Oleh:
Nungky Avrita Arisanti
1614131028
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNUVERSITAS LAMPUNG
2018
I. DATA DAN SUMBER DATA
I.1 Data
A. Data Asli
Berikut merupakan data asli yang diperoleh dari skripsi yang berjudul ”Gaya
Hidup Dalam Mengonsumsi Buah-Buahan Pada Rumah Tangga Yang Memiliki
Anak Usia Sekolah Dasar Di Bandar Lampung”
B. Data Disesuaikan
Berikut ini merupakan data yang akan diolah dalam makalah ini setelah melalui
penyesuaian yaitu modifikasi beberapa data.
Keterangan :
Y : Produksi Pisang
X1 : Harga Pisang
X2 : Harga Susu
X3 : Harga Gula
X4 : Pendapatan
X5 : Jumlah Anggota Keluarga
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu antara lain:
1.Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada ibu rumah tangga
atau anggota keluarga lainnya yang memiliki anak usia sekolah dasar dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan dalam bentuk kuesioner.
2.Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data Badan Ketahanan Pangan, Badan Pusat
Statistik, studi literatur terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu, makalah, dan
artikel yang berhubungan dengan topik penelitian, dan instansi terkait lainnya.
Pengambilan data disesuaikan berdasarkan survei awal tahap pertama bulan
november 2014, sehingga data yang diperoleh adalah data 3 bulan terakhir yang
nantinya akan diambil tingkat konsumsi buah terbanyak selama 1 bulan dalam 3
bulan tersebut.
II. TUJUAN PENELITIAN
B. Gaya Hidup
Menurut Engel, et al. dalam Sumarwan (2011), gaya hidup merupakan
kegiatan seseorang dalam menggunakan uang dan waktunya, sehingga gaya
hidup seseorang biasanya tidak permanen dan cepat berubah. Seseorang
mungkin dengan cepat mengganti model atau merek kendaraannya karena
menyesuaikan perubahan hidupnya. Menurut Suryani (2012), gaya hidup
menunjukkan pada bagaimana seseorang menggunakan pendapatannya, dan
memilih produk ataupun pilihan yang ada dari berbagai alternatif pilihan yang
disediakan. Pada penelitian ini gaya hidup merupakan kegiatan seseorang
dalam menggunakan uang dan waktunya untuk mengonsumsi buah-buahan di
tingkat rumah tangga.
Gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku suatu rumah tangga dalam
mengonsumsi makanan termasuk konsumsi buah-buahan. Gaya hidup dalam
mengonsumsi buah-buahan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu (1)
pengalaman, artinya jika suatu rumah tangga memiliki pengalaman yang baik
ketika mengonsumsi buah maka konsumsi buah akan dilakukan terus-
menerus sehingga akan menjadi sebuah gaya hidup. (2) Motif, artinya gaya
hidup rumah tangga dalam mengonsumsi buah dipengaruhi oleh tujuan
tertentu, seperti menjaga kesehatan. (3) Kelompok referensi, artinya gaya
hidup rumah tangga dalam mengonsumsi buah dipengaruhi oleh kelompok
yang sering berinteraksi dengan rumah tangga tersebut, Jika rumah tangga
yang menjadi anggota dalam kelompok tersebut rutin mengonsumsi buah,
maka akan mempengaruhi rumah tangga lainnya untuk ikut mengonsumsi
buah-buahan yang akhirnya akan menjadi sebuah gaya hidup.
Gaya hidup rumah tangga dalam mengonsumsi buah-buahan dapat diukur
dengan mengelompokkan konsumen tingkat rumah tangga secara psikografi
dengan menggunakan beberapa faktor, seperti aktivitas (Activities), minat
(Interest), dan opini (Opinion). Aktivitas menunjukkan apa yang dilakukan
rumah tangga, apa yang dibeli rumah tangga dan bagaimana rumah tangga
menghabiskan waktunya untuk mengonsumsi buah-buahan. Minat
menunjukkan preferensi dan prioritas rumah tangga dalam mengonsumsi
buah- buahan. Opini menujukkan pandangan atau penilaian rumah tangga
terhadap konsumsi buah-buahan (Suryani, 2012).
C. Pola Makan
Pola makan disebut juga pola atau kebiasaan seseorang dalam mengonsumsi
pangan. Makanan yang dapat dikonsumsi oleh setiap individu dapat
dikelompokkan menjadi beberapa jenis makanan yaitu padi-padian, umbi-
umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah atau biji berlemak, kacang-
kacangan, gula, sayuran dan buah-buahan. Pada penelitian ini yang dimaksud
dengan konsumsi difokuskan pada konsumsi buah-buahan, sehingga menurut
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995), konsumsi diartikan sebagai
suatu kegiatan individu ataupun rumah tangga dalam memakai barang hasil
produksi yaitu buah-buahan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Oleh karena itu, pola konsumsi pangan dapat diartikan sebagai
susunan makanan khususnya buah-buahan yang biasa dimakan baik pada
tingkat individu ataupun rumah tangga yang mencakup jenis, frekuensi dan
jumlah makanan per individu per hari yang umum dikonsumsi dalam jangka
waktu tertentu (Persagi, 2009).
D. Teori Permintaan
Permintaan merupakan jumlah barang atau jasa yang dibeli oleh konsumen.
Lebih lanjut menurut Joesron dan Fathorrazi (2012), permintaan menunjukan
jumlah barang dan jasa yang diminta konsumen pada berbagai tingkat harga
selama suatu waktu tertentu. Korelasi antara tingkat harga dan jumlah barang
yang diminta dapat disajikan dalam kurva permintaan.
Kurva permintaan menunjukan hubungan negatif antara harga barang atau
jasa dengan jumlah yang diminta, namun hal ini tidak mutlak terjadi karena
hukum permintaan bersifat ceteres paribus. Ceteres paribus artinya hukum
permintaan akan berlaku jika faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
tetap atau tidak berubah. Kurva permintaan diturunkan dari kurva
indifference.
Kurva indifference adalah kurva yang menghubungkan titik-titik kombinasi
antara dua barang yang memberikan kepuasan yang sama bagi konsumen,
dimana kedua barang tersebut bersifat subsitusi. Kurva indifference memiliki
beberapa karakteristik yaitu (1) Turun dari kiri atas ke kanan bawah (2)
Cembung ke arah titik asal (3) Satu sama lain tidak saling berpotongan
(Pracoyo dan Pracoyo, 2006).
Menurut Pracoyo dan Pracoyo (2006), secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Harga barang itu sendiri
Jika faktor-faktor lain di luar harga barang itu sendiri dianggap konstan
maka dapat diberlakukan hukum permintaan yang berbunyi “ jika harga
turun maka permintaan terhadap barang atau jasa akan meningkat,
sebaliknya jika harga naik maka permintaan terhadap barang atau jasa
akan menurun.
2) Harga barang subsitusi
Hubungan antara harga barang subsitusi atau pengganti dengan jumlah
barang yang diminta yaitu positif. Contoh, jika harga apel impor naik
maka masyarakat, akan menggantinya dengan apel lokal yang harganya
tidak berubah.
3) Harga barang komplementer
Hubungan antara barang komplementer atau pelengkap dengan jumlah
barang yang diminta adalah negatif karena barang komplementer
merupakan barang yang digunakan bersama-sama dengan barang yang
diminta, sehingga jika terjadi kenaikan harga pada barang komplementer
otomatis akan mengurangi jumlah barang yang diminta.
4) Pendapatan konsumen
Pendapatan konsumen mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang
atau jasa karena semakin tinggi pendapatan konsumen maka permintaan
terhadap suatu barang atau jasa cenderung tinggi, sebaliknya jika
pendapatan konsumen rendah permintaan terhadap barang atau jasa
cenderung akan rendah dengan syarat barang yang dimaksud adalah
barang normal. Apabila jenis barang yang dimaksud adalah barang inferior
(barang berkualitas rendah) maka dengan adanya kenaikan
pendapatan, konsumen justru akan mengurangi permintaan atas barang
tersebut begitupun sebaliknya.
5) Selera
Selera memiliki hubungan yang positif dengan jumlah barang yang
diminta. Semakin tinggi selera konsumen terhadap suatu barang, maka
semakin banyak jumlah barang yang akan diminta.
6) Jumlah penduduk
Semakin banyak jumlah anggota masyarakat atau penduduk maka akan
meningkatkan permintaan terhadap suatu barang.
7) Expectation (Ramalan)
Bila masyarakat memperkirakan harga-harga barang akan naik maka
permintaan terhadap suatu barang akan meningkat, begitupun sebaliknya
III.2 Model Penelitian
III.3 Hipotesis
IV. DATA SIAP OLAH
Berikut merupakan data mentah yang akan diolah dalam makalah ini.
Keterangan :
Y : Produksi Pisang
X1 : Harga Pisang
X2 : Harga Susu
X3 : Harga Gula
X4 : Pendapatan
X5 : Jumlah Anggota Keluarga
V. HASIL OLAH DATA
A. Hasil Analisis
a. Predictors: (Constant), Jumlah Anggota Keluarga, Harga Pisang, Harga Susu, Harga Gula,
Pendapatan
ANOVAa
Total 31.558 54
a. Dependent Variable: Produksi Pisang
b. Predictors: (Constant), Jumlah Anggota Keluarga, Harga Pisang, Harga Susu, Harga Gula,
Pendapatan
Coefficientsa
1
Harga Gula -.050 .927 -.007 -.054 .957
Berdasarkan estimasi hasil penaksir OLS tersebut, maka model regresi yang
didapatkan yaitu sebagai berikut. Penaksir yang digunakan berasal dari SPSS.
Bentuk umum:
Y = β0X1β1, X2β2…. X5β4 eπ
Bentuk linear:
Y = lnβ0 + β1 lX1 + β2 lnX2 + β3 ln X3 + β4 ln X4+ β5 ln X5 µ
Y = 7.580-1.343 X1 +0.046 X2 -0.050 X3+0 .340 X4-0.272 X5+ µ
Keterangan :
Y : Produksi Pisang
X1 : Harga Pisang
X2 : Harga Susu
X3 : Harga Gula
X4 : Pendapatan
X5 : Jumlah Anggota Keluarga
1 (Constant)
2.Uji Heteroskedastis
Uji Heteroskedastisitas adalah masalah dalam analisis regresi yang diakibatkan
oleh varians µi tidak konstan atau berubah-ubah. Asumsi dari uji ini yaitu
untuk mengetahui residual varian yang konstan yang nantinya akan di
asumsikan bahwa terjadi atau tidaknya dari pelanggaran asumsi tersebut. Data
yang di regres ini merupakan data yang sudah di transformasi. Dari hasil
regresi di dapatkan hasil sebagai berikut:
Heteroskedasticity Test: White
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 12/14/18 Time: 22:22
Sample: 1 55
Included observations: 55
Uji white dapat menjelaskan apabila nilai probabilitas chi square untuk obs*R-
square lebih kecil dari α (5%) maka data bersifat heteroskedastis. Sebaliknya
bila nilai probabilitas chi square obs*R-square lebih besar dari α (5%) maka
data bersifat tidak heteroskedastis.
Berdasarkan hasil tes heteroskedastisitas tersebut, diperoleh nilai Prob. Chi-
Square untuk Obs*R-squared sebesar 0.1036 (10,36%). Karena nilai Prob. Chi-
Square tersebut lebih besar dari 0.05 (5%), maka dapat disimpulkan data tidak
terjadi masalah heteroskedastis.
a. Histogram
c. Scatter Plot
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 12/14/18 Time: 22:29
Sample: 1 55
Included observations: 55
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Bentuk linear:
Y = lnβ0 + β1 lX1 + β2 lnX2 + β3 ln X3 + β4 ln X4+ β5 ln X5 µ
Y = 7.580-1.343 X1 +0.046 X2 -0.050 X3+0 .340 X4-0.272 X5+ µ
Keterangan :
Y : Produksi Pisang
X1 : Harga Pisang
X2 : Harga Susu
X3 : Harga Gula
X4 : Pendapatan
X5 : Jumlah Anggota Keluarga
V. INTERPRETASI
Pada hasil analisis regresi dengan menggunakan estimator OLS, terdapat beberapa hal
yang dapat dijabarkan atau diinterprestasikan mengenai pengaruh setiap masing-
masing variabel bebas (x) secara individu maupun pengaruh setiap variabel bebas (x)
secara bersama-sama terhadap variabel terikat (y). Berikut adalah penjabaran lebih
lanjutnya dengan menggunakan estimator yang bersumber dari program SPSS.
1. R-Square ( 0.190) (19% )
19% variasi gaya hidup dalam mengonsumsi buah-buahan pada rumah tangga
yang memiliki anak usia sekolah dasar dipengaruhi oleh variable harga
pisang, harga susu, harga gula, pendapatan dan jumlah anggota keluarga yang
dimasukkan ke dalam model, sedangkan sisanya sebesar 81% dapat dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
2. Adjusted R-square = 0.108 (10,8%)
Setelah disesuaikan, 10,8% variasi produksi usaha jagung di Indonesia
dipengaruhi oleh variable harga pisang, harga susu, harga gula, pendapatan
dan jumlah anggota keluarga , sedangkan sisanya sebesar 9.2% dapat
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
3. F-hitung = 2.306 (sig 0.059)
Secara bersama-sama, variabel harga pisang, harga susu, harga gula,
pendapatan dan jumlah anggota keluarga berpengaruh tidak nyata terhadap
gaya hidup dalam mengonsumsi buah-buahan pada rumah tangga yang
memiliki anak usia Sekolah Dasar dengan taraf kepercayaan 90%.
4. t-hitung
a. Constant (b = 7.580 sig 0,454)
Constant berbeda nyata sama dengan nol. Apabila variabel harga pisang,
harga susu, harga gula, pendapatan dan jumlah anggota keluarga, sama
dengan nol, maka gaya hidup dalam mengonsumsi buah-buahan pada
rumah tangga yang memiliki anak usia Sekolah Dasar akan meningkat
sebesar 7.580%.
b. Harga Pisang ( b = -1.343 sig = 0.006)
Variabel harga pisang tidak berpengaruh nyata terhadap gaya hidup dalam
mengonsumsi buah-buahan pada rumah tangga yang memiliki anak usia
Sekolah Dasar 90%. Jika variabel harga pisang sebesar 1%, maka gaya
hidup dalam mengonsumsi buah-buahan pada rumah tangga yang
memiliki anak usia Sekolah Dasar akan meningkat sebesar 1.343%.
c. Harga Susu ( b = 0.046 sig = 0.914)
Variabel harga susu tidak berpengaruh nyata terhadap gaya hidup dalam
mengonsumsi buah-buahan pada rumah tangga yang memiliki anak usia
Sekolah Dasar dengan taraf kepercayaan 90%. Jika variabel harga susu
sebesar 1%, maka gaya hidup dalam mengonsumsi buah-buahan pada
rumah tangga yang memiliki anak usia Sekolah Dasar akan meningkat
sebesar 0.046%.
d. Harga Gula ( b = -0.050 sig = 0.957)
Variabel harga gula tidak berpengaruh nyata gaya hidup dalam
mengonsumsi buah-buahan pada rumah tangga yang memiliki anak usia
Sekolah Dasar dengan taraf kepercayaan 90%. Jika variabel harga gula
sebesar 1%, maka gaya hidup dalam mengonsumsi buah-buahan pada
rumah tangga yang memiliki anak usia Sekolah Dasar akan meningkat
sebesar 0.050%.
e. Pendapatan ( b = 0.340 sig = 0.092)
Variabel pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap gaya hidup dalam
mengonsumsi buah-buahan pada rumah tangga yang memiliki anak usia
Sekolah Dasar dengan taraf kepercayaan 90%. Jika variabel pendapatan
naik sebesar 1%, maka gaya hidup dalam mengonsumsi buah-buahan
pada rumah tangga yang memiliki anak usia Sekolah Dasar akan
meningkat sebesar 0.340%.
f. Jumlah Anggota Keluarga ( b = -0.272 sig = 0.647)
Variabel jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap gaya
hidup dalam mengonsumsi buah-buahan pada rumah tangga yang
memiliki anak usia Sekolah Dasar dengan taraf kepercayaan 90%.
I. KESIMPULAN