Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fahila Rahman

Kelas : XII MPA 1

Teman Sebangku SMA

Pagi menjelang saat seorang gadis yang biasa dipanggil dengan nama Fara
mulai menjerang air untuk membuat segelas teh panas. Fara, ialah gadis yang hidup
dengan sejuta mimpi di dalam sebuah rumah berdinding tinggi. Ia adalah gadis manis
yang Kini sedang duduk dibangku kelas 11 di SMA Islam Almaarif Singosari. Ia
tumbuh di dalam keluarga yang berkecukupan, bahkan bisa dibilang sangat kaya.
Namun sayangnya Fara yang terlihat sempurna kini rapuh di dalamnya, memiliki
keluarga lengkap pun ternyata tak cukup baginya karena tanpa adanya kasih sayang
dan ketentraman. Kedua orang tuanya suda lama terpisah meski keduanya masih
memiliki status hubungan suami istri, jarak yang jauh membuat komunikasi yang
sangat rentan bagi mereka, hingga kini keduanya memburuk.

Sementara Fara memiliki kedua kakak laki-laki yang jarang pulang kerumah,
mereka sibuk studi diluar. Kakak pertamanya bernama Fahri yang sedang menempuh
S2 di turki sedangkan kakak keduanya bernama Fikri sedang menempuh pendidikan
S1 di luar kota tempatnya di jogja.

Dengan kondisi sekarang, Fara tetap menjalani hari-harinya dengan lapang


dan ia yakin suatu hari akan ada pelangi setelah badai. Hingga awal masuk di SMA ia
sangat antusias karena bertemu teman baru dan pastinya cerita baru untuknya.

Hari pertama masuk sekolah dengan suasana begitu cerah membuat terik
matahari memancarkan sinar hangatnya, terlihat gedung hijau berlantai tiga susun
terpampang jelas dan dikelilingi tanaman hijau yang segar. Ketika masuk area
sekolah Fara melihat sekitarnya, hingga ada yang menyapanya degan ramah.

“Halo, selamat pagi.” Ucap seorang satpam yang berbadan gagah dan tinggi dengan
tersenyum sambil meletakkan tangannya sebelah ke depan dada.

“Ha-ha-halo pak, pagi.” balas Fara sedikit terkejud dan melemparkan senyuman
kepada orang itu.
Namanya Pak Wir, beliau adalah seorang satpam yang sudah lama bekerja di
sekolah. Dulunya beliau juga murid SMAI dan kini beliau memilih mengabdi sekaligus
bekerja menjaga lingkungan dan keamanan sekolah. Alasan beliau tetap mau bekerja
di lingkungan sekolah SMAI yaitu karena program serta didikannya selalu
berpegangan dengan islam, tidak hanya itu program yang di lakukan tidak kalah saing
dengan sekolah lainya, contohnya program Tahfidz Qur’an. Sehingga menghasilkan
lulusan siswa yang taat agama dan generasi NU.

Di ruang kelas Fara duduk seorang diri sambil menunggu bel datang, tidak
lama kemudian suasana awal hening kini berdatangan siswa yang berbondong masuk
ke kelas dan salah satnya ada gadis yang menghapiri bangku Fara.

“Hai boleh duduk sini gak?” Tanya seorang gadis berkulit putih dan memiliki senyum
bagai sinar rembulan.

“Eh iyaa boleh,” sahut Fara dengan manis.

“Kenalin aku Cila, nama kamu siapa?” Ujar Cila dengan menyodorkan tangan kanannya
ke Fara.

“Aku Fara, salken yaa.” balas Fara dengan membalas uluran tangan dengan salaman.

Keasikan ngobrol kini keduanya berteman baik di kelas dan mereka seperti
saudara dengan perpaduan yang bagus satunya manis dan satunya cantik. Meskipun
sebenarnya jarak umur mereka terhalang satu tahun, meski demikian bagi Fara
tidak menjadi masalah karena sebelumnya Ia belum pernah memiliki teman bagai
saudara yah bisa dibilang sahabat tapi rasa saudara.

Mereka menikmati masa remaja bersama dengan tumbuh di lingkungan yang


berbasis islam membuat keduanya bisa mendapatkan predikat sebagai
siswa tahfidz, itu adalah impian semua orang dan salah satunya impian mereka
ketika bersekolah di SMAI tercinta.

Hingga suatu pagi yang tidak seperti biasanya, Fara bangun kesiangan
padahal biasanya ia selalu bangun pagi buta. Ia terbangun dari mimpinya dan
melamun melihat jam yang terpampang jelas sudah menunjukkan pukul 06.30,
seketika mata yang terasa buram menjadi melotot tajam ke arah jam itu.
“Waduhh kesiangan ini,” Ujar Fara dengan nada teriak.

Panjang lebar ia langsung berdiri dan melemparkan kain yang menyelimuti


tubuhnya yang mungil. Ia segera menuju ke kamar mandi, tak lama kemudian keluar
dari kamar mandi dengan tergesa sehingga ia tak sadar melemparkan handuk yang
ia pegang dan buru-buru memakai seragam yang ia sudah siapkan semalam, untung ia
tidak lupa menyiapkan tadi malam kalo saja ia lupa bakal memakan waktu lama untuk
menyiapkannya sekarang. Sesudah itu ia menyiapkan tas dan sepatu dan langsung
menuju bawah untuk sarapan.

“Sarapan gak ya?” batin Fara dengan melangkah menuju dapur.

“Loh Fara baru mau berangkat ya? Tanya mamanya yang berada di dapur sedang
masak.

“Iya maa, mama sih ga bangunin Fara jadinya kesiangan kan”.balas Fara dengan
singkat.

“Yasudah sarapan dulu sini ada roti goreng”. Ujar mamanya dengan menyodorkan
roti goreng kepada Fara.

“Iya ma” balas Fara sambil menyaut roti dan memakannya terburu.

“Yauda ma, aku mau berangkat udah mu telat banget ini”. Ucap Fara dengan salim ke
mamanya dan langsung pergi keluar.

Diperjalan Fara mengendarai sepeda motor Vario putih, ia mengendarai


cepat tapi tetap hati-hati. Jarak rumah dan sekolahnya lumyan jauh sekitar 15
menit ditempuh itupun jika tidak macat dan sudah kena lampu merah 2 kali, tiba-
tiba saat perjalanan 10 menit an ia terjebak diantara mobil-mobil yang sedang
mengalami kemacetan entah itu ada kejadian apa di depan sana sehingga
menyebabkan kemacetan yang hanya bisa berjalan pelan.

“Ada apasih ini” gumam Fara dengan sedikit penasaran

“Kalo gini ceritanya bakal makin telat ini, udah jam segini lagi”. Batin Fra sambil
melirik ke jam yang ada di Sepeda vario itu, tentu jika di vario yang 150 cc ada
jamnya yang menunjukkan pukul 07.00, biasanya pukul tersebut udan bel masuk, jika
lebih satu menit saja sudah di suruh kelapangan untuk berdoa sendiri dan di lihat
oleh murid lainnya dari atas. Setelah lama menunggu kemacetan akhirnya ia diujung
dan terlihat ada truk yang ban nya bocor, itulah sebabnya mobil dan kendaraan
lainya terjebak lumayan lama. Fara langsung melaju kencang dikejar waktu.

Sesampainya di parkiran masjid yang biasa ia parkir, langsung meletakkan


helm dan masih sempatnya ia ngaca di spion sampai diteriakin oleh orang yang jaga
parkiran karna masi sempatnya santai padahal aslinya udah telat banget dan jam
menunjukkan pukul 07.15. Ia bergegas menuju sekolah dan terlihat jalan sangat
ramai krena banyak anak sekolah smp sedang berbondong menuju ke sekolahnya
masing-masing, ada kendaraan yang sedang mengantarkan anak sekolah juga
sehingga membuatku harus hati-hati meskipun berlari.

Ketika sesampainya di sekolah aku langsung menuju loby dan yah ternyata aku
sangat telat, tak lupa juga aku bersalaman kepada ibu guru yang semenjak tadi pagi
berada di loby untuk menyambut murid yang datang. Langsung diarahkan untuk
berdoa di tengah lapangan, wah betapa sangat malu aku baru kali ini terlambat dan
harus merasakan berdoa dengan ditonton oleh murid lain, tapi gapapa ini sudah
konsekuensi bagi siswa-siswi yang terlambat. Setelah berdoa aku pun bergegas ke
kelas dengan menahan malu karena terlambat 15 menit, hari ini jam pertama adalah
pelajaran matematika wajib yaa gurunya tidak terlalu killer akhirnya dengan
perlahan aku memasuki dan terlihat semua mata menjuru kearahku, raut mukaku
langsung berubah tadinya santai sekarang menahan senyum ya karena malu hehe...
sahabatku Cila menertawakan ku karena pertama kali telat masuk dan semenjak saat
itu aku tidak mau terlambat lagi biar tidak malu hehe.

Anda mungkin juga menyukai