Disusun oleh:
Kelompok 4
Tingkat 2B
Nur’aisyah (P17320119069)
Prissta Dwinanda (P17320119070)
Putri Yumna (P17320119071)
R. Du’a Sania Alfan (P17320119072)
Ratu Luthfitah Hamami (P17320119073)
Regita Cahya P (P17320119074)
Rita Puspitasari (P17320119075)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami pa
njatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, in
ayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul
“Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Postpartum". Tak lupa shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Pengampu kami Ibu Dra. Atin karjatin, M.Kes yang telah membimbing dalam penulisan
laporan ini. Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca sehingga penulis bisa melakukan perbaikan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat ataupun inspirasi untuk
pembaca. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2015, tiga faktor kematian Ibu melahirkan
adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, dan infeksi 11%. Menurut Kementerian
Kesehatan RI, sebagai upaya penurunan AKI, pemerintah melalui Kementerian
Kesehatan sejak tahun 1990 telah meluncurkan safe motherhood initiative, sebuah
program yang memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan
sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan, maka rumusan masalah pada penulisan
makalah ini adalah “ Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Partum?”.
1.3 Tujuan Penulisan
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat menyumbangkan pikiran pembaca dan
penulis dalam menerapkan asuhan keperawatan pada ibu post partum dan juga dapat
mengaplikasikan dan menambah wawasan serta kemampuan penulis dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada ibu postpartum yang telah dipelajari.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil).
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2015). Masa nifas atau
puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42
hari) (Dewi dan Sunarsih, 2012: 1). Post partum merupakan masa sesudah melahirkan
atau persalinan. Masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai
minggu ke enam setelah melahirkan, setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu
berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali keadaan yang normal pada saat
sebelum hamil (Marmi, 2012). Post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan,
waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru. (Mitayani, 2011). Post Partum adalah masa setelah keluarnya placenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
Berdasarkan beberapa definisi diatas yang dimaksud dengan nifas/ post partum
adalah masa setelah kelahiran bayi dan masa ibu untuk memulihkan kondisi fisiknya
meliputi alat-alat kandungan dan saluran reproduksi kembali pada keadaan sebelum
hamil yang berlangsung selama enam minggu.
2.2 Etiologi
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), Etiologi post partum dibagi mejadi 2 yaitu :
a. Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan
hematoma.
b. Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian placenta, ubinvolusi didaerah
insersi plasenta dari luka bekas secio sesaria.
2.3 Klasifikasi
Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3, antara lain :
a. Purperium dini (immediate puerperium)
3
Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih dan boleh melakukan
hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.
b. Purperium intermedial (early puerperium)
Waktu 1-7 hari post partum. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-
alat genetalia yang lamanya 6 minggu.
c. Remote purperium (later puerperium)
Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutam bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk pulih sempurna bias berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan.
(Yetti Anggraini,2010).
2.4 Manisfestasi Klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan. Menurut Masriroh (2013) tanda
dan gejala masa post partum adalah sebagai berikut:
a. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.
b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan berbalik
(kerumitan).
c. Masa menyusui anak dimulai.
d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan sebagai
tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.
2.5 Patofisiologi
Pada kasus post partus spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan psikologis, pada
perubahan fisiologis terjadi proses involusi menyebabkan terjadi peningkatan kadar
ocytosis, peningkatan kontraksi uterus sehingga muncul masalah keperawatan nyeri akut,
dan perubahan pada vagina dan perineum terjadi ruptur jaringan terjadi trauma mekanis,
personal hygine yang kurang baik, pembuluh darah rusak menyebabkan genetalia
menjadi kotor dan terjadi juga pendarahan sehingga muncul masalah keperawatan resiko
infeksi. Perubahan laktasi akan muncul stuktur dan karakter payudara. Laktasi di
pengaruhi oleh hormon estrogen dan peningkatan prolaktin, sehingga terjadi
pembentukan ASI, tetapi terkadang terjadi juga aliran darah di payudara berurai dari
uterus (involusi) dan refensi darah di pembuluh payudara maka akan terjadi bengkak dan
penyempitan pada duktus intiverus. Sehingga ASI tidak keluar dan muncul masalah
4
keperawatan menyusui tidak efektif. Pada perubahan psikologis akan muncul taking in
( ketergantungan), taking hold ( ketergantungan kemandirian), letting go ( kemandirian).
Pada perubahan taking in pasien akan membutuhkan perlindungan dan pelayanan, ibu
akan cenderung berfokus pada diri sendiri dan lemas, sehingga muncul masalah
keperawatan gangguan pola tidur, taking hold, pasien akan belajar mengenai perawatan
diri dan bayi, akan cenderung informasi karena mengalami masalah keperawatan kurang
pengetahuan.
2.6 Pathway / WOC
2.7 Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir. Perdarahan dibagi menjadi dua yaitu:
1) Perdarahan post partum primer
Pendarahan post partum primer yaitu pada 24 jam pertama akibat antonia uteri,
retensio plaseta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan involusio uteri.
2) Perdarahan post partum sekunder
Perdarahan post partum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam. Penyebab
perdarahan sekunder adalah sub involusio uteri, retensio sisa plasenta, infeksi
postpartum.
5
Pada trauma atau laserasi jalan lahir bisa terjadi robekan perineum, vagina
serviks, forniks dan rahim. Keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan yang banyak
apabila tidak segera diatasi . Robekan jalan lahir atau ruptur perineum sekitar klitoris
dan uretra dapat menimbulkan perdarahan hebat dan mungkin sangat sulit untuk
diperbaiki. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika
mengenai arteri atau vena yang besar, episitomi luas, ada penundaan antara
episitomi dan persalinan, atau ada penundaan antara persalinan dan perbaikan
episitomi.
b. Infeksi
Infeksi masa post partum (puerpuralis) adalah infeksi pada genitalia setelah
persalinan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38ºC atau lebih selama 2
hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Infeksi post partum mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuk
kuman-kuman atau bakteri ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan post
partum (Mitayani, 2011). Infeksi post partum dapat disebabkan oleh adanya alat yang
tidak steril, luka robekan jalan lahir, perdarahan, preeklamsia, dan kebersihan daerah
perineum yang kurang terjaga. Infeksi masa postpartum dapat terjadi karena beberapa
faktor pemungkin, antara lain pengetahuan yang kurang, gizi, pendidikan, dan usia.
c. Endometritis
Endometritis merupakan suatu peradangan pada endometrium yang disebabkan oleh
infeksi bakteri pada jaringan. Endometritis adalah infeksi pada endometrium yang
terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat
benda asing dalam rahim. (Rukiah dkk, 2017). Endometritis adalah infeksi dalam
uterus paling banyak disebabkan oleh infeksi puerperalis. Bakteri vagina,
pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki resiko tinggi terjadinya
endometritis.
d. Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara pada satu segmen atau lebih yang dapat disertai
infeksi ataupun tidak. Mastitis biasanya terjadi pada primipara (ibu pertama kali
melahirkan), hal ini terjadi karena ibu belum memiliki kekebalan tubuh terhadap
infeksi bakteri Staphilococcus Aureus. Kasus mastitis diperkirakan terjadi dalam 12
minggu pertama, namun dapat pula terjadi pula sampai tahun kedua menyusui
(Maretta Nur Indahsari & Chusnul Chotimah, 2017). Mastitis adalah masalah umum
yang signifikan pada ibu menyusui yang dapat berkontribusi pada penyapihan
6
menjadi masalah yang paling banyak dilaporkan. Pada mastitis terdapat dua hal yang
perlu diperhatikan yaitu, mastitis biasanya dapat menurunkan produksi ASI sehingga
ibu akan berhenti menyusui. Kemudian, mastitis juga berpotensi menyebabkan
beberapa penyakit (Nurhafni, 2018)
e. Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan resiko
infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan bakterigram
negatif lainnya.
f. Tromboplebitis dan trombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya status
vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis
(pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah)
dan trombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari
500 – 750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
g. Emboli
Emboli yaitu partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil
menyebabkan kematian terbanyak di Amerika.
h. Post partum depresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa minggu,
terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya
antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi cemas,
kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh bingung, nyeri kepala,
ganguan makan, dysmenor, kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan
semangat.
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periode pasca partum. Nilai
hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada partum
untuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pengambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau dengan tehnik
pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium untuk
dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling
7
di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk
menentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin.
c. Pemeriksaan Radiologi
1) Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis dan
penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan laboratorium
atau radiologis dapat dilakukan. Berdasarkan pengalaman pemeriksaan USG
dapat membantu untuk melihat adanya jendalan darah dan retensi sisa plasenta.
2) USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien dengan
resiko tinggi yang memiliki faktor predisposisi terjadinya perdarahan post partum
seperti plasenta previa. Pemeriksaan USG dapat pula meningkatkan sensitivitas
dan spesifisitas dalam diagnosis plasenta akreta dan variannya (Joseph dan
Nugroho, 2011:168)
2.9 Pengkajian Keperawatan
Asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai
dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti
sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil. Pengumpulan data pada pasien
dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui
pemeriksaan penunjang (hasil laboratorium).
a. Identitas
Identitas meliputi identitas pasien seperti nama, tempat tanggal lahir/ umur, jenis
kelamin, agama, Pendidikan, pekerjaan, golongan darah, nomor Medrek, diagnosa
medis, tanggal masuk rumah sakit dan tanggal pengkajian, alamat serta nomor
telepon. Selain itu, terdapat identitas penanggung jawab pasien seperti nama, umur,
pekerjaan, alamat, serta hubungan penanggung jawab dengan pasien.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan terdiri dari tempat pemeriksaan kehamilan, frekuensi,
imunisasi, keluhan selama kehamilan, pendidikan kesehatan yang diperoleh
(Mangeke, 2019). Riwayat kesehatan dengan cara mengumpulkan data-data tentang
respons pasien terhadap kelahiran bayinya serta penyesuaian selama masa post
partum. Pengkajian awal mulai dengan review prenatal dan intranatal meliputi :
1) Lamanya proses persalinan dan jenis persalinan
2) Lamanya ketuban pecah dini
3) Adanya episiotomi dan laserasi
4) Respon janin pada saat persalinan dan kondisi bayi baru lahir (nilai APGAR)
8
5) Pemberian anestesi selama proses persalinan dan kelahiran
6) Medikasi lain yang diterima selama persalinan atau periode immediate post
partum
7) Komplikasi yang terjadi pada periode immediate post partum seperti atonia uteri,
retensi plasenta.
Pengkajian ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor resiko yang signifikan
yang merupakan faktor presdisposisi terjadinya komplikasi post partum.
c. Riwayat Persalinan
Riwayat persalinanan terdiri dari tempat persalinan, penolong persalinanan,
jalannya persalinan (Mangeke, 2019).
d. Pengkajian fisiologis
Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum,
banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast (payudara),
Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih), Lochia (lokia),
Episiotomy (episiotomi/perinium), Lower Extremity (ekstremitas bawah), dan
Emotion (emosi).
e. Pengkajian fisik
1) Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada Ibu. Periksa tanda-tanda
vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan atau
sampai stabil, kemudian periksa setiap 30 menit untuk jam-jam berikutnya. Nadi
dan suhu diatas normal dapat menunjukan kemungkinan adanya infeksi. Tekanan
darah mungkin sedikit meningkat karena upaya untuk persalinan dan keletihan.
Tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai kemungkinan adanya perdarahan
post partum.
a) Tekanan darah
Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan
sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara
waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila tekanan
darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum.
Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk kemungkinan
adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.
b) Suhu
9
Suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38 0C. Pada hari ke 4 setelah persalinan
suhu Ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara.
Bila kenaikan mencapai lebih dari 380C pada hari kedua sampai hari-hari
berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
c) Nadi
Nadi normal pada Ibu nifas adalah 60-100 x/ menit. Denyut Nadi Ibu akan
melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis persalinan karena
ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama
post partum. Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/mnt.
Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi khususnya bila disertai
peningkatan suhu tubuh.
d) Pernafasan
Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada umumnya respirasi lambat atau
bahkan normal. Bila ada respirasi cepat post partum (> 30 x/mnt) mungkin
karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
2) Kepala dan wajah
a) Rambut : melihat kebersihan rambut, warna rambut, dan kerontokan rambut.
b) Wajah : adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek hitam.
c) Mata: konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia kerena perdarahan
saat persalinan.
d) Hidung: kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau sinusitis.
Infeksi pada ibu postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi.
e) Mulut dan gigi: tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis, atau gigi
yang berlubang. Gigi yang berlubang dapat menjadi pintu masuk bagi
mikroorganisme dan bisa beredar secara sistemik.
f) Leher: kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran kelenjar tiroid.
Kelenjar limfe yang membesar dapat menunjukan adanya infeksi, ditunjang
dengan adanya data yang lain seperti hipertermi, nyeri dan bengkak.
g) Telinga : kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada telinga.
3) Pemeriksaan thorak
a) Inspeksi payudara
Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi asi, perlu
diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak
simetris pada perubahan posisi kontur atau permukaan. Kaji kondisi
10
permukaan, permukaan yang tidak rata seperti adanya depresi,retraksi atau ada
luka pada kulit payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya tumor. Warna
kulit, kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan adanya
peradangan.
b) Palpasi Payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi inspeksi ukuran,
bentuk, warna dan kesimetrisan serta palpasi apakah ada nyeri tekan guna
menentukan status laktasi. Pada 1 sampai 2 hari pertama post partum,
payudara tidak banyak berubah kecil kecuali sekresi kolostrum yang banyak.
Ketika menyusui, perawat mengamati perubahan payudara, menginspeksi
puting dan areola apakah ada tanda tanda kemerahan dan pecah, serta
menanyakan ke ibu apakah ada nyeri tekan. Payudara yang penuh dan bengkak
akan menjadi lembut dan lebih nyaman setelah menyusui.
4) Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi Abdomen
Kaji adakah striae dan linea alba. Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau
keras. Abdomen yang keras menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga
perdarahan dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan
sebaliknya dan dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.
b) Palpasi Abdomen
- Fundus uteri Tinggi : Segera setelah persalinan TFU 2 cm dibawah pusat,
12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm
setiap hari. Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah pusat. Hari ke 3 - 4
post partum TFU 2 cm dibawah pusat. Hari ke 5 - 7 post partum TFU
pertengahan pusat-symfisis. Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba lagi.
- Kontraksi, kontrasi lemah atau perut teraba lunak menunjukan kontraksi
uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan terjadinya perdarahan.
- Posisi, posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral biasanya
terdorong oleh bladder yang penuh.
- Uterus, setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang
hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling
menutup, yang menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus
akan tetap sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun kemudian
11
secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi. (Martin, Reeder, G.,
Koniak, 2014).
- Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis
akibat pembesaran uterus jika dipalpasi "regangan ini menyerupai belah
memanjang dari prosessus xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat diukur
panjang dan lebarnya. Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali seperti
sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu untuk
melakukan senam nifas. Cara memeriksa diastasis rektus abdominis adalah
dengan meminta ibu untuk tidur terlentang tanpa bantal dan mengangkat
kepala, tidak diganjal kemudian palpasi abdomen dari bawah prosessus
xipoideus ke umbilikus kemudian ukur panjang dan lebar diastasis.
5) Keadaan kandung kemih
Kaji dengan palpasi kandungan urine di kandung kemih. Kandung kemih yang
bulat dan lembut menunjukan jumlah urine yang tertapung banyak dan hal ini
dapat mengganggu involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan.
6) Ekstremitas atas dan bawah
a) Varises, melihat apakah ibu mengalami varises atau tidak. Pemeriksaan varises
sangat penting karena ibu setelah melahirkan mempunyai kecenderungan
untuk mengalami varises pada beberapa pembuluh darahnya. Hal ini
disebabkan oleh perubahan hormonal.
b) Edema, Tanda homan positif menunjukan adanya tromboflebitis sehingga
dapat menghambat sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa tanda homan
adalah memposisikan ibu terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian
didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri pada betis, jika
nyeri maka tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi untuk mobilisasi dini
agar sirkulasi lancar. Refleks patella mintalah ibu duduk dengan tungkainya
tergantung bebas dan jelaskan apa yang akan dilakukan. Rabalah tendon
dibawah lutut/ patella. Dengan menggunakan hammer ketuklan rendon pada
lutut bagian depan. Tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon
diketuk. Bila reflek lutut negative kemungkinan pasien mengalami kekurangan
vitamin B1. Bila gerakannya berlebihan dan capat maka hal ini mungkin
merupakan tanda pre eklamsi.
12
c) Perineum, Perhatikan kebersihan perineum ibu. Kebersihan perineum
menunjang penyembuhan luka. Serta adanya hemoroid derajat 1 normal untuk
ibu hamil dan pasca persalinan.
- REEDA
REEDA adalah singkatan yang sering digunakan untuk menilai kondisi
episiotomi atau laserasi perinium. REEDA singkatan (Redness /
kemerahan, Edema, Ecchymosisekimosis, Discharge/keluaran, dan
Approximate/ perlekatan) pada luka episiotomy. Kemerahan dianggap
normal pada episiotomi dan luka namun jika ada rasa sakit yang
signifikan, diperlukan pengkajian lebih lanjut. Selanjutnya, edema
berlebihan dapat memperlambat penyembuhan luka. Penggunaan kompres
es (icepacks) selama periode pasca melahirkan umumnya disarankan.
- Lochia
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhia pada ibu post partum.
Perubahan warna harus sesuai. Misalnya Ibu post partum hari ke tujuh
harus memiliki lokhia yang sudah berwarna merah muda atau keputihan.
Jika warna lokhia masih merah maka ibu mengalami komplikasi post
partum. Lokhia yang berbau busuk yang dinamankan Lokhia purulenta
menunjukan adanya infeksi disaluran reproduksi dan harus segera
ditangani.
- Varises
Perhatikan apakah terjadinya varises di dalam vagina dan vulva. Jika ada
yang membuat perdarahan yang sangat hebat .
f. Pengkajian status nutrisi
Pengkajian awal status nutrisi pada periode post partum didasarkan pada data
ibu saat sebelum hamil dan berat badan saat hamil, bukti simpanan besi yang
memadai (misal : konjungtiva) dan riwayat diet yang adekuat atau penampilan.
Perawat juga perlu mengkaji beberapa faktor komplikasi yang memperburuk
status nutrisi, seperti kehilangan darah yang berlebih saat persalinan.
g. Pengkajian tingkat energi dan kualitas istirahat
Perawat harus mengkaji jumlah istirahat dan tidur, dan menanyakan apa yang
dapat dilakukan ibu untuk membantunya meningkatkan istirahat selama ibu di
rumah sakit. Ibu mungkin tidak bisa mengantisipasi kesulitan tidur setelah
persalinan.
13
h. Emosi
Emosi merupakan elemen penting dari penilaian post partum. Pasien post
partum biasanya menunjukkan gejala dari ”baby blues” atau “postpartum blues”
ditunjukan oleh gejala menangis, lekas marah, dan kadang-kadang insomnia.
Postpartum blues disebabkan oleh banyak faktor, termasuk fluktuasi hormonal,
kelelahan fisik, dan penyesuaian peran ibu. Ini adalah bagian normal dari
pengalaman post partum.
2.10 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah. Diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (2017), yaitu:
a. Nyeri akut bd agen pencedera fisik, luka episiotomi post partum spontan.
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI.
c. Defisit pengetahuan bd kurang terpapar informasi tentang kesehatan masa post
partum.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif, luka episiotomi post
partum spontan.
2.11 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang diberikan berkaitan dengan diagnosa keperawatan
yang muncul adalah sebagai berikut:
a. Nyeri akut bd agen pencedera fisik, luka episiotomi post partum spontan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 diharapkan
tingkat nyeri yang dirasakan pasien menurun.
Kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Gelisah menurun
4) Kesulitan tidur menurun
5) Frekuensi nadi membaik
6) Pola napas membaik
7) Tekanan darah membaik
14
8) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
Intervensi dan Rasional
1) Kaji lokasi dan karakteristik dari tingkat ketidaknyamanan/ nyeri.
Rasional: Untuk menentukan intervensi keperawatan sesuai skala nyeri.
2) Jelaskan pada ibu bahwa nyeri pasca persalinan adalah fisiologis
Rasional: Nyeri yang dirasakan ibu pasca melahirkan adalah fisiologis.
3) Instruksikan ibu dalam melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam.
Rasional:Mengalihkan perasaan nyeri dan menurunkan ketidaknyamanan.
4) Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan mengalihkan nyeri.
Rasional: Dapat membantu dalam menurunkan ketidaknyamanan.
5) Berikan kompres hangat lokal menggunakan handuk kecil.
Rasional: Kompres hangat membantu meningkatkan sirkulasi pada area yang
sakit dan meningkatkan kenyamanan lokal.
6) Kolaborasi pemberian analgetik atau antipireutik.
Rasional: Menurunkan ketidaknyamanan akibat nyeri.
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x24 jam diharapkan
status menyusui membaik.
Kriteria hasil :
1) Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat
2) Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar meningkat
3) Miksi bayi lebih dari 8 kali/ 24 jam meningkat
4) Berat badan bayi meningkat
5) Tetesan/ pancaran ASI meningkat
6) Suplai ASI adekuat meningkat
7) Putting tidak lecet setelah 2 minggu melahirkan mneingkat.
8) Kepercayaan diri ibu meningkat.
9) Payudara ibu kosong setelah menyusu meningkat
10) Intake bayi meningkat
11) Hisapan bayi meningkat
12) Kelelahan maternal menurun
13) Kecemasan maternal menurun
Intervensi dan rasional:
1) Kaji ulang tingkat pengetahuan ibu tentang menyusui sebelumnya.
15
Rasional: Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar
memberikan intervensi yang tepat.
2) Berikan penkes tentang teknik menyusui dan perawatan puting dan payudara.
Rasional: Membantu klien menjamin suplai susu adekuat, mencegah puting
pecah dan luka, memberikan kenyamanan.
3) Libatkan keluarga dalam proses penyuluhan.
Rasional: Keluarga merupakan orang terdekat yang akan membantu
sepenuhnya.
4) Demonstrasikan teknik-teknik menyusui yang baik dan benar.
Rasional: Posisi yang tepat mencegah luka pada puting, tanpa memperhatikan
lamanya menyusui.
5) Evaluasi teknik menyusui yang telah diajarkan.
Rasional: Sebagai indikator keberhasilan penyuluhan yang telah diberikan.
c. Defisit pengetahuan bd kurang terpapar informasi tentang kesehatan masa post
partum.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan
tingkat pengetahuan membaik.
Kriteria hasil:
1) Perilaku sesuai anjuran meningkat
2) Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
3) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat
4) Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan
topik meningkat
5) Perilaku sesuai pengetahuan meningkat
6) Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
7) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
8) Manajemen pemeriksaan yang tidak tepat menurun
9) Perilaku membaik
Intervensi dan rasional:
1) Berikan informasi mengenai manfaat menyusui baik fisiologis maupun
psikologis.
Rasional: Ibu mengetahui manfaat menyusui seperti memberikan nutrisi
lengkap untuk bayi, memperkuat ikatan (bonding), mengurangi risiko kanker
bagi ibu.
16
2) Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui dan juga persepsi
mengenai menyusui.
Rasional: Mengetahui keinginan ibu untuk menyusui bayinya.
3) Berikan materi pendidikan sesuai kebutuhan.
Rasional: Penkes diberikan sesuai kebutuhan ibu supaya ibu paham, dan
mencegah pemberian informasi yang tidak diperlukan.
4) Bantu menjamin adanya kelekatan bayi ke dada dengan cara yang tepat
(misalnya memonitor posisi tubuh bayi dengan cara yang tepat, bayi
memegang dada ibu serta adanya kompresi dan terdengar suara menelan)
Rasional: Bayi mendapat ASI dengan baik, sehingga nutrisinya terpenuhi.
5) Informasikan mengenai perbedaan antara hisapan yang memberikan nutrisi
dan yang tidak memberikan nutrisi.
Rasional: Ibu mengetahui hal tersebut sehingga mengetahui nutrisi bayinya.
6) Instruksikan pada ibu untuk membiarkan bayi menyelesaikan proses
menyusui yang pertama sebelum proses menyusui yang kedua.
Rasional: Memberikan nutrisi yang cukup untuk bayi.
7) Instruksikan pada ibu mengenai bagaimana memutuskan hisapan pada saat
ibu menyusui bayi, jika diperlukan.
Rasional: Ibu mengetahui cara memutuskan hisapan yang baik dan benar
agar tidak melukai putting ibu dan juga bayinya.
8) Instruksikan ibu untuk melakukan perawatan puting susu.
Rasional: Menjaga kebersihan payudara, melenturkan putting sehingga bayi
mudah menyusu, serta merangsang kelenjar air susu sehingga produksi ASI
lebih lancar.
9) Diskusikan teknik untuk menghindari atau meminimalkan pembesaran dan
rasa tidak nyaman pada payudara (misalnya sering memberikan air susu, pijat
payudara, kompres hangat dan mengeluarkan air susu).
Rasional: Memberikan kenyamanan pada ibu serta mengurangi risiko bahaya
apabila air susu ibu tidak dikeluarkan secara rutin.
10) Diskusikan kebutuhan untuk istirahat yang cukup, hidrasi dan diet yang
seimbang.
Rasional: Memenuhi kebutuhan ibu seperti untuk istirahat, nutrisi, dan
cairan. Karena nutrisi ibu akan mempengaruhi produksi ASI yang nantinya
diberikan pada bayinya.
17
11) Diskusikan strategi yang bertujuan untuk mengoptimalkan suplai air susu.
Rasional: Nutrisi bayi akan tercukupi bila ASI nya optimal.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif, luka episiotomi post
partum spontan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan
tingkat infeksi menurun.
Kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda- tanda infeksi.
2) Demam menurun
3) Kemerahan menurun
4) Nyeri menurun
5) Bengkak menurun
6) Kadar sel darah putih membaik
Intervensi dan rasional:
1) Pantau tanda-tanda vital dan tanda infeksi.
Rasional: Mengidentifikasi penyimpangan dankemajuan sesuai intervensi
yang dilakukan.
2) Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah.
Rasional: mengidentifikasi kelainan pengeluaran lochea secara dini.
3) Kaji luka perinium dan keadaan jahitan.
Rasional: Keadaan luka perinium berdekatan dengan daerah basah
mengakibatkan kecendrungan luka untuk selalu kotor dan mudah terkena
infeksi.
4) Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih dengan cara yang
benar dan mengganti PAD tiga kali perhari atau setiap kali pengeluaran
lochea banyak.
Rasional: Mencegah infeksi secara dini.
5) Pertahankan teknik septik dan aseptik dalam merawat pasien (merawat luka
perinium, merawat payudara, merawat bayi).
Rasional: Mencegah kontaminasi silang terhadap infeksi.
18
KASUS
Pada tanggal 8 November 2020 pukul 21.00 Ny.F (P1A0) berusia 23 tahun melahirkan secara
spontan seorang bayi perempuan dengan berat 3100gram dan panjang 51 cm usia getasi 37
minggu. tanggal 9 november pukul 7.00 perawat mengkaji kondisi Ny.F . pasien mengeluh
nyeri pada luka jahitan dengan skala 3(1-5) , pasien mengatakan nyerinya seperti di tusuk-
tusuk , nyeri bertambah apabila bergerak terlalu banyak dan saat BAK. Pasien mengatakan
belum mengetahui cara merawat lukanya . pasien juga mengeluh asinya hanya keluar sedikit,
Hasil pemeriksaan fisik di dapatkan : konjungtiva berwarna merah muda, payudara bengkak
dan keras. TD : 110/70 , Nadi : 62x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 37 oC, TFU setinggi pusar,
putting menonjol, terdapat luka eposiotomi sepanjang 3cm dan tampak kemerahan.
19
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.F P1A0 POST PARTUM MATURUS
SPONTAN
I. Pengkajian
A. Identitas Klien
Alamat kantor Komp. Padasuka Indah B-109 Komp. Padasuka Indah B-109
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama saat pengkajian : Klien mengeluh nyeri pada luka jahitan (episiotomy)
pasien mengatakan nyerinya seperti di tusuk-tusuk , nyeri bertambah apabila bergerak
20
terlalu banyak dan saat BAK, pasien mengatakan nyerinya tidak menyebar dan hilang
timbul, nyerinya berada pada skala 3/5.
Keluhan utama saat masuk rumah sakit : klien dibawa ke rumah sakit pada tanggal 28
Maret 2021 pukul 17.00 dengan keluhan mules ingin melahirkan. Klien melahirkan
pada tanggal 29 Marer 2021 pukul 21.00 dengan usia kehamilan 37 minggu. Saat ini
klien sudah berada di ruang perawatan.
C. Riwayat Kehamilan Sekarang
Paritas : P 1 A 0
HPHT : 22 juni 2020
Taksiran persalinan : 29 Maret 2021 Tanggal Persalinan : 29 Maret 2021
Siklus Haid : 28 hari
Tanda – tanda bahaya atau penyulit : tidak ada
Obat yang dikonsumsi (termasuk jamu) : Tablet Fe 60 Vitamin
Imunisasi TT1 : 3 Oktober 2021 TT2: 5 November 2021
Kekhawatiran – kekhawatiran khusus : klien mengatakan ini anak pertamanya, takut
kurang handal dalam mengurus anak dan juga ia bekerja
Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : ibu dan keluarga senang saat tahu
hamil.
ANC di : Bidan Frekuensi : 4 kali
D. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
E. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit keturunan, seperti
hipertensi dan diabetes.
2. Riwayat penyakit menular
21
Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada penyakit menular seperti TBC, Hepatitis
dan HIV.
F. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan :Menikah
Umur istri waktu menikah: 23 tahun lamanya menikah: 11 Bulan pernikahan yang
ke 1
Umur suami waktu menikah: 25 tahun lamanya menikah: 11 Bulan pernikahan yang
ke 1
G. Riwayat Keluarga Bencana
Jenis kontrasepsi yang digunakan: - Lamanya: -
Alasan dilepas : -
Dukungan Keluarga : keluarga mendukung jika telah melahirkan dipasang KB.
Rencana sesudah melahirkan : klien mengatakan akan memakai IUD setelah
melahirkan.
H. Kebiasaan Hidup
Merokok : tidak
Minuman beralkohol : tidak
Beban pekerjaan : klien mengatakan ia seorang pegawai Bank di dekat rumahnya
I. Pola Aktivitas Sehari – hari
22
C
Minum :
Jenis Air mineral, susu, air Air mineral
kelapa hijau
Jumlah 2000 ml 2000 ml
Eliminasi :
-BAB
Frekuensi 1x/hari
Warna Coklat Belum BAB
Konsistensi Lunak
-BAK
Frekuensi 10x/menit Selama 10 jam baru
BAK 2x
Warna Jernih kekuningan Jernih kekuningan
Bau - -
Keluhan - Nyeri pada luka
Istirahat dan tidur
Malam 6 jam/hari 8 jam/hari
Siang 1jam/hari 1 jam/hari
Keluhan Sering buang air besar Sering buang air besar
Yang mempermudah Udara hangat dan Udara hangat dan
tidur nyaman nyaman
Yang mempermudah Rasa ingin buang air Rasa ingin buang air
bangun kecil kecil
Personal hygiene
Mandi 2x/hari Belum Mandi
Ganti pakaian dalam 3x/hari Selama 10 jam sudah 2x
Jenis pakaian Katun katun
Perawatan gigi 2x/hari 2x/hari
Perawatan payudara Belum pernah Belum pernah
melakukan melakukan
Vulva hygiene
3x/hari Selama 10 jam sudah
3x/hari
23
Pola aktivitas
Hubungan seksual Tidak Tidak
selama hamil
Keluhan
J. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kesadaran : composmentis
2. Tanda – Tanda Vital
TD : 110/70mmHg , Nadi : 62x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 37oC,
3. Antropometri
TB: 160 cm BB sekarang: 66 kg BB sebelum hamil: 53 Kg
IMT : = 25,7
4. Kepala
Rambut : tidak rontok, rambut halus, berwarna hitam
Mata : penglihatan baik, konjungtiva merah muda, sclera warna putih, reaksi pupil
terhada cahaya (+), gerakan bola mata baik.
Telinga : bersih tidak ada serumen, tidak ada lesi, fungsi pendengaran baik
Hidung : bersih, tidak ada lesi
Mulut : mukosa bibir lembab, gusi bersih, gigi tidak ada yang tangga, tidak ada
lubang dan caries
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening
5. Dada
Pergerakan nafas simetris, bunyi nafas vesikuler (tidak ada wheezing dan ronchi),
bunyi jantung tidak ada suara tambahan (regular)
6. Payudara
24
7. Abdomen
Luka bekas operasi : tidak ada
Luka parut : tidak ada
Striae : gravidarum
Terdapat diastasis recti abdominis 1 jari, TFU setinggi pusat.
8. Ekstremitas
9. Genetalia
Vulva : terdapat luka episiotomy, tampak kemerahan, terdapat Pengeluaran : lochea,
lochea terakhir di pembalut penuh, terdapat gumpalan gumpalan kecil, karakteristik
lochea rubra, berbau amis.
Anus : tidak ada benjolan
Perineum (REEDA) :
a. Redness ada kemerahan pada luka episiotomi
b. Edema : tidak ada pembengkakan
c. Ecchymosis : tidak ada kebiruan pada area luka
d. Discharge : tidak ada rembesan
25
e. Approximation : luka jahitan merapat
K. Data Psikologis
Status Emosi : Adaptif
Pola koping : Pasien mengatakan dapat menyelesaikan masalahnya dengan sendiri,
tetapi jika tidak bisa maka klien berdiskusi dengan suaminya.
Pola komunikasi : Pasien mengatakan ketika sedang mengalami masalah, selalu
menceritakan pada suami atau ibunya.
Konsep diri :
- Gambaran diri : Pasien mengeluh akan perubahan tubuhnya, karena perutnya kendur
- Peran diri : Pasien menerima perubahan dirinya saat ini menjadi seorang istri dan ibu.
- Ideal diri : Pasien mengatakan merasa dirinya belum sempurna menjadi istri, sehingga
harus lebih banyak belajar lagi.
- Identitas diri : Pasien menyadari perubahan identitasnya saat ini sudah menjadi
seorang ibu.
- Harga diri : Pasien tidak merasa harga dirinya rendah.
L. Data Sosial
Dengan keluarga dan tetangga : Pasien mengatakan hubungan dengan tetangga baik,
saling membantu satu sama lain.
Dengan tenaga kesehatan : Pasien bersikap kooperatif saat dilakukan pengkajian.
Dengan sesame pasien : Pasien terlihat baik dengan pasien lain.
M. Data Spiritual
Ketaatan beragama : Pasien mengatakan selalu melaksakan kewajibannya sebagai
muslim
Keyakinan terhadap penyembuhan : Pasien yakin luka bekas melahirkan akan segera
membaik.
Orang yang paling berperan : Pasien mengatakan suami dan ibunya merupakan orang
paling berperan
N. Data Penunjang
26
O. Data Bayi
1. Identitas Bayi
- Nama bayi : An. F
- Jenis kelamin : Laki – laki
- Tanggal lahir / jam lahir : 8 November 2020 / 21.10 WIB
- No. Registrasi : 800928
- Berat badan / Panjang badan : 3100 gram / 51 cm
- Hari / tanggal pengkajian : 30 Maret 2021
2. APGAR SCORE
3. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : menangis
Tanda – tanda vital :
Suhu : 36.8
Nadi: 120x/menit
RR: 30x/menit
Karakteristik khusus neonatus
- Kepala: ¼ panajng tubuh keseluruhan
- Lingkar kepala 35 cm fontanel anterior: 3cm fontanel posterior: 0,9 cm
- Kulit : berwarna merah, vernik kaseosa : putih seperti keju
- Rambut : tipis, bulu mata: panjang keluar, alis: simetris
- Kuku jari : panjang
- Payudara : putting susu menonjol, bentuk simetris
- Genetalia : lubang uretra berada di puncak gland penis, pigemntasi skrotum gelap,
testis teraba
4. Refleks Pada Bayi Lahir
27
Refleks pelindung: Refleks makan:
- Moro : bayi mampu menghentakan - Menghisap : refleks menghisap bayi kuat
tangan. - Rooting : bayi mampu memalingkan
- Tonus leher : bayi dapat kepalanya kea rah sentuhan di pinggir
membentangkan tangannya kemana bibirnya.
kepalanya digerakkan dan menekukan - Menelan : bayi bisa menelan jika benda
tangan yang berlawanan. benda menyentuh langit langitnya.
- Menggenggam: bayi mampu - Gag : refleks muntah pada bayi (+)
mengenggam objek yang disimpan
ditangannya.
- Mata berkedip: bayi mampu berkedip
8x/menit
- Menangis: bayi menangis ketika lapar,
BAB dan BAK
Analisa Data
28
Nyeri di persepsikan
- Postpartum 10 jam
↓
- Pasien terlihat hati –
Nyeri akut
hati jika bangun dari
tidur
- Terdapat luka
episiotomy
sepanjang 3cm
sedikit kemerahan
- TD : 110/70mmHg ,
Nadi : 62x/menit,
RR : 20x/menit,
Suhu : 37oC,
Estrogen menurun
DO:
Produksi prolaktin
- Payudara bengkak
dan keras
Produksi asi
29
- TD : 110/70mmHg , Volume cairan menurun
Nadi : 62x/menit, ↓
RR : 20x/menit, Afterpain
Suhu : 37oC ↓
Luka laserasi
↓
Port de entry bakteri
↓
Resiko infeksi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d terputusnya kontinuitas jaringan (luka laserasi)
d.d pasien mengeluh nyeri pada luka jahitan skala 3/5, pasien tampak meringis
2. Ketidakefektifan proses laktasi b.d produksi asi menurun d.d asi keluar sedikit
3. Resiko infeksi d.d terdapat luka episiotomy berwarna kemerahan
30
meringis episiotomy sirkulasi darah
4. TTV dalam (keage sehingga
batas normal exercise mempercepat
(TD : 120/80 dan penyembuhan
mmHg, sitraksi : luka
Suhu : 36,5- menyusui 4. analgetik bekerja
37,5oC, nadi : bayi) dengan
60- 4. kolaborasi mengurangi
100x/menit, dalam transmisi nyeri di
RR : pemberian ssp
20x/menit) analgetik
(asam
mefenamat
3x1 500mg)
2 Ketidakefektifan proses Setelah dilakukan 1. kaji 1. isapan bayi
laktasi b.d produksi asi tindakan kemampuan merangsang
menurun d.d asi keluar keperawatan selama bayi produksi oksitosin
sedikit 1x24 jam asi dapat mneghisap yang akan
keluar banyak 2. ajarkan teknik meningkatkan
dengan kriteris hasil : menyusu produksi asi
1. pasien dengan benar 2. agar bayi dan ibu
mengatakan 3. anjurkan ibu dapat menyusui
asinya keluar menyusui dengan nyaman dan
banyak sesering mencegah
2. payudara tidak mungkin perlukaan pada
bengkak 4. lakukan payudara ibu
perawatan 3. merangsang
payudara peningkatan
5. pendidikan produksi asi
kesehatan 4. membantu
tentang asi melancarkan
ekslusif produksi asi
5. asi ekslusif
memberikan
31
manfaat pada ibu
dan bayi dan
mempercepat
proses
penyembuhan
3 Resiko infeksi d.d terdapat Setelah di lakukan 1. monitor TTV 1. deteksi dini
luka episiotomy berwarna tindakan dan tanda- terhadap adanya
kemerahan keperawatan selama tanda infeksi tanda-tanda
3x24 jam di harapkan tiap 4 jam infeksi
infeksi tidak terjadi sekali 2. mecegah
dengan kriteria hasil : 2. pertahankan masuknya
perawatan mikroorganisme
1. .pasien tidak
luka dengan 3. mencegah
mengeluh nyeri
teknik septic tumbuhnya
pada luka
dan antiseptic bakteri
episiotomy
3. ganti pembalut 4. protein berperan
2. b.tidak ada
setiap 3 jam sebagai zat
tanda-randa
sekali pembangun untuk
infeksi
4. anjurkan klien mengganti sel-sel
(REEDA)
untuk makan yang rusak
3. c.TTV dalam
tinggi kalori 5. mobilisasi
batas normal
tinggi protein meningkatkan
(TD : 120/80
5. anjurkan klien sirkulasi darah
mmHg, Suhu :
untuk mempercepat
36,5-37,5oC,
mobilisasi penyembuhan
nadi : 60-
secara luka
100x/menit,
bertahap 6. memblok infasi
RR : 20x/menit)
6. kolaborasi berkembangnya
dengan dokter mikroorganisme
dalam
pemberian
antibiotik(cefo
taxime 3x1
32
500mg)
A : luka menyatu
4 07.15 3 Memeprtahankan perawatan luka dengan R. Du’a
teknik aseptic
33
kalori tinggi protein
- payudara bengkak
- isapan bayi kuat
34
sesering mungkin
35
07.00 r/ : pasien mengeluh nyeri pada luka
episiotomy, nyeri seperti di tusuk-tusuk,
skala nyeri 2/5, nyeri hilang timbul,
terdapat luka episiotomy sepanjang 3cm
berwarna kemerahan
2 07.05 1,3 Monitoring TTV R. Du’a
A : luka menyatu
4 07.15 3 Memeprtahankan perawatan luka dengan R. Du’a
teknik aseptic
36
r/: TD : 120/80mmHg , Nadi : 74x/menit,
RR : 20x/menit, Suhu : 36,8oC
3 07. 10 3 Menkaji tanda-tanda infeksi R. Du’a
A : luka menyatu
4 07.15 3 Memeprtahankan perawatan luka dengan R. Du’a
teknik aseptic
V. EVALUASI KEPERAWATAN
P : Intervensi di hentikan
02 April 2021 1 S : pasien mengatakan nyeri Rita
berkurang , skala nyeri 1/5,
37
O : - pasien tidak tampak
meringis
- TD : 120/80mmHg ,
Nadi : 74x/menit, RR :
20x/menit, Suhu : 36,8oC
A: masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
02 April 2021 3 S: pasien mnegatakan nyeri Rita
berkurang 1/5
- TD : 120/80mmHg ,
Nadi : 74x/menit, RR :
20x/menit, Suhu : 36,8oC
A : Masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
38
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil).
Waktu 0-24 jam post partum. Waktu 1-7 hari post partum. Purperium intermedial
yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 minggu. Waktu 1-6
minggu post partum. Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutam bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-
organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Pada kasus post partus
spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan psikologis, pada perubahan fisiologis
terjadi proses involusi menyebabkan terjadi peningkatan kadar ocytosis, peningkatan
kontraksi uterus sehingga muncul masalah keperawatan nyeri akut, dan perubahan
pada vagina dan perineum terjadi ruptur jaringan terjadi trauma mekanis, personal
hygine yang kurang baik, pembuluh darah rusak menyebabkan genetalia menjadi
kotor dan terjadi juga pendarahan sehingga muncul masalah keperawatan resiko
infeksi. Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir. Perdarahan post partum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam.
Pada trauma atau laserasi jalan lahir bisa terjadi robekan perineum, vagina
serviks, forniks dan rahim. Keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan yang banyak
apabila tidak segera diatasi . Infeksi post partum mencakup semua peradangan yang
disebabkan oleh masuk kuman-kuman atau bakteri ke dalam alat genetalia pada waktu
persalinan dan post partum (Mitayani, 2011). Infeksi post partum dapat disebabkan
oleh adanya alat yang tidak steril, luka robekan jalan lahir, perdarahan, preeklamsia,
dan kebersihan daerah perineum yang kurang terjaga.
Endometritis merupakan suatu peradangan pada endometrium yang
disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. Endometritis adalah infeksi pada
endometrium yang terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi
tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim. Mastitis adalah peradangan payudara
pada satu segmen atau lebih yang dapat disertai infeksi ataupun tidak. Insiden
mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan resiko infeksi
39
saluran kemih. Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai
beberapa minggu, terjadi pada tahun pertama.
Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama
pada partum untuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan. Pengambilan sampel
urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau dengan tehnik pengambilan bersih
(clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau
kultur dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai selama pasca
inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle
dan rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin.
1. Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis
dan penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan
laboratorium atau radiologis dapat dilakukan.
2. USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien
dengan resiko tinggi yang memiliki faktor predisposisi terjadinya
perdarahan post partum seperti plasenta previa.
Asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien
mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan
seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil. Identitas meliputi
identitas pasien seperti nama, tempat tanggal lahir/ umur, jenis kelamin, agama,
Pendidikan, pekerjaan, golongan darah, nomor Medrek, diagnosa medis, tanggal
masuk rumah sakit dan tanggal pengkajian, alamat serta nomor telepon. Riwayat
kesehatan terdiri dari tempat pemeriksaan kehamilan, frekuensi, imunisasi, keluhan
selama kehamilan, pendidikan kesehatan yang diperoleh (Mangeke, 2019).
Nadi dan suhu diatas normal dapat menunjukan kemungkinan adanya infeksi.
Tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai kemungkinan adanya perdarahan post
partum. Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg. Sebaliknya bila tekanan darah
tinggi,merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada
masa nifas.
4.2 Saran
40
Diharapkan institusi pendidikan mengembangkan materi yang telah diberikan
baik dalam perkuliahan maupun praktik lapangan dan juga menambah referensi-
referensi agar bisa dijadikan evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu
hamil TM III, bersalin, nifas, neonatus, dan KB sesuai dengan standart pelayanan
minimal.
2. Klien dan keluarga
Setelah mendapatkan pelayanan kebidanan secaracontinuity of caremulai dari
masa kehamilan TM III, bersalin, neonatus, nifas, dan KB keluarga serta klien
diharapkan bertambah wawasannya sehingga dapat mendeteksi dini jika ada penyulit
dan dapat diminimalkan resiko-resikonya.
3. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapatkan selama perkuliahan
sehingga dapat melakukan asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil
TM III, nifas, neonatus, hingga KB
41
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, S., Judistiani, T. D., Rahmiati, L., & Susanti, A. I. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. Jakarta: Erlangga.
Dewi, Vivian N. L & Sunarsih, Tri. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta : Salemba
Medika.
Mangeke, Imelda Palundun. 2019. Asuhan Keperawatan Post Partum Pada Ny.Y.L dengan
G2P2Ao di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase, Kota Kupang. [Karya Tulis Ilmiah].
Prodi D-III Keperawatan Kupang. Poltekkes Kemenkes Kupang. Alamat web:
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1618/1/KTI%20IMELDA%20P.
%20MANGEKE.pdf (diakses pada 1 Maret 2021).
Maretta Nur Indahsari, & Chusnul Chotimah. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
tentang Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan ASI di RB Suko Asih
Sukoharjo. Indonesian Journal on Medical Science
Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: PustakaBelajar.
Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Reeder, S.J., Martin, L.L. & Koniak-Griffin, D. 2014. Keperawatan Maternitas: Kesehatan
Wanita, Bayi, & Keluarga, Volume 2, Edisi 18. Jakarta: EGC.
Rukiyah, A. Y dan Lia, Y. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: TIM
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Sulistyawati. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : ANDI
42
Yanti, D dan Sundawati, D. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung: Refika Aditama.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
43