Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

PERCOBAAN IV
PEMBUATAN INFUS RINGER

Oleh:
Frida Rahmawati (1800023186)
Anugrah Tri Ananda (1800023187)
Sindy Cisna Ambarwati (1800023188)
GOLONGAN IV
KELAS VIB
Dosen Jaga:
apt. Lina Widyastuti, M.Sc

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2021
Hal 1

CATATAN ( PRAKTIKUM ) PENGOLAHAN BETS

Percobaan / Prosedur Pengolahan Bets No : KBV0270321

Di susun oleh Di setujui oleh


Frida Rahmawati (1800023186)
Anugrah Tri Ananda
(1800023187)
Sindy Cisna A. (1800023188) apt. Lina Widiyasuti, M.Sc
................................... ................................ ...............................
Mahasiswa Asisten dosen Asisten mahasiswa
Tgl: 2021 Tgl: Tgl:
Kode produk Nama produk No. Bets Besar bets Bentuk sediaan Tgl pengolahan
004Ac Infus Ringer KBV0270321 500 botol Infus
........................... ........................ ........................... ........................... ........................ ............................
A. KOMPOSISI I. SPESIFIKASI

R/ NaCl 0,6 -Natrium Klorida (FI VI hal 1225)


Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk
KCl 0,03 hablur putih; rasa asin. Kelarutan mudah larut
CaCl2. 2H2O 0,01 dalam air; larut dalam gliserin; sukar larut dalam
etanol. BM NaCl 58,44
Aqua p.i. ad 100 mL -Kalium Klorida (FI VI hal 790)
Hablur bentuk memanjang, prisma atau kubus,
atau serbuk granul putih; tidak berbau; tidak
Perhitungan Tonisitas berwarna; rasa asin; stabil di udara; larutan
1. Metode Penurunan Titik Beku bereaksi netral terhadap lakmus. Kelarutan mudah
-KCl 1% = 0,43 ° C larut dalam air; tidak larut dalam etanol. BM KCl
0,03 % 74,55
× 0,43=0,0129
1% -Kalsium Klorida Dihidrat (FI VI hal 803)
-CaCl2. 2H2O 1% = 0,29 ° C => (0,01%)/(1%) x 0,29 = 0,0029 Granul atau serpihan putih; keras; tidak berbau.
0,01 % Kelarutan sangat mudah larut dalam air mendidih;
× 0,29=0,0029 mudah larut dalam air, etanol, dan etanol
1%
mendidih. BM CaCl2. 2H2O 147,01
Tonisitas = 0,0129 + 0,0029 = 0,0158 -Aqua pro injection (FI VI hal 70)
NaCl yang dibutuhkan: Air steril untuk injeksi dibuat dari air untuk
0,52 – 0,0158 = 0,5042 Injeksi
0,5042 % yang disterilkan dan dikemas dalam wadah yang
× 0,9=0,872 gr /100 mL
0,52 % sesuai. Tidak mengandung zat antimikroba dan
Penambahan NaCl = 0,872 gram – 0,6 gram = 0,272 gram zat
2. Metode Ekuivalen NaCl tambahan lain. Pemerian: Cairan jernih, tidak
-KCl 1% = 0,76 berwarna, tidak berbau. BM 18,2
0,03 x 0,76 = 0,0228
-CaCl2. 2H2O 1% = 0,51
0,01 x 0,51 = 0,0051
Tonisitas = 0,0228 + 0,0051 = 0,0279
NaCl yang dibutuhkan:
0,9 – 0,0279 =0,8721 gram
Penambahan NaCl = 0,8721 gram – 0,6 gram = 0,2721 gram

B. JUMLAH BAHAN YANG DIPERLUKAN


II. PERALATAN

NaCl = 0,6 g + 0,272 g = 0,872 g x 5 = 4,36 gram = 4360 mg


KCl = 0,03 g x 5 = 0,15 gram = 150 mg -Penangas Air
CaCl2. 2H2O = 0,01 g x 5 = 0,05 gram = 50 mg -Glassware
-Timbangan
Aqua p.i. ad 100 mL

Hal 2

III. PENIMBANGAN
Tgl:

Kode bahan Nama bahan Jumlah yg di Jumlah yg di Di timbang oleh Diperiksa


butuhkan timbang oleh
NaCl 4360 mg
KCl 150 mg
CaCl2. 2H2O 50 mg

IV. PROSEDUR PENGOLAHAN

Paraf
Prosedur Kerja
Mahasiswa Asisten
Hitunglah tonisitas larutan! Jika tidak isotonis, maka buatlah menjadi isotonis!

Buat air bebas CO2, kemudian larutkan semua bahan dalam air bebas CO2

Cek pH larutan antara 5-7, jika kurang asam ditambah HCl 0,1 N sedangkan

bila kurang basa ditambah NaOH 0,1N

Tambahkan sisa air bebas CO2

Gojok larutan dengan carbo adsorben aktif 0,1% diamkan, saring hingga jernih

Masukkan larutan dalam wadah yang sesuai dan tutup

Sterilkan dengan autoclave pada suhu 121ᵒC selama 30 menit

Periksa larutan terhadap kebocoran (Farmakope Indonesia), pemeriksaan visual
terhadap partikel asing (petunjuk operasional CPOB 2012), Uji kejernihan dan
warna larutan (<881> Farmakope Indonesia Edisi V) dan Penetapan volume
injeksi dalam wadah (<1131> Farmakope Indonesia Edisi V)

Beri etiket

Evaluasi sediaan berdasar Farmakope Indonesia dan CPOB


1. Penetapan pH (FI Edisi VI hal 2067)
Sebelum digunakan, periksa elektrode, dan jembatan garam jika ada. Jika perlu, isi
lagi larutan jembatan garam dan perhatikan petunjuk lain yang diberikan oleh
pabrik alat atau pabrik elektrode.

Untuk pembakuan pH meter, pilih 2 Larutan dapar untuk pembakuan yang
mempunyai perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit dan sedemikian rupa sehingga
pH larutan uji diharapkan terletak diantaranya.

Isi sel dengan salah satu larutan dapar untuk pembakuan pada suhu yang larutan
ujinya akan diukur.

Pasang kendali pada suhu larutan, dan atur kontrol kalibrasi untuk membuat pH
identik dengan yang tercantum pada tabel.

Bilas elektrode dan sel beberapa kali dengan larutan dapar untuk pembakuan yang
kedua, kemudian isi sel dengan larutan tersebut pada suhu yang sama dengan
larutan uji. pH dari larutan dapar kedua ± 0,07 unit pH dari harga yang tertera
dalam tabel. Jika penyimpangan terlihat lebih besar, periksa elektrode dan jika
terdapat kesalahan, supaya diganti.

Atur kemiringan atau suhu hingga pH sesuai dengan yang tertera dalam tabel.

Ulangi pembakuan hingga kedua larutan dapar untuk pembakuan memberikan
harga pH tidak lebih 0,02 unit pH dari harga yang tertera dalam tabel, tanpa
pengaturan lebih lanjut dari pengendali.

Jika sistem telah berfungsi dengan baik, bilas elektrode dan sel beberapa kali
dengan larutan uji, isi sel dengan sedikit larutan uji dan baca harga pH. (Gunakan
air bebas karbon dioksida P untuk pelarutan atau pengenceran larutan uji pada
penetapan pH. Pada semua pengukuran pH, diperlukan waktu yang cukup untuk
mencapai kestabilan)

Jika hanya diperlukan harga pH perkiraan dapat digunakan indikator dan kertas
indikator

2. Uji sterilitas jika satu bets produksi sebanyak 500 wadah (seluruh
kegiatan dilakukan di dalam LAF)
Siapkan sampel yang telah diaseptiskan dalam ruang LAF

.Buka tutup sampel, gunakan spuit steril untuk mengambil isi sampel dan
masukkan dalam media BHI.

Tutup media yang sudah di treatment, inkubasikan dalam incubator pada suhu
optimal. Amati adanya pertumbuhan bakteri setelah inkubasi 24 jam.

KEJERNIHAN LARUTAN (FI Edisi VI hal 2020)


Menggunakan tabung reaksi alas datar dengan diameter dalam 15-25 mm,
tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral.

Bandingkan larutan uji dengan larutan suspensi padanan yang dibuat segar,
setinggi 40 mm.

Bandingkan kedua larutan di bawah cahaya yang terdifusi 5 menit setelah
pembuatan suspensi padanan, dengan tegak lurus ke arah bawah tabung
menggunakan latar belakang berwarna hitam.

Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga suspensi padanan I dapat
dibedakan dari air dan suspensi padanan II dapat dibedakan dari suspensi
padanan I.

Larutan dianggap jernih apabila sama dengan air atau larutan yang digunakan
dalam pengujian dengan kondisi yang dipersyaratkan, atau jika opalesen tidak
lebih dari dari suspensi padanan I.

PENETAPAN VOLUME INJEKSI DALAM WADAH (FI Edisi VI hal


2073)
Pilih salah satu atau lebih wadah bila volume 10 ml atau lebih, 3 wadah untuk
volume 3-10 ml, 5 wadah volume 3 ml atau kurang

Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering, ukuran tidak lebih
dari 3 kali volume, lengkapi dengan jarum suntik nomor 21, Panjang tidak
kurang 2,5 cm

Isi alat suntik dipindah dalam gelas piala kering yang telah ditara, volume
dalam ml diperoleh dari perhitungan berat dibagi bobot jenis cairan

Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik dan pindahkan
isi dalam alat suntik, Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada
wadah bila diuji satu persatu, atau bila wadah volume 1 dan 2 ml tidak kurang
dari jumlah volume wadah yang tertera pada etiket bila isi digabung

Uji ENDOTOKSIN BAKTERI (FI Edisi VI hal 1890)


Pengujian dilakukan menggunakan Limulus Amebocyte Lysate (LAL) yang
diperoleh dari ekstrak air amebosit dalam kepiting ladam kuda (Limulus
polyphemus atau Tachypleus tridentatus) dan dibuat khusus sebagai pereaksi
LAL.

Terdapat dua tipe teknik uji, teknik pembentukan jendal gel dan teknik
fotometrik.

Lakukan salah satu dari teknik tersebut, kecuali jika dinyatakan lain dalam
monografi. Jika terjadi keraguan, maka keputusan akhir didasarkan pada hasil
Teknik Pembentukan Jendal Gel, kecuali dinyatakan lain dalam monografi.

Pada Teknik Pembentukan Jendal Gel, penetapan titik akhir reaksi dilakukan
dengan membandingkan langsung enceran dari zat uji dengan enceran
endotoksin baku, dan jumlah endotoksin dinyatakan dalam unit Endotoksin
(UE). Cara jendal gel mendeteksi atau mengkuantitasi endotoksin berdasarkan
pembentukan jendal dari pereaksi LAL dengan adanya endotoksin.

Konsentrasi endotoksin yang dibutuhkan untuk menyebabkan lysate
menjendal pada kondisi standar dinyatakan sebagai kepekaan pereaksi LAL
yang tertera pada etiket.

Bandingkan dengan persyaratan endotoksin bakteri pada Injeksi Ringer

UJI KEBOCORAN( PPOB CPOB JILID I 2013 hal 17)


Lakukan pada seluruh ampul dalam satu bets

Ampul diletakan dalam posisi terbalik dalam autoclave

Ampul yang tidak tertutup rapat akan bocor dan kosong, dan akan terdeteksi
saat pemeriksaan visual ampul

Pemeriksaan dapat dilakukan dalam autoclave menggunakan fase vakum tanpa
pemanasan, Untuk otoklaf yang belum dilengkapi dengan vakum, uji
kebocoran dapat dilakukan terpisah.

PEMERIKSAAN VISUAL PPOB CPOB JILID I 2013 hal 84,85


Petugas tidak diijinkan memeriksa lebih dari satu jam tanpa istirahat. Mereka
harus mendapat “istirahat mata” di luar ruang pemeriksaan selama 10 menit
dalam tiap jam.

Periksa kesiapan meja inspeksi visual: lampu menyala dengan lux yang sesuai

Ambil dengan klem ampul (yang belum diberi label dan permukaanya sudah
dibersihkan) dari traynya dengan cara menjepit bagian leher dan di balikkan
secara perlahan untuk mencegah gelembung udara terjadi. Setelah itu putar
sedikit untuk memutar isi larutan di dalamnya

Posisikan ampul secara horizontal kira-kira 10 cm di bawah sumber cahaya
(dibelakang kaca pembesar pada jarak fokus kira-kira 9cm). Periksa larutan
dalam wadah terhadap latar belakang hitam dan putih dengan selang seling
dalam waktu detik untuk tiap latar belakang.

Amati apakah ada : Partikel dan serat dalam ampul, kesesuaian organoleptis
dengan standar (warna), kerusakan ampul (pecah atau retak)

Kumpulkan ampul yang ditolak (rusak, mengandung serat dsb) dalam satu
wadah terpisah yang diberi label reject, sedangkan yang lulus disimpan dalam
wadah yang telah diberi label diterima

Lakukan pemeriksaan pada semua wadah produk vial/ ampul sesuai butir 2 s/d
4

Ambil sampel secara acak dari ampul yang diterima mengikuti label dna
lakukan pemeriksaan tandingan oleh operator lain

Ulangi kembali pemeriksaan bila operator kedua menemukan jumlah wadah
yang tercemar melebihi jumlah maksimal wadah tercemar yang diperkenankan
pada tabel diatas. Setelah diperiksa ulang, lakukan kembali seperti langkah ke
enam

Catat semua kegiatan di atas pada tabel rekapitulasi pemeriksaan visual
(Lampiran 1) dan lampirkan pada catatan pengolahan bets yang berkaitan

UJI LOGAM BERAT (FI Edisi VI hal 1921)


lakukan  penetapan dengan menguapkan 67 mL hingga lebih  kurang 20 mL,
tambahkan 2 mL asam asetat 1 N dan encerkan dengan air hingga 25 mL

Ke dalam tiap tabung dari 3 tabung yang  masing-masing berisi Larutan baku,
Larutan uji dan  Larutan monitor


tambahkan 2 mL dapar asetat pH 3,5


tambahkan 1,2 mL tioasetamida LP


encerkan dengan air hingga 50 mL


campur, diamkan selama 2 menit.


Amati permukaan dari atas pada dasar putih: Warna yang terjadi pada Larutan
uji tidak lebih gelap dari warna yang terjadi pada Larutan baku dan warna yang
terjadi pada Larutan monitor sama atau lebih gelap dari warna yang terjadi
pada Larutan baku

Hal 8

V. REKONSILIASI HASIL
Hasil nyata Hasil teoritis

Diperiksa oleh Pengecekan kebersihan alat/ tempat


Asisten Laboran

( ) ( )
DATA PERCOBAAN

1. Uji Kebocoran (CPOB 2013 Hal 667-668)


Jumlah yang diproduksi = 500
Sampel yang di uji = 500
Hasil = dari 500 sampel yang di uji terdapat 10 botol yang kosong setelah di otoklaf, 10 botol yang bocor di
buang dan dimusnahkan.
Yang di ambil = 490
Metode yang digunakan = ampul diletakkan dalam posisi terbalik di autoklaf

2. Pemeriksaan Visual (Cpob 2013 Hal 744 - 745)


Jumlah produksi = 500
Dari 500 sampel di dapatkan 490 sampel diterima, kemudian 490 di uji tanding. Jumlah sampel yang diambil
50.
Syarat = maksimal yg tercemar 2 sampel.
Hasil = dari 50 sampel, ditemukan bahwa ada 1 wadah yang tercemar sehingga dikatakan memenuhi syarat
visual partikel asing (batas pnerimaan untuk 281-500 wadah adalaj maksimal 2 wadah yg tercemar).

Sampel Hasil Sampel Hasil Sampel Hasil Sampel Hasil Sampel Hasil

1 - 11 - 21 - 31 - 41 -

2 - 12 - 22 - 32 - 42 -

3 - 13 - 23 - 33 - 43 -

4 - 14 - 24 - 34 - 44 -

5 - 15 - 25 - 35 - 45 -

6 - 16 - 26 - 36 - 46 -

7 - 17 - 27 - 37 - 47 -

8 - 18 - 28 - 38 - 48 -

9 - 19 - 29 - 39 - 49 -

10 - 20 - 30 + 40 - 50 -

3. Penetapan Volume Injeksi dalam wadah ( FI Edisi VI hal 2073)


volume = 100 mL
Diambil 10 wadah karena volume lebih dari 10 ml ( Di FI pilih satu atau lebih wadah,bila volume 10 ml atau
lebih).
Syarat = tidak kurang dari 2%, kelebihan volume yang di anjurkan adalah 102 ml
Sampel Volume (ml)
1 100,50
2 100,10
3 100,60
4 101

Hasil = Dari 4 sampel wadah yang diambil, memenuhi syarat untuk volume infus dalam wadah karena tidak
kurang dari volume yang tertera pada etiket (100 mL)

4. Uji Kejernihan (FI edisi VI hal 2020)


Metode = Spektrofotometri (instrumental)
Syarat = Serapan larutan uji sama dengan larutan baku atau berhimpit di sumbu x
serapan aqua pi = 0,000 di ukur pada panjang gelombang 200-40 nm.
Hasil: sampel 1-10 jernih karena serapannya mendekati serapan aqua p.i.

Sampel Serapan
1 0,0002

2 0,0009

3 0,0000

4 0,0007

5 0,0005

6 0,0008

7 0,0003

8 0,0002

9 0,0004

10 0,0001

5. Uji pH

Sampel pH

1 6,0

2 5,9

3 5,8

4 6,2

5 6,5
Kriteria penerimaan : pH injeksi ringer <1228> antara 5.0 dan 7.5
Hasil : Memenuhi syarat pH injeksi ringer karena berada dalam rentang pH 5.0 - 7.5

6. Uji Endotoksin (FI Edisi VI hal 1890)


Syarat endotoksin bakteri sediaan infus ringer: mengandung tidak lebih dari 0,5 unit Endotoksin FI/Ml
Laruta Isi Larutan Kadar Endotoksin
n
A Larutan sampel dari sediaan uji yang bebas endotoksin 0λ
B Uji faktor pengganggu 0,2 λ
C Kontrol kepekaan pereaksi LAL sesuai etiket 0,1 λ
D Kontrol negatif air pereaksi LAL 0,1 λ
Hasil = memenuhi syarat uji endotoksin bakteri sediaan infus ringer karena < 0,5 λ

7. Uji Logam Berat (FI Edisi VI hal 1921)


Syarat sediaan infus ringer : batas logam berat injeksi ringer tidak lebih dari 0,3 ppm
Hasil: setelah di uji menunjukan jumlah logam berat 0,25 ppm maka memenuhi syarat karena < 0,3 ppm

8. Uji pirogen (FI edisi VI hal 1896 - 1897)


Jumlah kelinci sebagai hewan uji = 3 ekor
Jumlah larutan yang disuntikkan pada vena telinga tiap kelinci = 10 ml/kg BB kelinci
Suhu kontrol = 39,8 ⁰C
Syarat = Setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat apabila tidak ada satupun kelinci yang
menunjukkan kenaikan suhu 0,5° atau lebih. Bila ada kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5° atau lebih,
lanjutkan uji menggunakan lima ekor kelinci lain. Sediaan memenuhi syarat bebas pirogen bila tidak lebih dari
3 dari 8 ekor masing-masing menunjukkan kenaikan suhu 0,5° atau lebih dan
jumlah kenaikan suhu maksimum 8 kelinci tidak melebihi 3,3°.
Kenaikan suhu
Sampel (Hewan Uji)
Sebelum sesudah
Kelinci 1 38,5 ⁰C 38,6⁰C
Kelinci 2 38,2⁰C 38,2 ⁰C
Kelinci 3 38,6 ⁰C 38,8 ⁰C
Hasil = Tidak ada satupun yang mengalami kenaikan suhu 0,5 ⁰C maka memenuhi syarat.
9. Uji Sterilitas (FI VI hal 1835)
Volume Larutan = 100 ml
Jumlah produksi = 500
Metode= Inokulasi langsung
Media Fluid Thioglycolate (FTM) Media Soybean Casein Digest (SCDM), atau dikenal juga sebagai
Trypticase Soy Broth (TSB)
prosedur :
● Inkubasikan media Fluid Thioglycolate ke dalam inkubator suhu 30 – 35 C dan medium Soybean
Casein Digest diinkubasi pada 22,5 ± 2,5º
● Amati kedua medium tiap hari selama 5 hari dan catat hasil pengamatan pada lembar kerja.
● Pertumbuhan yang ditandai dengan kekeruhan sudah harus bisa dideteksi dalam 48 jam
Jumlah minimum yang digunakan untuk tiap media= 20 ml
diambil 10 wadah yang di uji karena jumlah wadah dalam bets lebih dari 100 wadah tetapi tidak lebih dari 500
wadah
hasil uji sterilitas

Sampel hasil

1 -

2 -

3 -

4 -

5 -

6 -

7 -

8 -

9 -

10 -

Keterangan : (+)= ada pertumbuhan mikroba


(-)= Tidak ada pertumbuhan mikroba
hasil = dari 10 sampel yang di uji dikatakan steril karena tidak terlihat adanya pertumbuhan mikroba secara
visual.

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan parenteral volume besar (LVP) yaitu infus ringer. Tujuan
dari percobaan ini adalah mampu memahami dan membuat sediaan infus ringer. Infus ringer adalah infus intravena
yang merupakan sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen, dan sedapat mungkin dibuat isotonis
terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak. Kecuali dinyatakan lain, infus
intravena tidak diperbolehkan mengandung bakterisida dan zat dapar. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan
praktis bebas partikel (Anonim, 1979).
Infus ringer dibuat dengan sterilisasi akhir. Sediaan infus ringer harus dibuat steril, karena sediaan ini langsung
berhubungan dengan darah atau cairan tubuh serta jaringan tubuh yang pertahanannya terhadap zat asing tidak
selengkap pada bagian lain seperti bagian gastrointestinal dan saluran cerna. Dengan kondisi sediaan infus yang dibuat
steril dan bebas mikroba ataupun pirogen diharapkan dapat terhindar dari adanya infeksi sekunder.
Infus ringer digunakan untuk mengganti cairan tubuh yang mengandung NaCl, KCl, dan CaCl2.2H2O, Carbo
adsorben, HCl / NaOH 0,1 N. NaCl dapat dipakai sebagai cairan resusitasi (Replacemet therapy), pengganti cairan
tubuh yang hilang, dan sebagai pengencer darah merah sebelum transfusi. KCl berfungsi sebagai antimikroba,
sedangkan CaCl2.2H2O berfungsi sebagai zat penyerap air dan dapat juga sebagai antimikroba. Kemudian carbo
adsorben berfungsi untuk pengikat kotoran yang mungkin ada, sedangkan HCl 0,1 N untuk menambah tingkat
keasaman dan NaOH 0,1 N untuk menambah tingkat kebasaan.
Langkah awal pembuatan infus ringer adalah melakukan perhitungan tonisitas formula untuk mengetahui
formula sudah isotonis atau belum sebab hal ini berkaitan dengan tekanan osmosis larutan terhadap cairan tubuh yang
akan diberi larutan infus. Larutan yang hipotonis akan menimbulkan sel lisis atau pecah, sedangkan larutan yang
hipertonis akan menyebabkan sel krenasi atau berkerut. Keadaan hipotonis lebih berbahaya dibandingkan hipertonis,
karena krenasi bersifat reversible sedangkan lisis bersifat irreversible. Formula pada percobaan ini dihitung
tonisitasnya dengan metode disosiasi dan didapatkan hasil yang hipotonis sehingga perlu adanya penambahan NaCl
agar isotonis sebanyak 0,2721 gr/100 mL
Tahap selanjutnya yaitu melarutkan semua bahan ke dalam air bebas CO2 yang sudah dibuat sebelumnya.
Penggunaan air bebas CO2 ini untuk menghindari terjadinya endapan sehingga akan menyebabkan sumbatan atau
emboli saat infus digunakan, adanya penggunaan air bebas CO2 juga berpengaruh pada pH yang dihasilkan.
Kemudian cek pH larutan antara 5-7, jika kurang asam ditambah HCl 0,1 N sedangkan bila kurang basa maka
ditambahkan NaOH 0,1 N. Setelah cek pH larutan, tambahkan sisa air bebas CO2.
Kemudian larutan ditambahkan carbo adsorben 0,1% yang telah diaktifkan selama 5-10 menit di dalam oven
agar hasil optimal. Carbo adsorben digunakan untuk membersihkan cairan dari kotoran. Gojok larutan yang telah
ditambahkan dengan carbo adsorben 0,1% lalu diamkan dan saring hingga jernih menggunakan kertas saring. Hal ini
bertujuan untuk menyaring carbo adsorben dan kotoran yang ada sehingga larutan bebas pengotor. Bahan- bahan
dalam formula hendaknya ditambah sebanyak 2% untuk mencegah cairan yang hilang selama proses penyaringan di
kertas saring.
Setelah larutan jernih, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai dan ditutup, lalu disterilkan dengan
autoclave 121oC selama 30 menit. Proses sterilisasi ini ditujukan untuk membunuh mikroba dan bakteri sehingga
larutan yang dihasilkan steril sampai saat digunakan. Kemudian dilakukan beberapa pengujian terhadap larutan infus
ringer yang telah disterilisisasi yaitu uji kebocoran, pemeriksaan visual terhadap partikel asing, penetapan volume
injeksi, uji warna larutan, uji pH, uji endotoksin, uji pirogen, uji sterilitas dan uji logam berat. Tujuan dari pengujian
ini adalah untuk memenuhi standar sediaan sehingga terjamin keamanan, tidak bocor, bebas partikel asing dan jernih,
bebas pirogen, endotoksin dan logam berat serta volume injeksi, dan pH yang sesuai persyaratan dan juga terjamin
kesterilannya.
a. Uji kebocoran
Dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa wadah infus ringer tidak bocor sehingga dosis yang
didapatkan sesuai dengan dosis yang diinginkan. Uji kebocoran dilakukan dengan meletakkan secara terbalik
dalam otoklaf, infus yang tidak tertutup rapat atau bocor akan kosong dan terdeteksi pada saat pemeriksaan
visual infus. Pemeriksaan dapat dilakukan di dalam otoklaf menggunakan fase vakum tenpa pemanasan
Berdasarkan teoritis sampel dikatakan bocor apabila terdapat pengurangan volume Kebocoran dari ampul
disebabkan karena tidak optimalnya saat penutupan infus dengan api akan terlihat dari sterilisasi akhir ini.
Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan dengan sampel yang di uji sebanyak 500 infus, diperoleh hasil
terdapat 10 infus yang kosong setelah di otoklaf kemudian 10 infus yang bocor di buang dan dimusnahkan.
Maka dari 500 infus yang di produksi hanya 490 infus yang masuk ke kriteria penerimaan.
b. Pemeriksaan visual
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah memberikan rincian pemeriksaan visual larutan infus terhadap partikel
asing yang dapat dilihat dengan mata telanjang dan atau dengan bantuan kaca pembesar. Uji ini dilakukan
untuk dengan cara mengambil dengan klem semua infus yang di produksi (yang belum diberi label dan
permukaannya telah dibersihkan) dari tray-nya, dengan cara menjepit lehernya dan balikkan perlahan-lahan
untuk mencegah gelembung udara terjadi, setelah itu putar sedikit untuk memutar isi larutan di dalamnya. Dan
posisikan infus secara horizontal kira-kira 10 cm di bawah bagian depan sumber cahaya (di belakang kaca
pembesar pada jarak fokus kira-kira 9cm),kemudian diperiksa larutan dalam wadah terhadap latar belakang
hitam dan putih dengan selang-seling.
Dari hasil praktikum yang kami peroleh adalah dengan jumlah produksi sebanyak 500 sampel di dapatkan 490
sampel diterima, kemudian dilakukan pemeriksaan tandingan kepada 490 infus yang di terima sebanyak 50
