Anda di halaman 1dari 28

PENGUJIAN

PERANGKAT LUNAK
MATERI 8 : ACCEPTANCE TESTING

DOSEN : MEI PURWENI, S.KOM., M.ENG


MATERI
Materi :
1. Acceptance Testing
2. Alpha Testing
3. Beta Testing
ACCEPTANCE TESTING
ACCEPTANCE TESTING
ACCEPTANCE TESTING PADA WATERFALL MODEL
ACCEPTANCE TESTING
Menurut Perry (2006:70)
User Acceptance Testing merupakan pengujian yang dilakukan oleh end-user
dimana user tersebut adalah staff perusahaan yang langsung berinteraksi
dengan sistem dan dilakukan verifikasi apakah fungsi yang ada telah
berjalan sesuai dengan kebutuhan atau fungsinya.

Menurut Lewis (2009:134)


Acceptance testing merupakan pengujian yang dilakukan oleh pengguna
yang menggunakan teknik pengujian black box untuk menguji sistem
terhadap spesifikasinya. Pengguna akhir bertanggung jawab untuk
memastikan semua fungsionalitas yang relevan telah diuji.
ACCEPTANCE TESTING
Menurut Black (2002:7)
Acceptance testing biasanya berusaha menunjukkan bahwa sistem telah
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Pada pengembangan software
dan hardware komersial, acceptance test biasanya disebut juga "alpha
tests" (yang dilakukan oleh pengguna in-house) dan "beta tests" (yang
dilakukan oleh pengguna yang sedang menggunakan atau akan
menggunakan sistem tersebut).

Jadi, Acceptance Testing adalah pengujian yang dilakukan oleh pengguna dari
sistem tersebut untuk memastikan fungsi-fungsi yang ada pada sistem
tersebut telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan
pengguna.
ACCEPTANCE TESTING
Bertujuan untuk menguji apakah sistem sudah sesuai dengan apa yang
tertuang dalam spesifikasi fungisonal sistem (validation). Test akan
dilakukan oleh pengembang dan hasil akan dinilai oleh pengguna.

Terdiri dari dua tahapan:


1.Sebelum pengiriman
2.Setelah instalasi

Melibatkan semua aspek sistem:


Hardware, software aplikasi, environment software, tempat, dan
operators.
PROSES ACCEPTANCE TESTING

Ada enam tingkat proses Acceptance Testing (Ian sommerville) :


1.Define Acceptance Criteria
2.Plan Acceptance Testing
3.Derive Acceptance Tests
4.Run Acceptance Test
5.Negotiate Test Results
6.Accept or Reject Sistem
PROSES ACCEPTANCE TESTING
1. Define Acceptance Criteria
Tahap ini idealnya berlangsung pada awal proses sebelum sistem kontrak
ditandatangani. Criteria acceptance harus menjadi bagian dari sistem
kontrak dan disepakati antara customer dan developer. Dalam prakteknya,
akan sangat sulit untuk menentukan kriteria pada awal proses. Karena
tidak adanya detail requirement dan kemungkinan adanya perubahan yang
signifikan selama proses development.
PROSES ACCEPTANCE TESTING
2. Plan Acceptance Testing
Tahap ini perencanaan untuk menetepkan pada sumber daya, waktu, dan
anggaran untuk acceptance testing dan menetapkan testing schedule. Plan
acceptance testing juga harus membahas tentang cakupan yang
disyaratkan dan urutan pada fitur sistem yang diuji. Pada tahap ini perlu
juga dipahami risiko pada proses pengujian, seperti sistem crash dan
kinerja yang tidak memadai, dan juga bagaimana risiko tersebut dapat
dimitigasi.
PROSES ACCEPTANCE TESTING
3. Derive Acceptance Test
Setelah kriteria penerimaan telah ditetapkan, tes harus dirancang untuk
memeriksa apakah sistem dapat diterima. Acceptance test harus
bertujuan untuk menguji kedua karakteristik fungsional dan non-
fungsional (misalnya, kinerja) dari sistem. Karena idealnya harus
memiliki cakupan yang lengkap pada requirement system. Namun dalam
prakteknya sulit untuk menetapkan kriteria penerimaan secara objektif.
Pada ruang lingkup ada sebuah argumen apakah ada atau tidaknya
menunjukkan bahwa sebuah kriteria telah terpenuhi.
PROSES ACCEPTANCE TESTING
4. Run Acceptance Test
Acceptance test yang telah disepakati dijalankan pada sistem. Idealnya
dilakukan di lingkungan yang sebenarnya dimana sistem akan
digunakan, tapi ini akan mengganggu dan tidak praktis. Oleh karena itu,
lingkungan pengujian pengguna mungkin harus dibentuk untuk
menjalankan tes ini. Sulit untuk mengotomatisasi proses ini sebagai
bagian dari tes penerimaan yang melibatkan mengujian interaksi antara
end user dan sistem. Hal ini perlu adanya pelatihan untuk end user.
PROSES ACCEPTANCE TESTING
5. Negotiate Test Result
Acceptance test tidak bisa menjamin bahwa tidak akan ada
masalah dengan sistem. Jika hal ini terjadi, maka jika acceptance
test selesai dan sistem dapat diserahkan. Biasanya beberapa
masalah akan ditemukan yaitu developer dan customer harus
bernegosiasi untuk memutuskan apakah sistem ini cukup baik
untuk digunakan. Customer juga harus setuju pada respon
developer untuk mengidentifikasi masalah.
PROSES ACCEPTANCE TESTING
6. Accept or Reject system
Tahap ini melibatkan pertemuan antara developer dan
customer untuk memutuskan apakah sistem diterima atau
tidak. Jika sistem ini tidak cukup baik untuk digunakan,
maka pengembangan harus memperbaiki masalah yang
teridentifikasi.
ACCEPTANCE TESTING
Lima tipe acceptance testing, yaitu:
1. Alpha & Beta Testing
2. Contract Acceptance Testing
3. Regulation Acceptance Testing
4. Operational Acceptance Testing
5. Black Box Testing
ALPHA TESTING
ALPHA TESTING
Alpha Testing adalah pengujian yang dilakukan oleh pemakai pada
lingkungan developer, alpha testing dilakukan dalam lingkungan
yang terkendali.

Alpha testing dilakukan di sisi pengembang dengan sekelompok end


user.

Perangkat lunak digunakan dalam kondisi natural dimana developer


“melihat dengan kacamata” user dan mencatat kesalahan dan
masalah penggunaan
ALPHA TESTING
ALPHA TESTING
Goal of Alpha testing :
Untuk identifikasi dan menghilangkan sebanyak mungkin
masalah sebelum akhirnya sampai ke user, dilakukan setelah
software jadi oleh orang-orang yang tidak terlibat dalam
pengembangan dan memang ahli dibidangnya. Terdapat formulir
resmi evaluasi.
BETA TESTING
Beta Testing adalah pengujian yang dilakukan oleh user pada
lingkungan operasi user, dimana lingkungan perangkat lunak tidak
dapat lagi dikendalikan oleh developer.

Beta Testing untuk software komersial, dimana pengujian dilakukan


oleh potensial customer.
BETA TESTING
Beta Testing adalah pengujian yang dilakukan oleh user pada
lingkungan operasi user, dimana lingkungan perangkat lunak tidak
dapat lagi dikendalikan oleh developer.

Beta Testing untuk software komersial, dimana pengujian dilakukan


oleh potensial customer.
BETA TESTING
User mencatat semua masalah yang ditemui pada selama pengujian beta, dan
melaporkan secara berkala masalah-masalah tersebut kepada developer.

Pengguna dipilih 3 orang yang dibagi menjadi : potensial, average, dan slow
learner. Mereka diberitahukan prosedur evaluasi, diamati proses penggunaannya,
diwawancarai lalu dinilai dan dilakukan revisi.

Berdasarkan laporan tersebut, developer membuat perubahan dan kemudian


mempersiapkan diri untuk merilis produk perangkat lunak keseluruh pelanggan.
BETA TESTING
Goal of beta Testing :
Untuk menentukan apakah
produk tersebut bekerja dan
bebas dari “bug”.
SIAPA YANG MELAKUKAN TESTING
Orang yang melakukan pengujian akan bergantung pada tahap yang
sedang dilakukan dan sumber yang dialokasikan untuk menguji produk
software tertentu, yakni :
1. Programmer
2. Tim penguji
3. Beta tester(Group yang mewakili pasar)
4. Customer
5. Maintainer
CONTOH KASUS ALPHA TESTING
Twitter Konfirmasi Sedang Melakukan Uji Alpha Atas Official Analytics Product

Twitter telah mengkonfirmasi bahwa mereka tengah


melakukan uji produk tahap alpha atas produk
analytics resmi milik mereka sendiri. Produk ini
akan memberikan fasilitas bagi para pengguna
untuk melihat data statistik dari akun yang mereka
gunakan, seperti misalnya informasi tentang Tweet
yang paling berhasil, Tweet tertentu yang membuat
orang lain meng-unfollow serta untuk melihat
pengguna mana yang paling berpengaruh yang
pesannya di-reply dan di-retweet.
CONTOH KASUS ALPHA TESTING

Jika memang fasiltas ini akan dirilis untuk publik, tentu akan berdampak
pada layanan pihak ketiga yang memang secara khusus menyediakan fasilitas
sejenis, beberapa startup lokal juga dikabarkan tengah mengembangkan
fasilitas serupa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai