Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GINEK DI RSUD MAJALAYA DI


GEDUNG ALAMANDA RUANG 1E

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Maternitas

Dosen Pembimbing : Ibu Fanny

Disusun Oleh :
R. Du’a Sania Alfan
NIM P17320119072
Tingkat/Kelompok
II B/ II

PROGRAM STUDI D-III JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

2021
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Mola hidatidosa adalah plasenta vili orialis yang berkembang tidaksempurna deng
an gambaran adanya pembesaran, edema, dan vili vesikulersehingga menunjukkan berba
gai ukuran trofoblas trofoblas profileratif tidaknormal. Mola hidatidosa terdiri dari mola h
idatidosa komplit dan molahidatidosa parsial, perbedaan antara keduanya adalah berdasar
kanmorfologi, gambaran klinik patologi, dan sitogenik (Anwar, 2011).
Mola hidatidosa atau yang disebut juga dengan hamil anggur adalah suatubentuk t
umor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu bagian dari tepi sel teluryang kelak terbentuk menj
adi ari-ari janin) atau merupakan suatu hasilpembuahan yang gagal. Jadi dalam proses ke
hamilannya mengalami halyang berbeda dengan kehamilan normal, dimana hasil pembua
han selsperma dan sel telur gagal terbentuk dan berubah menjadi gelembung-gelembung
semakin banyak bahkan bisa berkembang secara cepat. Padapemeriksaan laboratorium di
dapatkan kadar HCG (dengan pemeriksaan GMtitrasi) atau dapat dilihat dari hasil laborat
orium beta sub unit HGG pada ibuhamil tinggi. Pemeriksaan USG kandungan akan terlih
at keadaan kehamilanyang kosong tanpa janin dan tampak gambaran seperti badai salju d
alambahasa medis disebut “snow storm” (Sukarni, 2014).
B. ETIOLOGI
Menurut Purwaningsih, 2010 penyebab terjadinya mola hidatidosa adalahpembengkakan
vili (degenerasi pada hidrofibik) dan poliferasi trofoblas.Faktor yang dapat menyebabkan
mola hidatidosa antara lain :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapiterlambat dike
luarkan. Spermatozoa memasuki ovum yang telahkehilangan nukleusnya atau ada
serum memasuki ovum tersebutsehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dala
m pembuahan
2. Imunoselektif dari trofoblas, yaitu dengan kematian fetus, pembuluhdarah pada st
oma vili menjadi jarang dan stroma vili menjadi sembabdan akhirnya terjadi hype
rplasia sel-sel trofoblast
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, dalam masa kehamilan keperluanzat-zat giz
i meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhanpertumbuhan dan perk
embangan janin, dengan keadaan sosial ekonomiyang rendah maka untuk memen
uhi gizi yang diperlukan tubuh kurangsehingga mengakibatkan gangguan dalam p
ertumbuhan danperkembangan janinnya
4. Paritas tinggi, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan molahidatidosa
karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi. Secaragenetic yang dapat
diidentifikasi dan penggunaan stimulan drulasiseperti menotropiris (pergonal).
5. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringanbagian tubuh s
ehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim. Keperluanakan zat protein pada wa
ktu hamil sangat meningkat apabila kekuranganprotein dalam makanan mengakib
atkan akan lahir lebih kecil darinormal
6. Kualitas ovum dan sperma yang tidak baik
7. Infeksi virus dan factor kromosom belum jelas
8. Pada wanita yang ovulasinya distimulasi dengan klomiferm
9. Wanita yang berada di kedua ujung masa reproduksi (awal batasan tahun atau pre
menopause).
10. Umur, lebih banyak ditemukan pada wanita hamil berumur dibawah 20 tahun da
n diatas 35 tahun
11. Genetik, wanita dengan balanced translocation mempunyai resiko lebih renda
h tinggi (Sastrawinata, 2004; Norwitz, 2010).
C. PATOFISIOLOGI
Jonjot-jonjot tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista ang
gur, biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secarahistopatologik kadang-kadang ditem
ukan jaringan mola pada plasentadengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda
mola adalah: satujanin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung
molabesarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1cm. Mola
parliasis adalah bila dijumpai janin dan gelembung-gelembungmola.Secara mikroskopik t
erlihat. .
1. Proliferasi dan trofoblas
2. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.
Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang danadanya sel sinsi
al giantik. Pada kasus mola banyak kita jumpaiovarium dengan kista lutein ganda berdia
meter 10 cm atau lebih ( 25-60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan kem
udianhilang setelah mola hidatidosa sembuh (Mochtar, 2010).
Sel telur seharusnya berkembang menjadi janini justru terhentiperkembangannya
karena tidak ada buah kehamilan atau degenerasisistem aliran darah terhadap kehamilan
pada usia 3-4 minggu. Padafase ini sel seharusnya mengalami nidasi tetapi karena adanya
poliferasi dari trofoblas atau pembengkakan vili atau degenerasihidrifilik dari stroma vili
dan hilangnya pembuluh darah stroma vilimaka nidasi tidak terjadi.
Selain itu sel trofoblas juga mengeluarkanhormon HCG yang akan mengeluarkan
rasa mual dan muntah. Pada mola hidatidosa juga terjadi perdarahan pervaginam, ini dika
renakan poliferasi trofoblas yang berlebihan, pengeluaran darah ini kadangdisertai juga d
engan gelembuung vilus yang dapat memastikan dignosis mola hidatidosa (Purwaningsih,
2010)
D. WOC

E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Winknjosastro, 2007 gejala mola tidak berbeda dengan kehamilanbiasa, yaitu m
ual, muntah, pusing dan lain-lain, hanya saja derajatkeluhannya sering lebih hebat. Selanj
utnya, perkembangannya lebih cepat,sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar da
ri pada umur kehamilan.Ada pula kasus kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar
walaujaringannya belum dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangan jaringantrofoblas tida
k begitu aktif sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya dying mole. Pada pasien m
ola biasa nya akan terjadi :
a. Nyeri/kram perut
b. Muka pucat/keuning-kuningan
c. Perdarahan tidak teratur
d. Keluar jaringan mola
e. Keluar secret pervaginam
f. Muntah-muntah
g. Pembesaran uterus dan uterus lembek
h. Balotemen tidak teraba
i. Fundus uteri lebih tinggi dari kehamilan normal
j. Gerakan janin tidak terasa
k. Terdengar bunyi dan bising yang khas
l. Penurunan berat badan yang khas

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Purwaningsih, 2010 ada beberapa pemeriksaan penunjang yangdapat dilakukan
pada pasien mola hidatidosa dengan
1. HCG : nilai HCG meningkat dari normal nya. Nilai HCG normal pada ibu hamil d
alam berbagai tingkatan usiakehamilan berdasarkan haid terakhir :
a) 3 minggu : 5-50 mlU/ml
b) 4 minggu : 5-426 mlU/mlc.
c) 5 minggu : 18-7,340 mlU/mld.
d) 6 minggu : 1.080-56,500 mlU/mle.
e) 7-8 minggu: 7,650-229,000 mlU/mlf.
f) 9-12 minggu : 25,700-288,000 mlU/mlg.
g) 13-16 minggu: 13,300-254,000 mlU/mlh.
h) 17-24 minggu : 4,060-165,400 mlU/mli.
i) 25-40 minggu: 3,640-117,000 mlU/mlj.
j) Tidak hamil: <5.0 mlU/mlk. Post-menopause : < 9.5 mlU/ml
2. Pemeriksaan rontgen : Tidak ditemukan kerangka bayi
3. Pemeriksaan USG : Tidak ada gambaran janin dan denyujantung janin
4. Uji sonde : Pada hamil mola, sonde mudah masuk,sedangkan pada kehamilan bias
a, ada tahanan dari janin

G. PENATALAKSANAAN
Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarangdisertai penyulit
yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segeradikeluarkan.Terapi mola
hidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Perbaikan keadaan umum Adalah transfusi darah untuk mengatasi syok
hipovolemik atau anemi,pengobatan terhadap penyulit, seperti pre eklampsi berat
atautirotoksikosis.Perbaikan keadaan umum pada pasien mola hidatidosa, yaitu :
a) Koreksi dehidrasi Poltekkes Kemenkes Padang
b) 13
c) Transfusi darah bila ada anemia ( Hb 8 ggr % atau kurang )
d) Bila ada gejala pre eklampsia dan hiperemesis gravidarum diobatisesuai
dengan protokol penangan dibagian obstetrik dangynekologi
e) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsultasikan ke bagianpenyakit
dalam.
2. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi
Kuretase pada pasien mola hidatidosa :
1. Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaandarah rutin,
kadar beta HCG dan foto toraks) kecuali bilajaringan mola sudah keluar
spontan
2. Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukanpemasangan laminaria
dan kuretase dilakukan 24 jamkemudian
3. Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc danpasang infuse
dengan tetasan oksitosin 10 IU dalam 500 ccdektrose 5%.
4. Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval minimal 1 minggu
5. Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA
Histerektomi. Syarat melakukan histerektomi adalah :
a) Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umurdan cukup
mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomiadalah karena
umur tua dan paritas tinggi merupan faktorpredisposisi untuk terjadinya
keganasan. Batasan yang dipakaiadalah umur 35 tahun dengan anak hidup
tiga (Saifuddin, 2011).
b) Evakuasi Pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan
kuretvakum, kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret
tajam.Tindakankuret hanya dilakukan satu kali.Kuret ulangan dilakukan
hanya bilaada indikasi (Martaadisoebrata, 2007). Segerakan lakukan
evakuasijaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung
berikaninfus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NS atau RL dengan kecepatan
40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap
perdarahanhebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus
secaracepat) (Saifuddin, 2014)

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Seperti : nama, umur, pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, alamat)
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama Biasanya klien datang dengan keluhan nyeri atau kram per
utdisertai dengan perdarahan pervaginam, keluar secret pervaginam,munta
h-muntah
b) Riwayat kesehatan sekarang Biasanya keluhan pasien akan mengalami per
darahan pervaginamdiluar siklus haidnya, terjadi pembesaran uterus lebih
besar dariusia kehamilan
c) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji jumlah paritas ibu, paritas lebih dari 3 perlu diwaspadai karenasemaki
n banyak anak keadaan rahim ibu akan semakin melemah.ibu multipara ce
nderung beresiko terjadinya kehamilan molahidatidosa karena trauma kela
hiran.
d) Status obstetri ginekologia.
1) Usia saat hamil , sering terjadi pada usia produktif 25 – 45tahun, b
erdampak bagi psikososial, terutama keluarga yangmasih menghar
apkan anak.
2) Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan prosespers
alinan di petugas kesehatan atau di dukun, melakukanpersalinan se
cara normal atau operasi.
3) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
4) Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yangmenyeng
at. Kemungkinan adanya infeksi.
3. Riwayat kesehatan keluarga Hal yang perlu dikaji kesehatan suami, apakah suami
mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular pada istri dan dapatmenga
kibatkan infeksi pada celvix.
4. Pola aktivitas sehari – hari
a) Pola nutrisi
Biasanya pada klien mola hidatidosa terjadi penurunan nafsumakan, karen
a pasien biasanya akan mengalami mual dan muntahakibat peningkatan ka
dar hCG dalam tubuh.
b) Eliminasi
Biasanya pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadapkonstipas
i itu diakibatkan karena penurunan peristaltik usus,imobilisasi, obat nyeri,
adanya intake makanan dan cairan yangkurang. Sehingga tidak ada rangsa
ngan dalam pengeluaran feces.Pada BAK klien mengalami output urine ya
ng menurun <1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang kurang.
c) Personal hygiene
Biasanya akibat banyak nya perdarahan yang dialami pasien akanmengala
mi kelemahan fisik, pasien akan mengalami pusing dandapat mengakibatk
an pembatasan gerak, takut mlakukan aktivitas,karena kemungkinan akan t
imbul nya nyeri, sehingga dalampersonal hygiene tergantung pada orang l
ain.
d) Pola aktivitas (istirahat tidur)
Biasanya terjadi gangguan istirahat, nyeri akibat luka post op atausetelah k
uratese

5. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum Biasanya keadaan umum kllien akan tampak pucat, lemah,
lesu,dan tampak mual atau muntah
b) Pemeriksaan kepala dan leher Biasanya muka dan mata pucat, conjungtiva
anemis
c) Pemeriksaan leher dan thorak Tanda-tanda mola hidatidosa tidak dapat di i
dentifikasikan melaluileher dan thorax
d) Pemeriksaan abdomen Biasanya hampir 50 % pasien mola hidatidosa uter
us lebih besardari yang diperkirakan dari lama nya amenore.Pada 25% pas
ienuterus lebih kecil dari yang diperkirakan.Bunyi jantung janin tidakada.
(Prawirohardjo, 2010
e) Pemeriksaan genetalia Biasanya sebelum dilakukan tindakan operasi pada
pemeriksaangenetalia eksterna dapat ditemukan adanya perdarahan pervag
inam.
f) Pemeriksaan ekstremitas Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemu
kan adanya akraldingin akibat syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada
tangandan kaki
g) .Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan HCG
2) Pemeriksaan USG
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahanpervaginam
2. Nyeri berhubungan dengan perdarahan, proses penjalaran penyakit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungandengan pen
urunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, mualsekunder akibat peningkatan ka
dar HCG
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antarasuplai darah k
e otak dan suplai nutrisi ke jaringan
5. Resiko infeksi
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan fungsi peran

C. Intervensi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai