankan klien bed rest, berikan 4. Agar memfasilitasi
Hematom perfusi jaringan posisi nyaman 30-40 derajat posisi drainage vena dari
frontotemporop serebral tidak kepala untuk tidak fleksi otak
arietal bilateral terjadi dengan 4. Kolaborasi dengan dokter dalam 5. Untuk
dominan sisi kriteria hasil : pemberian terapi menurunkan darah,
kiri, kesan - Kesadaran - Captropil 3x25 mg menghentikan
rontgen : composmentis - Vit K 3x1 ampul pendarahan serta
gambaran HHD - Tidak terjadi - Asam transamint 3x1 ampul untuk mengurangi
penurunan - Manitol 250 cc 20 tpm tekanan dalam otak
kesadaran
- TTV dalam
rentang normal
TD : 120/80
mmHg
N : 90x/menit
S : 36 C
RR : 20x/menit
- Tidak ada
peningkatan
intrakranial,
nyeri kepala
berat
2. Gangguan Setelah 1. Kaji motorik klien 1. Untuk mengetahui
mobilitas fisik dilakukam kekuatan otot dan
b.d kelemahan asuhan kelemahan motorik
neuromuskuler keperawatan 2. Ajarkan klien dan keluarga untuk 2. Untuk mencegah
d.d aktifitas selama 2x24 melakukan latihan ROM kekakuan pada otot
klien dibantu jam diharapkan 3. Ubah posisi klien tiap 2-4 jam dan 3. Untuk mencegah
sepenuhnya, mobilitas fisik lakukan mika miki terjadinya dekubitus
kekuatan otot dapat teratasi
2 5 dengan kriteria
2 5 hasil :
- kekuatan otot
kembali normal
- tidak terjadi
dekubitus
- Kebutuhan
ADL terpenuhi
3. Gangguan Setelah 1. Kaji intake dan output serta keluhan 1. Untuk mengetahui
eliminasi urine dilakukan BAK klien pemasukan dan
b.d disfungsi asuhan pengeluaran klien
kognitif d.d keperawatan 2. Untuk mengetahui
klien tidak selama 2x24 2. Pantau warna, dan karakteristik urine tanda tanda adanya
mampu jam diharapkan ISK
menahan dan gangguan 3. Menghindari
mengontrol eliminasi urine 3. Lakukan perawatan kateter terjadinya infeksi
BAK, serta dapat teratasi
klien terpasang dengan kriteria
kateter hasil :
- klien dapat
mengontrol
BAK
- tidak terjadi
inkontenensia
urine
- tidak ada
tanda ISK
- kulit bersih
dan kering
5.1 3.4 Implementasi

Tanggal dan Waktu Dx Pelaksanaan Paraf


03 Juni 2021 1 Mengkaji tingkat kesaaran klien dan TTV

08.00 E/

TD : 140/100 mmHg

Suhu : 37 C DADI

Nadi : 90 x /mnt

RR : 20 x/mnt

SPO2 : 99

Kesadaran apatis, tampak sakit berat dan


GCS skore 12 E : 4 V : 4 M : 4
08.15 1 Mengkaji pupil, ukuran respon terhadap
cahaya, gerakan mata
E/ Pupil isokor 2 dm, simetris reaksi
positif, bentuk normal, payologis DADI

babinsky, refleks fisiologi normal


08.30 1 Memberikan terapi

Injeksi asam transamint 1 ampul

Injeksi ranitidine 50 mg

Infus asering 20 tpm/ 12 jam DADI

E/ Keluarga menyetujui
08.45 1 Mempertahankan klien bed rest, dan
memberikan posisi nyaman 30-40 derajat
posisi kepala untuk tidak fleksi/ semi
fowler DADI

E/ keluarga menyetujui serta klien tampak


rileks
10.00 2 Mengkaji motorik klien
E/ 3 5
3 5
DADI

10.30 2 Mengajarkan klien dan keluarga untuk


melakukan latihan ROM
E/ Klien tampak rileks dan keluarga
mengerti apa yang di instruksikan oleh DADI
perawat
12.00 2 Mengubah posisi klien tiap 2-4 jam dan
lakukan mika miki

E/ Klien tampak lebih nyaman dan tidak


DADI
ada tanda tanda dekubitus
13.00 3 Mengkaji intake dan output serta keluhan
BAK klien
E/ urine 500 cc keluhan sebelum dipasang
kateter klien tidak bisa mengontrol BAK,
setelah dilakukan pemasangan kateter DADI
klien merasa tidak nyaman

13.10 3 memantau warna, dan karakteristik urine


E/ Urine berwarna kuning jernih

DADI
13.20 4 Melakukan perawatan kateter
E/ Daerah pemasangan kateter tampak
kotor dan lembab
DADI
04 Juni 2021 1 Mengkaji tingkat kesadaran klien dan
TTV
08.00
E/

TD : 130/90 mmHg
DADI
Suhu : 36,5 C

Nadi : 87x /mnt

RR : 19 x/mnt

SPO2 : 97

Kesadaran composmentis, dan GCS skore


12 E : 5 V : 5 M : 4
08.15 1 Mengkaji pupil, ukuran respon terhadap
cahaya, gerakan mata
E/ Pupil isokor 2 dm, simetris reaksi
positif, bentuk normal, patologis babinsky, DADI

refleks fisiologi normal


08.30 1 Memberikan terapi

Injeksi asam transamint 1 ampul

Injeksi ranitidine 50 mg

Infus asering 20 tpm/ 12 jam DADI

E/ Keluarga menyetujui
08.45 1 Mempertahankan klien bed rest, dan
memberikan posisi nyaman 30-40 derajat
posisi kepala untuk tidak fleksi/ semi
fowler DADI