sampel. Hasil dari pemeriksaan tandingan diperoleh dari 50 sampel, ditemukan bahwa ada satu wadah yang
tercemar sehingga memenuhi syarat partikel asing (batas penerimaan untuk 281-500 wadah adalah maksimal 2
wadah yg tercemar)
c. Penetapan volume injeksi dalam wadah
Pada uji penetapan volume injeksi dalam wadah dengan memilih ampul yang ajkan diuji kemudian mengambil
isi tiap wadah dengan spuit hipodermik kering berukuran kurang dari 3x volume yang akan diukur, dilengkapi
spuit No. 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm. Lalu keluarkan gelembung udara dari dalam spuit dan
pindahkan isi dari dalam spuit, tanpa mengosongkan bagian jarum ke dalam gelas ukur volume tertentu yang
telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas
tertera
Dari hasil praktikum yang kami peroleh dengan volume infus 100 ml, maka diambil 4 wadah untuk dijadikan
sampel. Dari 4 sampel yang di uji diperoleh rata rata volume infus 100,55 ml. Syarat penetapan volume injeksi
100 ml adalah kelebihan volume yang dianjurkan 2 mL. Jadi dari 4 sampel wadah yang diambil, memenuhi
syarat untuk voleme injeksi dalam wadah karena tidak kurang dari volume yang tertera pada etiket (100 mL)
dan tidak melebihi volume 102 ml
d. Uji Kejernihan
Pada uji ini dilakukan dengan metode Spektrofotometri dengan cara membandingkan sampel dengan larutan
blanko yaitu aqua pi dan diukur pada panjang gelombang 200-40 nm. Syarat dari pengukuran ini adalah
serapan larutan sampel sama dengan larutan baku atau berhimpit di sumbu x dengan serapan aqua pi = 0,000.
Dari hasil praktikum yang kami peroleh dengan 10 sampel yang di uji menunjukan serapan sampel berhimpit
dengan serapan aqua pi dilihat dengan grafik, maka dapat disimpulkan bahwa sampel sampel jernih.
e. Uji pH
Uji ini dilakukan dengan alat pH meter, menggunakan 5 sampel. Dari hasil praktikum diperoleh rata-rata pH
3,5. Berdasarkan teori uji pH memenuhi syarat apabila pH berada pada range pH injeksi ringer yaitu 5,0 - 7,5.
Sehingga dapat disimpulkan pada praktikum yang kami lakukan uji pH memenuhi persyaratan karena masuk
range pH injeksi ringer (5,0 - 7,5).
f. Uji endotoksin
Beberapa produk farmasi seperti infus dan obat suntik yang diberikan secara langsung ke sistem sirkulasi
pembuluh darah pasien dalam jumlah besar harus steril serta terbebas dari kontaminasi endotoksin dalam
batasan tertentu. Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi VI tahun 2020 terdapat beberapa jenis obat yang
diatur kandungan batas maksimum endotoksin bakteri dalam obat terutama obat untuk injeksi. Endotoksin
adalah toksin yang terdapat pada bakteri gram negatif, berupa lipopolisakarida (LPS) yang terletak pada
membran luar dinding sel. Endotoksin dapat dilepaskan pada saat sel bakteri lisis. Oleh karena itu LPS disebut
sebagai endotoksin. Sifat dari endotoksin adalah tahan panas, sehingga dapat mengkontaminasi produk farmasi
yang disterilisasi. Apabila terdapat dalam jumlah besar di darah, maka endotoksin akan menimbulkan respon
pirogenik yaitu peningkatan suhu tubuh, umumnya dikenal sebagai demam. Berdasarkan Farmakope Indonesia
Edisi VI, pada bagian lampiran terdapat penjelasan mengenai uji endotoksin <201>. Pada uji endotoksin
bakteri, metode yang digunakan di Industri Indonesia saat ini adalah metode LAL dengan dua tipe teknik uji,
yaitu teknik pembentukan jendal gel (gel-clot assay) dan teknik fotometrik. Teknik fotometrik ini mencakup
metode turbidimetri, yang berdasarkan adanya kekeruhan setelah pengujian dan metode kromogenik yang
berdasarkan munculnya warna. Di antara dua teknik tersebut, dapat dipilih salah satu untuk pengujian
endotoksin. Apabila hasil yang didapat kurang sesuai, dapat menggunakan teknik jendal gel untuk
menentukkan hasil akhir. Pada praktikum kali ini kami melakukan uji endotoksin menggunakan metode
turbidimetri.
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari 5 sampel dengan isi larutan yang berbeda di dapatkan kadar endotoksin
< 0,5, sehingga dikatakan memenuhi syarat karena syarat uji endotoksin bakteri sediaan infus ringer adalah <
0,5 λ.
g. Uji sterilitas
Uji sterilitas dilakukan untuk mengetahui apakah bahan atau sediaan yang harus steril sudah memenuhi syarat
atau tidak. Sediaan obat seharusnya bersifat steril, bebas dari kuman terutama sediaan obat yang langsung
kontak dengan mukosa atau langsung masuk ke aliran darah seperti injeksi. Suatu bahan dikatakan steril
apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif
maupun dalam bentuk tidak vegetatif. Uji sterilitas dilakukan didalam ruang LAF, tujuannya untuk
menghindari kontaminan yang dapat memberikan hasil bias. Jumlah wadah dalam bets untuk sediaan
parenteral berjumlah 1000 wadah, jumlah minimum wadah yang diuji tiap media yaitu 2% atau 20
wadah.Media untuk sterilitas yaitu Soybean Casein Digest Medium diinkubasi pada 22,5 ± 2,5°C dan Media
Cair Tioglikolat diinkubasi pada suhu 30° - 35°C. Jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji
memenuhi syarat sterilitas, jika terbukti terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji tidak memenuhi syarat
uji sterilitas. Didapatkan hasil dari 10 sampel yang di uji dikatakan steril karena tidak terlihat adanya
pertumbuhan mikroba secara visual.
h. Uji logam berat
Pengujian ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa cemaran logam yang dengan ion sulfida menghasilkan
warna pada kondisi penetapan, tidak melebihi batas logam berat yang tertera pada masing-masing monografi,
dinyatakan dalam % (bobot) timbal dalam zat uji, ditetapkan dengan membandingkan secara visual dengan
pembanding larutan baku timbal. Bbatas logam berat injeksi ringer tidak lebih dari 0,3 ppm. Setelah di uji
menunjukan jumlah logam berat 0,25 ppm maka memenuhi syarat karena < 0,3 ppm.
i. Uji pirogen
Bertujuan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian
sediaan injeksi. Dilakukan dengan megukur kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara IV
dan ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan uji kelinci dengan dosis penyuntikan tidak lebih
dari 10 mL/kg bb dalam jangka waktutidak lebih dari 10 menit. setiap penurunan suhu dianggap nol.. Hasil
sediaan dinyatakan memenuhi syarat bebas pirogen karena tidak ada satupun yang mengalami kenaikan suhu
0,5 ⁰C atau lebih.

KESIMPULAN

1. Injeksi Ringer adalah larutan steril natrium klorida, kalium klorida, dan kalsium klorida dalam air untuk
injeksi
2. Apabila dalam perhitungan tonisitas didapatkan kondisi hipotonis maka perlu ditambahkan NaCl sesuai
jumlah yang dibutuhkan agar terbentuk larutan yang isotonis dengan sel darah.
3. Pada uji kebocoran, hasilnya memenuhi persyaratan karena terdapat 10 botol yang kosong setelah di otoklaf,
10 botol yang bocor di buang dan dimusnahkan
4. Pada uji pemeriksaan visual terhadap partikel asing hasilnya ada 1 wadah yang tercemar sehingga dikatakan
memenuhi syarat.
5. Pada uji penetapan volume injeksi memenuhi persyaratan, karena volume volume infus dalam wadah karena
tidak kurang dari (100 mL)
6. Pada uji kejernihan hasilnya memenuhi persyaratan karena karena serapannya mendekati serapan aqua p.i.
7. Pada uji pH memenuhi persyaratan karena pH masuk dalam rentang pH 5.0 - 7.5
8. Pada uji endotoksin memenuhi syarat endotoksin bakteri sediaan infus ringer karena < 0,5 λ
9. Pada uji sterilitas, 10 sampel yang di uji dikatakan steril karena tidak terlihat adanya pertumbuhan mikroba
secara visual
10. Pada uji logam berat menunjukan jumlah logam berat 0,25 ppm maka memenuhi syarat karena < 0,3 ppm
11. Pada uji pirogen yang dilakukan memenuhi persyaratan karena tidak ada satupun kelinci yang menunjukkkan
kenaikan suhu 0,5 °C.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2020. Farmakope Indonesia edisi VI. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Anonim. 2013. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik Jilid I. Jakarta: Badan
POM RI
Anonim. 2013. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik Jilid II. Jakarta: Badan
POM RI
Goeswin. A. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung : Penerbit ITB
PERTANYAAN

1. Jelaskan tujuan pemberian larutan elektrolit!


Jawab: Larutan elektrolit bertujuan untuk mengatasi perbedaan atau penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam
darah,
2. Tuliskan beberapa cara menghitung (rumus) tonisitas dan terangkan arti masing masing dalam rumus tersebut!
Jawab:
-Metode EkuivalensiNaCl
Cara ini dengan mengkonversi nilai zat ke NaCl, harga ekuivalennya ditunjukkan nilai E (Nilai E bisa dilihat di
farmakope : Daftar Tonisitas NaCl).
Misalkan penisilin E = 0,18 artinya 1 gram Penisilin setara/senilai 0,18 gram NaCl. - Agar isotonis, tonisitas
sediaan harus = tonisitas tubuh yaitu 0,9% (b/v). NaCl 0,9% artinya 0,9 gram NaCl yang terlarut dalam volume
total 100mL.
Rumus: Nilai ekuivalensi terhadap NaCl = W xE
Keterangan :
W = Massa (gram)
E = Ekuivalensi
-Metode Penurunan TitikBeku

Keterangan :
B = Jumlah zat NaCl yang harus ditambahkan agar isotonis
Ptb1, Ptb2.. = Penurunan titik beku zat berkhasiat seperti didalam resep
Ptb = Penurunan titik beku zat pengisotonis (NaCl)
C1, C2 .. = Konsentrasi zat berkhasiat didalam resep dg satuan (b/v) %
3. Sebutkan beberapa bahan yang sering ditambahkan dalam pembuatan larutan parenteral dan berikan contohnya!
Jawab:
-Zat pembawa air
Contoh: Aqua pro injection
-Zat Pembawa lain
Contoh: Minyak tertentu dari tanaman, minyak mineral, monogliserida dan digliserida
-Pengatur tonisitas
Contoh: : NaCl, Dextrose
-Bahan tambahan (adsorben)
Contoh: Karbon aktif
-Antioksidan
Contoh : Metasulfat, Bisulfit
-Buffer
Contoh : Sitrat dan Fosfat
-Pengawet
Contoh : Benzilalkohol, klorobutanol, kresol, dan fenol 0,5%
4. Apa tujuan penggunaan karbo adsorben, bagaimanakah usaha yang dilakukan agar karbo adsorben bekerja lebih
efektif, Jelaskan!
Jawab: Karbo adsorben bertujuan untuk menjerap pirogen atau menghilangkan pirogen dalam sediaan. Cara yang
dilakukan agar karbo adsorben bekerja lebih efektif adalah dengan mengakifkannya terlebih dahulu dengan cara di
oven selama 5-10 menit. Cara lain sebagai berikut:
a. Memperbesar waktu kontak
Waktu kontak merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses adsorpsi. Waktu kontak memungkinkan
proses difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik.
b. Memperluas permukaan adsorben
Semakin luas permukaan adsorben, maka semakin banyak adsorbat yang diserap, sehingga proses adsorpsi dapat
semakin efektif.
c. Meningkatkan kelarutan adsorbat
Agar adsorpsi terjadi, suatu molekul harus terpisah dari larutan. Senyawa yang mudah larut mempunyai afinitas
yang kuat untuk larutannya dan karenanya lebih sukar untuk teradsorpsi dibandingkan senyawa yang sukar larut.
d. Mengubah ukuran model adsorbat
Tingkat adsorpsi pada alifatik, aldehid, atau alkohol biasanya naik diikuti dengan kenaikan ukuran molekul. Hal
ini dapat dijelaskan denga kenyataan bahwa gaya tarik antara karbon dengan molekul akan semakin besar ketika
ukuran molekulsemakin mendekati ukuran pori karbon.
e. Memilih pH yang tepat
Asam organik lebih mudah teradsorpsi pada pH rendah, sedangkan adsorpsi basamorganik efektif pada pH tinggi.
f. Menaikkan suhu
Tingkat adsorpsi naik diikuti dengan kenaikan suhu dan turun dengan penurunan suhu.
5. Jelaskan perbedaan syarat sediaan infus dan injeksi!
Jawab:
Syarat Sediaan Infus Syarat Sediaan Injeksi
Aman, tidak menyebabkan ritasi Steril
Jernih, tidak ada partikel padat Bebas Partikel Asing
Tidak berwarna, kecuali obatnya memang jernih
berwarna
Steril Ada keseragaman volume
Bebas pirogen dan endotoksin Bebas pirogen
Sedapat mungkin isotonis dan isohidris Isotonis dan Isohidris
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai