Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang
kesehatan serta bertambahnya penduduk dan masyarakat maka perlu adanya
perawat kesehatan mental yang dapat melayani masyarakat dalam hal
pencegahan, pemeliharaan, promosi kesehatan dan pemulihan penyakit yang
bukan saja ditujukan kepada individu dan keluarga tetapi juga kepada
masyarakat dan inilah yang disebut dengan keperawatan komunitas
(Mubaraq, 2009).
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan saya sebagai Mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan keperawatan (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987).
Peran serta komunitas tersebut diartikan sebagai suatu proses dimana
individu keluarga dan komunitas bertanggung jawab atas kesehatannya
sendiri dengan berperan sebagai pelaku kegiatan peningkatan kesehatan
berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian bantuan yang diberikan oleh
perawat komunitas karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan kemampuan
masyarakat telah mengenal masalah kesehatan serta dengan menggunakan
potensi lingkungan berusaha memandirikan masyarakat namun pada
kenyataannya belum semua tenaga keperawatan komunitas mampu
memberikan pelayanan sesuai dengan konsep. Hal ini dapat disebabkan oleh
pemahaman perawat komunitas yang belum sama mengenai konsep dasar
keperawatan komunitas dan perannya dalam keperawatan komunitas
(Mubaraq, 2011).

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah definisi dari Keperawatan Komunitas ?
b. Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu keperawatan komunitas
b. Untuk mengetahui bagaimanakah sejarah perkembangan keperawatan
komunitas

1.4 Manfaat
Dengan disusunnya makalah yang berjudul Sejarah Perkembangan
Keperawatan Komunitas diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan
memahami bagaimanakah sejarah keperawatan komunitas dengan baik dan
benar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
a. Definisi komunitas
Para ahli mendefinisikan komunitas dari berbagai sudut pandang, yaitu
sebagai berikut :
1. WHO tahun 1974 mendefinisikan komunitas sebagai suatu kelompok
sosial yang ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan
dan minat yang sama, serta ada rasa saling mengenal dan interaksi
antara anggota masyarakat yang stu dan yang lainnya.

2. Spradley (1985), komunitas sebagai sekumpulan orang yang saling


bertukar pengalaman penting dalam hidupnya.

3. Koentjaradiningrat (1990), komunitas sebagai suatu kesatuan hidup


manusia yang menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh rasa identitas
suatu komunitas.

4. Sounders (1991), komunitas sebagai tempat atau kumpulan orang-


orang atau sitem sosial.

b. Definisi keperawatan komunitas


1. Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang
perawatan khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu
keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai
bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna
meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan
lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang
lebih besar ditujukan kepada individu, keluarga yang mempunyai
masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan

2. American Nursis Association (1973), keperawatan komunitas


merupakan suatu sistem dari praktek kepeawatan dan praktik

3
kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta
memelihara kesehatan penduduk.

3. WHO (1974), keperawatan komunitas adalah kesaatuan mencakup


perawatan kesehatan kerluarga (nurse health family) juga kesehatan
dan kesejahteraan masayarakat luas, membantu masyarakat tersebut
sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka
meminta bantuan kepada orang lain.

4. Ruth B.Freeman (1981), keperawtan komunitas adalah kesatuan yang


unik dari praktik keperawatan dan kesehatan masayarakat yang
ditujukan pada pengembanagn serta peningkatan kemampuan
kesehatan, baik diri sendiri sebagai perorangan maupun secara
kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus, atau masyarakat.
Pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
5. Departmen kesehatan RI (1986), keperawatan kesehatan masyarakat
adalah suatu uapaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang dialaksanakan oleh perawat
dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat
untuk memperoleh tim kesehatan individu, keluaraga, dan masyarakat
yang lebih tinggi.

