Anda di halaman 1dari 6

RESUME GAWAT DARURAT

(Disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah “Gawat Darurat”)

Disusun oleh:

Allecia Putri Berliana AK118010

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

BANDUNG

2021
RESUME PERTEMUAN 1

1. PERAN PERAWAT GAWAT DARURAT

Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan keperawatan profesional


diberikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Dalam pelayanan
keperawatan ini bersifat darurat sehingga perawat harus memiliki kemampuan,
ketrampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan yang tinggi dan benar dalam
menangani kedaruratan pasien (Saudin and Kristiyanto, 2016, p. 30). Dalam
pelayanan gawat darurat ini perawat mempunyai peran penting dalam
memberikan pertolongan dalam pasien. Peran dan fungsi perawat gawat darurat
berdasarkan pada kondisi pelayanan kegawat daruratan :

1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak ketergantungan pada orang lain. Dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan
keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk memenuhi KDM.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi peawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau
intruksi dari rawat lain sebagai tindakan limahan tugas yang diberikan
. Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau
dari perawat primer ke peawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi yang dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantingan diantara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat
terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam
pemberian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat
saja melainkan jga dari dokter ataupun lainnya.
Peran perawat dalam pelayanan gawat darurat yaitu (Sheehy, 2013, pp. 4–5):

1. Pemberi pelayanan kesehatan (direct care provider) pelayanan ini


diberikan langsung kepada pasien yang mengalami masalah kesehatan
karena sakit akut, kritis, labil dan cedera. Seta memberikan pelayanan
kesehatan langsung pada keluarga, kelompok pasien dan masyarakat yang
membutuhkan perawatan kritis atau gawat darurat.
2. Manager klinis (leadership) perawat gawat darurat dapat berperan sebagai
manager klinik atau unit gawat darurat yang bekerja untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan gawat darurat.
3. Pendidik (educator) perawat gawat darurat berperan sebagai pemberi
edukasi atau pembimbing klinik bagi pasien maupun keluarga dalam
upaya untuk meningkatkan kesehatan serta untuk pencegahan cedera
berulang maupun yang belum terjadi.
4. Peneliti (reseacher) perawat gawat darurat berperan sebagai peneliti di
dalam kesehatan terkait pelayanan gawat darurat juga berguna untuk
meningkatkan kualitas pelayanan gawat darurat.
5. Praktik kolaboratif (collaborative practice) berperan untuk membangun
kerjasama dan koalisi antar profesi dan melakukan praktik kolaboratif
untuk mendapatkan serta mengoprimalkan hasil pelayanan yang diberikan.

Terdapat prinsip dalam keperawatan gawat darurat, yaitu gawat darurat


(Emergent triage), gawat tidak darurat (Urgent triage), dan darurat tidak gawat
(Nonurgent triage). Gawat darurat yaitu ketika klien tiba-tiba berada dalam
keadaan gawat atau dapat menjadi gawat dan terancam nyawanya dan dapat
menjadi cacat anggota tubuhnya ketika tidak diberikan pertolongan dengan
cepat. Gawat tidak darurat yaitu ketika klien berada dalam keadaan gawat
tetapi memerlukan tindakan darurat, misalnya penderita kanker stadium lanjut.
Darurat tidak gawat yaitu klien dengan musibah yang tiba-tiba terjadi, tetapi
tidak mengancam nyawa klien dan anggota tubuhnya (Krisanty, 2009, pp. 18–
19).

Perawatan gawat darurat dilakukan untuk merawat klien dengan keadaan gawat
darurat atu mengancam nyawanya. Pasien dengan kondisi mengancam nyawa
berfokus pada tindakan resusitasi, sedangkan pada pasien menjelang ajal lebih
berfokus pada perawatan End of life. End of life care diberikan pada pasien
yang kritis atau menjelang ajal yitu mencangkup persiapan pasien dalam
mengadapi kematian dengan tenang dan damai. End of life care disini
bertujuan agar pasien yang kritis atau menjelang ajal merasa bebas dari rasa
nyeri, merasa nyaman tidak terbebani, merasa dihargai, dan berada dalam
kedamaian (Imaculata Ose, Ratnawati and Lestari, 2016, p. 172).

2. PENGKAJIAN ABC (AIRWAY, BREATHING, DAN CIRCULATION)

Pengkajian adalah tahap dalam keperawatan yang pertama dan bersifat


berkelanjutandimana pada fase tersebut data subjektif dan objektif
dikumpulkan untuk digunakan pada tahap selanjutnya. Dalam keperawatan
gawat darurat, pengkajian ditunjukan untuk mengidentifikasi kondisi pasien
saat datang dan adakah risiko yang membahayakan atau mengancam
kehidupan dari pasien. Pengkajian dalam keperawatan gawat darurat dilakukan
dengan Primary survey dan Secondary survey (Sheehy, 2013, p. 9). Primary
survey adalah penilaian yang cepat serta sistematis yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan mengenali keadaan atau kondisi yang mengancam
kehidupan klien secepat mungkin. Primary survey ini menggunkan pendekatan
pengkajian inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi (Sheehy, 2013, pp. 9–10).

Primary survey dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah DRABC


(Danger, Response, Airway, Breathing, Circulation) yaitu sebagai berikut
(Sheehy, 2013, p. 10):

1. Danger
Periksa situasi bahaya yang mengancam klien, pastikan lingkungan aman
bagi klien dan perawat sebelum memberikan pertolongan. Pastikan saat
memberikan pertolongan pada klien lihat sekeliling usahakan situasi aman.
2. Response
Kaji respon pasien, apakah pasien berespon saat di tanya. Gunakan AVPU
(Alert, Verbal, Pain, Unresponsive) untuk menentukan kesadaran klien.
3. Airway
- Pastikan kepatenan jalan napas dan kebersihannya segera. Benda asing
seperti darah, muntahan, permen, gigi palsu, atau tulang. Obstruksi juga
dapat disebabkan oleh lidah atau edema karena trauma jaringan.
- Jika pasien tidak sadar, selalui curigai adanya fraktur spinal servikal
dan jangan melakukan hiperekstensi leher sampai spinal dipastikan
tidak ada kerusakan.
- Gunakan tindakan jaw thrust secara manual untuk membuka jalan
napas.
4. Breathing
- Kaji irama, kedalaman dan keteraturan pernfasan dan observasi untuk
ekspansi bilateral pada dada.
- Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya krekels, wheezing, atau tidak
adanya bunyi nafas.
- Jika pernafasan tidak adekuat atau tidak ada dukungan pernafasan
pasien dengan suatu alat oksigenasi yang sesuai.
5. Circulation
- Tentukan status sirkulasi dengan mengkaji nadi, mencatata irama dan
ritmenya dan mengkaji warna kulit.
- Jika nadi karotis tidak teraba, lakukan kompensasi dada tertutup.
- Kaji tekanan darah
- Jika pasien hipotensi, segera pasang jalur intravena dengan jarum besar
(16-18). Mulai pergantian volume per protokol. Cairan kristaloid
seimbang (0.9% normal salin atau RL) biasanya yang digunakan.
- Kaji adanya bukti perdarahan dan kontrol perdarahan dengan
penekanan langsung.
- Jika pasien tidak bernafas periksa denyut nadi di leher (karotis)
- Jika pasien bernafas, periksa denyut nadi pada karotis atau pada
pergelangan tangan (radial)
- Jika nadi katoris pasien teraba, tapi nadi radialis tidak maka ini tanda
dari syok.
- Jika ditemukan darah berwarna cerah dan muncrat kemungkinan berasal
dari arteri, sebaliknya bila berwarna gelap dan mengalir biasanya
berasal dari vena.
- Kaji juga warna kulit, suhu tubuh dan kelembaban. Jika ditemukan kulit
pucat dan dingin menjadi indikasi syok.

Setelah primary survey selesai, lakukan secondary survey yang lebih terperini,
yang mencangkup pengkajian dari kepala ke kaki (head to toe). Bagian ini dari
pemeriksaan untuk mengidentifikasi semua cidera yang diderita oleh pasien.
Lakukan pengkajian tanda-tanda vital lengkap termasuk pernafasan, denyut
nadi, tekanan darah, dan temperatur. Jika saat pengkajian ada trauma dada
dapatkan tekanan darah pada kedua lengan(Williams and Wilkins, 2008, p.
13).Secondary surveydilakukan dengan pengkajian history, vital sign dan
pysical examination. History, dilakukan menggunakan metode yang dinamakan
SAMPLE, S (sign/symtoms yaitu tanda dan gejala), A ( Allergies, alergi), M
(Medications, pengobatan), P (Past medical history, riwayat penyakit), L (Last
oral intake, makanan yang dikonsumsi terakhir), E (Even prior to the illness or
injury, kejadian sebelum sakit). Poin tersebut dikembangkan menggunakan
skala OPQRS. O (onset), P ( Provocation), Q (Quality), R (Radiation), S
(severity), T (Timing). Vital sign, dilakuakan pengkajian lebih dalam ,
meliputi, pulse, respiration rate, blood pressure, temperatur. Pysical
examination, dilakukan dengan pemeriksaan fisik lengkap yaitu head to toe.
(Sheehy, 2013, pp. 10–11)

Anda mungkin juga menyukai