Anda di halaman 1dari 4

Patofisiologi terjadinya RBBB

RBBB sebagai bentuk gangguan konduksi pada struktur right bundle akan menyebabkan
keterlambatan aktivitas konduksi pada ventrikel kanan tetapi aktivitas konduksi pada
ventrikel kiri dan septal masih normal.
Gangguan konduksi pada RBBB ditandai dengan terjadinya pemanjangan durasi dari QRS
kompleks hingga 0,12 detik atau lebih.
Pada sistim konduksi yang normal, depolarisasi ventrikel terdiri dari dua fase utama yaitu:
 Fase pertama: berlangsung lebih singkat (kurang dari 0,04 detik) dengan amplitudo
yang kecil. Hal ini terjadi ketika septum inter ventrikel mengalami depolarisasi.
Bagian septum yang pertamakali teraktivasi adalah bahagian kiri (melalui cabang
dari bundle of His kiri), kemudian depolarisasi menyebar dari ventrikel kiri ke
ventrikel kanan melalui septum inter ventrikular. Fase pertama dari depolarisasi
ventrikel ini ditandai oleh anak panah yang melewati inter ventrikular septum ke
ventrikel kanan (Gambar 2.1)

 Fase kedua: menggambarkan aktivasi simultan kedua ventrikel, yaitu ventrikel kiri
dan ventrikel kanan, dimulai dari bagian endokardium hingga ke epikardium
miokard. Pada jantung normal, ventrikel kiri memiliki peranan yang utama dalam
sistem konduksi jantung, dengan kata lain terjadi ketimpangan sistem konduksi
antara ventrikel kiri dan kanan, sehingga fase kedua dari depolarisasi ventrikel ini
ditandai oleh anak panah yang menuju ventrikel kiri (Gambar 2.1)

Gambar 2.1 Fase –fase depolarisasi ventrikel yang normal (Goldberger, 1998)

Ketika terjadi RBBB, maka aktivitas depolarisasi ventrikel berlangsung melalui 3 fase yaitu:
 Fase pertama: aktivitas depolarisasi masih normal, yaitu dimulai dari sisi kiri septum
melalui left bundle. Itulah sebabnya pada EKG masih tetap terlihat gelombang r kecil
di V1 dan gelombang q kecil di V6 (sering disebut q-septal) (Gambar 2.2).
 Fase kedua: terjadi depolarisasi simultan pada left bundle dan right bundle. Pada
RBBB fase ini tidak mengalami gangguan yang nyata oleh karena sistem konduksi
jantung dominan pada ventrikel kiri, yang ditunjukkan pada EKG berupa gelombang S
yang dalam di lead prekordial kanan dan gelombang R yang tinggi di lead prekordial
kiri. Perubahan QRS kompleks yang dihasilkan oleh RBBB merupakan hasil dari
perpanjangan waktu yang dibutuhkan untuk aktivasi ventrikel kanan. Hal berarti
bahwa setelah ventrikel kiri terdepolarisasi penuh, barulah selanjutnya ventrikel kanan
mengalami depolarisasi (Gambar 2.2).

 Fase ketiga: terjadi perlambatan depolarisasi ventrikel kanan. Pada fase ini electrical
voltage diarahkan ke ventrikel kanan, yang merefleksikan keterlambatan depolarisasi
dan perlambatan penyebaran gelombang depolarisasi keluar ke ventrikel kanan
(Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Fase –fase depolarisasi ventrikel pada RBBB (Goldberger, 1998)

Elektrokardiografi dalam Mendiagnosis RBBB


Berdasarkan patofisologi terjadinya RBBB seperti yang sudah dijelaskan diatas, maka
kriteria suatu RBBB di EKG adalah adanya gambaran klasik komplek QRS yang
berbentuk “rabbit ears” atau M-shape dengan pola RSR (Gambar 2.3).
Gambar 2.3. Bentuk Klasik Rabbit Ears pada RBBB pada EKG dengan gambaran
kompleks RSR’.

Konsensus WHO pada tahun 1985 telah membakukan kriteria EKG untuk RBBB sebagai
berikut:
A. RBBB komplit:
 Pemanjangan durasi QRS kompleks ≥ 0,12 detik
 Dijumpai pola rsr’, atau rSR’ pada lead V1 atau V2. Gelombang R’ biasanya
lebih besar dari gelombang R awal.
 Pada lead V6 dan lead I dijumpai kompleks QRS dengan gelombang S yang
melebar (durasi gelombang S lebih lebar dibandingkan dengan durasi
gelombang R)
 Puncak gelombang R harus > 0,05 detik pada lead V1 dan kembali normal pada
lead V5 dan V6.
Dikatakan RBBB komplit jika ditemukan minimal 3 kriteria tersebut diatas.

B. RBBB inkomplit:
Penegakan diagnosa RBBB inkomplit didasarkan kriteria yang sama pada RBBB
komplit yang berbeda hanya durasi QRS kompleks yang < 0,12 detik.
C. RBBB dengan LAFB:
Penegakan diagnosa RBBB dengan LAFB bila dijumpai RBBB dengan axis LAD
disertai dengan gelombang Q patologis.
D. RBBB dengan LAPB:
Penegakan diagnosa RBBB dengan LAPB bila dijumpai RBBB dengan axis RAD
tanpa dijumpai infark pada dinding lateral , hipertrofi ventrikel kanan dan riwayat
penyakit paru kronis.

Etiologi dan Klasifikasi RBBB


RBBB dapat disebabkan oleh banyak faktor. Pada populasi tertentu RBBB dijumpai pada
orang yang normal, sementara pada populasi yang lain RBBB dihubungkan dengan
kelainan organik jantung. RBBB juga dapat terjadi pada kondisi kondisi yang berefek pada
jantung kanan seperti ASD dengan left- to- right shunt, penyakit paru kronis dengan
hipertensi pulmonal, pada kasus-kasus valvular seperti stenosis pulmonal, proses
degeneratif pada sistem konduksi (pasien-pasien usia tua) dan pada penyakit jantung
koroner (Goldberger, 2006).
RBBB dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu kemunculan nya menjadi dua tipe yaitu:

RBBB yang baru


Pengertian RBBB yang baru adalah bila RBBB dijumpai setelah pasien masuk ke rumah
sakit atau dijumpai pada saat masuk ke rumah sakit tanpa dijumpainya RBBB pada EKG
enam bulan sebelumnya. RBBB yang baru selanjutnya dibagi menjadi dua grup
berdasarkan durasi dari RBBB yaitu : transient RBBB, dimana RBBB tidak dijumpai lagi
selama perawatan di rumah sakit atau new permanent RBBB dimana RBBB dijumpai pada
saat pasien meninggal atau pulang.

RBBB yang lama


Pengertian RBBB yang lama adalah bila RBBB dijumpai pada saat pasien masuk ke
rumah sakit dengan bukti EKG RBBB sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai