Anda di halaman 1dari 13

BAB VIII

RENCANA K-3

Capaian Pembelajaran
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu menyusun Safety
Plan pada objek proyek yang diambil

8.1 Deskripsi Singkat


Dalam pertemuan ini Anda akan mempelajari penyusunan Safety Plan
proyek.

8.2 Materi Belajar


8.2.1 Pengertian K-3
Sebagaimana diketahui bahwa tujuan proyek tidak hanya untuk mencapai
proyek yang tepat biaya, mutu dan waktu saja tetapi berkembang dengan tuntutan
“zero accident”.
Untuk proyek-proyek yang relatif besar dengan kompleksitas tinggi,
owner mensyaratkan kontraktor untuk memiliki sertifikat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K-3) seperti OHSAS. Dengan adanya sertifikat tersebut
diharapkan kesadaran kontraktor terhadap K-3 semakin tinggi.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu sistem program yang
dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan
kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal
demikian (Yusra, Dhoni:2005).
Landasan hukum pelaksanaan K-3 diatur dalam peraturan-peraturan
sebagai berkut:
1) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1996 , tentang Sistem
Manajemen Keselamatan Kerja .
2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01/Men/1980, tentang keselamatan dan
kesehatan kerja pada pekerjaan konstruksi bangunan.
3) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.98/KPTS/1979, tentang penggunaan
surat ijin mengemudi peralatan, poster, dan buku keselamatan dan kesehatan
kerja di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.
4) Undang-undang Keselamatan Kerja No.1 tahun 1970 yang memuat ketentuan
umum tentang keselamatan kerja dalam usaha mencegah dan mengurangi
kecelakaan maupun bahaya lainnya.
5) Undang-undang No.14 tahun 1969, yang memuat ketentuan pokok mengenai
Tenaga Kerja dalam mencegah, mengenal obat, perawatan, mempertinggi
derajat kesehatan mengatur hygiene, dan kesehatan kerja.
Sedangkan regulasi internasional yang mengatur K-3 antara lain:
1) OHSAS 18001:1999, Occupational Health And Safety Assessment Series
Guidelines for the implementation of OHSAS 18001:1999 adalah sistem
manajemen K-3 yang dirumuskan oleh 13 organisasi internasional dengan
menggunakan 10 standar K-3 di beberapa negara. Sistem ini terdiri dari 4
klausul besar yang terurai kedalam 9 sub klausul.
Sistem OHSAS 18001:1999 dikembangkan kompatibel dengan standar sistem
ISO 9001:1994 (Quality) dan standar sistem ISO 14001:1996
(Environmental), dengan tujuan sebagai fasilitas integrasi antara quality,
environmental dan occupational health and safety management system.
2) COHSMS, Construction Industry Occupational Health Management Systems
Sistem manajemen K-3 yang dirumuskan oleh Japan Construction Safety and
Health Association (JCSHA), yaitu suatu asosiasi perusahaan jasa konstruksi
di Jepang. COHSMS merupakan standar K-3 khusus ditujukan bagi
perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi.
Selanjutnya berkaitan dangan K-3, maka dalam Rencana Pelaksanaan
Proyek disusun Rencana K-3. Susunan rencana K-3 terdiri dari hal-hal berikut:
1) Kebijkan K-3
2) Struktur organisasi K-3
3) Risk Assessment Matrix
4) Skedul kegiatan K-3
5) Rencana rambu-rambu K-3
6) Rencana penanganan keadaan darurat

8.2.2 Kebijakan K-3


Sebagaimana mutu, maka untuk perusahaan-perusahaan besar biasanya
telah memiliki kebijakan K-3 yang menjadi acuan pada setiap proyeknya. Contoh
kebijakan K-3 pada PT. Pembangunan Perumahan dapat dilihat pada Gambar 8.1.

Gambar 8.1 Contoh Kebijakan K-3

8.2.3 Struktur Organisasi K-3


Untuk penerapan kebijakan K-3 di lapangan maka disusun struktur
organisasi K-3. Contoh struktur organisasi K-3 dapat dilhat pada Gambar 8.2.
Gambar 8.2 Contoh Struktur Organisasi K-3 pada tingkat proyek

8.2.4 Penyusunan Safety Plan


Data – data yang dibutuhkan untuk penyusunan safety plan, antara lain:
1) Gambar dan RKS
2) Dokumen Rencana Metode Pelaksanaan yang dibuat oleh kontraktor
3) Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dibuat oleh kontraktor
Secara garis besar tahapan penyusunan safety plan dapat dilihat pada
Gambar 8.3 .
Mulai

Metode Pelaksanaan Gambar Detail

Work Breakdown Structure

N Identifikasi Resiko
Kriteria Penilaian
Resiko
Y
Penilaian Tingkat Resiko

Pengendalian Resiko dapat


Resiko Ditoleransi

Safety Plan

Selesai

Gambar 8.3 Flow Chart penyusunan Safety Plan

Data-data yang berupa gambar dan metode pelaksanaan diterjemahkan dan


dijabarkan dalam bentuk Work Breakdown Structure (WBS) dilengkapi dengan
kalimat yang mudah dimengerti sehingga dapat diketahui potensi resiko
kecelakaan yang mungkin terjadi.
Setelah itu dilakukan pendugaan mengenai apa saja resiko yang mungkin
terjadi. Resiko kecelakaan yang diutamakan tindakan pencegahannya merupakan
resiko-resiko kecelakaan yang dianggap mempunyai tingkatan menengah sampai
tinggi, yang mungkin mendatangkan dampak yang sangat berpengaruh pada
kelancaran proyek.
Setelah diketahui resiko-resiko yang akan dihadapi, maka dibuat suatu
kriteria penilaian terhadap resiko-resiko tersebut, berdasarkan tingkat
keparahannya. Dengan mempertimbangkan faktor peluang terjadinya kecelakaan
kerja serta akibat yang ditimbulkan dari suatu kecelakaan tersebut.
Penilaian resiko kecelakaan mengikuti kriteria sesuai Tabel 8.1 dan Tabel
8.2 di bawah ini:
Tabel 8.1 Peluang terjadinya kecelakaan kerja
No. Peluang (L) Nilai
1. Hampir pasti akan terjadi / almost certain A
2. Cenderung untuk terjadi B
3. Mungkin dapat terjadi C
4. Kecil kemungkinan terjadi D
5. Jarang terjadi / rare E

Tabel 8.2 Akibat yang ditimbulkan dari kecelakaaan kerja


No. Akibat (R) Nilai
1. Tidak ada cedera, kerugian materi kecil 1
2. Cedera ringan/P3K, kerugian materi kecil 2
3. Hilang hari kerja, kerugian cukup besar 3
4. Cacat, kerugian materi besar 4
5. kematian, kerugian materi sangat besar 5

Berdasarkan Tabel 8.1 dan Tabel 8.2 dapat dihitung nilai tingkat resiko
(TR) dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:

Keterangan:
A,B,C,D,E = merupakan nilai dari peluang terjadinya kecelakaan
1,2,3,4,5 = merupakan nilai dari akibat yang ditimbulkan

Kriteria penentuan tingkat resiko (TR) adalah sebagaimana kriteria pada


Tabel 8.3.
Tabel 8.3 Penilaian Tingkat Resiko

Akibat
Peluang
1 2 3 4 5

A H H E E E

B M H H E E

C L M H E E

D L L M H E

E L L M H H

Keterangan:
E = Extreme Risk meliputi peluang kejadian yang terjadi dan
mengalami kerugian materi cukup besar, besar,serta sangat besar
dan berakibat korban mengalami cacat ataupun kematian
H = High Risk meliputi peluang kejadian yang terjadi dan mengalami
kerugian materi besar dan berakibat korban mengalami cedera
ringan hingga cacat
M = Moderate Risk meliputi peluang kejadian cenderung untuk terjadi,
mungkin terjadi, kecil kemungkinan hingga jarang terjadi dan
berakibat tidak ada cedera,cedera ringan dan kehilangan hari kerja
serta kerugian materi kecil
L = Low Risk meliputi peluang kejadian mungkin dapat terjadi, kecil
kemungkinan hingga jarang terjadi dan berakibat tidak ada cedera
dan cedera ringan serta kerugian materi kecil.

Setelah diketahui seberapa besar TR suatu pekerjaan, maka direncanakan


usaha penanganannya. Dari resiko yang sudah dilakukan pencegahan, nilai TR
awal dari penilaian tersebut diharapkan menghasilkan nilai TR yang ringan
sampai dengan tidak berisiko.
Berdasarkan beberapa proses diatas, maka dapat dibuat rangkuman dalam
suatu bentuk tabel yang disebut Risk Assessment Matrix (RAM) atau Safety Plan.
Contoh Risk Assessment Matrix (RAM) dapat dilihat Tabel 8.4.
8.2.5 Rencana Kegiatan K-3
Berdasarkan Risk Assessment Matrix (RAM) selanjutnya disusun rencana
kegiatan K-3. Contoh rencana kegiatan K-3 dapat dilihat pada Gambar 8.4 dan
Gambar 8.5.

Gambar 8.4 Contoh Program K-3

Gambar 8.5 Contoh Jadwal Pelaksanaan Kegiatan K-3


Contoh kegiatan K-3 dalam rangka tindakan pencegahan terhadap
kecelakaaan adalah pemasangan rambu K-3 pada lingkungan proyek. Contoh
rencana rambu-rambu K-3 dapat dilihat pada Gambar 8.6.

Gambar 8.6 Contoh rencana rambu-rambu K-3

8.2.6 Rencana Penanganan Keadaan Darurat


Dalam rencana K-3 perlu disusun rencana penanganan keadaan darurat,
sehingga ketika terjadi keadaan darurat maka penangannya dapat dilakukan secara
cepat dan tepat. Contoh rencana penanganan keadaan darurat dapat dilihat pada
Gambar 8.7 dan 8.8.
PROSEDUR PENANGANAN KECELAKAAN
ACCIDENT

SAFETY DPT
PROJECT MANAGER

FATAL MAJOR MINOR


Kendaraan piket (Avanza)
HOSPITAL
FIRST AID
RS. Dr. Soetomo HOSPITAL
Ruang P3K K3L
INSURANCE RS. Dr. Soetomo By
Safety officer
Jamsostek
Or
INSURANCE Safety supervisor
FAMILY
Jamsostek
Make report to owner

MK

PT. ADHI KARYA (Persero) Tbk

Gambar 8.7 Contoh Prosedur Penanganan Kecelakaan

ANTISIPASI KEBAKARAN

FIRE / KEBAKARAN Telpon hubungi:


-Adhi Karya Dk I ( 021- 787050 )
-Adhi Karya Dk IV ( 031- )
-PLN (………………)
TINDAKAN
Matikan: -Klinik Pusura (.......................)
-Power PLN Pemadaman dengan -RS Dr Soetomo (.......................)
- Power Genset Alat pemadam api -Sudin Pemadam
Ringan atau Air Kebakaran Surabaya (…………….. )

FIRE CONDITION Dinas pemadam kebakaran


No Tlp 113

Membuat laporan dan


Penyelidikan Penyebab Membuat laporan Kepada :
Kepada : Owner
Owner MK
MK Asuransi
Asuransi Divisi I
Divisi I

Upaya Pencegahan

PT. ADHI KARYA (Persero) Tbk

Gambar 8.8 Contoh Prosedur Antispasi Kebakaran


8.3 Pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1) Apakah yang dimaksud dengan RAM dan Safety Plan?
2) Hal- hal apa saja yang perlu ada pada RAM dan Safety Plan?
3) Faktor-faktor apakah yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan RAM
dan Safety Plan?

8.4 Tugas
Susun rencana K-3 sesuai proyek yang diambil sebagi objek! Rencana K-3
antara lain terdiri dari Kebijakan K-3, Struktur organisasi K-3, Risk Assessment
Matrix (RAM), Rencana pemasangan rambu-rambu K-3 dan Rencana Penanganan
Kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA

Adihartanto, Andreas dan Cahyono, David Iwan. 2006. Studi Tentang Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Site Plan Proyek Konstruksi di
Surabaya. Skripsi Jurusan Teknik Sipil. Surabaya: Universitas Petra.

Djojowirono, Sugeng. 2000. Manajemen Konstruksi. Edisi Ketiga. Yogyakarta:


Biro Penerbit KMTS FT UGM.

Hijriahwan, Farid. 2006. Safety Plan Pembangunan Approach Bridge Pada


Jembatan Suramadu. Tugas Akhir DIV Manajemen Rekayasa Konstruksi
Jurusan Teknik Sipil. Malang: Politeknik Negeri Malang.

Modul 2 Perencanaan dan Pengorganisasian Proyek, Bahan Bacaan dan


Referensi Manajemen Proyek. 2003. Jakarata : Departemen Permukiman
dan Prasarana Wilayah. Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah.

Petunjuk Pelaksanaan Hotel Sutan Raja Minahasa Utara Sulawesi Utara. 2008.
PT. Pembangunan Perumahan (Persero).

Safety Program Ciputra World Surabaya Project. 2008. PT. Adhi Karya (Persero)
Tbk, Divisi Konstruksi I dan IV.

Proposal Dokumen Teknis Pekerjaan Pembangunan Apartement Green Palace,


Kalibata City Jakarta, PT. PP (Persero) Tbk, 2009.

Proposal Dokumen Teknis Pekerjaan Pembangunan Aston Hotel & Convention


Center Bogor Nirwana Residences, PT. PP (Persero) Tbk, 2009.

Anda mungkin juga menyukai