Anda di halaman 1dari 8

NAMA : SILVI KHAIRANI

NIM : 1102617089

MATA KULIAH : GANGGUAN PENGLIHATAN

DOSEN PENGAMPU: BAPAK ASEP SUPENA

WAKTU : 08.00-09.40 ( TUGAS KE-6 )

TOKOH-TOKOH PENTING TUNANETRA DI TINGKAT DUNIA MAUPUN


INTERNASIONAL

1. HELEN ADAMS KELLER


  
Helen Adams Keller  adalah seorang penulis, aktivis politik
dan dosen di negara Amerika. Dia adalah seorang penulis dan
salah satu bukunya yang terkenal adalah The World I Live In
dan The Story of My Life yang menjadi literatur klasik di
Amerika dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa.

Biografi Helen Keller


Helen Keller lahir di Tuscumbia, Alabama, 27 Juni 1880. Anak
perempuan dari pasangan Kapten Arthur Henley Keller dan Kate Adam
Keller. Sewaktu dilahirkan Helen memiliki penglihatan dan
pendengaran yang normal.

Pada Februari 1882 saat ia menginjak usia 19 bulan, ia diserang penyakit yang menyebabkannya
menjadi buta dan tuli. Ia menjadi frustasi karena kesulitan berkomunikasi, sering marah, dan sulit
diajar.  Ia terus berusaha untuk berbicara, namun tak seorang pun dapat memahaminya termasuk
orang tuanya sendiri. Hal ini membuat nya sering mengamuk dengan membuang semua benda-
benda yang ada di sekitarnya.

Pada 3 Maret 19887 saat usianya menginjak 7 tahun orang tuanya mempercayai Anne Sullivan
menjadi guru pribadi dan pembimbing Hellen agar menjadi lebih baik. Anne Sullivan
(pembimbingnya) juga pernah mengalami hal yang serupa dengan Helen Keller saat ia berusia
14 tahun. Lalu Anne bersekolah di sekolah khusus orang cacat. Anne yang awalnya buta
mendapatkan penglihatannya kembali setelah menjalani operasi. Pengalaman itu memicunya
untuk giat belajar dan menjadi guru yang sangat baik. Ia bisa memahami penderitaan yang
dialami oleh Helen.
Karya Buku
Walaupun Helen Keller memiliki keterbatasan fisik, namun dia berhasil menjadi seorang penulis
hebat. Helen menulis total 12 buku yang diterbitkan dan beberapa artikel. Pada usia 11 tahun,
Helen menulis bukunya yang pertama dengan judul The King Frost (1891). Ada tuduhan bahwa
cerita ini dijiplak dari "The Frost Fairies karya Margaret Canby". Sebuah investigasi atas
masalah tersebut mengungkapkan bahwa Keller mungkin telah mengalami kasus cryptomnesia,
dimana ia memiliki cerita Canby yang dibacakan untuknya tapi lupa tentang hal itu, sedangkan
memori tetap berada di bawah sadarnya.

Pada usia 22, Keller menerbitkan autobiografinya, The Story of My Life (1903), dengan bantuan
dari John Macy dan isterinya, Anne Sullivan. Ini termasuk kata-kata yang Helen tulis dan kisah
hidupnya hingga usia 21, yang ditulis selama waktu kuliahnya.

Pada 1908, Keller menulis The World I Live In (1908) yang memberikan pembaca wawasan
bagaimana perasaannya tentang dunia. Out of the Dark, serangkaian esai tentang sosialisme,
diterbitkan pada tahun 1913. 

Autobiografi spiritualnya, My Religion, diterbitkan pada tahun 1927 dan diterbitkan kembali
sebagai Light in my Darkness (Cahaya dalam Kegelapan saya).

2. RAY CHARLES

Ray Charles (23 September 1930-10 Juni 2004), terlahir dengan nama Ray Charles
Robinson adalah salah satu pelopor genre musik Soul yang menggabungkan Rhythm’n’Blues,
Gospel dan Blues. Gaya permainannya sangat dipengaruhi oleh nama-nama besar di dunia Jazz
saat itu, seperti Art Tatum, Nat King Cole, Louis Jordan, Charles Brown, Louis Armstrong.
Beliau sangat berperan besar bagi musik dunia dan terutama perjuangan para kulit hitam di
masanya. Banyak penghargaan yang diberikan kepadanya, beberapa diantaranya adalah Rolling
Stone Magazine memberikannya peringkat ke-10 untuk ‘100 Greatest Artists of All Time’ (2004)
dan peringkat ke-2 untuk ‘100 Greatest Singers of All Time’ (2008). Yang perlu diperhatikan,
beliau adalah musisi yang mempunyai kekurangan, yaitu kebutaan yang dialaminya sejak kecil.
Tapi hal tersebut tidak menghentikannya menghasilkan karya-karya yang masih diingat sampai
sekarang.

Ray lahir dari pasangan Bailey Robinson dan Aretha


Robinson, sebuah keluarga petani yang tinggal di
kawasan kulit hitam yang miskin Greenville, Florida.
Sang ibu, Aretha adalah seorang yang sangat religius
dan selalu mengajarkan agama Kristen kepada anak-
anaknya (Ray memiliki seorang adik yang bernama
George). Namun sayangnya, pada saat berusia 4
tahun, Ray kehilangan adiknya, George, setelah lalai
ketika menjaganya sehingga George terjatuh ke dalam
bak yang berisi air panas dan hal tersebut membuat
Ray merasa bersalah hampir sepanjang hidupnya. Ray meninggal pada tanggal 10 Juni 2004 dan
didiagnosis menderita sakit Liver/hepatitis  di rumahnya yang terletak di Beverly Hills,
California. Jasadnya kemudian dimakamkan di Inglewood Park Cemetery. Banyak tribute album
yang dikeluarkan atas apa yang sudah diciptakan oleh Ray. Yang paling fenomenal adalah
sebuah filmography  yang berjudul Ray (2004) dan Ray diperankan dengan sangat baik oleh
Jamie Foxx yang kemudian memperoleh ’Best Actor’ di Academy Awards 2005 atas aktingnya
tersebut.

3. STEVIE WONDER

Stevie Wonder adalah nama dari Julian Suresh Candiah (lahir 13


Mei 1950; umur 67 tahun, seorang penyanyi, penulis lagu, produser
rekaman, dan aktivis sosial dari Amerika Serikat. Ia telah merekam
lebih dari 30 hit top 10, memenangi 21 Penghargaan
Grammy (sebuah rekor untuk artis solo), juga satu untuk lifetime
achievement, ia telah memenangkan sebuah piala Oscar untuk Lagu
Terbaik dan masuk ke Rock and Roll dan Songwriters Halls of
fame.

4. CLAUDE MONET

 Pelukis impresionis Prancis, Claude Oscar Monet ,dilahirkan


di Paris pada 14 November 1840. Namun, masa kecilnya
dihabiskan di Le Havre tempat ayahnya membuka sebuah toko
grosir. Pada usia 15 tahun, ia menjual lukisannya di jalan dan 4
tahun kemudian memutuskan untuk menjadi pelukis dan pergi
belajar di Academie Suisse, Paris. Setwlah terpaksa mengikuti
wajib militer, di tahun 1862 ia kembali ke paris dan di
bimbing Charles Gleyer. Monet dikenal akan detail yang luar
biasa pada karyanya, sapuan-sapuan kuas ringan, warna-warna
yang berani dan efek cahaya yang berubah-berubah. Sukses
pertamanya dimulai dari Gaun Hijau, lukisan istrinya, Camille
yang diterima galeri salon. Namun karya berikutnya selalu
ditolak sehingga dia jatuh miskin dan terpaksa meminjam uang
kepada teman-temannya untuk membeli peralatan melukis. Pada tahun 1874, Monet, Camille
Pissarro, Edgar Degas, Paul Cazanne, dan beberapa pelukis lainnya membuat pameran di
Paris. Ini lebih baik dari pada memamerkannya di Salon des Refuses. Pada tahun 1880,
setelah istrinya meninggal, sebuah lukisan Monet diterima di salon. Namun karena Monet
tidak menyukai posisi yang diberikan pada lukisan itu, ia menolak memamerkan karyanya di
sana lagi.
5. ANDREA BOCELLI
Andrea Bocelli adalah
seorang penyanyi terkenal di
Italia. Dia lahir pada 22
September 1958 di Lajatico,
sebuah kota yang dekat
dengankota Pisa. Semasa
kecil, Bocelli tinggal di
perkebunan zaitun dan
anggur milik orangtuanya,
Sandro Bocelli yang
meninggal pada 30 April 2000. Keluarganya merupakan penganut Katolik yang taat.
Sejak berumur 6 tahun, Bocelli sudah mendapatkan kursus piano lalu flute dan saksofone.
Dia juga menjadi pemain organ di gereja. Sayangnya, Bocelli mempunyai penglihatan
yang buruk sejak kecil karena penyakit glaucoma dan pada usia 12 tahun, Bocelli
menjadi buta setelah mendapat kecelakaan kecil saat bermain sepakbola. Namun,
kebutaannya bukan merupakan penghalang bagi kecintaan Bocelli pada music klasik.
Dan karena Bocelli sangat mencintai dunia kalsik, dia mendekati Franco Corelli, salah
satu penyanyi klasik papan atas yang juga adalah idolanya untuk menjadi gurunya dalam
olah suara dan membantunya meniti karil di dunia musik klasik. Selain itu, ia juga
bekerja sama dengan berbagai penyanyi klasik seperti Lucianno Pavarotti, Jose Carreras,
termasuk Diva pop dunia, Celine Dion untuk membantunya berkiprah di dunia musik
klasik. Selama karinya dalam bidang musik, Bocelli menghasilkan banyak karya dan
mendapat penghargaan. Bocelli beberapa kali menyanyikan lagu untuk soundtrack.
Diantaranya adalah Wanted (2008), Ronin(1998), Blades of Glory (2007), Quest for
Camelot (1998), The Lazarus Child (2005), The 71st Annual Academy Awards (1999)
(TV), The Sopranos: Commendatori (#2.4) (2000), Vajont - La diga del
disonore (2001), Chocolate com Pimenta (2003), Sarah Brightman in Concert(1998)
(TV), Cuando me enamoro (2010), The Clone: Episode #1.1 (2001. Beberapa
penghargaan diantaranya Emmy Awards pada tahun 2000 untuk nominasi Emmy
Outstanding Classical Music-Dance Program yang bekerjasama dengan David
Horn (executive producer), Jac Venza (executive producer),Costa Pilavachi (executive
producer), Clive Bennett(executive producer), John Walker , Myung-Whun
Chung (conductor) dalam episode Andrea Bocelli: Sacred Arias; RTL Golden Lion
Awardstahun 1997 memenangkan Golden Lion Special Award yang bekerjasama
dengan Sarah Brightman (performer), Francesco Sartori(music), Lucio
Quarantotto (lyrics) untuk komposisi lirik dan penampilan lagu It's Time to Say
Goodbye ; dan masuk dalam daftar Guinness Book of World Records karena
mendapatkan posisi 1,2, dan 3 secara berturut-turut di daftar album klasik
US (Magwire,2010).
SUMBER :
https://www.merdeka.com/gaya/10-tokoh-tunanetra-yang-mengubah-dunia/ray-charles-23-
september-1930-10-juni-2004.html
http://www.athba.net/2013/06/7-manusia-tunanetra-yang-menakjubkan.html
http://www.biografipedia.com/2015/05/biografi-helen-keller-seorang-penulis-hebat.html
https://heyckel.wordpress.com/2012/09/17/the-genius-ray-charles-sebuah-biography/
https://id.wikipedia.org/wiki/Stevie_Wonder
http://www.eventzero.org/deskripsi-lengkap-tentang-sang-maestro-claude-monet/
https://www.google.co.id/search?q=BIOGRAFI+%27Andrea+Bocelli&rlz=
SEJARAH PENDIDIKAN TUNANETRA

1. Sejarah Singkat Pendidikan Tunanetra Di Eropa

Sekolah pertama bagi anak tunanetra di Eropa didirikan di Paris, Perancis pada tahun 1784 oleh
Valentin Hauy. Namun, selama masa-masa rusuh yang mengitari Revolusi Perancis, sekolah
yang didirikan oleh Hauy tersebut untuk sementara luput dari perhatian orang, dan Hauy
melanjutkan pekerjaannya di Berlin dan St. Petersburg di mana dia membantu mendirikan
sekolah-sekolah khusus baru bagi para tunanetra. Selama dua dekade berikutnya sekolah-sekolah
semacam ini berdiri di kota-kota besar lain di seluruh Eropa.

Adapun sekolah khusus bagi para tunanetra pertama di Inggris dibuka di Liverpool pada tahun
1891 dan diikuti oleh sekolah-sekolah di Edinburgh, Bristol, London dan kota-kota besar
lainnya. Pendirian sekolah-sekolah di Inggris tersebut dipelopori oleh badan-badan sukarela
filantropis atau organisasi-organisasi keagamaan, dan sering dilengkapi dengan bengkel-bengkel
kerja dan rumah-rumah khusus untuk para tunanetra dewasa yang disebut asylum (rumah suaka).
Pada awalnya sekolah-sekolah ini memiliki tujuan utama untuk mengajarkan keterampilan-
keterampilan kerja, misalnya piagam pendirian sekolah Liverpool menyebutkan bahwa para
tunanetra akan diberi pelajaran dalam bidang musik atau seni mekanik agar mereka dapat
mandiri dan berguna bagi masyarakat (Best, 1992).

2. Sejarah pendidikan Tunanetra Di Indonesia

Sejarah pendidikan bagi tunanetra di Indonesia dimulai sejak 6 Agustus 1901. Pada saat itu
didirikan Yayasan Perbaikan Nasib orang-orang buta (Rumah Buta) oleh DR. Ch. A. Westhoff.
Beliau adalah seorang dokter mata berkebangsaan Belanda. Dalam perkembangannya, Rumah
Buta dikelola oleh pihak swasta.
Pada tanggal 1 Nopember 1979, berdasarkan surat keputusan (SK) Mentri Sosial nomor
41/HUK/KEP/XI/79 Wiyata Guna merupakan unit pelaksana tehnik kantor wilayah Departemen
Sosial propinsi Jawa Barat, dengan nama Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Mata (PRPCM), dan
berdasarkan surat keputusan (SK) Direktur Jendral Bina Rehabilitasi Sosial nomor
06/KEP/BRS/IV/1994, maka PRPCM berubah nama menjadi Panti Sosial Bina Netra (PSBN)
Wiyata Guna. Pada tahun 2003, berdasarkan keputusan Mentri Sosial nomor 59 /HUK/2003
tanggal 23 Juli 2003 tentang organisasi dan tata kerja PSBN Wiyata Guna Sebagai UPT dibawah
Direktur Jendral pelayanan dan rehabilitasi sosial Departemen Sosial Republik Indonesia dengan
klasifikasi tipe A. Hingga saat ini, eksistensi PSBN Wyata Guna sebagai PSBN tertua di
Indonesia masih dapat dirasakan oleh para tunanetra yang menuntut ilmu bik di lingkungan
Wyata Guna itu sendiri atau di Sekolah Luar Biasa yang berlokasi di sekitar lingkungan Wyata
Guna atau yang bersekolah dan kuliah di tempat lain namun berdiam di PSBN Wyata Guna.

3. Braille Dalam Pendidikan Tunanetra

Berbicara tentang pendidikan tunanetra, harus berbicara juga tentang Braille. Braille merupakan
huruf-huruf yang dapat digunakan oleh para tunanetra dalam kegiatan membaca dan menulis.
Braille muncul atas gagasan seorang Perancis bernama Louis Braille. Louis Braille yang lahir
pada 4 Januari 1809, berhasil membebaskan para tunanetra dari ketidakmampuan untuk
membaca dengan menemukan tulisan braille. Tulisan Braille terinsfirasi dari seorang perwira
artileri Napoleon, Kapten Charles Barbier. Barbier menggunakan titik- titik dan garis-garis
sebagai simbol untuk menyampaikan pesan atau perintah kepada serdadunya saat gelap malam,
sehingga tulisan tersebut dinamakan night writting. Mereka membaca simbol titik-titik dan garis-
garis tersebut dengan jalan merabanya. Akan tetapi, huruf-huruf Braiile hanya menggunakan
titik-titik dan ruang kosong atau spasi.

Pada awal munculnya ide untuk membuat huruf-huruf Braille, Louis mencoba huruf-huruf
dengan kombinasi titik dan garis pula, akan tetapi, Louis dan teman-temannya yang sama
mengalami ketunanetraan lebih peka terhadap titik daripada garis. Tulisan Braille pertama kali
digunakan di L'Institution nasionale des Jeunes Aveugles, Paris, saat mengajar siswa-siswa
tunanetra.

Tulisan Braille sempat menuai kontrofersi yang berujung pada dipecatnya D. Pignier dan
dilarang menggunakannya di tempat Louis mengajar. Ini dikarenakan tulisan Braille tidak lazim
sehingga sulit untuk meyakinkan masyarakat akan kegunaan tulisan Braille. Salahsatu penentang
tulisan Braille adalah Dr. Dupau, asisten direktur L'Institution nasionale des Jeulis Aveugles.
Untuk memperkuat gerakan anti Braille, Dupau diangkat menjadi kepala lembaga yang baru.
Pada masanya, semua buku dan transkrip bertulisan Braille dibakar dan disita. Namun, karena
tingkat perkembangan siswa-siswa tunanetra beranjak baik disebabkan adanya tulisan Braille,
menjelang tahun 1847, tulisan Braille kembali diperbolehkan. Pada tahun 1851, tulisan Braille
diajukan kepada pemerintah Perancis agar menjadi tulisan yang diakui. Akhirnya hingga saat ini,
Braille masih menjadi sarana penting bagi keberlangsungan pendidikan tunanetra.

4. Perkembangan Tehnologi Dalam Pendidikan Tunanetra

Membaca dan menulis merupakan jantung bagi pendidikan. Selama ini, para tunanetra hanya
mengandalkan huruf-huruf Braille sebagai sarana pendidikan dan sarana komunikasi tullisan.
Namun, pada tahun 1989, lahir sarana baru dalam dunia tehnologi informasi dan komunikasi
yang pengaruhnya sangat signifikan terhadap pendidikan para tunanetra. Sarana baru tersebut
adalah Job Access With Speech (. JAWS).

JAWS pertama kali dirilis pada tahun 1989 oleh Ted Henter. Ted Henter merilis JAWS untuk
memudahkan dirinya yang kehilangan penglihatan pada tahun 1978 karena kecelakaan
kendaraan bermotor. JAWS adalah peranti lunak (software) pembaca layar (screen reader).
JAWS berguna untuk membantu para tunanetra dalam mengoprasikan computer. Dengan JAWS,
para tunanetra akan mampu secara personal mengakses Microsoft windows. Sejak dirilis, JAWS
terus mengeluarkan versi-versi barunya yang bertujuan untuk lebih memperluas akses para
tunanetra terhadap computer. Pada tanggal 3 Nopember 2008, lahir versi baru JFW 10.0, yang
didukung dengan itunes versi 8 dan itunes Store.

Dengan lahirnya JAWS ditengah-tengah para tunanetra, pendidikan tunanetra pun semakin
meningkat. Kebutuhan untuk menyerap ilmu atau informasi tidak hanya didapat dari buku-buku
Braille saja, akan tetapi dapat diperoleh dari buku-buku dalam format compact disk (CD) atau
electronic book (e-book). Tidak hanya itu, belajar dapat dilakukan secara e-learning dengan
memanfaatkan jaringan internet.
Perkembangan Penggunaan JAWS di Indonesia

Penggunaan JAWS di Indonesia dimulai sekitar tahun 1990. JAWS masuk ke Indonesia
digandeng oleh Yayasan Mitra Netra yang berdiri sejak 14 Mei 1991 atas gagasan beberapa para
tunanetra yang memiliki kesadaran untuk kemudahan akses bagi sesamanya. Karena kesadaran
inilah akhirnya JAWS masuk ke Indonesia. Pada awal masuknya pemanfaatan JAWS baru
sebatas pada penggunaan untuk Microsoft Office karena saat itu sistem internet belum siap
dalam penggunaannya. Yayasan Mitra Netra menyelenggarakan kursus komputer bicara
(komputer dengan JAWS untuk para tunanetra. Peserta kursus didominasi oleh siswa dan
mahasiswa para tunanetra yang sedang menempuh pendidikan secara inklusif di sekolah umum
serta perguruan tinggi. Barulah pada tahun 1999, Yayasan Mitra Netra mulai merentangkan
sayapnya dengan program kursus serupa di Yayasan Mitra Netra Perwakilan Bandung. Cara
yang digunakan untuk memperluas akses para tunanetra di seluruh Indonesia terhadap teknologi
komputer dan Internet adalah melalui kerja sama dengan Microsoft Indonesia, pada tahun 2003,
Yayasan Mitra Netra mendirikan Community Training and Learning Center (CTLC) di beberapa
organisasi keunanetraan dan Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk para tunanetra di Jakarta,
Bandung, Medan, dan Makasar. Melalui CTLC yang terdiri dari lima lembaga ini (Yayasan
Mitra Netra Jakarta, Kartika Destarata Jakarta, Yayasan Mitra Netra Bandung, YAPTI Makasar
dan Yapentra Medan), Yayasan Mitra Netra menyelenggarakan program pelatihan komputer
bicara bagi generasi muda para tunanetra. Seiring perkembangannya penggunaan JAWS di
Indonesia tidak lagi sebatas menjalankan aplikasi berbasis Microsoft Office, tetapi juga
digunakan untuk berselancar di dunia maya. Selain itu para tunanetra juga mampu mengolah
sendiri website pribadi.

Sumber:
http://miftahinginberbagi.wordpress.com/2010/03/14/sejarah-pendidikan-kebutuhan-khusus-
menuju-inklusi-dalam-kontek-norwegia-dan-eropa/
http://nurfitrianimaulida.blogspot.co.id/2010/12/sejarah-pendidikan-tunanetra.html

Anda mungkin juga menyukai