Anda di halaman 1dari 17

PENULISAN MAKALAH DISKUSI

A. Pengertian Makalah Diskusi

Pengertian makalah menurut Departemen Pendidikan Nasional, (2001:700)


bahwa makalah adalah tulisan resmi tentang suatu pokok yang dimaksudkan
untuk dibacakan di muka umum dalam suatu persidangan dan yang sering
disusun untuk diterbitkan; karya tulis mahasiswa sebagai laporan hasil
pelaksanaan tugas perkuliahan di perguruan tinggi. Sedangkan diskusi adalah
pertemuan untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah (Departemen
Pendidikan Nasional, (2001:269). Diskusi adalah cara bertukar pikiran untuk
memecahkan masalah yang bersifat ilmiah (Djuharmie, E. 2006:19). Penulisan
makalah diskusi merupakan kegiatan yang sangat rutin dalam kehidupan
akademik. Diskusi tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak disertai
dengan makalah. Oleh karena itu, menjadi sebuah keniscayaan bagi insan
akademis untuk menguasai sistematika dan tata laksana penulisan makalah.
Apapun tata pelaksanaan diskusi sebagai berikut :
1. Beberapa orang bertukar pikiran tentang masalah khusus.
2. Tiap peserta menyumbangkan dan mempertimbangkan pendapat
yang diajukan ke dalam diskusi.
3. Pikiran, keterangan atau pendapat yang diajukan dinilai bersama-
sama.
4. Masalah yang didiskusikan harus dirumuskan sebaik-baiknya
sehingga terbatas pada suatu masalah.
5. Jawaban yang dicari dalam diskusi tidaklah berupa ya atau tidak
tapi harus bersifat penjelasan dan sumbangan saran yang sifatnya
saling mengisi dan melengkapi (Djauharmie, E. 2006:19).
Pola dasar makalah adalah adanya masalah, bahasan, dan pemecahan.
Masalah merupakan ruhnya makalah sebab masalah akan mengarahkan kerangka
dan pengembangan pikiran. Cakrawala keilmuan penulis makalah akan tampak
pada saat penulis membahas permasalahan dengan menggunakan sudut
pandang, disiplin ilmu, dan kemampuan mengorganisasikannya pada bahasan.
Pemecahan masalah pun merupakan jawaban atas masalah yang dirumuskan
dengan menggunakan khazanah keilmuan dengan sistematika berpikir tertentu.

B. Sistematika Makalah Diskusi


Dalam sistematika makalah tidak ada patokan buku. Pada beberapa
contoh makalah diskusi, ditemukan keragaman bentuk dan sistematika. Penulis
makalah diskusi dapat berkreasi dan menyusun berdasarkan sistematika tertentu
tanpa menghilangkan tiga unsur pokok tadi, yaitu masalah, bahasan, dan
pemecahan. Berikut ini disajikan salah satu contoh sistematika makalah diskusi.

79
Gambar 9.1
Sistimatika Makalah Diskusi

Judul Kerangka Teknik Penulisan

 Kata pengantar  Ditulis tangan/


 Daftar isi diketik
 Pendahuluan  Minimal 1000 kata
 Memilih Judul
 Permasalahan  Nama penyusun &
 Ditulis dengan
 Pembahasan NIM
huruf kapital
 Ketentuan khusus
 Penutup
lembaga/ intansi
 Daftar pustaka

1. Judul Makalah
1) Memilih salah satu judul yang disediakan
2) Ditulis dengan huruf kapital dan disusun secara sistematis
3) Contoh Judul (Wahyu Hoerudin, Cecep dan Sadiah, Dewi, 2014:123-
127)

“TRANSFORMASI HUKUM PEMERINTAHAN DI ERA OTONOMI


DAERAH”

a. Kerangka Makalah
1) Kata pengantar (tanpa nomor Bab) berisi uraian singkat tentang
a) Alasan, maksud, dan tujuan penulisan makalah
b) Tanggal penulisan, tanda tangan, dan nama ketua tim (apabila
dikerjakan secara kelompok).
2) Daftar isi (tanpa nomor Bab) memuat secara urut tentang:
a) Pokok-pokok isi masalah. Mulai dari kata pengantar sampai dengan
daftar pustaka.
b) Disusun secara kronolis.
3) Pendahuluan: (diberi nomor Bab I) menurut hal-hal berikut:

80
a) Batasan pengertian istilah
Berikan batasan pengertian yang ada pada judul, misalnya pengertian
tentang transformasi hukum, hukum Islam, sistem hukum Islam.
Kemudian berikan penjelasan apa yang dimaksud dengan judul
tersebut.
b) Arti pentingnya judul/ topik
Paparkan apa arti pentingnya persoalan pada judul/ topik sehingga hal
itu menjadi bahan pembahasan.
c) Sudut pandang pendekatan.
Kemukakan dari sudut pandang apa permasalahan itu didekati.
Misalnya dari sudut pendekatan historis, sosiologis, yuridis, dan
sebagainya.
4) Permasalahan: (diberi nomor Bab II) memuat uraian tentang:
a) Latar belakang masalah
Utarakan keadaan atau suasana sekitar masalah tersebut. Misalnya,
utarakan tentang keberadaan hukum islam sebagai hukum yang mutlak
untuk kehidupan manusia karena berasal dari hukum illahiah yang
hakiki. Kemudian, bahas seluk beluk hukum nasional yang melandasi
kehidupan berbangsa dan bernegara dan berlaku bagi semua
masyarakat Indonesia. Kedua konsep tersebut dapat dikorelasikan
dengan mengemukakan pentingnya kedua hukum tersebut
disinergikan. Selanjutnya, utarakan juga maksud dan tujuan
transformasi hukum tersebut.
b) Perumusan masalah
Rumusan secara singkat dan jelas masalah pokok yang akan dibahas
dan diusahakan pemecahannya. Misalnya: Bagaimana
mentransformasikan hukum-hukum Islam ke dalam sistem hukum
nasional ?
c) Faktor pendukung
Memuat hal-hal yang dapat memperlancar usaha pemecahan masalah,
misalnya: peraturan pemerintah, hukum-hukum di Indonesia,
penjelasan hukum Islam, dan sebagainya.
d) Faktor penghambat
Memuat hal-hal yang dapat menghambat usaha pemecahan masalah.
Misalnya sikap para praktisi hukum yang kurang responsive terhadap
hukum Islam, dan sebagainya.
5) Pembahasan: (diberi nomor Bab III) memuat uraian tentang:
a) Masalah: yang dihadapi dan diusahakan cara pemecahannya. Hal ini
merupakan uraian dari pokok masalah yang dipaparkan dalam
perumusan masalah tersebut di atas.

