Anda di halaman 1dari 6

Unit Pembelajaran 2

Critical Appraisal on Scientific Articles

Tutorial
Durasi : 2 x 2 jam

Pemicu 2
Critical Appraisal on Scientific Articles
Andi dan Nita merupakan mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan profesi dokter di RSUD
Sanjiwani. Mereka mendapatkan tugas untuk melakukan telaah kritis suatu jurnal. Dokter pendidik klinik
meminta Andi dan Nita untuk memilih jurnal tentang uji klinis, prognostik, uji diagnostik, harm/etiology,
atau systematic review. Dokter pendidik klinik juga menyarankan untuk membuat PICO dari jurnal yang
sudah didapatkan.
Jurnal uji klinis yang ditelaah kritis oleh Andi berjudul “Efikasi Diazepam Oral Intermitten
Terhadap Frekuensi Berulangnya Kejang pada Kejang Demam Sederhana pada Anak Usia 1-5 Tahun yang
Dirawat di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2016-2018”. Desain penelitian ini adalah uji klinis acak dan
tersamar ganda dengan jumlah subjek pada masing-masing kelompok sebanyak 60 orang. Kelompok
perlakuan mendapatkan diazepam oral dengan dosis 0,1-0,3 mg/kg/x bila suhu aksila
>38,5°C sedangkan kelompok kontrol mendapatkan plasebo dengan jumlah yang sama. Kedua kelompok
mendapatkan penanganan yang sama selain perlakuan. Perlakuan diberikan secara acak selama periode
demam. Pasien dan dokter tidak mengetahui jenis perlakuan yang diberikan. Frekuensi berulangnya
kejang dievaluasi selama 6 bulan setelah pasien pulang dari rumah sakit. Efek samping yang dicatat
selama pemberian perlakuan adalah adanya muntah dan pusing. Hasil penelitian, didapatkan karakteristik
dasar kedua kelompok tidak berbeda bermakna. Frekuensi berulangnya kejang dalam 6 bulan pada
kelompok perlakuan sebanyak 12 orang sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 15 orang dengan
p=0,003, IK 95% (1,1-7,3). Efek samping muntah atau pusing didapatkan sebanyak 10 orang pada
kelompok perlakuan sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 3 orang. Setelah menganalisis
berdasarkan komponen VIA, jurnal tersebut valid. Untuk mengetahui pentingnya jurnal (komponen I pada
“VIA”), dokter pendidik klinik meminta Andi untuk membuat tabel 2x2 sehingga dapat menghitung RR,
CER, EER, ARR, RRR, dan NNT serta NNH pada jurnal tersebut.
Andi juga menemukan jurnal lain yang merupakan kelanjutan penelitian pada artikel sebelumnya.
Jurnal tersebut menyebutkan penelitian kemudian dilanjutkan untuk dilakukan pengamatan dengan metode
kohort. Jumlah subjek didapatkan sebanyak 30 subjek pada kasus dan 30 subjek pada kontrol. Kasus yaitu
anak usia 1-5 tahun dengan kejang demam kompleks dengan kriteria eksklusi adalah subjek yang disertai
dengan sindrom tertentu sedangkan kelompok kontrol adalah anak usia 1-5 tahun dengan kejang demam
sederhana. Kriteria eksklusi yaitu subjek yang mempunyai riwayat kejang demam dalam keluarga. Semua
subjek baik pada kasus dan kontrol kemudian dilakukan pengamatan terhadap kejadian epilepsi selama 3-
5 tahun. Subjek yang mendapatkan pengobatan selama pengamatan dicatat dan pengobatan dilanjutkan
sesuai dengan konsensus kejang demam. Subjek yang didiagnosis epilepsi juga diberikan penatalaksanan
sesuai dengan protap. Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kejadian epilepsi dilakukan analisis. Hasil
pengamatan, didapatkan sebanyak 6 orang lost to follow up, tetapi tetap dilakukan analisis pada akhir
penelitian. Kejadian epilepsi didapatkan 10 orang pada kelompok kasus sedangkan pada kelompok kontrol
sebanyak 3 orang. Dokter pendidik klinik menanyakan “Bagaimanakah cara melakukan telaah kritis pada
penelitian kohort?”.
Nita melakukan telaah kritis pada jurnal yaitu berjudul “Sensitifitas dan Spesifisitas Alat Stick
Kolesterol Merek A pada Pasien dengan Hiperkolesterolemia di Puskesmas Payangan, Gianyar, Bali pada
Tahun 2018”. Jumlah subjek penelitian sebanyak 120 orang dilakukan pemeriksaaan kolesterol dengan
alat stick oleh dokter di puskesmas dan serum kolesterol di laboratorium swasta. Hasil penelitian
didapatkan sensitivitas dan spesifisitas masing-masing sebesar 89% dan 82%, NPP sebesar 83%, dan
NPN sebesar 85%. Nita kemudian menyampaikan hasil telaah kritis jurnal tersebut berdasarkan komponen
VIA.
Langkah 1: Identify and clarify unfamiliar terms
1. Etiology :  studi yang mempelajari tentang sebab dan asal muasal
2. systematic review : sebuah jenis tinjauan literatur yang memakai metode-metode sistematis
untuk mengumpulkan data sekunder, melakukan kajian-kajian riset, dan mengumpulkan temuan-
temuan secara kualitatif dan kuantitatif.
3. PICO : P (patient, population, problem), I (intervention, prognostic factor,
exposure), C (comparison, control), dan O (outcome).
4. RR : Respiration Rate
5. CER : control event rate
6. EER : experimental event rate
7. ARR : Absolute risk reduction
8. RRR : Relative risk reduction
9. NNT : number needed to treat
10. NNH : number needed to harm
11. demam kompleks : kejang terjadi lebih dari 15 menit, atau terjadi lebih dari sekali selama
kurun 24 jam
12. kriteria eksklusi : ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sampel
13. epilepsy : Gangguan ketika aktivitas sel saraf di otak terganggu, yang menyebabkan
kejang.
14. protap : serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan dan didokumentasikan
15. lost to follow up : hilang dari pantauan
16. NPP : nilai prediktif test positif
17. NPN : nilai prediktif test negatif
18. Sensitivitas : kemampuan tes untuk menunjukkan individu mana yang menderita sakit
dari seluruh populasi yang benar-benar sakit.
19. Spesisifitas : kemampuan tes untuk menunjukkan individu mana yang tidak
menderita sakit dari mereka yang benar-benar tidak sakit.

Langkah 2: Define the problem


1. Dalam pemicu disebutkan dokter menyarankan untuk membuat PICO, jelaskan tentang apa itu
PICO!
2. Dalam mencari informasi klinis masalah apa saja yang dapat ditemukan ?
3. Apa saja klasifikasi dari pertanyaan klinis ?
4. Dalam pemicu disebutkan bahwa terdapat kriteria eksklusi, jelaskan apa itu kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi !
5. Jelaskan tentang validitas internal !
6. Apakah factor yang dapat mempengaruhi validitas internal?
7. Aspek apa saja yang harus diperhatikan dalam critical appraisal ?
8. Apa saja yang dinilai dalam critical appraisal ?
9. Jelaskan pembagian validitas eksternal secara umum !
10. Bagaimana cara meningkatkan validitas internal ?
11. Hal apa saja yang dapat menjadi sumber validitas eksternal?

Langkah 3: Brainstorming based on prior knowledge


1. PICO merupakan sarana yang dapat digunakan untuk membantu dokter dalam pencarian informasi
klinis.
2. Ada 2 masalah yang dapat ditemukan
3. Pertanyaan klinis bisa diklasifikasikan menjadi pertanyaan background dan foreground.
4. Kriteria inklusi adalah kriteria atau standar yang ditetapkan sebelum penelitian atau penelaahan
dilakukan sedangkan Kriteria eksklusi atau kriteria pengecualian adalah kriteria atau standar yang
ditetapkan sebelum penelitian atau penelaahan.
5. Validitas internal adalah derajat bias dari suatu studi penelitian atau tingkat di mana hasil penelitian
dapat dipercaya kebenarannya karena keakuratan alat ukur
6. Ada beberapa factor yang mempengaruhi validitas eksternal
7. ada 5 (lima) aspek yang harus diperhatikan.
8. ada 4 aspek besar
9. Secara umum ada 3 validitas eksternal
10. ada 4 cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan validitas internal
11. terdapat 3 sumber validitas eksternal
Langkah 4: Analyze, review, and organize tentative explanation (hypothesis)
1. PICO merupakan sarana yang dapat digunakan untuk membantu dokter dalam pencarian informasi
klinis. PICO merupakan metode pencarian informasi klinis yang merupakan akronim dari 4
komponen: P (patient, population, problem), I (intervention, prognostic factor, exposure), C
(comparison, control), dan O (outcome).
Dengan menggunakan PICO, kita dapat memastikan penelitian yang dicari sesuai dengan pertanyaan
klinis kita sehingga kita bisa memberikan pelayanan berdasarkan evidence based medicine kepada
pasien.penting bagi klinis untuk bisa memilah-milah informasi yang benar dan up to date di tengah
pesatnya arus informasi sehingga bisa memberikan terapi kepada pasien dengan lebih baik, rasional,
dan evidence based. Untuk itulah klinis perlu membekali dirinya dengan metode untuk melakukan
penelusuran informasi dengan tepat dan memilah serta memilih informasi yang sesuai dengan pasien
yang ditangani. Hal ini terutama karena peningkatan jumlah publikasi ilmiah disertai dengan
menurunnya beberapa kualitas terbitan ilmiah akibat munculnya jurnal-jurnal predator yang tidak
mempertimbangkan kaidah dan etika keilmuan.

2. Ada 2 masalah yang dapat ditemukan, di mana mencarinya, serta bentuk pertanyaan.
- Lokasi Pencarian Informasi Klinis
Berdasarkan originalitas informasi dan kedekatannya terhadap sumber langsung, sumber informasi
klinis bisa dibagi menjadi sumber informasi primer, sekunder, dan tersier. Sumber informasi primer
adalah materi atau informasi berdasarkan penelitian, sebaiknya menggunakan sumber jurnal dengan
peer review. Sumber sekunder adalah sumber informasi yang menganalisa, mengevaluasi,
menginterpretasi, merangkum atau menyusun kembali sumber-sumber informasi primer, misalnya
journal reviews, article reviews, buku-buku teks, dan berbagai database atau indeks (misalnya
Medline). Sumber informasi tersier adalah gabungan sumber informasi primer dan sekunder yang
telah dikumpulkan dan disadur. Umumnya sumber informasi menyediakan daftar sumber informasi
primer dan sekunder yang ekstensif atau rangkuman dari berbagai informasi primer dan sekunder.

Buku teks memiliki kelebihan berupa sumber informasi yang lengkap dan sistematis. Namun, proses
pembuatan buku yang membutuhkan waktu lama membuat informasi dalam buku sering kali sudah
tidak sesuai dengan informasi terkini.
Informasi klinis yang tersedia online sangat ekstensif, sehingga kita membutuhkan strategi untuk
mendapatkan informasi yang tepat. Misalnya, bila kita memasukkan kata kunci hipertensi di situs
Pubmed, maka kita akan mendapatkan hampir 500 ribu artikel yang sebagian besar tidak
mengandung informasi yang kita butuhkan. Karenanya dibutuhkan strategi dalam memilih kata
kunci dan melakukan pencarian informasi klinis untuk mempermudah dalam pencarian.

- Bentuk Pertanyaan Klinis


Translasi ketidaktahuan menjadi pertanyaan merupakan kunci utama untuk menemukan jawaban
yang tepat. Pertanyaan yang diajukan harus Relevan dan berhubungan langsung dengan masalah
yang diidentifikasi dan Dalam bentuk yang bisa mempermudah proses pencarian jawaban.

3. Pertanyaan klinis bisa diklasifikasikan menjadi pertanyaan background dan foreground. Klasifikasi
ini penting untuk membantu memilih sumber dan lokasi pencarian informasi klinis yang tepat.
- Pertanyaan background adalah pertanyaan tentang pengetahuan umum mengenai penyakit,
kondisi, proses, atau suatu hal. Tipe pertanyaan yang diajukan biasanya adalah who, what,
where, when, how dan why mengenai gangguan tertentu, pemeriksaan, atau treatment. Untuk
menjawabnya, sebaiknya dilakukan pencarian informasi klinis dari buku teks atau dari sumber-
sumber sekunder.
- Pertanyaan foreground adalah pertanyaan spesifik mengenai pengetahuan tertentu untuk
membantu keputusan klinis. Jenis pertanyaan ini biasanya mengenai pasien atau populasi yang
spesifik. Pertanyaan klinis ini memerlukan formulasi penyusunan yang benar sehingga dokter
mampu mencari jawabannya dengan efisien dan efektif. Untuk itu, bisa menggunakan metode
PICO

4. Kriteria inklusi adalah kriteria atau standar yang ditetapkan sebelum penelitian atau penelaahan
dilakukan. Kriteria inklusi digunakan untuk menentukan apakah seseorang dapat berpartisipasi
dalam studi penelitian atau apakah penelitian individu dapat dimasukkan dalam penelaahan
sistematis. Kriteria inklusi meliputi jenis kelamin, usia, jenis penyakit yang diobati, pengobatan
sebelumnya, dan kondisi medis lainnya. Kriteria inklusi membantu mengidentifikasi peserta yang
sesuai.
Kriteria eksklusi atau kriteria pengecualian adalah kriteria atau standar yang ditetapkan sebelum
penelitian atau penelaahan. Kriteria eksklusi digunakan untuk menentukan apakah seseorang harus
berpartisipasi dalam studi penelitian atau apakah penelitian individu harus dikecualikan dalam
tinjauan sistematis. Kriteria eksklusi meliputi usia, perawatan sebelumnya, dan kondisi medis
lainnya. Kriteria membantu mengidentifikasi peserta yang sesuai.
5. Validitas internal adalah derajat bias dari suatu studi penelitian atau tingkat di mana hasil penelitian
dapat dipercaya kebenarannya karena keakuratan alat ukur. Validitas internal mengacu pada
kemampuan alat ukur untuk membuat penjelasan yang masuk akal mengenai hasil penelitian yang
didapatkan, sedangkan validitas eksternal lebih mengacu pada generalisasi hasil penelitian studi.
Validitas internal merupakan validitas yang berhubungan dengan sejauh mana hubungan antar
variabel dalam penelitian. Validitas internal bertujuan untuk memastikan tidak adanya bias dalam
penelitian sehingga hasil penelitian dapat dipercaya dan bermakna.

6. Berikut adalah faktor yang dapat mempengaruhi validitas internal:


1) Sejarah (History)
Peristiwa yang terjadi di masa lalu terkadang masih dapat mempengaruhi subjek atau fenomena.
Oleh karena itu, perubahan variabel yang disebabkan oleh sejarah atau pengalaman subjek penelitian
mengenai topik yang akan diteliti harus dihindari agar alat ukur memiliki validitas internal yang
baik. Terdapat dua jenis sejarah yang dapat mempengaruhi validitas internal:
- Proactive history: Faktor perbedaan individu yang sudah menempel pada individu, seperti jenis
kelamin, usia, sikap, intelegensi, dan lain-lain.
- Retroactive history: Faktor retroactive history hanya dapat mempengaruhi penelitian yang
mengunakan pretes-postes. Faktor ini menekankan bahwa mungkin terjadi perubahan pada jarak
waktu antara pengukuran pretes dan postes. Faktor ini dapat dikendalikan dengan teknik
konstansi, di mana subjek penelitian tidak memiliki teman atau relasi yang memiliki
permasalahan yang sama dengan tema penelitian.
2) Kematangan (Maturitas)
Subjek penelitian selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan, tetapi peneliti tidak boleh
membiarkan faktor ini mempengaruhi variabel karena perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh
eksperimen atau kontrol peneliti, melainkan kematangan atau maturitas subjek penelitian. Hal ini
dapat mempengaruhi validitas internal karena perubahan pada subjek tidak disebabkan oleh
eksperimen atau kontrol peneliti.
3) Seleksi (Selection)
Seleksi atau pemilihan anggota kelompok yang akan diteliti juga mempengaruhi validitas internal
suatu penelitian. Anggota kelompok yang dipilih harus memiliki karakteristik yang serupa, sebagai
contoh, ketika meneliti kasus diabetes, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol harus memiliki
riwayat penyakit yang serupa sehingga hasil penelitian tidak dipengaruhi oleh karakteristik lain yang
dapat mengancam validitas internal dari hasil penelitian
4) Prosedur Tes (Testing)
Pengalaman subjek penelitian yang telah melakukan tes sebelumnya berbeda dengan subjek
penelitian yang baru melakukan tes untuk pertama kalinya karena subjek penelitian yang telah
melakukan tes sebelumnya mungkin saja mengingat kembali jawaban yang pernah ia isi dan
menggantinya dengan jawaban lain, sehingga jawaban yang didapatkan oleh peneliti tidak bersifat
alami karena subjek penelitian telah memperbaiki jawabannya.
5) Instrumen
Instrumen atau alat ukur biasanya digunakan dua kali, yaitu pada saat sebelum perlakuan atau
eksperimen dan setelahnya. Subjek peneliti bisa saja mengisi alat ukur yang diberikan setelah
perlakuan atau eksperimen agar mendapatkan nilai yang baik. Sebagai contoh, penderita diabetes
diberikan alat ukur berupa kuesioner untuk mengukur gejala diabetes yang dialami.
6) Mortalitas (Mortality)
Saat melakukan penelitian atau eksperimen, terdapat subjek penelitian yang ‘drop out’ karena
berbagai alasan di antara waktu pretes (sebelum eksperimen atau perlakuan) dan postes (setelah
eksperimen atau perlakuan). ‘Drop out’ dapat disebabkan oleh subjek yang berpindah tempat tinggal,
tidak ingin melanjutkan penelitian lagi, sakit atau meninggal dunia. Faktor ini juga dapat
mempengaruhi validitas internal dari penelitian.
7) Regresi ke Arah Nilai Rata-rata (Regression Toward The Mean)
Faktor ini dapat diketahui ancamannya setelah data telah diproses. Nilai ekstrim tinggi atau rendah
dari hasil pretes menjadi tidak ekstrim lagi pada pengukuran kedua. Perubahan ini bukan merupakan
perubahan yang sebenarnya, melainkan perubahan semu. Oleh karena itu, regresi ke arah nilai rata-
rata ini juga disebut dengan regresi semu atau regression artifact.

7. ada 5 (lima) aspek yang harus diperhatikan. Kelima aspek tersebut adalah aspek bahasa, membaca,
konteks, keutuhan bacaan dan aspek pembaca.
- Aspek bahasa ; dalam menggali suatu artikel ataupun buku perlu diperhatikan penggunaan bahasa
baik dari segi pilihan kata, kalimat, hubungan antar kalimat dan paragraf.
- Aspek pembacaan teks; dalam membaca, pembaca berusaha menemukan ide yang ada dalam
bacaan. Ada dua hal penting yang mempengaruhi pembaca yaitu (1) skemata pembaca
(membandingkan apa yang dibaca dengan apa yang telah dimilikinya baik melalui hasil bacaan dan
pengalamannya), dan (2) strategi penyajian ada dua yaitu wacana yang bentuknya tertutup;
bahasanya cenderung menggunakan bahasa bidang ilmu serumpun yang hanya dipahami oleh orang
tertentu saja. Wacana bentuknya terbuka yaitu bahasa yang digunakan bersifat umum dan mudah
dipahami.
- Aspek konteks; yaitu penyampaian isi atau informasi si penulis kepada pembacanya sesuai dengan
tema yang ditulis. Si pembaca akan mudah memahami isinya apabila yang dibacanya sesuai dengan
latar belakang ilmu dan pengalaman yang dimilikinya.
- Aspek keutuhan bacaan; aspek keutuhan bacaan yang perlu dikaji secara cermat dari sebuah bacaan
meliputi: siapa penulisnya, rujukan yang digunakan, relevansi rujukan yang diacu, ketepatan cara
merujuk, akurasi/ketelitian data, kedalaman analisis dan pembahasan, kejelasan dan kemudahan
uraian, kelengkapan informasi, dan Kesesuaian isi artikel dengan gagasan yang akan ditulis.
- Aspek pembaca; aspek pembaca terutama terkait dengan niat pembaca dan kesesuaian isi bacaan
dengan kebutuhan pembaca

8. yang dinilai pada critical apraisal


1.Deskripsi umum
- desain
- populasi target, terjangkau, sampel.
- Cara pemilihan sampel.
- variabel bebas.
- variabel tergantung.
2.Validitas internal hubungan non-kasual
- bias
- Chance
- Confounding
3. Validitas interna, hubungan kausal
- hubungan waktu
- sosiasi kuat
- hubungan dosis
- hasil konsisten
- hubungan bersifat spesifik
- koherensi
- hasil biologically plausible.
4. Validitas eksterna
- hasil dapat diterapkan pada subjek terpilih.
- hasil dapat diterapkan pada populasi terjangkau.
- hasil dapat diterapkan pada populasi yang lebih luas.

9. Secara umum ada 3 validitas eksternal

A. Validitas Populasi
Kemampuan hasil suatu penelitian untuk digeralisasikan dari sampel penelitian kepada populasi
yang lebih besar. Validitas populasi berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, apakah dilakukan
secara acak atau tidak. Validitas populasi akan semakin baik apabila sampel diambil melalui random
sampling. Akan tetapi random sampling sulit dilakukan pada penelitian eksperimen karena seringkali
jumlah populasi yang sebenarnya tidak diketahui.
Berkaitan dengan validitas populasi, maka perlu diperhatikan darimana populasi diambil yaitu
populasi target dan populasasi yang dapat dijangkau. Populasi target adalah populasi lebih besar
dimana hasil penelitian akan digeneralisasikan, sedangkan populasi yang dapat dijangkau adalah
kelompok populasi yang tersedia untuk peneliti.

B. Validitas Ekologis
Berkaitan dangan situasi dan kondisi lingkungan. Validitas ekologis tinggi apabila pengaruh dari
manipulasi VB tidak terkait dengan setting lingkungan yang sudah ada sebelumnya sehingga hasil
penelitian dapat diterapkan di lingkungan lain.
Adapun yang termasuk validitas ekologis sebagai berikut:
- Multiple treatment interference yaitu kondisi dimana perlakuan sebelumnya masih
berpengaruh pada perlakuan berikutnya pada subjek yang sama dan mengalami dua
manipulasi yang berbeda ( mungkin menjadi subjek dalan 2 penelitian).
- Hawthorne Effect yaitu suatu kondisi dimana subjek menyadari sedang diteliti sehingga
menampilkan tk laku tertentu. Kondisi ini dapat diatasi dg single blind procedure
(membatasi pengetahuan subjek).
- Pretesting Effect yaitu suatu kondisi dimana subjek menunjukkan hasil tes yang bukan
sebenarnya, bereaksi berbeda, defensif, dan memperkuat opini.
- Experimenter effect yaitu suatu kondisi dimana peneliti membatasi hasil generalisasi, ini
terkait dengan atribut dan harapan peneliti.
C. Validitas Temporal
Berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian pada waktu yang berbeda. Peneliti perlu
dipertimbangkan waktu pemberian treatmen, rentang pengukuran VT , jarak antar manipulasi VB
dll.
1. Validitas Temporal meliputi:
Variasi Musiman: variasi ini berkaitan dengan kejadian secara umum atau biasa terjadi
sepanjang waktu dalam populasi.
- Fixed time variation : Varian ini terjadi apabila perubahan terjadi pada waktu tertentu
atau waktu yang dapat diramalkan. (Kemacetan dapat diramalkan di Jakarta pada waktu
pulang kantor atau kemacetan di puncak pada saat liburan).
- Variable time variation : Varian ini terjadi apabila perubahan terjadi pada waktu yang
tidak sama atau tidak dapat diramalkan – tidak bisa diterapkan untuk individu lain.
2. Variasi siklus (cyclical variation)
Ini merupakan bentuk dari variasi musiman, namun terjadi di dalam diri manusia dan makhluk
lainnya. Siklus pada diri manusia dan makhluk lainnya dapat mengubah pengaruh VB terhadap
VT. Misalnya; kondisi fisik manusia pada siang hari tidak sama dengan pagi hari, jika penelitian
diulang pada waktu yang berbeda kemungkinan hasil tidak sama.
3. Variasi personal (personological variation)
Variasi ini merupakan variasi dari karakteristik individu spanjang waktu. Walaupun secara
umum karakter orang cenderung stabil, namum beberapa karakter cenderung berubah pada wktu
tertentu. Misalnya; penelitian tentang minat belajar dilakukan pada saat musim ujian dan tidak
hasilnya kemungkinan berbeda.

10. ada 4 cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan validitas internal
cara yang dapat dilakukan yaitu:
- Mengelompokkan unit eksperimen secara objektif. Teknik yang baik untuk mengelompokkan
adalah randomisasi. Jika randomisasi tidak memungkinkan, pengelompokan dapat dilakukan dengan
penyeragaman (matching) variable yang berpengaruh, pembatasan variable sehingga ada
homogenitas antarkelompok.
- Menggunakan isntrumen pengukuran yang valid dan reliable, serta prosedur yang tepat.
- Menghindari terjadinya interaksi (proses pembelajaran)) suatu perlakuan yang diberikan kepada
kelompok kontrol selama kegiatan penelitian berlangsung.
- Membuat kondisi yang baik, khususnya di lingkungan eksperimen.

11. Berikut adalah sumber validitas eksternal


- Interaksi Seleksi dan Perlakuan (Interaction of Selection and Treatment): Faktor interaksi seleksi
dan perlakuan dikontrol oleh peneliti dengan penggunakan intact calss dan melakukan pengacakan
terhadap kelas yang akan dipisah menjadi kelompok kontrol dan eksperimen.
- Interaksi Latar dan Perlakuan (Interaction of Setting and Treatment): Faktor interaksi latar dan
perlakuan dikontrol dengan menyamakan populasi pada latar atau setting yang sama, seperti kelas,
kelompok usia, dan materi yang sama.
- Multiple Treatment Interference: Faktor multiple treatment interference dilakukan dengan cara
memastikan kedua kelompok subjek belum pernah mendapatkan perlakuan yang serupa sebelumnya

Langkah 5: Formulate learning objectives (LO)


1. Critical appraisal on clinical trial articles
2. Critical appraisal on diagnostic test articles
3. Critical appraisal on prognosis articles
4. Critical appraisal on harm/etiology articles
5. Critical appraisal on systematic review/metaanalysis articles

Langkah 6: Independent learning and infromation gathering


Langkah 7: Shares, synthesis, and summarizes the results of independent learning.

Anda mungkin juga menyukai