6. Pradley (1985), Logan dan Dawkin (1987), keperawtan komunitas


adalah pelayanan keperawatan profesional ynag ditujukan kepada
masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal yang melalui
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, jugan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan

7. Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat (1990)


mendefinisikan keperawatan komunitas sebagai suatu bidang
keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan

4
keadaan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta
masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang
ditujukan pada individu, kelompok, serta masyarakat sebagai kesatuan
utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga
mampu mandiri dalam upaya kesehatan

8. Menurut IOM (2003), Praktik pelayanan komunitas adalah layanan


keperawatan profesional yang diberikan oleh perawat yang telah
memperoleh pendidikan keperawatan komunitas atau disiplin lain
yang berkaitan dan bekerja untuk meningkatkan derajat kesehatan
yang berfokus pada masyarakat

9. Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu


institusi yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga
(Elisabeth, 2007)

10. Winslow (1920), seorang ahli kesehatan adalah ilmu dan senio
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, serta meningkatkan
efisiensi hidup melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat
untuk hal-hal berikut ini:

a. Kelompok-kelompok masyarakat yang terkoordinir


b. Perbaikan kesehatan liongkungan
c. Mencegah dan memberantas penyakit menular
d. Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat /
perseorangan
e. Dilaksanakan dengan mengkoordinasikan tenaga kesehatan dalam
satu wadah pelayanan kesehatan masyarakat yang mampu
menumbuhkan swadaya masyarakat untuk peningkatan derajat
kesehatan masyarakat secara optimal.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktik keperawatan dalam

5
komunitas, dengan focus primer pada pelayanan kesehatan individu, keluarga,
dan kelompok dalam komunitas. Tujuannya adalah untuk menjaga,
melindungi, memajukan, atau memelihara kesehatan. Focus pelayanan
keperawatan adalah memperbaiki kualitas kesehatan dan hidup dalam
komunitas. Selain itu, perawat kesehatan komunitas menyediakan langsung
fasilitas pelayanan untuk subpopulasi dalam suatu komunitas (Potter & Perry,
2010).

2.2 Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas


Perkembangan keperawatan komunitas tidak terlepas dari 2 tokoh
metologi Yunani yakni, Asclepius dan Higeia. Berdasarkan mitos, Asclepius
adalah seorang dokter. Beliau dapat mengobati penyakit bahkan melakukan
bedah berdasakan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedue) dengan
baik.
Sementara Higeia adalah asisten Asclepius yang juga merupakan
istrinya, beliau ahli dalam melakukan upaya-upaya kesehatan. Perbedaan
diantara keduanya dalam melakukan penanganan kesehatan adalah, dimana
Asclepius penanganannya dilakukan setelah penyakit terjadi sedangkan
Higeia penanganan masalah hidup seimbang, menghindari makanan beracun,
memakan makanan yang bergizi (cukup), istirahat yang cukup, dan olahraga,
yang kemudian muncul dua aliran atau pendekatan dalam menangani
masalah-masalah kesehatan pada masyarakat (Mubaraq, 2011).
Pertama aliran kuratif dari kelompok Aclepius dan aliran preventif dari
golongan Higela, dua aliran tersebut saling berbeda dalam pengaplikasiannya
pada kehidupan masyarakat. Aliran kuratif bersifat reaktif yang sasarannya
per-individu, pelaksanaanya jarak jauh dan kontak langsung dengan sasaran
cukup sekali, kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi,
psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan baik fisik,
psikis, mental maupun sosial.
Sedangkan aliran preventif cenderung melakukan upaya-upaya
pencegahan penyakit sebelum terjadi, lebih bersifat proaktif atau kemitraan
yang sasarannya masyarakat luas. Para petugas kesehatan masyarakat lulusan
sekolah atau institusi masyarakat bebagai jenjang masuk dalam kelompok ini.

6
1. Di Dunia
Spradley (1985) membagi perkembangan keperawatan komunitas
(CHN) menjadi 3 periode, yaitu :

a. Tahun 1860-1900
Direct Nursing, fokusnya adalah orang sakit yang dalam hal ekonomi rendah
(miskin). Alasan dibentuknya direct nursing ini adalah karena lebih
banyaknya klien yang menderita penyakit terminal dan banyaknya orang
miskin yang sakit hanya dirawat dirumah saja. Orientasi direct nursing adalah
keperawatan individual.

b. Tahun 1900-1970
Public Health Nursing, fokusnya adalah masyarakat. Alasan dibentuknya
public health nursing ini adalah karena banyaknya keluarga miskin yang tidak
mampu membayar biaya pelayanan rumah sakit. Orientasi public health
nursing adalah keperawatan keluarga.

c. Tahun 1970-Sekarang
Community Health Nursing, fokusnya adalah seluruh komunitas. Alasan
dibentuknya community health nursing adalah karena bukan hanya keluarga
miskin yang membutuhkan pelayanan kesehatan dikomunitas, tetapi seluruh
komunitas baik kaya maupun miskin. Orientasi CHN adalah keperawatan
penduduk.

2. Di Indonesia
Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia dimulai pada abad
ke-16, yaitu dimulai dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan
kolera yang sangat ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk
ke indonesia tahun 1927, dan pada pada tahun 1937 terjadi wabah kolera
eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke indonesia melalui singapura
dan mulai berkembang di indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera
tersebut pemerintah Belanda (pada waktu itu indonesia dalam penjajahan
Belanda) melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Gubernur Jendral
Deandles pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi
dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan

7
angka kematian bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam
rangka menurunkan angka kematian bayi (infan mortality rate) yang tinggi.
Namun, upaya ini tidak bertahan lama, akibat langkanya tenaga pelatih
kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai lagi dengan
didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat
persalinan.pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dr. Bosch dan dr.
Blekker-kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer di indonesia. Sekolah ini
dikenal dengan nama STOVIA (SCHOOL Tot Oplelding van Indiche Arsten)
atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan sekolah
dokter yang ke-2 di S urabaya dengan nama NIAS ( Nederland Indische
Artsen School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah
kedokteran dan sejak berdirinya universitas indonesia tahun 1947, STOVIA
berubah menjadi Fakulitas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia juga
ditandai dengan berdirinya pusat laboratorium Kedokteran di Bandung tahun
1888, tahun 1938 pusat laboratorium ini berubah menjadi lembaga Eykman.
Selanjutnya, laboratorium-labolatorium lain juga didirikan di kota-kota
seperti medan, Semarang, makasar, surabaya, dan Yokyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar serta penyakit
lainnya. Bahkan lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.
Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke indonesia dan tahun 1933-
1935 penyakit ini menjadi epidemis di beberapa tempat, terutama dipulau
jawa. Pada tahun 1935 dilakukan program pemberantasan penyakit pes
dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk
dan vaksinasi masal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah di
vaksinasi. Pada tahun 1945, hydrich- seorang petugas kesehatan pemerintah
Belanda- melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian
dan kesakitan di Banyumas purwokerto. Dari hasil pengamatan dan
analisisnya, disimpulkan bahwa tingginya angka kesakitan dan kematian
dikedua daerah tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi lingkungan,
masyarakat buang air besar di sembarangan tempat, dan pengguna air minum
dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa

8
rendahnya sanitasi lingkungan dikarenakan perilaku penduduk yang kurang
baik, sehingga Hydrich memulai upaya kesehatan masyarakat dengan
mengembangkan daerah percontohan, yaitu dengan cara melakukan promosi
mengenai pendidikan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini
dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak perkembangan
kesehatan masyarakat di Indonesia adalah saat diperkenalkannya Konsep
Bandung ( Bandung plane) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan
dr.Patah-yang selanjutnya dikenalkan dengan nama Patah-Leimena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan
masyarakat, aspek preventif dan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti
dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, kedua aspek ini tidak
boleh dipisahkan, baik dirumah sakit maupun dipuskesmas. Selanjutnya pada
tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat oleh dr. Y.
Susanti dengan berdirinya proyek Bekasi ( lemah abang ) sebagai proyek
percontohan/ model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat
pedesaan di indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek
ini juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan program
kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini,
terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.

1. Sumatra utara : indrapura

2. Lampung

3. Jawa Barat: Bojong Loa

4. Jawa tengah : Sleman

5. Yokyakarta : Godean

6. Jawa timur : Mojosari

7. Bali : Kesiman

8. Kalimantan Selatan : Barabai

9
Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas
sekarang ini. Pada bulan november 1967, dilakukan seminar yang membahas
dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan
kondisi dan kemampuan rakyat indonesia, yaitu mengenai konsep puskesmas-
yang dipaparkan oleh dr. Achmad Dipodilogo- yang mengacu pada konsep
Bandung dan proyek Bekasi. Dalam seminar ini telah disimpulakan dan
disepakati mengenai sistem puskesmas yang terdiri atas tipe A,B, dan C.
Akhirnya pada pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional,
dicetuskan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan
terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah ( Departemen
Kesehatan ) menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan
kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau,
dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya atau
kabupaten. Sebagai lini terdepan pembangunan kesehatan, puskesmas
diharapkan selalu tegar. Untuk itu, diperkenalkanlah program untuk selalu
menguatkan puskesmas (strengthening puskesmas). Di negara berkembang
seperti Indonesia, fasilitas kesehatan berlandaskan masyarakat disarankan
lebih efektif dan penting.
Departemen kesehatan telah membuat usaha intensif untuk membangun
puskesmas yang kemudian dimasukkan ke dalam master plan untuk operasi
penguatan pelayanan kesehatan nasional. Kegiatan pokok dalam program
dasar dan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan, yaitu :

1. Kesehatan ibu dan anak (KIA)

2. Keluarga berencana (KB)

3. Gizi

4. Kesehatan Lingkungan

5. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular serta imunisasi,

6. Penyuluhan kesehatan masyarakat

10
7. Pengobatan

8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

9. Perawatan kesehatan masyarakat

10. Kesehatan gigi dan mulit

11. Usaha kesehatan jiwa

12. Optometri

13. Kesehatan geriatrik

14. Latuhan dan olahraga

15. Pengembangan obat-obatan tradisional

16. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

17. Laboratorium dasar

18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi


kesehatan.

Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu
puskesmas tipe A yang dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B yang
dikelola oleh seorang paramedis. Dengan adanya perkembangan tenaga
medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan puskesmas tipe A
atau tipe B- hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami
perubahan tahun 2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang
dokter,tapi dapat juga dipimpin oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini
tentunya diharapkan dapat membawa perubahan yang positif,dimana tenaga
medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan tidak
disibukkan dengan urusan administratif/manajerial, sehingga mutu pelayanan
dapat ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai kepala

11
puskesmas dari lulusan sarjana kesehatan masyarakat seperti di kabupaten
Gresik, Bojonegoro, dan lain sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan
satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas, yaitu stratifikasi
puskesmas, sehingga dibedakan dengan adanya :

1. Strata 1, puskesmas dengan prestasi sangat baik

2. Strata 2 , puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar

3. Strata 3 , puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata

Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk


perencanaan dan lokakrya mini untuk pengorganisasian kegiatan dan
pengembangan kerjasama tim. Pada tahun 1984, tanggung jawab puskesmas
ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu kesehatan
dan keluarga berencana (posyandu) yang mencakup kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.
Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309.
hal ini berarti 3,6 puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas
melayani sekitar 28.144 penduduk.
Sementara itu, jumlah desa di Indonesia mencapai 70.921 pada tahun
2003, yang berarti setidaknya satu puskesmas untuk tiap sepuluh desa-
dibandingkan dengan rumah sakit yang harus melayani 28.000 penduduk.
Jumlah puskesmas masih teus dikembangkan dan diatur lebih lanjut untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan yang prima. Jumlah puskesmas masih jauh
dari memadai, terutama di daerah tepencil. Diluar jawa dan sumatra,
puskesmas harus menangani wilayah yang uas, ( terkadang beberapa kali
lebih luas dari satu kabupaten di Jawa) dengan jumlah penduduk yang lebih
sedikit. Sebuah puskesmas terkadang hanya melayani 10.000 penduduk.
Selain itu, bagi sebagian penduduk puskesmas terlalu jauh untuk dicapai.
(Mubaraq, 2011).

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keperawatan komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga, dan


juga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas. Perkembangan kesehatan
masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai dengan
adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti
oleh masyarakat, sampai dengan awal tahun 1990-an dimana puskesmas
menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat dalam memberikan pelayanan
kesehatan.

3.2 Saran

Penyusun senantiasa mengharapkan kritik saran yang membangun guna


penyempurna makalah kami selanjutnya, selain itu penyusun juga
menyarankan kepada rekan-rekan calon perawat dan perawat untuk
mengetahui dan menggali lebih lanjut tentaang bagaimanakah sejarah
perkembangan keperawatan komunitas, baik itu di Indonesia ataupun dunia.

13
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal Mubarak,W.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas.jakarta:Salemba Medika


Anderson Elizabeth. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik.
Edisi 3.EGC.Jakartas
https://id.scribd.com/doc/307283318/sejarah-keperawatan-komunitas
diakses pada tanggal 14 november 2020 jam 20:20

Anda mungkin juga menyukai