Anda di halaman 1dari 13

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini, Subjek penelitian merupakan siswa – siswi kelas V

Sekolah Dasar (SD).

2. Tempat Penelitian

Proses Penelitian ini dilakukan di SDN Menangal 601 Surabaya

B. Rancangan Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting di dalam sebuah

penelitian ilmiah. Karena metode penelitian yang akan menentukan hasil dari

sebuah penelitian. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas, karena berdasarkan

maksud dari PTK yaitu untuk mencari tahu cara yang dapat digunakan untuk

mengatasi masalah yang timbul di dalam kelas.

Dalam penelitian ini, yang bertindak sebagai peneliti adalah guru sendiri dan

didampingi oleh seorang guru dalam hal ini sebagai rekan sejawat untuk

mengamati bagaimana kegiatan guru dan siswa pada saat pelaksanaan tindakan.

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan sesuai dengan rencana

pembelajaran dengan model pembelajaran Cooper Tyty yang terbagi dalam 4

42
43

tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, pengamatan, dan refleksi. Lebih jelasnya

diuraikan sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

1) Pada tahap ini guru mengatur dan mempersiapkan materi yang akan diajarkan

kepada siswa.

2) Guru mempersiapkan media pembelajaran sebagai acuan siswa dalam

melaksanakan kegiatan belajar.

3) Guru mempersiapkan lembar kerja untuk siswa.

4) Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan tujuan siswa lebih siap dan

semangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

1) Guru menerangkan teknik – teknik melakukan wawancara dengan bahasa yang

santun.

2) Guru membagikan contoh teks wawancara kepada setiap siswa.

3) Setiap siswa membaca contoh teks wawancara.

4) Guru membagikan kelompok narasumber yang berbeda kesetiap kelompok.

5) Setiap kelompok membuat pertanyaan wawancara untuk kelompok lain yang

telah ditentukan oleh guru.

6) Setiap kelompok mengirim dua anggotanya untuk mencari informasi dengan

mewawancarai narasumber dari kelompok lain.

7) Guru mengamati keaktifan siswa yang melakukan kegiatan berwawancara.

8) Setelah siswa mendapatkan informasi yang dibutuhkan, siswa yang bertamu

kembali ke kelompok asalnya.


44

9) Setiap kelompok menyampaikan hasil dari wawancaranya dalam bentuk narasi.

10) Guru membegikan reward kepada setiap kelompok yang presentasi.

c. Observasi

Pengamatan terhadap siswa dilakukan dalam penerapan model pembelajaran

Cooper Tyty

1) Pengamatan terhadap kerjasama siswa dalam kelompok berdasarkan data hasil

observasi kerjasama siswa dalam kelompok saat pengajaran pada siklus I

dengan model pembelajaran Cooper Tyty pada lampiran skor keaktifan siswa.

2) Dampak perlakuan siklus I yang diawali dengan perencanaan, tindakan, dan

pengamatan berpengaruh pada diri siswa. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada

kerjasama siswa dalam kelompok dan hasil nilai tes yang di lakukan.

d. Refleksi Siklus I

Refleksi dilakukan oleh guru dan rekan sejawat untuk mendiskusikan

adakah peningkatan kemampuan berwawancara yang dialami siswa dari nilai

pra-siklus, dan untuk siswa yang masih kurang dalam kemampuan

berwawancara akan dilanjutkan pada siklus II.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan sesuai dengan rencana

pembelajaran dengan model pembelajaran Cooper Tyty yang terbagi dalam 4

tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, pengamatan, dan refleksi. Lebih jelasnya

diuraikan sebagai berikut:


45

a. Kegiatan Awal

1) Pada tahap ini guru mengatur dan mempersiapkan materi yang akan diajarkan

kepada siswa.

2) Guru mempersiapkan media pembelajaran sebagai acuan siswa dalam

melaksanakan kegiatan belajar.

3) Guru mempersiapkan lembar kerja untuk siswa.

4) Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan tujuan siswa lebih siap dan

semangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

5) Guru menunjukkan video wawancara.

b. Kegiatan Inti

1) Guru menerangkan teknik – teknik melakukan wawancara dengan bahasa yang

santun.

2) Guru menjelaskan daftar kata tanya yang dapat digunakan dalam

berwawancara.

3) Guru membagikan contoh teks wawancara kepada setiap siswa.

4) Setiap siswa membaca contoh teks wawancara.

5) Guru membagikan kelompok narasumber yang berbeda kesetiap kelompok.

6) Setiap kelompok membuat pertanyaan wawancara untuk kelompok lain yang

telah ditentukan oleh guru.

7) Setiap kelompok mengirim dua anggotanya untuk mencari informasi dengan

mewawancarai narasumber dari kelompok lain.

8) Guru mengamati keaktifan siswa yang melakukan kegiatan berwawancara.


46

9) Setelah siswa mendapatkan informasi yang dibutuhkan, siswa yang bertamu

kembali ke kelompok asalnya.

10) Setiap kelompok menyampaikan hasil dari wawancaranya dalam bentuk

narasi.

11) Guru membegikan reward kepada setiap kelompok yang presentasi.

c. Observasi

Pengamatan terhadap siswa dilakukan dalam penerapan model pembelajaran

Cooper Tyty

1) Pengamatan terhadap kerjasama siswa dalam kelompok berdasarkan data hasil

observasi kerjasama siswa dalam kelompok saat pengajaran pada siklus II

dengan model pembelajaran Cooper Tyty pada lampiran skor keaktifan siswa.

2) Dampak perlakuan siklus II yang diawali dengan perencanaan, tindakan, dan

pengamatan berpengaruh pada diri siswa. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada

kerjasama siswa dalam kelompok dan hasil nilai tes yang di lakukan.

d. Refleksi Siklus II

Refleksi dilakukan oleh guru dan rekan sejawat untuk mendiskusikan

adakah peningkatan kemampuan berwawancara yang dialami siswa dari nilai

siklus I, dan untuk siswa yang masih kurang dalam kemampuan berwawancara

akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.


47

C. Teknik pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 4 teknik pengumpulan data, yaitu

Observasi, dokumentasi, wawancara, dan metod tes. Lebih jelasnya dapat di

uraikan sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal – hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit / kecil.

Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri

sendiri atau self-report, atau setidak – tidaknya pada pengetahuan dan atau

keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi (1986), mengemukakan bahwa anggapan yang

perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview adalah sebagai

berikut:

a) Bahwa subyek (responden) dalah orang yang paling tahu tentang dirimya

sendiri

b) Bahwa apa yang ditanyakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan

dapat dipercaya

c) Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan

dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan

telepon.
48

a) Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila

peneliti atau pengumpula data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi

yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara, pengumpul

data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis

yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini

setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpul data dapat menggunakan

beberapa pewawancara sebagai pengumpul data.

Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai

pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat

bantu seperti tape recorder, gambar, brosur, dan material yang lain yang dapat

membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Peneliti bidang pembangunan

misalnya, bila akan melakukan penelitian untuk mengetahui respon masyarakat

terhadap berbagai pembangunan yang telah diarahkan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, maka perlu membawa foto atau brosur tentang berbagai

jenis pembangunan yang telah dilakukan. Misalnya pembangunan gedung

sekolah, bendungan untuk pengairan sawah-sawah, pembangunan pembangkit

tenaga listrik dan lain-lain

b) Wawancara Tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti

tidak menggunakan wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
49

untuk pengumpul datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa

garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Wawancara tidak terstruktur atau terbuka sering digunakan dalam penelitian

pendahuluan atau untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada

penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang

berbagai permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukan

secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.

Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti

data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa

yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban

dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan pertanyaan berikutnya

yang lebih terahrah pada suatu tujuan. Dalam melakukan wawancara peneliti

dapat menggunakan cara “berputar-putar baru menukik” artinya pada awal

wawancara, yang dibicarakan adalah hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan, dan

bila sudah terbuka kesempatan untuk menanyakan sesuatu yang menjadi tujuan,

maka segera ditanyakan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara tidak

terstruktur untuk mendapatkan data mengenai apa saja kendala yang di alami

siswa pada saat melakukan wawancara, seperti apa keadaan dan kemampuan

siswa sebelum dilakukan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran

Cooper Tyty sehingga dapat memudahkan fokus proses pembelajaran bagi

peneliti.
50

2. Dokumentasi

Dokumentasi berasl dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Di

dalam melaksanakan metode dokumentasi ini, peneliti menyelidiki benda-benda

tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,

catatan harian dan sebagainya.

Adapun kelebihan metode dokumentasi adalah sebagai berikut:

a) Data yang diperoleh adalah nyata

b) Bilamana data yang di proleh melalui metode interview masih terdapat ketidak

jelasan maka dengan metode dokumentasi ini dapat disajikan dengan jelas,

tidak banyak memakan waktu dan biaya.

c) Dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik ini dengan maksud dapat

mengumpulkan data dan membuktikan adanya tindakan dalam proses

pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.

3. Observasi

Dalam sebuah penelitian, observasi menjadi bagian hal terpenting yang harus

dilakukan oleh peneliti. Sebab dengan observasi keadaan subyek maupun obyek

penelitian dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh seorang peneliti. Menurut

Suharsimi Arikunto (2002), dalam tinjauan psikologis, observasi adalah kegiatan

pemuatan terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh panca indera, baik

menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.

Teknik ini dapat dilakukan dengan dua cara yang kemudian digunakan untuk

menyebut jenis observasi. Pertama, observasi non-sistematis. Dilakukan oleh


51

pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan. Kedua, observasi

sistematis. Dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen

pengamatan.

Perlu diakui metode ini mempunyai kelebihan. Diantara kelebihan-kelebihan

yang dimiliki metode observasi ini adalah:

a) Merupakan alat yang langsung untuk menyelidiki bermacam-macam gejala.

Banyak aspek tingkah laku manusia dapat diselidiki melalui jalan observasi

langsung

b) Untuk subyek yang diselidiki observasi lebih sedikit.

c) Memungkinkan pencatatan yang serampak dengan terjadinya suatu gejala

d) Tidak tergantung pada self-report

e) Banyak kejadian penting yang tidak dapat diperoleh dengan pengamatan

langsung

Mengamati bukanlah sekedar menatap atau memperhatikan benda, kejadian

atau pengalaman melalui mata. Dengan metode apapun, pengumpul data harus

dilatih terlebih dahulu agar data yang diperoleh sesuai dengan harapan. Untuk

metode observasi ini sebagai jawaban atas kelemahan yang dimiliki maka sebagai

observer hendaknya melaksanakan observasi secara obyektif, tidak dipengaruhi

oleh keinginan pengamat atau observer.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi sistematis agar

lebih jelas dalam mengetahui adanya peningkatan kemampuan dan keaktifan guru

dan siswa dalam berwawancara setalah diberikan tindakan dengan menggunakan

model pembelajaran Cooper Tyty


52

4. Metode Tes

Menurut Sudiyono (2008:67) mengatakan bahwa, Tes adalah cara (yang dapat

dipergunakan) atau prosedur (yang dapat ditempuh) dalam rangka pengukuran dan

penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian

tugas baik pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang

harus dikerjakan oleh test, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil

pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau

prestasi test, nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh

test lainnya, atau dibandingkan nilai standar tertentu.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode tes yang bertujuan untuk

mengetahui adanya peningkatan kemampuan siswa dalam berwawancara setelah

diberikan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran Cooper Tyty.

D. Teknik Analisis Data

Trianto (2011 : 63-64), menyatakan bahwa data adalah catatan atau kumpulan

fakta yang berupa hasil pengamatan empiris pada variabel penelitian. Data dapat

berupa angka, kata, atau dokumen yang berfungsi untuk menjelaskan variabel

penelitian sehingga memiliki makna yang dapat dipahami.

Data penelitian berarti catatan atau fakta empiris tentang masalah yang diteliti.

Data penelitian dikumpulkan dan dianalisis untuk dijadikan dasar penarikan

simpulan dalam penelitian.

Berdasarkan uraian diatas, pengelolahan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Tujuan analisis ini adalah
53

untuk mendeskripsikan kegiatan siswa selama proses belajar mengajar. Analisis

deskriptif yang dilakukan antara lain:

1. Analisis pengamatan praktisi/guru

Data yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar keaktifan guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran, maka dilakukan analisis pada instrumen

lembar observasi dengan menggunakan teknik deskriptif melalui presentase.

Jumlah skor yang diperoleh guru


%= x 100 %
jumlah skor maksimal

2. Analisis pengamatan aktivitas siswa

Data yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam

mengikuti proses belajar mengajar, maka dilakukan analisis pada instrumen

lembar observasi dengan menggunakan teknik deskriptif melalui persentase.

Rumus Data Persentase Keaktifan Siswa

n
%= x 100 %
N

Keterangan:
% = presentase keaktifan siswa
n = jumlah skor siswa yang melakukan aktivitas sesuai dengan indikator
N = jumlah skor maksimal kelas

3. Analisis ketuntasan belajar individu siswa

Seperti halnya pada analisis pengamatan aktivitas siswa dan guru, analisis

ketuntasan belajar siswa juga menggunakan teknik deskriptif melalui persentase.

a. Rumus Data Persentase Ketuntasan Belajar Individu Siswa

Rumus data persentase ketuntasan belajar individu siswa digunakan untuk

mencari tahu apakah siswa telah mendapatkan nilai sesuai KKM atau tidak.
54

Rumus Data Persentase Ketuntasan Belajar Individu Siswa

Jumlah skor yang diperoleh siswa


%= x 100 %
jumlahskor maksimal

b. Rumus Data Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal

Rumus data persentase ketuntasan belajar klasikal digunakan untuk mencari

tahu berapa persen siswa yang mendapatkan nilai sesuai KKM.

Rumus Data Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal

Jumlah siswa yang tuntas


%= x 100 %
jumlah siswa

Siswa dapat dikatakan tuntas dalam pembelajaran apabila data persentase

ketuntasan belajar klasikal seluruh siswa telah mencapai angka 85 %.

Anda mungkin juga menyukai