Anda di halaman 1dari 3

Nama : Silvia Anggraini

NIM : 1130018060
Kelas : 6B

SIMPULAN HASIL DISKUSI


Kelompok 1 (Trigger Case Peran dan Fungsi Peeawat dalam Kasus Dehidrasi)
 Dehidrasi adalah sebuah kondisi ketika tubuh tidak memiliki cairan sebanyak yang
dibutuhkan. Terbatasnya asupan cairan membuat tubuh tidak berfungsi dengan baik.
Anda dapat mengalami dehidrasi ringan, sedang, atau dehidrasi berat tergantung pada
seberapa banyak cairan yang hilang dari tubuh.
 Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 2009 peran perawat terdiri dari :
1. Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan dehidrasi
yaitu mampu mengatasi dan mengurangi masalah yang dihadapi klien
2.Sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien & keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
3.Sebagai educator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan
perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang mencegah dan
pengobatan dehidrasi.
4.Sebagai kolaborator
Perawat melakukan kolaborasi dengan dokter dengan memberikan cairan
intravena,pemberian oralit,zink,antibiotik,kemudian kolaborasi dengan analis
kesehatan dengan pemeriksaan darah dan feses.
5.Sebagai konsultan
Perawat memberikan pendidikan kepada orang tua mengenai rehidrasi oral untuk
mengatasi dehidrasi atau diare
6.Sebagai pembaharu
Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah
sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan

Kelompok 4 (Trigger case peran dan fungsi perawat terkait dengan gigitan ular)
 Gigitan ular atau snake bite dapat disebabkan oleh ular berbisa dan ular tidak berbisa.
Gigitan ular berbisa mempunyai akibat yang beragam mulai dari luka yang sederhana
sampai dengan mengancam nyawa dan menyebabkan kematian. Pertolongan pertama
yang dapat dilakukan adalah dengan tidak menunda pengiriman pasien ke rumah
sakit. Lakukan evaluasi klinis lengkap dan segeralah untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium dasar, untuk segera mengitung sel darah lengkap, penentuan golongan
darah dan uji silang, waktu protombin, waktu tromboplatin parsial, hitung trombosit,
urinalisis, dan penentuan kadar gula darah, elektrolit. Untuk gigitan yang hebat
lakukan pemeriksaan fibrinogen, fragilitas, sel darah merah, waktu pembekuan, dan
waktu retraksi bekuan.
 Prinsip utama dari pertolongan pertama pasca gigitan ular adalah usaha untuk
memperlambat sistemik absorbsi bisa, meyelamatkan hidup dan mencegah komplikasi
sebelum pasien mendapatkan, pelayanan kesehatan, memantau gejala awal efek dari
envenomasi yang membahayakan, mengatur transport pasien ke layanan kesehatan,
dan yang paling penting adalah semua tindakan itu tidak membahayakan pasien atau
menambah perburuk kondisi pasien atau menambah perburukan kondisi pasien
(Luman dan Endang, 2016)
 Derajat envenomasi harus dinilai dan observasi 6 jam untuk menghindari penilaian
keliru dan envenomasi yang berat. Mulai larutkan alin IV pada semua pasien berikan
oksigen, dan tangani syok jika ada. Pertahankan posisi ekstermitas setinggi jantung,
turniket dilepas hanya bila syok sudah diatasi dan anti bisa diberikan. Beberapa
sumber menganjurkan ekspolrasi bedah dini untuk menentukan kedalaman jumlah
jaringan yang rusak, sesuai dengan jenis ular yang menggigit apakah berbisa atau
tidak.

Kelompok 6 (Trigger Case peran dan fungsi perawat dalam kejang demam)
 Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering dijumpai pada
bayi dan anak. Biasanya antara usia 3 bulan sampai 5 tahun. Sekitar 2 sampai 5%
anak pernah mengalami kejang demam sebelum usia 5 tahun (Ngastiyah, 2005). Dari
penelitian berbagai pakar di dunia didapatkan bahwa sekitar 2,2% - 5% anak pernah
mengalami kejang demam sebelum usia 5 tahun. Jumlah penderita kejang demam
diperkirakan mencapai 2 sampai 4% dari jumlah penduduk di Amerika Serikat,
Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan penderitanya lebih tinggi
sekitar 20%, diantara jumlah penderita itu mengalami kejang demam kompleks yang
harus ditangani secara lebih teliti. Kejang demam dilaporkan di Indonesia mencapai
2-4% (Lumbantobing, 2003).
 Peran perawat dalam menangani pasien dengan kejang demam pada prinsipnya
adalah menjaga agar tidak terjadi serangan kejang berulang dengan cara mengontrol
terjadinya peningkatan suhu tubuh pasien dan mengendalikan infeksi penyebab
demam. Selain itu perawat juga berperan untuk mencegah terjadinya trauma atau
injuri ketika kejang berlangsung (Koesrini, 2015).

Kelompok 8 (Trigger case peran dan fungsi perawat dalam keperawatan gawat
darurat)
 Penanganan pertama tepat untuk pasien sesak napas. Segera pindahkan penderita ke
tempat yang aman dan biarkan ia beristirahat. Lalu bantu penderita menempatkan
posisi tubuhnya senyaman mungkin, baik dengan duduk, berdiri, atau berbaring.
Longgarkan pakaian penderita. Jangan memberikan makanan atau minuman apa pun,
dan bantu penderita untuk mengonsumsi obat-obat pribadi mereka, misalnya obat
pereda asma. Dampingi penderita hingga bantuan medis datang. Hindari berasumsi
bahwa kondisinya sudah baik meski keluhannya sudah reda. Jika penderita sesak
napas sebelumnya mengalami cedera pada dada dan leher, hindari gerakan yang
berlebihan. Untuk mengatasi sesak napas karena tersedak, segera lakukan Heimlich
maneuver. Sebaiknya menghubungi UGD atau membawa penderita ke rumah sakit
terdekat. Apabila penderita sesak napas tiba-tiba mengalami henti napas dan henti
jantung, Anda bisa melakukan CPR jika sudah pernah mendapatkan pelatihannya.

Anda mungkin juga menyukai