81
b) Cara pemecahan masalah: yaitu bagaimana konsepsi pemakalah yang
diajukan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Apabila ada
faktor penghambat usahakan untuk mengatasinya.
6) Penutup (diberi nomor Bab IV) memuat uraian tentang:
a) Kesimpulan yang ditarik dari hasil pemaparan yang dibentangkan pada
bab-bab sebelumnya. Kesimpulan hendaknya dirumuskan secara
singkat dan padat.
b) Saran-saran apa yang akan diajukan sehubungan dengan upaya
pemecahan masalah tersebut. Saran-saran hendaknya ditulis secara
singkat dan padat
7) Daftar pustaka (tanpa nomor Bab) memuat daftar buku/ majalah/ surat
kabar/ jurnal/ karya tulis yang dijadikan sumber penulisan makalah
tersebut. Penulisan daftar pustaka dengan sistematika berikut ini:
a) Nama penulis disusun alfabetis. Nama penulis diambil dari nama
sebutan yang terakhir. Misalnya: Muhammad Dzian ditulis menjadi
Dzian, Muhammad.
b) Judul buku/ judul artikel/ judul karya tulis, ditulis memakai huruf
kapital untuk setiap awal kata dan dimiringkan atau digarisbawahi.
c) Jilid/edisi yang keberapa, apabila ada atau apabila buku atau artikel
terdiri atas beberapa jilid atau edisi.
d) Cetakan keberapa apabila ada.
e) Kota penerbitan, nama penerbit, dan tahun penerbit (jika ada).

C. Teknik Penulisan
1. Makalah ditulis dengan tulisan tangan atau diketik tebal makalah
menurut kebutuhan minimal 1000 kata, dikerjakan di luar perkuliahan.
2. Di bawah judul makalah harap disebutkan nama-nama tim penyusun
beserta NIM masing-masing.
3. Ketentuan-ketentuan khusus biasanya berdasarkan pedoman atau
panduan penulisan karya ilmiah masing-masing perguruan tinggi.

D. Menentukan Masalah
Masalah merupakan hal pokok yang dapat dirumuskan terlebih dahulu
dalam makalah. Makalah akan sangat menentukan kualitas dan ruang lingkup
pembahasan. Menurut Wahyu Hoerudin, Cecep (2007:115-121) bahwa masalah
dalam makalah diskusi dapat diperoleh melalui (1) kontemplasi, (2) pengalaman,
(3) observasi, (4) penelitian, (5) diskusi dan seminar, (6) membaca.
Dalam memilih masalah, perlu perhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Memiliki kemanfaatan yang praktis dan teoritis serta layak untuk dibahas;
2. Hendaknya menarik dan sesuai minak penulis;
3. Harus dikuasai, tidak terlalu asing dan terlalu baru;
82
4. Tersedia bahan atau sumber (literatur);
5. Berda sekitar penulis;
6. Tidak terlalu umum;
7. Memiliki data yang objektif, diketahui prinsip ilmiahnya (Wahyu
Hoerudin, Cecep dkk. 2015:137-138).

Berdasarkan beberapa pedoman di atas, kita dapat bertanya pada diri


sendiri sebagai berikut :
a. Apakah topik masalah itu bermanfaat?
b. Apakah topik tersebut menarik minat saudara? mengapa menarik?
c. Apakah saudara menguasainya? (pernah membaca buku atau penelitian
yang berkaitan dengan topik tersebut)
d. Apakah tersedia literaratur di sekitar saudara?
e. Apakah datanya cukup objektif atau hanya sebuah issue?
f. Apakah topik tidak terlalu umu? Buatlah Jaringan Dengan cara menguji
apakah topik masih dapat dirinci?
Untuk menemukan sebuah masalah sebagai bahan makalah, ada
beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan yang sebagai acuan sebagai
berikut :
a. Apa yang sedang terjadi?
b. Apakah ini menimbulkan masalah? Masalah apa?
c. Apa yang dapat saya lakukan untuk memcahkan masalah itu?
Di samping itu, pedoman berikut dapat pula dijadikan pegangan
dalam memilih topik makalah sebagai berikut :
a. Saya ingin memperbaiki pembelajaran saya dalam aspek......
b. Siswa saya mengeluh tentang..........
c. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengubah situasi ?
d. Sayat merasa bingung dengan..? Bagaimana mengatasinya ?
e. .......merupakan sumber gangguan, Apa yang dapat saya ubah ?
f. Saya mempunyai sebuah gagasan yang ingin saya coba di kelas......
g. Bagaimana pengalaman tentang.....,jika diaplikasaikan pada.....?

E. Contoh Makalah Diskusi


Oleh : Dewi Sadiah 2014: 273-282 yaitu :

“Guidance & Counseling: Update Theory-Practice”


Guidance & Counseling dalam Membentuk Kepribadian Sehat
Oleh : Dewi Sadiah

83
A. PENDAHULUAN
Fenomena yang sekarang lagi booming di negeri Indonesia adalah adanya
krisis moral baik etika maupun akhlak yang sudah menjadi patologi sosial di
lingkungan masyarakat. Untuk lebih mengapresiasi gejala-gejala tersebut
diperlukan suatu solusi dalam membentuk insan sehat. Berdasarkan pendapat
ahli jiwa, bahwa yang mengendalikan tindakan seseorang adalah kepribadiannya.
Kepribadian terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang telah dialaluinya,
bahkan sejak dari kandungan pun telah menerima berbagai pengaruh terhadap
kelakuan dan kesehatan mental. Oleh sebab itu, perlu adanya bimbingan dan
konseling, serta penanaman nilai-nilai agama Islam dan pembiasaan-pembiasaan
yang baik sejak lahir.
Kata bimbingan dan konseling merupakan pengalihan bahasa dari istilah
Inggris “guidance” and “counseling”.  Sedangkan bimbingan adalah petunjuk
(penjelasan) cara mengerjakan sesuatu ; tuntutan; (Departemen Pendidikan
Nasional, 2001: 152), dan konseling adalah pemberian bimbingan oleh yang ahli
kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis dsb; pengarahan
(Departemen Pendiidkan Nasional, 2001:588). Kaitannya dengan pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan :
proses, cara, perbuatan mendidik (Departemen Pendidikan Nasional, 2000:263).
Maka bimbingan & konseling dalam membentuk kepribadian sehat melibatkan
berbagai aspek di antaranya, pendidikan dan agama Islam. Agama adalah ajaran,
sistem yang mengatur tata keimanan (credo) dan peribadatan (ritus) kepada Tuhan
Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia
dan manusia serta lingkungannya (Departemen Pendidikan Nasional, 2001:12).
Sedangkan Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw.
berpedoman pada kitab suci Al-Quran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu
Allah Swt.
Maka Islam merupakan sumber utama dalam membentuk pribadi seorang
muslim yang berakhlak al-karimah dengan berlandaskan Al-Quran dan
As-Sunnah, sehingga bisa mengarahkan dan  membimbing manusia ke jalan yang
diridhai-Nya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw : “Sesungguhnya aku diutus
(ke dunia) untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Hal tersebut di atas, dimaksudkan agar dapat membentuk kepribadian
manusia yang berakhlak al-karimah, memiliki kepribadian sehat yang sesuai
dengan ajaran Islam. Kondisi kepribadian sehat menurut Hurlock (1974:423) has
defined :
People with healthy personalities are those who are judged to be well adjusted.
They are so judged because they are able to function efficiently in the word of
people. They experience a kind of “inner harmony” in the sense that they are at
peace with other as well as with themselves.
84
Orang yang mempunyai kepribadian sehat adalah orang yang
dianggap/dinilai mampu sebagai seseorang yang dapat menyesuaikan diri dengan
baik. Mereka dinilai demikian, karena mereka dapat berfungsi dan bekerja secara
efektif di dunia masyarakat. Mereka mempunyai pengalaman seperti : inner
harmony (keharmonisan dari dalam) di mana mereka berada dalam keadaan
damai dengan orang lain, begitu juga damai dari dalam diri mereka sendiri.
Uraian di atas, bahwa manusia diharapkan dapat saling memberikan
bimbingan sesuai dengan kapasitasnya, sekaligus memberikan konseling agar
tetap sabar, tawakal, istiqomah, jujur, syukur, dan ikhtiar dalam menghadapi
berbagai tantangan yang tidak diharapkan. Dengan pendekatan Islami, maka
pelaksanaan konseling akan mengarahkan klien ke arah kebenaran dan juga dapat
membimbing dan mengarahkan hati, akal pikiran, dan nafsu manusia menuju
peribadi sehat yang berakhlak al- karimah yang telah terkristalisasi oleh nilai-nilai
ajaran Islam.
Dari hasil pengamatan tampaknya fenomena ini lebih jauh dikuatkan oleh
adanya kenyataan-kenyataan yang sering muncul dalam tindakan klien yang
bertolak belakang dengan nilai-nilai keagamaan yang dididikkan/dibimbingkan
seperti timbulnya pergeseran nilai bagi klien menimbulkan persoalan tersendiri
yang mengakibatkan munculnya gejala-gejala negatif berupa merebaknya
dekadensi moral (kepribadian menyimpang) dewasa ini di kalangan remaja,
seperti: minuman keras, free sex atau pergaulan bebas, tawuran antara pelajar,
penyalahgunaan narkoba, bahasa yang kasar tidak beretika, dan hilangnya rasa
malu di kalangan masyarakat timur dengan semua bentuk dan jenisnya sampai
tindakan aborsi. Contoh, berdasarkan hasil penelitian BKKBN Provinsi Jawa Barat
pada tahun 2002 (Pikiran Rakyat 15 Juli 2007) bahwa sebanyak 40 % dari 2.800
orang responden, yaitu siswa SMA di Jawa Barat pernah melakukan hubungan
seksual di luar nikah. Dan berita aktual di media, dengan sebutan ES asal dari
Paneglang Banten sudah gelap mata menceburkan bayinya ke sungai dengan
alasan hasil investigasi bahwa anaknya sering sakit-sakitan dan kerap menangis
setiap malam, di Menado ibunya membunuh bayi kembar tewas di bak cucian.
Menurut ahli psikolog mereka itu putus asa (stress dan depresi), mungkin kawin di
luar nikah, dan mempunyai kelainan jiwa. Sedangkan di Amerika 15 Desember
2012 lebih tragis terjadinya penembakan yang dilakukan oleh Adam K. terhadap
ibunya sendiri dan 26 anak lainnya tewas, dan dia mengakhiri hidupnya dengan
pistol menembak dirinya sendiri. Apabila kenyataan seperti ini terus dibiarkan,
maka dikhawatirkan menimbulkan masalah yang lebih fundamental, rusak
akhlak kepribadian dan moralnya yang mengakibatkan kehancuran generasi
bangsa di masa depan (lost generation).
Kenyataan tersebut di atas, bisa merusak komitmen beragama klien dalam
membimbing berkepribadian sehat bukan saja di sekolah, melainkan di
masyarakat Indonesia pada umumnya. Oleh karenanya, guna menghindari
85
rusaknya akhlak dan moral bangsa, maka diperlukan guidance & counseling dalam
membentuk kepribadian sehat, yang dapat mengendalikan dirinya agar tidak
terjerumus pada perilaku yang menyimpang dari ajaran agama Islam yang bisa
diimplementasikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat serta berdasarkan pada
beberapa alasan sebagai berikut :
Pertama, peranan guidance & counseling dalam membentuk kepribadian
sehat, sangat mendasar karena menekankan kepada perwujudan sikap, perilaku,
akhlak mulia, beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Peran ini sangat urgen
karena perkembangan sosial budaya masyarakat yang semakin maju, dan
seringkali kemajuan itu melahirkan dampak tertentu berupa; kegagalan
pendidikan/bimbingan dalam mencapai tujuannya bukan disebabkan materi ajar
yang diberikan tetapi cara mengajarnya/membimbingnya. Hal ini, diduga menjadi
penyebab atau diakibatkan oleh dampak negatif dari kemajuan teknologi dan
materialisme masyarakat serta derasnya arus informasi global yang melahirkan
benturan nilai-nilai budaya dan agama, antara lain; kurang tegasnya hukum,
beredar dan merebaknya aksi-aksi pornografi dan pornoaksi, serta tayangan
kekerasan di televisi yang cenderung kurang memperhatikan nilai-nilai moral dan
agama.
Kedua, orang tua klien tidak ingin anaknya nakal, oleh karena itu anaknya
dimasukan ke sekolah, dan yang sekarang sedang ngetrend yaitu boarding school
atau sistem pesantren. Menurut Tafsir (2008:10) Kenapa para orang tua itu tidak
ingin anaknya para remaja itu nakal, sekurang-kurangnya ada empat alasan : 1.
Remaja nakal itu kesehatan fisiknya terancam; 2. Remaja nakal itu prestasi
akademiknya akan menurun; 3. Remaja nakal itu mahal; 4. Orang tuanya malu
bila punya anak nakal. Ternyata tidak ada orang tua yang ingin punya anak nakal,
karena malu sekalipun orang tuanya nakal. Kenakalan anak remaja yang
berbentuk tawuran, menurut Hawari (1999:77) bahwa : Tawuran, penyalahgunaan
obat terlarang, dan tindakan kriminal di kalangan remaja, disebabkan tidak
adanya komunikasi yang lebih baik antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sehingga nilai-nilai keagamaan yang diajarkan/dibimbingkan di sekolah sebagai
suatu konsep yang ideal, berhadapan dengan realita di masyarakat yang bertolak
belakang dengan eksistensi pemahaman keberagamaan klien di sekolah. Dalam
keadaan demikian lahirlah sikap-sikap tertentu di kalangan klien yang
mencerminkan kegalauan nilai dan kebingungan orientasi.
Adapun permasalahan yang perlu diperhatikan oleh seorang guidance &
counseling untuk menunjang kesuksesan pendidikan Islam di sekolah, madrasah,
keluarga, dan lembaga pendidikan pada umumnya, yaitu: Bagaimana pendekatan
guidance & counseling untuk mengentaskan berbagai permasalahan yang dihadapi
oleh klien ? Bagaimana metode guidance & counseling yang digunakan untuk
membentuk kepribadian sehat ?

86
B. PEMBAHASAN
A.    Pendekatan guidance & counseling untuk mengentaskan berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh klien
Pendekatan Islami dalam guidance & counseling untuk mengantipasi
problem-problem yang dihadapi peserta didik dapat dikaitkan dengan aspek-
aspek psikologis yang meliputi; pribadi, sikap, perilaku, kecerdasan, perasaan,
kesehatan, keyakinan, dan lainnya yang berkaitan dengan klien dan konselor. Bagi
pribadi muslim merupakan pribadi yang bekerja keras, pantang menyerah,
istiqomah, untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan
percayakan kepadanya, merupakan suatu ibadah. Karena potensi ruhaniah yang
dibawa setiap anak manusia serta menjadi fokus telaahan guidance & counseling
dalam mengarahkan kliennya. Ikrar manusia dihadapkan Allah Swt., telah
membuktikan bahwa setiap orang yang dilahirkan ada dalam keadaan fitrah,
sesuai hadis Nabi saw yang artinya : “Setiap insan yang dilahirkan, lahir dengan
sifat fitrah, orang tuanyalah yang membuatnya menjadi orang Yahudi, Nasrani,
atau Majusi, (Shahih Muslim, tt. :204). Potensi tersebut, menurut istilah Benyamin
S. Bloom meliputi “1. Kognitif, melalui: Pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisa, sintesa, dan evaluasi; 2. Afektif, melalui : Penerimaan, respon, penilaian,
pengorganisasian, dan karakterisasi; 3. Psikomotorik, melalui : Persepsi, kesiapan,
imitasi, peningkatan atau penyempurnaan, dan penciptaan” (B.Bloom, 1974;
Kosasih Djahiri, 1985:13-15). Maka, pada pelaksanaan guidance & counseling,
pribadi muslim berprinsip pada hal-hal sebagaimana yang disampaikan oleh
Nelly Nurmelly (2011) sebagai berikut :
1.      Selalu memiliki prinsip landasan dan prinsip dasar hanya beriman kepada
Allah Swt.
2.      Memiliki prinsip kepercayaan, yakni beriman kepada malaikat.
3.      Memiliki prinsip kepemimpinan, yakni beriman kepada Nabi dan
Rasul-Nya.
4.      Selalu memiliki prinsip pembelajaran, yakni berprinsip pada Al-Quran.
5.      Memiliki prinsip masa depan, yakni beriman kepada hari akhir.
6.      Memiliki prinsip keteraturan, yakni beriman kepada ketentuan Allah.
Jika seorang konselor memegang prinsip tersebut, maka pelaksanaan
guidance & counseling akan mengarah kepada kebenaran, yang selanjutnya dalam
pelaksanaannya perlu memiliki tiga langkah untuk mewujudkan tujuannya,
yaitu: 
Pertama,  memiliki mission statement   yang jelas yaitu dua kalimat
syahadat. Kedua,  memiliki model karakter building sekaligus sebagai simbol
kehidupan yaitu shalat lima waktu. Ketiga,  memiliki kemampuan pengendalian
diri yang dilatih dan disimbolkan dengan puasa. Dengan prinsip tersebut, seorang

87
konselor dapat  menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat
tinggi (akhlak al-karimah).
Dalam menghadapi berbagai problem patologi sosial diarahkan dengan
pendekatan agama Islam, yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia
untuk mewujudkan rasa aman, damai, dan tentram bagi jiwa manusia dalam
menuju kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat yang membawa kepada
peningkatan iman dan takwa kepada Allah Swt.
Dilengkapi oleh pandangan Hurlock (1974:425-433) bahwa orang yang
memiliki karakteristik kepribadian sehat sebagai berikut :
1. Menilai diri secara realistik (realistik self-appraisals); 2. Menilai situasi secara
realistik (realistic appraisal of situation); 3. Menilai prestasi secara realistik (realistic
evaluation of achievements); 4. Menerima kenyataan (acceptance of reality); 5.
Menerima tanggung jawab (acceptance of responsibility); 6. Mandiri (otonomy); 7.
Penerimaan pengontrolan emosi (acceptable emosional control); 8. Berorientasi pada
tujuan (goal orientation); 9. Berorientasi keluar (outer orientation); 10. Dukungan
sosial (social acceptance); 11. Memiliki filsafat hidup yang terarah; dan 12.
Kebahagiaan (happiness).

Adapun kebahagiaan persi di atas, didukung oleh faktor-faktor; 1.


Pencapaian prestasi (achievemen), 2. Penerimaan dari orang lain (acceptance), dan 3.
Perasaan dicintai atau disayangi orang lain (affection). Sebaliknya kepribadian
tidak sehat ditandai dengan karakteristik yaitu :

1.Mudah marah; 2. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan; 3.


Sering merasa tertekan (stress atau depresi); 4. Bersikap kejam atau
senang mengganggu orang lain; 5. Mempunyai kebiasaan berbohong;
6. Hiperaktif; 7. Bersikap senang mengkritik/mencemooh orang lain; 8.
Sulit tidur; 9. Kurang memiliki rasa tanggung jawab; 10. Sering
mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan bersifat
organis); 11. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama;
12. Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan; 13. Kurang
bergairah (bermuram durja) dalam menjalankan kehidupan; 14.
Memusuhi semua bentuk otoritas.
Kelainan tingkah laku di atas, berkembang apabila anak/klien hidup
dalam lingkungan yang tidak kondusif dalam perkembangannya, seperti
lingkungan keluarga yang kurang berfungsi (dysfunctional family) yang ditandai
oleh, hubungan antara anggota keluarga kurang harmonis, kurang
memperhatikan nilai-nilai agama dan orang tuanya bersikap keras atau kurang
memberikan curahan kasih sayang kepada anak. Karena kelainan kepribadian itu
berlangsung pada umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang
baik, maka sebagai usaha pencegahan (preventif), seyogianya pihak keluarga

88
(orang tua), sekolah (guru, warga sekolah, dan pihak yang terkait atau steakholder),
dan pemerintah perlu senantiasa bekerja sama untuk menciptakan iklim
lingkungan yang memfasilitasi atau memberikan kemudahan kepada anak untuk
mengembangkan potensi atau tugas-tugas perkembangannya secara optimal, baik
menyangkut fisik, psikis, sosial, agama, dan moral-spiritual.
Al-Quran dan hadits adalah dua pusaka Rasulullah Saw., yang harus
selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Hal ini, ada
kaitannya antara karakteristik kepribadian sehat dengan seorang guidance &
counseling hendaknya memiliki sifat-sifat tertentu sebagaimana diajarkan oleh
Rasulullah Saw, beliau juga seorang guru atau guidance & counseling yang selalu
mengajar dan membimbing, mengarahkan umatnya dengan berbagai macam hal.
Dalam mengajar, beliau memiliki berbagai sifat mulia sehingga maksud ajarannya
dapat tersampaikan dan diamalkan oleh murid-muridnya, serta beberapa sifat
mulia yang patut diamalkan oleh para guidance & counseling dalam membentuk
kepribadian sehat, sesuai pandangan Antonio ( 2009:187-193) sebagai berikut :
a. Ikhlas; b. Jujur; c. Adil; d. Akhlak Mulia, firman Allah dalam Q.S.
Al-Qalam/68:4 yang artinya : “Dan sesungguhnya kamu benar-banar
berbudi pekerti yang agung”; e. Tawadhu; f. Berani; g. Jiwa Humor yang
Sehat : Seorang nenek-nenek datang kepada Rasulullah Saw dan berkata :
“Ya Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar saya dimasukkan ke dalam
surga”. Rasulullah menjawab: “Wahai nenek, sesungguhnya surga itu
tidak akan dimasuki oleh orang-orang tua.” Nenek itu pergi sambil
menangis. Kemudian Rasulullah Saw bersabda: “Beritahulah kepadanya
bahwa dia tidak akan masuk surga dalam kondisi nenek-nenek” (Katsir,
1398:84); h. Sabar; i. Menjaga Lisan Sabda Rasulullah Saw, “Jagalah
lisanmu kecuali dalam kebaikan” (Al-Asqalani’ & Ibn Hajr, 2005:309); J.
Sinergi dan Musyawarah.

Kondisi kepribadian sehat pandangan Najati (2005:379) mengistilahkan


dengan kepribadian normal menurut Islam, ialah kepribadian yang berimbang
antara jasmani dan ruhani serta memuaskan kebutuhan-kebutuhan, baik untuk
jasmani maupun ruhani. Kepribadian normal adalah memperhatikan tubuh,
kesehatan tubuh, dan kekuatan tubuh serta memuaskan kebutuhan-
kebutuhannya dalam batas-batas yang telah digariskan syariat. Dalam waktu
yang bersamaan, juga berpegang teguh pada keimanan kepada Allah Swt.,
menunaikan peribadahan, menjalankan segala apa yang diridhai-Nya dan
menghindari semua hal yang dapat mengundang murka-Nya. Jadi, pribadi yang
dikendalikan hawa nafsu dan syahwatnya adalah pribadi yang normal atau sehat.
Faktor utama dalam penilaian suatu kepribadian, dalam pandangan Al-Quran,
adalah akidah dan ketakwaan, sesuai dengan firman Allah dalam Q. S.
Al-Hujuraat/49:13 yang artinya: “...Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di
89
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui
dan Mahateliti”.

B.    Metode guidance & counseling yang digunakan untuk membentuk kepribadian


sehat
Adapun yang dimaksud dengan metode guidance & counseling dalam Islam
adalah landasan yang benar, agar dapat berlangsung dengan baik dan
menghasilkan perubahan-perubahan positif bagi klien mengenai cara dan
paradigma berfikir, cara menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara
berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Allah berfirman dalam Al-Quran surat An-Nahl/16:125 yang artinya sebagai
berikut :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Ayat tersebut menjelaskan
beberapa metode dalam pelaksanaan guidance & counseling sebagaimana yang
telah dipaparkan oleh Hamdani Bakran (2002) sebagai berikut :
1.     Al-Hikmah
Sebuah pedoman, penuntun dan pembimbing untuk memberi bantuan
kepada individu yang sangat membutuhkan pertolongan dalam mendidik dan
mengembangkan eksistensi dirinya hingga ia dapat menemukan jati diri dan citra
dirinya serta dapat menyelesaikan atau mengatasi berbagai permasalahan hidup
secara mandiri. Proses aplikasi konseling teori/metode ini semata-mata dapat
dilakukan oleh konselor dengan pertolongan Allah, baik secara langsung maupun
melalui perantara, dimana ia hadir dalam jiwa konselor atas izin-Nya.
2.            Al-Mauidhah Hasanah
Yaitu metode guidance & counseling dengan cara mengambil pelajaran-
pelajaran dari perjalanan kehidupan para Nabi dan Rasul. Bagaimana Allah
membimbing dan mengarahkan cara berfikir, cara berperasaan, cara berperilaku,
serta menanggulangi berbagai problem kehidupan. Bagaimana cara mereka
membangun ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah Swt.
Yang dimaksud dengan “al-mau’izhah al-hasanah” ialah pelajaran yang baik
dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya, yaitu dapat membantu klien untuk
menyelesaikan atau menanggulangi problem yang sedang dihadapinya.
3.    Mujadalah yang baik
Yang dimaksud mujadalah ialah metode guidance & counseling yang terjadi
dimana seorang klien sedang dalam kebimbangan. Metode ini biasa digunakan
ketika seorang klien ingin mencari suatu kebenaran yang dapat menyakinkan
dirinya, yang selama ini ia memiliki problem kesulitan mengambil suatu
keputusan dari dua hal atau lebih; sedangkan ia berasumsi bahwa kedua atau
90
lebih itu lebih baik dan benar untuk dirinya. Adapun prinsip-prinsip dari metode
ini sebagai berikut:
a.  Harus adanya kesabaran yang tinggi dari konselor;
b.  Konselor harus menguasai akar permasalahan dan terapinya dengan baik;
c.  Saling menghormati dan menghargai;
d.  Bukan bertujuan menjatuhkan atau mengalahkan klien, tetapi membimbing
klien dalam mencari kebenaran;
e.   Rasa persaudaraan dan penuh kasih sayang;
f.   Tutur kata dan bahasa yang mudah dipahami dan halus;
g.  Tidak menyinggung perasaan klien;
h. Mengemukakan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan tepat dan jelas;
i. Ketauladanan yang sejati;
j.   Adanya pembiasaan, perhatian, nasihat, reward, dan funisment.
Maksudnya, apa yang konselor lakukan dalam proses konseling benar-
benar telah dipahami, diaplikasikan dan dialami konselor. Karena Allah sangat
murka kepada orang yang tidak mengamalkan apa yang ia nasihatkan kepada
orang lain. Dalam firmanNya: “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu
mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa
kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan” (Qs. Ash-Shaff/61: 2-3).
Sedangkan tujuan dari guidance & counseling yang Islami adalah untuk
meningkatkan dan menumbuhkan kesadaran manusia tentang eksistensinya
sebagai makhluk dan khalifah Allah Swt di muka bumi ini, sehingga setiap
aktivitas dan tingkah lakunya tidak keluar dari tujuan hidupnya, yakni
menyembah atau mengabdi dan mohon pertolongan kepada Allah Swt.
Dikaitkan dengan penulisan karya ilmiah yang nota benenya Jurusan BPI di
Fakultas Dakwah dan Komunikasi melalui wilayah kajian yang meliputi setiap
kegiatan dakwah yaitu irsyad adalah kegiatan pemberian bimbingan; tawjih adalah
konseling/penyuluhan, dan isytisyfa adalah psikoterapi, (Panduan Penyusunan
Skripsi, 2007:15). Perbedaannya secara sederhana dapat dilihat dari tingkat
permasalahan, bimbingan lebih bersifat umum baik ada masalah ataupun tidak,
bersifat informasi, konsultasi biasa, bimbingan karir, bimbingan keagamaan dan
lainnya. Konseling dilakukan kepada klien apabila dianggap telah ada
permasalahan (psikologis) tertentu tetapi masih bersifat ringan, tidak cukup
dengan bimbingan tetapi belum menimbulkan berbagai gejala dan gangguan
psikologis. Sedangkan psikoterapi dilakukan apabila klien dianggap/diduga telah
memiliki berbagai gangguan dan penyakit kejiwaan sehingga tidak cukup dengan
konseling. Adapun dilihat dari sisi jumlah sasaran klien irsyad, tawjih, dan isytisyfa
dapat meliputi nafsiyah, fardiyah, dan fi’ah qalilah.
Bimbingan dapat mengambil bentuk nafsiyah dan fardiyah. Irsyad nafsiah
yaitu apabila seorang konselor membimbing dirinya sendiri. Irsyad/tawjih
fardiyah yaitu apabila seorang konselor membimbing seorang klien baik dalam
91
suasana tatap muka langsung atau melalui media bimbingan/konseling disebut
juga bimbingan/konseling individu. Apabila seorang konselor memberikan
bimbingan/konseling terhadap klien dengan jumlah lebih dari satu orang
terutama dalam bentuk kelompok kecil (maksimal 20 orang), maka kegiatan
tersebut menjadi bimbingan/konseling kelompok kecil fi’ah qalilah. Contohnya;
“model penyuluhan kesehatan berbasis majlis taklim”. Sedangkan Isytisyfa yaitu
segala proses pemberian bantuan terhadap klien yang diduga telah memiliki
berbagai gangguan atau penyakit kejiwaan dan sudah tidak dapat ditangani oleh
konseling, contohnya, “psikoterapi religius khususnya psikoterapi Islam”.
Berbagai metode, model, teknik psikoterapi yang mendasarkan kepada
pendekatan keagamaan Islam baik dikembangkan atas nama pribadi maupun
lembaga. Aspek yang dapat dikaji; “terapi yang dikembangkan dari shalat, puasa,
do’a, wudhu, berbagai metode hikmah, tashawuf, dan thariqat. Berbagai
penanganan patologi sosial, korban bencara, pemulihan kejiwaan, trauma
konseling pasca trauma dengan basis agama terhadap berbagai korban bencana”.
Bentuk penelitian meliputi tiga hal yaitu: Penelitian lapangan, studi tokoh,
penelitian literatur. Penelitian lapangan dilakukan khususnya pada berbagai
lembaga dan instansi baik milik pemerintah maupun swasta, berbagai
perusahaan, lembaga pelayanan kesehatan, dan lainnya. Fokus penelitian meliputi
lima unsur yaitu : Konselor, klien, metode, media, materi dapat juga meneliti
unsur respons, pengaruh, efektivitas, dan aspek lainnya.
Studi tokoh dapat meneliti tokoh yang dianggap memiliki kaitan dengan
konsep, pemikiran, praktik pelayanan terhadap masyarakat yang secara spesifik
terkait dengan irsyad, tawjih, dan isytisyfa. Contoh, “model terapi seorang tokoh
dengan metode hikmah, tashawuf atau tharikat”. Fokus kajiaanya terutama
kepada aspek psikoterapi (terapi spiritual-kejiwaannya) bukan pada terapi fisik
atau herbal/ramuannya.
Adapun literatur tentang konsep dan teori irsyad, tawjih, dan isytisyfa
dengan sumber dari Al-Quran, Al-Hadits, hasil ijtihad, hasil riset, berbagai karya
tulis ilmuwan muslim atau non muslim baik dalam negeri maupun luar negeri.
Dapat juga kajian terhadap berbagai konsep atau metode muktakhir dari berbagai
disiplin ilmu.

C. Kesimpulan
Guidance & counseling dalam membentuk kepribadian sehat ialah
memberikan bimbingan dalam berbagai aktivitas, pengajaran, dan pedoman
kepada klien yang dapat mengembangkan potensi akal pikiran, kejujuran,
kecerdasan, rasa syukur, kejiwaan, istiqomah, keimanan, keyakinannya, dapat
menanggulangi problematika dalam keluarga, sekolah, masyarakat dengan baik
dan benar secara mandiri serta bertanggung jawab berdasarkan Al-Quran dan Al-
Hadis. Dengan menggunakan pendekatan Islami dan metode Al- hikmah, Al-
92
Mauidhah Hasanah, Mujadalah yang baik, dilengkapi dengan pembiasaan,
perhatian, nasihat, reward, dan funisment akan membentuk insan yang memiliki
kepribadian sehat. Untuk mewujudkan dan meningkatkan serta menumbuhkan
kesadaran manusia tentang eksistensinya sebagai makhluk Allah Swt semata,
harus direalisasikan dengan iman, taqwa, menyembah, mohon pertolongan,
petunjuk, dan hidayah kepada Allah Swt.

F. Ringkasan
Penulisan makalah diskusi merupakan kegiatan yang sangat rutin dalam
kehidupan akademik. Pola dasar makalah adalah adanya masalah, bahasan, dan
pemecahan. Masalah merupakan ruhnya makalah sebab masalah akan
mengarahkan kerangka dan pengembangan pikiran. Penulis makalah diskusi
dapat berkreasi dan menyusun berdasarkan sistematika tertentu tanpa
menghilangkan tiga unsur pokok tadi, yaitu masalah, bahasan, dan pemecahan.
Penulis makalah diskusi dapat berkreasi dan menyusun berdasarkan sistematika
tertentu tanpa menghilangkan tiga unsur yaitu : (1) masalah, (b) bahasan, dan (c)
pemecahan. Makalah akan sangat menentukan kualitas dan ruang lingkup
pembahasan. Maka, masalah dapat diperoleh melalui (1) kontemplasi, (2)
pengalaman, (3) observasi, (4) penelitian, (5) diskusi dan seminar, (6) membaca.
Contoh makalah diskusi dengan judul : “Guidance & Counseling: Update Theory-
Practice” Guidance & Counseling dalam Membentuk Kepribadian Sehat Oleh :
Dewi Sadiah

G. Latihan

1. Apakah yang dimaksud dengan makalah diskusi terangkan secara


lengkap ?
Dalam pembelajaran Mata Kuliah Wacana Bahasa Indonesia
pertemuan ke 13, disebutkan bahwa Pengertian makalah menurut
Departemen Pendidikan Nasional, (2001:700) bahwa makalah adalah
tulisan resmi tentang suatu pokok yang dimaksudkan untuk dibacakan di
muka umum dalam suatu persidangan dan yang sering disusun untuk
diterbitkan; karya tulis mahasiswa sebagai laporan hasil pelaksanaan tugas
perkuliahan di perguruan tinggi. Sedangkan diskusi adalah pertemuan
untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah (Departemen Pendidikan
Nasional, (2001:269). Diskusi adalah cara bertukar pikiran untuk
memecahkan masalah yang bersifat ilmiah (Djuharmie, E. 2006:19).
Penulisan makalah diskusi merupakan kegiatan yang sangat rutin dalam
kehidupan akademik. Diskusi tidak akan berjalan dengan lancar apabila
tidak disertai dengan makalah. Oleh karena itu, menjadi sebuah

93
keniscayaan bagi insan akademis untuk menguasai sistematika dan tata
laksana penulisan makalah.

2. Tulislah permasalahan yang aktual atau peristiwa yang terjadi sekarang di


Indonesia kemudian buatlah judul yang akan dijadikan makalah diskusi ?

Persoalan Pro dan Kontra Mengenai TWK KPK : TWK KPK sebagai syarat
alih fungsi status pegawai menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN)

3. Sebutkan tiga unsur dalam menyusun makalah diskusi dan jelaskan


sistimatikanya ?
Penulis makalah diskusi dapat berkreasi dan menyusun berdasarkan
sistematika tertentu tanpa menghilangkan tiga unsur yaitu :
(1) masalah,
(2) bahasan, dan
(4) pemecahan.
4. Bagaimana teknik penulisan dalam makalah diskusi uraikan secara
komprehensif ?
 Makalah ditulis dengan tulisan tangan atau diketik tebal makalah
menurut kebutuhan minimal 1000 kata, dikerjakan di luar
perkuliahan.
 Di bawah judul makalah harap disebutkan nama-nama tim
penyusun beserta NIM masing-masing.
 Ketentuan-ketentuan khusus biasanya berdasarkan pedoman atau
panduan penulisan karya ilmiah masing-masing perguruan tinggi.

5. Bagaimana kualitas dan ruang lingkup pembahasan makalah diskusi


jelaskan ?
Makalah akan sangat menentukan kualitas dan ruang lingkup
pembahasan. Maka, masalah dapat diperoleh melalui
(1) kontemplasi,
(2) pengalaman,
(3) observasi,
(4) penelitian,
(5) diskusi dan seminar,
(6) membaca

94
95

Anda mungkin juga menyukai