E/ keluarga menyetujui serta klien tampak


rileks

10.00 2 Mengkaji motorik klien


E/ 3 5
3 5
Klien mengatakan kaki dan tangan nya DADI
sudah mulai membaik
10.30 2 Mengajarkan klien dan keluarga untuk
melakukan latihan ROM
E/ Klien tampak rileks dan keluarga
mengerti apa yang di instruksikan oleh
DADI
perawat
12.00 2 Mengubah posisi klien tiap 2-4 jam dan
lakukan mika miki

E/ Klien tampak lebih nyaman dan tidak


DADI
ada tanda tanda dekubitus
13.00 3 Mengkaji intake dan output serta keluhan
BAK klien
E/ urine 600 cc sudah tidak ada keluhan
lagi dengan kateter nya

DADI

13.10 3 memantau warna, dan karakteristik urine


E/ Urine berwarna kuning jernih

DADI
13.20 4 Melakukan perawatan kateter
E/ kateter sudah dilepas serta daerah
pemasangan kateter tampak bersih
DADI

5.2 3.5 Evaluasi

Tanggal dan Dx Evaluasi Paraf


Waktu
05 Juni 2021 1 S : Pasien mengatakan nyeri di kepalanya
08.00 telah menurun
O:
DADI
TD : 130/90 mmHg

Suhu : 36,5 C

Nadi : 87x /mnt


RR : 19 x/mnt

SPO2 : 97

Kesadaran composmentis, dan GCS skore


12 E : 5 V : 5 M : 4

A : Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan ( Pasien pulang)
05 Juni 2021 2 S : Klien mengatakan belum bisa mika
08.00 miki
O:

- kekuatan otot
DADI
3 5
3 5
- tidak adanya dekubitus
A : Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Ajarkan ROM di rumah ( klien pulang)
05 Juni 2021 3 S : Klien mengatakan sudah bisa kencing
08.00 dengan teratur
O:
DADI
- tidak terjadi inkontenensia urine
- tidak ada tanda ISK
- kulit bersih dan kering
A : Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan ( klien pulang)
BAB IV

PENUTUP

5.3 Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada Ny. I dengan gangguan sistem persyarafan : stroke


hemoragik melalui proses pengkajian dengan mengunakan format pengkajian
pemeriksaan fisik, observasi dan wawancara ini dapat dilakukan dengan baik, ini
disebabkan karena kooperatifnya keluarga dan dukungan yang baik dari petugas ruangan
dan sarana prasana yang ada.

Pada klien dengan gangguan sistem persyarafan : stroke hemoragik di lakukan


secara biologi, psikologis, sosial dan spiritual. Pada tahap ini penulis mengkaji riwayat
kesehatan keluarga, riwayat kesehatan masa lalu, pola kebiasaan sehari-hari dan di
lanjutkan dengan pemeriksaan fisik klien secara menyeluruh. Sebelum terkena stroke
klien mempunyai riwayat hipertensi dan hipertensinya tidak terkontrol. Akibatnya Ny. I
menderita stroke tiba-tiba dan di diagnosa stroke hemoragik.

Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang di sebabkan
karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan
kapan saja. Stroke yang dialami oleh Ny. I adalah stroke hemoragik, dibuktikan dengan
hasil pemeriksaan CT Scan kepala polos yang menunjukan adanya hematom pada
frontotemporoparietal bilateral dominan sisi kiri.
Masalah- masalah keperawatan yang belum teratasi dan teratasi sebagian
memerlukan tindak lanjut yang harus dilakukan dalam waktu yang lama. Masalah-
masalah tersebut tidak dapat teratasi dengan waktu yang singkat.

5.4 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari seluruh proses asuhan keperawatan yang tertera


diatas, maka penulis ingin menyampaikan saran-saran untuk memperbaiki serta
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
persyarafan : stroke hemoragik.

Saran tersebut meliputi :

a. Perawat harus melatih ROM setiap hari agar tidak terjadinya fraktur pada otot yang
mengalami kelemahan.

b. Perawat harus memberitahukan kepada keluarga klien, bahwa klien stroke bisa terjadi
jatuh kapanpun apabila kita tidak memodifikasi lingkungan untuk keselamatan klien..

c. Rumah sakit harus menyediakan tempat tidur teknologi yang sudah ada timbangan
untuk mengukur berat badan khusus pasien bedrest tujuannya untuk mengetahui
perkembangan gangguan nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika. 2015. Angka harapan hidup penduduk beberapa negara (1995-
2015). http://www.bps.gp.id/linkTabelstatis/view/id/1517 diakses pada tanggal 05
Juni 2021.

Muttaqim,Arif 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem persyarafan.


Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto, dkk, 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:
Sagung Seto.

Wilkinson, Judith M. 2011 Buku saku diagnosa keperawatan : diagnosa NANDA, intervensi
NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.

http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fhbjsjream-pdf&fid=4146&bid=165165 Diakses pada


tanggal 06 Juni 2021

Anda mungkin juga menyukai