PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah definisi dari Keperawatan Komunitas ?
b. Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu keperawatan komunitas
b. Untuk mengetahui bagaimanakah sejarah perkembangan keperawatan
komunitas
1.4 Manfaat
Dengan disusunnya makalah yang berjudul Sejarah Perkembangan
Keperawatan Komunitas diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan
memahami bagaimanakah sejarah keperawatan komunitas dengan baik dan
benar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
a. Definisi komunitas
Para ahli mendefinisikan komunitas dari berbagai sudut pandang, yaitu
sebagai berikut :
1. WHO tahun 1974 mendefinisikan komunitas sebagai suatu kelompok
sosial yang ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan
dan minat yang sama, serta ada rasa saling mengenal dan interaksi
antara anggota masyarakat yang stu dan yang lainnya.
3
kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta
memelihara kesehatan penduduk.
4
keadaan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta
masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang
ditujukan pada individu, kelompok, serta masyarakat sebagai kesatuan
utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga
mampu mandiri dalam upaya kesehatan
10. Winslow (1920), seorang ahli kesehatan adalah ilmu dan senio
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, serta meningkatkan
efisiensi hidup melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat
untuk hal-hal berikut ini:
5
komunitas, dengan focus primer pada pelayanan kesehatan individu, keluarga,
dan kelompok dalam komunitas. Tujuannya adalah untuk menjaga,
melindungi, memajukan, atau memelihara kesehatan. Focus pelayanan
keperawatan adalah memperbaiki kualitas kesehatan dan hidup dalam
komunitas. Selain itu, perawat kesehatan komunitas menyediakan langsung
fasilitas pelayanan untuk subpopulasi dalam suatu komunitas (Potter & Perry,
2010).
6
1. Di Dunia
Spradley (1985) membagi perkembangan keperawatan komunitas
(CHN) menjadi 3 periode, yaitu :
a. Tahun 1860-1900
Direct Nursing, fokusnya adalah orang sakit yang dalam hal ekonomi rendah
(miskin). Alasan dibentuknya direct nursing ini adalah karena lebih
banyaknya klien yang menderita penyakit terminal dan banyaknya orang
miskin yang sakit hanya dirawat dirumah saja. Orientasi direct nursing adalah
keperawatan individual.
b. Tahun 1900-1970
Public Health Nursing, fokusnya adalah masyarakat. Alasan dibentuknya
public health nursing ini adalah karena banyaknya keluarga miskin yang tidak
mampu membayar biaya pelayanan rumah sakit. Orientasi public health
nursing adalah keperawatan keluarga.
c. Tahun 1970-Sekarang
Community Health Nursing, fokusnya adalah seluruh komunitas. Alasan
dibentuknya community health nursing adalah karena bukan hanya keluarga
miskin yang membutuhkan pelayanan kesehatan dikomunitas, tetapi seluruh
komunitas baik kaya maupun miskin. Orientasi CHN adalah keperawatan
penduduk.
2. Di Indonesia
Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia dimulai pada abad
ke-16, yaitu dimulai dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan
kolera yang sangat ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk
ke indonesia tahun 1927, dan pada pada tahun 1937 terjadi wabah kolera
eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke indonesia melalui singapura
dan mulai berkembang di indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera
tersebut pemerintah Belanda (pada waktu itu indonesia dalam penjajahan
Belanda) melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Gubernur Jendral
Deandles pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi
dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
7
angka kematian bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam
rangka menurunkan angka kematian bayi (infan mortality rate) yang tinggi.
Namun, upaya ini tidak bertahan lama, akibat langkanya tenaga pelatih
kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai lagi dengan
didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat
persalinan.pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dr. Bosch dan dr.
Blekker-kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer di indonesia. Sekolah ini
dikenal dengan nama STOVIA (SCHOOL Tot Oplelding van Indiche Arsten)
atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan sekolah
dokter yang ke-2 di S urabaya dengan nama NIAS ( Nederland Indische
Artsen School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah
kedokteran dan sejak berdirinya universitas indonesia tahun 1947, STOVIA
berubah menjadi Fakulitas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia juga
ditandai dengan berdirinya pusat laboratorium Kedokteran di Bandung tahun
1888, tahun 1938 pusat laboratorium ini berubah menjadi lembaga Eykman.
Selanjutnya, laboratorium-labolatorium lain juga didirikan di kota-kota
seperti medan, Semarang, makasar, surabaya, dan Yokyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar serta penyakit
lainnya. Bahkan lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.
Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke indonesia dan tahun 1933-
1935 penyakit ini menjadi epidemis di beberapa tempat, terutama dipulau
jawa. Pada tahun 1935 dilakukan program pemberantasan penyakit pes
dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk
dan vaksinasi masal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah di
vaksinasi. Pada tahun 1945, hydrich- seorang petugas kesehatan pemerintah
Belanda- melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian
dan kesakitan di Banyumas purwokerto. Dari hasil pengamatan dan
analisisnya, disimpulkan bahwa tingginya angka kesakitan dan kematian
dikedua daerah tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi lingkungan,
masyarakat buang air besar di sembarangan tempat, dan pengguna air minum
dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa
8
rendahnya sanitasi lingkungan dikarenakan perilaku penduduk yang kurang
baik, sehingga Hydrich memulai upaya kesehatan masyarakat dengan
mengembangkan daerah percontohan, yaitu dengan cara melakukan promosi
mengenai pendidikan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini
dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak perkembangan
kesehatan masyarakat di Indonesia adalah saat diperkenalkannya Konsep
Bandung ( Bandung plane) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan
dr.Patah-yang selanjutnya dikenalkan dengan nama Patah-Leimena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan
masyarakat, aspek preventif dan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti
dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, kedua aspek ini tidak
boleh dipisahkan, baik dirumah sakit maupun dipuskesmas. Selanjutnya pada
tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat oleh dr. Y.
Susanti dengan berdirinya proyek Bekasi ( lemah abang ) sebagai proyek
percontohan/ model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat
pedesaan di indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek
ini juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan program
kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini,
terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.
2. Lampung
5. Yokyakarta : Godean
7. Bali : Kesiman
9
Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas
sekarang ini. Pada bulan november 1967, dilakukan seminar yang membahas
dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan
kondisi dan kemampuan rakyat indonesia, yaitu mengenai konsep puskesmas-
yang dipaparkan oleh dr. Achmad Dipodilogo- yang mengacu pada konsep
Bandung dan proyek Bekasi. Dalam seminar ini telah disimpulakan dan
disepakati mengenai sistem puskesmas yang terdiri atas tipe A,B, dan C.
Akhirnya pada pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional,
dicetuskan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan
terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah ( Departemen
Kesehatan ) menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan
kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau,
dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya atau
kabupaten. Sebagai lini terdepan pembangunan kesehatan, puskesmas
diharapkan selalu tegar. Untuk itu, diperkenalkanlah program untuk selalu
menguatkan puskesmas (strengthening puskesmas). Di negara berkembang
seperti Indonesia, fasilitas kesehatan berlandaskan masyarakat disarankan
lebih efektif dan penting.
Departemen kesehatan telah membuat usaha intensif untuk membangun
puskesmas yang kemudian dimasukkan ke dalam master plan untuk operasi
penguatan pelayanan kesehatan nasional. Kegiatan pokok dalam program
dasar dan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan, yaitu :
3. Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
10
7. Pengobatan
12. Optometri
Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu
puskesmas tipe A yang dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B yang
dikelola oleh seorang paramedis. Dengan adanya perkembangan tenaga
medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan puskesmas tipe A
atau tipe B- hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami
perubahan tahun 2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang
dokter,tapi dapat juga dipimpin oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini
tentunya diharapkan dapat membawa perubahan yang positif,dimana tenaga
medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan tidak
disibukkan dengan urusan administratif/manajerial, sehingga mutu pelayanan
dapat ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai kepala
11
puskesmas dari lulusan sarjana kesehatan masyarakat seperti di kabupaten
Gresik, Bojonegoro, dan lain sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan
satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas, yaitu stratifikasi
puskesmas, sehingga dibedakan dengan adanya :
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA