Anda di halaman 1dari 9

Nama : Gusti Nurfajriah

NIM : 06101181823017
Kelas : Indralaya

PERTEMUAN 4
“HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA”

A. Pengertian Hukum 1 Termodinamika


Hukum ini berbunyi: “Kalor dan kerja mekanik adalah bisa saling tukar”. Sesuai dengan
hukum ini, maka sejumlah kerja mekanik dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kalor,
dan sebaliknya.
Hukum ini bisa juga dinyatakan sebagai: “Energi tidak bisa dibuat atau dimusnahkan,
namun bisa dirubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya”. Sesuai dengan hukum ini, energi
yang diberikan oleh kalor mesti sama dengan kerja eksternal yang dilakukan ditambah
dengan perolehan energi dalam karena kenaikan temperatur.
Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang
mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang
diberikan kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami
perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam
termodinamika atau disebut Hukum I Termodinamika. Untuk suatu proses dengan keadaan
akhir (2) dan keadaan awal (1)

∆U = U2 – U1

Secara matematis, Hukum I Termodinamika dituliskan sebagai

Q = W + ∆U

Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi dalam. Tapi


rumus itu berlaku jika sistem menyerap kalor Q dari lingkungannya dan melakukan kerja W
pada lingkungannya.
Gambar 1. Sistem pada Termodinamika

Hukum I Termodinamika menyatakan hubungan antara energi dalam (U), perpindahan


panas (Q), dan kerja (W)

Jika dalam sistem mengalami proses perubahan yang sangat kecil, maka

B. Hukum 1 Termodinamika dalam Proses Termodinamika


1. Proses Isotermal
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahan-
perubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu
konstan, proses ini dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu konstan,
tidak terjadi perubahan energi dalam (∆U = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika
kalor yang diberikan sama dengan usaha yang dilakukan sistem (Q = W).

Dari persamaan umum gas :


PV = Nrt
Karena suhu konstan, maka usaha yang dilakukan oleh gas adalah :
dW = P.dV
n.R.T
dW = dV
V
Vf
1
W= nRT∫ dV
Vi
V

Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik p – V di bawah ini. Usaha yang
dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan sebagai

Dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.

Gambar 2. Grafik Proses Isotermal


Proses Isotermal juga ada yang irreversible, rumusnya adalah :

Jika irreversible, maka tekanan ekspansinya konstan, sehingga :


2. Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas
dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆V
=  0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan
perubahan energi dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada
volume konstan QV.

W = P dV = P.0 = 0

Gambar 3. Grafik Proses Isokhorik

3. Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan,
gas dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas
melakukan usaha (W = p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada
tekanan konstan Qp. Berdasarkan hukum I termodinamika, pada proses isobarik berlaku.

Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai


W = P dV = nR dT
Gambar 4. Grafik Proses Isobarik

4. Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses termodinamika dimana kerja yang dilakukan oleh
gas adalah murni berasal dari perubahan energi internalnya. Tidak ada energi yang masuk
maupun yang keluar (Q) selama proses itu berjalan. (Hukum Termodinamika I
menyatakan : Perubahan energi internal gas (dU) adalah banyaknya energi kalor yang
disuplai (Q) dikurangi kerja yang dilakukan oleh gas (P.dV). Kondisi proses adiabatik
adalah :

dU = Q - P.dV = - P dV
P Vƴ = K (konstan)

Gambar 5. Grafik Proses Adiabatik

C. Kapasitas Kalor pada Gas Ideal


Kapasitas kalor merupakan kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu sistem
sebesar satu derajat. Apabila tidak ada perubahan fasa, panas yang diberikan kepada sistem
akan mengakibatkan kenaikan temperatur. Ada 2 jenis kapasitas kalor, yaitu ada kapasitas
kalor saat volume tetap (CV) dan kapasitas kalor saat tekanan tetap (CP). Sedangkan rumus
kapasitas kalor itu sendiri adalah :
ΔQ = C . ΔT  C = dQ/dT
Dimana C adalah kapasitas panas zat yang secara kuantitatif didefinisikan sebagai
besarnya energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu zat sebesar 1 oC. Dengan
demikian kapasitas panas C memiliki satuan J/kal atau J/K. Sedangkan ΔT tidak lain adalah
menyatakan selisih suhu pada keadaan sebelum dan sesudah diberi energi panas Q.
 Kapasitas Kalor pada Volume Tetap


 dQv = Cv dT
 dQv = n Cv dT

Kapasitas panas pada kalor tetap juga memiliki perbedaan rumus, tergantung pada gas
idealnya itu sendiri. Apakah monoatomik, diatomik, atau polyatomic.

Saat monoatomik Cv = 3/2R


Saat diatomik Cv = 5/2R
Saat polyatomic Cv = 5/2R
 Kapasitas Kalor pada Tekanan Tetap

dQp = CP dT
dQp = n CP dT
Sedangkan untuk rasio kapasitas kalor adalah

1. Proses Isotermal
Kalor yang dihasilkan pada proses isotermal yaitu :
Vf
ΔU =Q−W → Q=ΔU +W =nCV ΔT +nRT ln
Vi
Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

ΔU =nC V ΔT

2. Proses Isokhorik
Kalor yang dihasilkan pada proses isokhorik yaitu :
Q=nC V ΔT=nCV (T f −T i )
Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

ΔU =Q−W → ΔU =nC V ΔT
3. Proses Isobarik
Kalor yang dihasilkan pada proses isobarik yaitu :

Q=nC P ΔT =nC P (T f −T i )
Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

ΔU =Q−W → ΔU =nC P ΔT− pΔV


pV =nRT → pΔV =nR ΔT
C P =C V +R → ΔU =nC P ΔT−nR ΔT=nC V ΔT
4. Proses Adiabatik
Pada proses adiabatik, tidak ada perubahan kalor yang terjadi karena kalor yang
diterima dan dikeluarkan sama besarnya, sehingga Q = 0 . Maka kerja yang dihasilkan
proses adiabatik pada gas ideal yaitu :
Adiabatik : pV γ =kons tan
C
p= γ =CV γ pV γ =C → p i V iγ = p f V γf
V
V
f
V
f W=C
W=∫ pdV =∫ CV −γ dV
Vi Vi

1 V
W=C V −γ +1|V fi
−γ +1
C
V −γ +1
−V −γ +1
=
1−γ
( f i )

C −γ+1 −γ+1
W= ( V −V i )
1−γ f
pV γ =C → p i V iγ = p f V γf
1 γ −γ+1 1
W= ( p f V γf V −γ
f
+1
− p i i Vi
V )=1−γ ( p f V f − pi V i )
1−γ
Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :
1
Q=0 ΔU =Q−W → ΔU =−W = (p V −p V )
γ−1 f f i i
D. Entalpi (H)
Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi internal dari
suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan untuk melakukan kerja. Entalpi
juga merupakan transfer panas antara sistem dan lingkungan yang ditransfer dalam kondisi
tekanan konstan (isobarik). Secara matematis, entalpi dapat dirumuskan sebagai berikut:

H = U + PV
di mana:

H = entalpi sistem (joule)


U = energi internal (joule)
P = tekanan dari sistem (Pa)
V = volume sistem (m2)

PV hanya targantung kedaan awal dan akhir sistem. Besarnya perubahan entalpi dari sistem :
H = H2 –H1
= (U2+P2V2) – (U1+P1V1)
= (U2-U1) + (P2V2-P1V1)
pada tekanan (P) tetap :
H =  U + P(V2-V1)
H =U+PV
Q = U + P V , maka
H = Q
dH = dQ

 Entalpi dan Kalor


Entalpi sebagai fungsi T dan p; H= f(T,P)
∂H ∂H
dH= ( ) ( ) dP
∂T P
dT +
∂P T
∂H
dU =C dT + (
∂P )
P dP
T
Pada tekanan tetap :
dH = C P dT
dH = C P dT
or
ΔH =C P ΔT

Pada volume tetap :

dU = C V dT
dU =C V dT
or
ΔU =C V ΔT

Referensi
https://www.slideshare.net/BughisBerkata/hukum-i-termodinamika
https://www.academia.edu/8470106/Makalah_Hukum_1_Termodinamika
https://id.scribd.com/doc/311989729/Makalah-Hukum-1-Termodinamika

Anda mungkin juga menyukai