Anda di halaman 1dari 23

FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK DAN

PROSES KEPERAWATAN
KEGAWATDARURATAN
Filosofi Keperawatan Gawat Darurat

• Layanan keperawatan gawat darurat berupaya


keras untuk memberikan layanan yang
berkualitas tinggi atau layak diperoleh oleh
pasien/klien dengan konsep-konsep terbaru dari
ilmu keperawatan dan bersifat universal
• Layanan keperawatan gawat darurat bertujuan
untuk meyakinkan bahwa layanan
menempatkan pasien yang tepat di tempat yang
tepat dan mendapat layanan perawatan yang
tepat dari orang yang tepat di waktu yang tepat:
“The right patient in the right place and receives
the appropriate form of care from the right
person at the right time”.
Pengertian Keperawatan Gawat Darurat

Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing)


adalah pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada pasien yang mengalami injury atau
kondisi yang mengancam kehidupan, meliputi:
• pengkajian pasien,
• penentuan prioritas kegawatan pasien untuk
ditangani,
• pemberian intervensi, dan
• edukasi kesehatan kepada masyarakat terkait
penyakit dan atau penanganan kondisi
kegawatdaruratan yang dialami seseorang.
Keadaan yang Mengancam Nyawa
1. Kegawatan / Keadaan gawat adalah suatu
keadaan atau kondisi di mana seseorang
mengalami ancaman bahaya atau telah
mengalami dampak buruk dari bahaya yang
dialami sehingga menimbulkan gangguan atau
kerusakan tubuh yang lebih lanjut.
2. Keadaan Darurat adalah suatu kondisi yang
dialami seseorang membutuhkan penanganan
segera.
3. Gawat darurat adalah kondisi klinis pasien yang
membutuhkan tindakan medis segera untuk
penyelamatan nyawa dan pendegahan
kecacatan (Permenkes No.19 tahun 2016
tentang SPGDT)
Pasien dengan keadaan gawat dan
darurat (Emergency) berarti pasien dengan
kondisi yang membutuhkan suatu kegiatan
darurat (kegiatan atau tindakan yang perlu
segera diberikan kepada pasien di luar
kegiatan biasanya dengan prosedur yang
khusus dan berbeda).
Tujuan Penanggulangan Gawat Darurat

1. Mencegah kematian dan kecacatan pada pasien


2. Membantu pasien agar dapat hidup dan
melakukan fungsinya kembali di masyarakat
3. Merujuk pasien gawat darurat ke sistem yang
menyediakan penanganan yang lebih memadai
4. Penanganan korban bencana
Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu

 Sistem yang terlibat dalam proses memberikan penanganan


medis segera pada pasien gawat darurat
 Dapat dimulai dari fase pra RS/ Pre-Hospital (di luar RS atau
lingkungan tempat kejadian/incident yang menimbulkan
pasien gawat darurat), maupun dari IGD (fase RS/in
Hospital)
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
Dan Perkembangan Layanan PSC 119 Di Indonesia
○ SPGDT merupakan sistem penanganan korban gawat darurat yang
melibatkan peran semua sektor atau unsur yang ada di masyarakat.
SPGDT adalah mekanisme palayanan korban/pasien gawat darurat
yang terintegrasi dan berbasis call center dengan menggunakan
kode akses telekomunikasi 119 dengan melibatkan masyarakat.
○ Pusat Komando Nasional (National Command Center) adalah pusat
panggilan kegawatdaruratan di bidang kesehatan dengan kode
akses 119 yang digunakan di seluruh wilayah Indonesia.
○ Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu/Public Safety Center (PSC)
adalah pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan masyarakat
dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegawatdaruratan yang
berada di
○ kabupaten/kota yang merupakan ujung tombak pelayanan untuk
mendapat respon cepat (Permenkes No.19 tahun 2016 tentang
SPGDT)
Prinsip-Prinsip Penanggulangan Korban Gawat
Darurat

 Prinsip Utama: Memberikan


pertolongan pertama (pertolongan yang
diberikan daat kejadian atau bencana di
tempat kejadian) pada korban Tujuan
pertolongan pertama:
○ Menyelamatkan kehidupan
○ Mencegah kesakitan makin parah
○ Meningkatkan pemulihan
Tindakan Prioritas Penolong
 Ambil alih situasi
 Minta bantuan pada orang di sekitar
 Pastikan 3 Aman: Aman lingkungan, Aman
penolong dan korban
 Kaji korban secara cepat untuk masalah
yang mengancam kehidupan
 Berikan pertolongan pertama untuk
kondisi yang mengancam kehidupan
 Kirim ke fasilitas kesehatan yang terdekat
dan memadai
Mengontrol Area
 Kecelakaan kendaraan bermotor: pelarangan
merokok, cegah kerumunan, minta pertolongan
orang lain
 Kecelakaan listrik: putuskan hubungan listrik
dengan kayu atau lainnya (bahan yang tidak
dapat menghantar listrik/isolator lainnya), jaga
jarak dengan korban sampai korban berada di
area yang aman
 Kebakaran: jauhkan pasien dari sumber
kebakaran
 Asap, gas beracun: pindahkan pasien
Sikap Penolong
 Jangan panik
 Bersikap tenang
 Cekatan dalam melakukan tindakan
 Jangan terburu-buru memindahkan korban dari tempatnya
sebelum dipastikan sarana angkutan yang memadai
 Hal-hal penting yang harus diperhatikan terhadap korban:
 Pernafasan dan denyut jantung
○ Henti Nafas : Berikan nafas buatan
○ Henti Jantung : Lakukan RJP
 Perdarahan : Hentikan perdarahan, terutama dari pemda
besar
 Syok : Perhatikan tanda syok, pengaturan posisi,
 Risiko aspirasi : Posisi miring untuk mencegah aspirasi
 Fraktur : Balut bidai
Scope (Lingkup) Keperawatan Gawat
Darurat
Dalam menangani pasien dengan kegawatdaruratan,
seorang perawat harus memiliki kemampuan sebagai
berikut:
○ Kompetensi Inti
Perawat gadar harus mampu melakukan pengkajian pasien
gawat darurat dengan tepat, menentukan setting prioritas
dengan tepat, critical thinking, mampu memahami dan
melakukan berbagai tindakan praktis (multitasking), dapat
berkomunikasi dengan baik.
○ Keterampilan Teknikal
Perawat gadar harus memapu terampil bekerja di lingkungan
dengan setting dikelilingi situasi stress dan tekanan tinggi
misalnya saat menghadapi pasien trauma dan melakukan RJP
pada pasien henti jantung.
Aspek Legal Keperawatan Gawat Darurat
Perawat gawat darurat perlu memperhatikan aspek legal
keperawatan dalam memberikan layanan keperawatan
khususnya keperawatan gawat darurat:
○ Menghargai hak pasien, yaitu melalui Informed consent sebelum
tindakan (pada pasien sadar). Informasi tindakan yang akan
diberikan dan pasien berhak menerima atau menolak.
○ Implied consent, yaitu tindakan informasi dan persetujuan yang
diberikan kepada pasien yang tidak sadar, namun keadaan
mengancam jiwa
○ Perawat harus memberikan penanganan sesuai dengan kondisinya
○ Protokol di RS tentang delegasi dari dokter kepada perawat untuk
menangani pasien gadar saat dokter sedang tidak berada di tempat
○ Perhatikan Prinsip Confidentiality, yaitu menjaga privasi klien dan
informasi klien
Peran Dan Fungsi Perawat Gawat Darurat
Peran
 Pemberi layanan asuhan keperawatan (care giver)
 Pembela atau melindungi pasien secara hukum
(advocator) bagi pasien dan keluarga dengan
 Peneliti, yaitu melakukan penelitian terkait keperawatan
gawat darurat dan melakukan praktik keperawatan
gawat darurat yang berbasis bukti (evidence based
practice)
 Pengelola (manager), yaitu mengelola sumber daya
keperawatan untuk meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan
 Pendidik (educator), yaitu memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien dan keluarga.
Fungsi
 Fungsi Independen, yaitu fungsi mandiri perawat
dalam memberikan tindakan atau asuhan
keperawatan gawat darurat kepada pasien sesuai
masalah yang dihadapi pasien.
 Fungsi Dependen, yaitu fungsi delegasi perawat baik
secara penuh ataupun parsial dari petugas kesehatan
atau profesi lain dalam memberikan pelayanan gawat
darurat.
 Fungsi Kolaboratif, yaitu fungsi perawat sebagai
bagian atau tim kesehatan yang bekerjasama dengan
profesi atau tenaga kesehatan lain dalam memberikan
layanan kesehatan gawat darurat kepada pasien.
Efek Kegawatdaruratan pada Pasien dan
Keluarga

○ Ketakutan
○ Tidak sabar atau marah
○ Kesedihan
Proses Keperawatan Gawat Darurat
Pengkajian Keperawatan Gawat Darurat
 Pengkajian harus dilakukan secara terfokus dan
berkesinambungan untuk menghasilkan data
untuk memberikan perawatan yang baik dan
tepat untuk pasien.
 Proses pengkajian membutuhkan kemampuan
kognitif, psikomotor, interpersonal, etik, dan
kemampuan menyelesaikan masalah dengan
baik dan benar.
 Data yang dihasilkan harus tercatat, dapat
dijangkau dan dikomunikasikan dengan petugas
kesehatan lain.
Pengkajian Primer (Primary Survey)
 Bertujuan untuk mengidentifikasi dan menangani dengan
segera yang masalah mengancam nyawa
 Terdiri dari pengkajian: Airway (A), Breathing (B), Circulation
(C), Disability (D), Exposure (E)
Pengkajian Sekunder (Secondary Survey)
 Dilakukan untuk mengidentifikasi semua penyakit atau
masalah yang berkaitan dengan keluhan pasien
 Pengkajian Head to Toe, Riwayat Kesehatan,
Pemeriksaan penunjang, kondisi/status psikologis
Diagnosa
 Penentuan diagnosa berdasarkan hasil
pengkajian dengan menilai adanya masalah
pada A-B-C-D-E-F. Perumusan diagnosa dapat
menggunakan rujukan NIC NOC, atau Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI).
 Contoh diagnosa yang sering muncul pada
keperawatan gawat darurat yaitu:
○ Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan sekresi secret, sumbatan benda asing
○ Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme bronkus
○ Hipovolemia berhubungan dengan ekskresi cairan tubuh
berlebihan
○ Nyeri berhubungan dengan adanya agen cedera fisik
Intervensi
Penentuan intervensi sesuai dengan masalah yang dialami pasien dan
prioritas masalah. Contoh luaran yang diharapkan dan intervensi yaitu:
Masalah: Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan sekresi secret, sumbatan benda asing
Luaran/kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan
Bersihan jalan nafas efektif/meningkat, dengan kriteria hasil:
○ Tidak ada bunyi nafas tambahan
○ Sesak berkurang
○ Respiration Rate (RR) normal

Intervensi:
 Cek jalan nafas dan pernafasan klien
 Lakukan tindakan pengeluaran sumbatan/benda asing: suction,
 maneuver Heimlich/chest thrust
 Pasang OPA
 Berikan oksigen
 Atur posisi semi fowler
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai