JUJUR PASTI MUJUR berangkat ke sekolah yang lumayan menggunakan metode hafalan juz tanda tangan pada kakaknya,
uz tanda tangan pada kakaknya, ibunya,
Oleh : SUROSO jauh jaraknya. Setiba di sekolah amma. Di situ santri rata-rata hafal tetangganya atau siapapun yang mau segera ia bergegas masuk kelasnya juz amma (termasuk Abu Fafa) menandatangani di buku tugas PAI untuk mengikuti pelajaran. namun sayangnya ketika santri- sebagai bukti kalau mereka sudah Kebetulan jam pertama dan kedua santri itu disodori Al-Qur’an belajar membaca Al-qur’an padahal adalah pelajaran Pendidikan Agama kemudian di suruh membuka juz 30 mereka sama sekali tidak pernah Islam (PAI). Masuklah guru PAI di rata-rata mereka tidak bisa belajar membaca Al-qur’an. dalam kelas. Beliau mengajarkan membacanya. Padahal itu adalah Abu Fafa tidak mengerjakan Di sebuah desa murid-muridnya membaca Al- surat-surat yang sudah mereka tugasnya karena dia tidak belajar yang agak pinggiran ada seorang qur’an. Dalam kegiatan membaca hafalkan. Hal itulah yang membuat membaca Al-qur’an sehingga dia anak yang masih duduk di bangku Al-qur’an itu guru tersebut marah- Abu Fafa dan santri lain jemu dan tidak mau mengumpulkan tugasnya SD. Anak itu bernama Abu Fafa. marah karena banyak murid yang malas untuk belajar membaca Al- dengan kebohongan. Keseharian anak itu harus bangun tidak bisa membaca Al-qur’an. qur’an. Tepat hari selasa jam pagi-pagi untuk membantu ibunya Sehingga diakhir pelajaran guru Keseharian Abu Fafa dan pertama dan kedua adalah pelajaran menjual sayuran. Anak itu berpesan kepada murid-muridnya teman-teman sekelasnya hanya pergi PAI. Guru meminta semua murid mempunyai tugas menunggu untuk belajar membaca Al-qur’an ke mushola pada saat sholat maghrib untuk mengumpulkan tugas yang pembeli sayuran yang lewat di (ngaji) di musholla di sekitar rumah saja untuk menunaikan sholat. telah diberikannya. Segera semua depan rumah. Tak seberapa hasil murid masing-masing. Sekaligus Sehabis sholat maghrib mereka murid mengumpulkannya kecuali penjualan sayuran itu cukup untuk beliau memberikan tugas agar bergegas pulang dan tidak belajar Abu Fafa. Satu per satu, tugas itu membeli dua piring nasi untuk murid-murid sehabis belajar membaca Al-qur’an. Mereka masih dilihat oleh Sang guru dan sarapan pagi. Sepiring untuknya dan membaca Al-qur’an untuk meminta ingat betul tugas yang diberikan diberikan nilai. Dari 27 murid, ada sepiring lagi untuk kakaknya yang tanda tangan pada ustadznya. Tugas oleh gurunya. Namun kebanyakan di satu murid yang tidak mendapatkan duduk di bangku SMP. Sisa uang itu harus dikumpulkan bulan depan. antara mereka santai-santai saja nilai. Sang guru bertanya, “siapa sehabis dibelikan nasi, diberikan Abu Fafa bukan seorang dalam melaksanakan tugas tersebut. yang tidak mengumpulkan tugas oleh ibunya sebagai saku yang anak yang tidak gemar belajar Mendekati tugas PAI yang ini?” Abu Fafa bergegas menjawab, cukup untuk membeli minuman dan membaca Al-qur’an. Dia sudah harus dikumpulkan di awal bulan, “Saya Pak!”. “Maju kedepan 1 makanan kecil di istirahat pertama. pernah belajar membaca Al-qur’an teman-teman Abu Fafa bergegas kamu!” pinta Sang guru. “Kenapa Selepas sarapan pagi anak di beberapa ustadz (kyai) namun menyelesaikan tugas dengan kamu tidak mengumpulkan tugas?” kecil itu segera pergi mandi dan dalam proses belajar itu ustadz berbagai cara. Ada yang meminta tanya Sang guru. Abu Fafa menjawab, “saya tidak ngaji, Pak!” kebohongan-kebohongan sehingga ibukota kecamatan. Tiga tahun dia Sang guru kelihatan agak marah dan ketika ada pelajaran PAI materi lalui sekolahnya dengan baik dan terus bertanya, “kenapa kamu tidak membaca Al-Qur’an mereka masih sukses. Meskipun dengan kondisi ngaji?”. Dengan tulusnya Abu Fafa belum bisa membacanya. Hal itu serba sulit dia bisa meraih juara 1 di menjawab, “saya malas ngaji, Pak!” membuat mereka sampai dewasa sekolahnya. Kemudian dia mencoba sontak Sang guru berdiri dengan tidak bisa membaca Al-Qur’an. melanjutkan pendidikannya dengan mengepalkan tangan dan Abu Fafa merasa bersyukur di sebuah perguruan tinggi dan menghujamkannya di kepala Abu sekali. Dia bisa membaca Al- diterima. Fafa. Seketika itu dia menangis Qur’an. Bahkan dengan Dengan kemampuan karena kesakitan. Sejenak kemudian kemampuannya membaca Al- membaca Al-Qur’an yang baik dia Sang guru duduk dan sambil Qur’an itu, dia menjadi anak yang banyak mendapat kesempatan untuk menawarkan padanya, “Nanti sore rajin ibadah. menjadi guru ngaji privat di rumah- habis Asar, datang kerumah saya Semasa mengenyam rumah sekitar kampus. Dari situ belajar ngaji, mau?” tanpa berfikir pendidikan di SMP, dia terus banyak honor yang ia dapatkan panjang Abu Fafa menjawab, “Ya memperdalam agama di beberapa sehingga biaya kuliahnya bisa Pak!”. ustadz. Sehabis maghrib dia teratasi. Keberuntunganpun datang Mulai hari itu Abu Fafa menularkan ilmu membaca Al- menghampirinya, dia mendapatkan belajar membaca Al-qur’an di qur’an pada anak-anak kecil beasiswa dari kementrian rumah Sang guru. Dia merasa cara disekitarnya. Selepas dari SMP Pendidikan Nasional sampai dia atau metode Sang guru dalam ujian mulai datang, dia tidak lulus. mengajarkan Al-Qur’an sangat enak diperkenankan bapaknya untuk Setelah lulus, dia diterima dan menyenangkan. Akhirnya dia melanjutkan ke SMA dikarenakan sebagai PNS di pemeritah daerah. bisa membaca Al-Qur’an dengan kondisi ekonomi orang tua yang Dia selalu bersyukur atas baik dan lancar. tidak mampu. Berkat kegigihan dan keadaanya. Sampai sekarang dia Di setiap awal bulan Abu do’anya akhir dia bisa melanjutkan masih berkeyakinan bahwa jujur Fafa bisa mengumpulkan tugasnya pendidikannya di SMA Negeri. pasti mujur. dan juga teman-temannya. Namun Untuk membiayai teman-temannya masih saja sekolahnya dia harus mengajar mengumpulkan tugas dengan murid-murid TPQ di masjid besar di