Anda di halaman 1dari 13

RAMUAN DAN RANCANGAN OHT

ANTIDISLIPIDEMIA
(Tugas terstruktur mata kuliah Obat Bahan Alam)

Kelompok: 10
Kelas: A

Anggota:

1. Larasati Kurnia Dewi (2018210031)


2. Monica Nathania (2018210034)
3. Akmad Faqihuddin Aziz (2018210035)
4. Adhelia Suryamelia (2018210036)
5. Fathinah Syifa Muthmainnah Rasul (2018210040)
6. Bianca (2018210050)
7. Suci Fitri Diniah (2018210306)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2021
Studi literatur khasiat obat bahan alam secara empiris
Pengenalan istilah dislipidemia oleh BATTRA di Jawa Barat: Dislipidemia dikenal
luas oleh para BATTRA sebagai penyakit kolesterol, namun demikian secara implisit
beberapa BATTRA mengungkapkan bahwa dislipidemia berhubungan dengan
kegemukan.Tumbuhan obat/ ramuan obat untuk mengatasi dislipidemia: secara empiris
pengobatan tradisional (BATANTRA) ditujukan untuk mengatasi keluhan pasien, tidak
hanya menyembuhkan penyakit/ kelainan yang ada saja.
Beberapa diantaranya memiliki ramuan dasar, sebagaimana berikut ini.
Kota Sukabumi : daun sirih dan daun mahkota dewa, yang diambil (dipetik) sesuai kebutuhan
(tidak ada aturan khusus), kemudian dijemur selama dua hari setelah kering dirajang
kemudian masing-masing dikemas dalam kapsul. Untuk penyakit yang ringan dimulai dengan
3 kapsul daun sirih dan 1 kapsul daun mahkota dewa, disertai minum air kelapa yang masih
hijau. Jika pasien juga menderita tekanan darah tidnggi dapat diberikan bawang putih.
Kabupaten Karawang : sambiloto, antanan, temu putih, temulawak, habbatussaudah, jika
perlu dapat ditambahkan madu.
Kabupaten Sumedang : seledri, lobak putih, apel, jeruk keprok, serta gula merah sebagai
penambah rasa
Kota Cimahi : teh hijau kualitas utama, daun mimba atau imbau. pacar culan, jahe,
temulawak dan kunyit. Untuk mengeluarkan penyakit lewat urin bias ditambahkan tapak
dara. Ramuan ini dikenal dengan ‘ramuan tujuh’ (enam ramuan dasar serta satu tumbuhan
tambahan sesuai keluhan).
Kabupaten Tasikmalaya : memiliki ramuan yang dikenal dengan “SATEKOLA” terdiri dari
sambiloto, temulawak, komprey, dan lada). Untuk keluhan kolesterol yang ringan biasanya
ditambah daun handeuleum (daun wungu) sebagai pencahar, sedangkan untuk keluhan yang
berat bisanya diberikan daun jati Cina atau daun sena sebagai diuretik.
Kabupaten Bekasi : menyarankan penggunaan tumbuhan antanan, sambung nyawa, dan daun
dewa dengan cara dikonsumsi sebagai lalapan.
Namun demikian masih ada juga BATTRA yang memberikan pengobatan tunggal untuk
mengatasi dislipidemia, yaitu :
Kabupaten Indramayu : biji mengkudu. Sediaan ini diperoleh sebagai sisa pemrosesan
(blender) buah mengkudu yang sudah tua yang biasa digunakan untuk mengatasi keluhan
darah tinggi. Biji ini kemudian dijemur hingga kering, kemudian ditumbuk dan disaring
hingga halus sekali, baru kemudian diseduh apabila akan digunakan.
Kabupaten Garut: menyarankan penggunaan buah manggis, termasuk biji dan kulit-nya. Biji
dan kulitnya dijemur kemudian ditumbuk, dan diseduh ketika akan digunakan.
Kota Bogor: Pegobatan tradisional di kota Bogor sudah ‘terspesialisasi’ menjadi battra
pengobatan tulang, sehingga masyarakat kota Bogor yang membutuhkan pengobatan
tradisional ‘umum’ akan mencarinya di luar kotanya
Kearifan local Masyarakat Sunda pada Tumbuhan Obat/ Ramuan Obat Terpilih: Para
pengobat tradisional sepakat dengan usulan BATTRA kabupaten Bekasi untuk menjadikan
tumbuhan antanan, sambung nyawa, dan daun dewa sebagai tumbuhan obat/ ramuan obat
yang mengandung kearifan lokal Masyarakat Sunda.
Etiologi Dislipidemia
Etiologi dislipidemia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya seperti :
1. Faktor Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor yang berhubungan dengan rendahnya kolesterol
HDL. Resiko terjadinya dislipidemia pada wanita lebih besar daripada pria.
Sebagaimana penelitian Cooper pada 589 perempuan didapatkan respon peningkatan
kolesterol sedikit berbeda yaitu kadar LDL kolesterol meningkat lebih cepat
sedangkan kadar HDL kolesterol juga meningkat sehingga rasio kadar kolesterol
total/HDL menjadi rendah (Djauzi, 2005).
2. Faktor Usia
Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin menurun, begitu
juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL, sehingga bercak perlemakan dalam
tubuh semakin meningkat dan menyebabkan kadar kolesterol total lebih tinggi,
sedangkan kolesterol HDL relative tidak berubah. Pada usia 10 tahun bercak
perlemakan sudah dapat ditemukan di pembuluh darah. Prevalensi
hiperkolesterolemia pada kelompok usia 25-34 tahun adalah 9,3% dan meningkat
sesuai dengan pertambahan usia hingga 15,5% pada kelompok usia 55-64 tahun
(Djauzi, 2005).
3. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan salah satu faktor terjadinya dislipidemia. Dalam ilmu
genetika menyebutkan bahwa gen diturunkan secara berpasangan memerlukan satu
gen dari ibu dan satu gen dari ayah, sehingga kadar hiperlipidemia tinggi dan
diakibatkan oleh faktor dislipidemia primer karena faktor genetik (Djauzi, 2005).
4. Faktor Kegemukan
Salah satu penyebab kolesterol naik adalah karena kelebihan berat badan atau juga
bisa disebut dengan penyakit obesitas. Kelebihan berat badan ini juga bisa disebabkan
oleh makanan yang terlalu banyak yang mengandung lemak jahat tinggi di dalamnya.
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan trigliserida dan dapat menurunkan HDL
(Anwar, 2004).
5. Faktor Olahraga
Manfaat berolahraga secara teratur dapat membantu untuk meningkatkan kadar
kolesterol baik atau HDL dalam tubuh. Selain itu, berolahraga mampu meproduksi
enzim yang berperan untuk membantu proses memindahkan kolesterol LDL dalam
darah terutama pada pembuluh arteri kemudian dikembalikan menuju ke hati untuk
diubah menjadi asam empedu. Asam empedu ini diperlukan melancarkan proses
pencernaan kadar lemak dalam darah. Semakin rutin berolahraga dengan teratur maka
kadar kolesterol LDL dalam tubuh akan semakin berkurang sampai menuju ke titik
normal (Arisman, 2008).
6. Faktor Merokok
Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan
menurunkan kolesterol HDL. Ketika pengguna rokok menghisap rokok maka secara
otomatis akan memasukkan karbon monoksida ke dalam paru-paru dan akan merusak
dinding pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam asap rokok akan
merangsang hormone adrenalin, sehingga akan mengubah metabolisme lemak yang
dapat menurunkan kadar kolesterol HDL dalam darah (Anwar, 2004).
7. Faktor Makanan
Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan arterosklerosis.
Asupan tinggi kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar kolestertol total dan
LDL sehingga mempunyai resiko terjadinya dislipidemia (Anwar, 2004).
Rancangan Sediaan OBA

ANTIDISLIPIDEMIA
Losterol Plus
PT. Industri Jamu Borobudur

1. Formula : Guazumae ulmifolia folium ekstrak 412,5 mg


Camellia sinensis folium ekstrak 137,5 mg
2. Bentuk sediaan : Kapsul
3. Cara Pemakaian : Minumlah secara teratur 1 x sehari 1 kapsul
4. Klaim yang disetujui : Membantu mengurangi lemak darah
5. Kemasan : Botol plastik @ 30, 60 & 100 kapsul
6. Peringatan/Perhatian : Penggunaan produk ini harus disertai olahraga teratur, diet
rendah
kalori dan rendah lemak
7. Penyimpanan : Simpan ditempat yang sejuk, kering dan terhindar dari sinar
matahari langsung. Simpan pada suhu kamar (dibawah 30oC)
Parameter Standar Produk Jadi
Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 32 tahun 2019,
Persyaratan Keamanan dan Mutu produk jadi meliputi parameter uji organoleptik, kadar air,
cemaran mikroba, aflatoksin total, cemaran logam berat, keseragaman bobot, waktu hancur,
pH, dan Bahan Tambahan, sesuai dengan bentuk sediaan dan penggunaannya.

a. Kadar air
Kadar air obat tradisional adalah banyaknya air yang terdapat di dalam obat
tradisional. Air tersebut berasal dari kandungan simplisia, penyerapan pada saat produksi
atau penyerapan uap air dari udara pada saat berada dalam peredaran. Penetapan kadar
air dengan gravimetri tidak dianjurkan karena susut pengeringan tersebut bukan
hanya diakibatkan menguapnya kandungan air tetapi juga diakibatkan minyak atsiri
dan zat lain yang mudah menguap (Depkes RI, 1994).
Berdasarkan Peraturan BPOM No. 32 tahun 2019 tentang Persyaratan Keamanan dan
Mutu Obat Tradisional, sediaan padat Obat Dalam mempunyai kadar air ≤ 10%.

Cara kerja:
Uji kadar air dilakukan dengan cara dimasukkan lebih kurang 10 g zat, kemudian
timbang saksama dalam wadah yang telah ditara. Keringkan pada suhu 105 o C selama 5
jam, dan timbang. Kadar air isi kapsul kurang dari 10%

b. Penyimpangan bobot
Keseragaman bobot terutama untuk takaran tunggal perlu diperhatikan agar ketepatan
takaran yang dianjurkan dapat dipenuhi. Di samping keseragaman bobot yang di
persyaratkan oleh Departemen Kesehatan ada juga persyaratan metrologi dari
Departemen Perdagangan yang tujuannya bukan ketepatan takaran tetapi mencegah
pengurangan jumlah, isi maupun berat (Depkes RI, 1994).
Untuk Kapsul yang berisi Obat Tradisional cair, mempunyai persyaratan: Tidak lebih
dari satu Kapsul yang masing-masing bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata
lebih besar dari 7,5% dan tidak satu Kapsul pun yang bobot isinya menyimpang dari
bobot isi rata-rata lebih besar dari 15%.
Cara kerja:
Timbang 10 kapsul, timbang lagi kapsul satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul,
cuci cangkang kapsul dengan eter P. Buang cairan, cucian, biarkan hingga tidak berbau
eter, timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata
tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap
isi kapsul tidak lebih dari 7,5% (Depkes RI, 1974)

c. Kandungan mikroba
- Mikroba Patogen
Yang dimaksud dengan mikroba patogen ialah adalah semua mikroba yang
dapat menyebabkan orang menjadi sakit, bila kemasukan mikroba tersebut (Depkes
RI, 1994).
Dalam Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 32 tahun 2019
tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional, cemaran mikroba terdiri
atas
 Escherichia coli : ≤ 10 koloni/g
 Clostridia : negatif/g
 Salmonella : negatif/g
 Shigella : negatif/g

d. Angka kapang/khamir
Jumlah kapang (jamur) dan khamir yang besar, menunjukkan kemunduran dari mutu
obat tradisional. Kapang dan khamir akan berkembang biak bila tempat tumbuhnya cocok
untuk pertumbuhan. Di samping itu kapang tertentu ada yang menghasilkan zat racun
(toksin) seperti jamur Aspergilus flavus dapat menghasilkan aflatoksin (Depkes, 1994).
Berdasarkan Peraturan BPOM No. 32 tahun 2019 tentang Persyaratan Keamanan dan
Mutu Obat Tradisional, Angka Kapang Khamir (AAK) yang diperbolehkan dalam
sediaan adalah: ≤ 103 koloni/g.
Angka kapang/khamir merupakan perhitungan kapang/khamir pada media yang
diteliti. Koloni kapang yang dihitung adalah berbentuk serabut seperti kapas dan untuk
khamir berbentuk bulat dan keduanya merupakan koloni yang tunggal atau terpisah.
Komponen beracun yang diproduksi oleh kapang maupun jamur disebut mikotoksin.
Toksin ini dapat menyebabkan penyakit yang kadang kadang fatal, dan beberapa di
antaranya bersifat karsinogenik. Semakin kecil angka kapang/khamir bagi produk
simplisia, menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai cara pembuatan obat tradisional yang
baik (CPOTB) dalam proses pembuatan simplisia (Saweng et all, 2020).

Cara kerja:
Pada pengenceran 10-1 sebanyak 0,1 mL dan dimasukan kedalam cawan petri streril
berisi Media potato dextrose agar (PDA) dan disebar menggunakan batang bengkok secara
merata dan dibuat duplo yang selanjutnya dilakukan hingga pada pengenceran 10-3. Uji
sterilitas media dilakukan dengan cara menuangkan media PDA pada cawan petri dan
membiarkannya memadat tanpa di isi pengenceran. Seluruh cawan petri diinkubasikan
dengan suhu 25oC selama 5 hari dengan posisi terbalik. Jumlah koloni yang tumbuh diamati
setiap hari sampai hari ke-5 (Saweng et all, 2020).

e. Aflatoksin total
Tidak boleh lebih dari persyaratan yang ditetapkan. Aflatoksin selain meracuni organ
tubuh bersifat karsinogenik. Berdasarkan Peraturan BPOM No. 32 tahun 2019 tentang
Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional, kadar aflatoksin total (aflatoksin B1,
B2, G1 dan G2) ≤ 20 µg/kg dengan syarat aflatoksin B1 ≤ 5 µg/kg.

f. Waktu Hancur
Makin cepat daya hancur pil, tablet, kapsul diharapkan makin besar dan makin cepat
zat aktif yang diserap oleh tubuh. Makin besar dan makin cepat zat aktif yang diserap
diharapkan makin cepat obat tradisional tersebut bereaksi di dalam tubuh, sehingga makin
cepat dirasakan hasilnya (Depkes RI, 1994).
Berdasarkan Peraturan BPOM No. 32 tahun 2019 tentang Persyaratan Keamanan dan
Mutu Obat Tradisional, untuk sediaan kapsul lunak di persyaratkan untuk mempunyai
waktu hancur ≤ 60 menit

Cara kerja:
Masukkan 1 kapsul pada masing-masing 6 tabung dari keranjang, sebagai pengganti
cakram adalah suatu kasa berukuran 10 mesh seperti diuraikan pada rangkaian keranjang,
kasa ini ditempatkan pada permukaan lempengan atas dari rangkaian keranjang. jalankan alat,
gunakan air bersuhu 370± 20 sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain
dalam masing-masing monografi. Amati kapsul pada batas waktu yang dinyatakan dalam
masing-masing monografi, semua kapsul hancur, kecuali bagian dari cangkang kapsul. Bila 1
kapsul atau dua kapsul tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 kapsul lainnya.

g. Stabilitas
Berdasarkan annex V ASEAN Guidelines on Stability Study and Shelf-life of
Traditional Medicines, untuk uji stabilitas terhadap kapsul lunak di antaranya adalah
karakteristik organoleptik, kadar air, kandungan mikroba, disolusi/disintegrasi.

h. Zat Aktif/Zat Identitas


 Guazumae Folium – Tilirosida
Struktur Kimia:

Pola kromatografi
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <61> dengan
parameter sebagai berikut:
Fase gerak : Kloroform P-aseton P-asam format P (6:4:1)
Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan uji : 10% dalam metanol P
Larutan Pembanding : Tilirosida 0,25% dalam metanol P
Volume penotolan : 20 µL Larutan uji dan 5 µL Larutan pembanding
Deteksi : Sitroborat LP, panaskan lempeng pada suhu 100 0 selama 5-10
menit dan UV366
 Camelliae Sinensis – Katekin
Struktur Kimia:

Pola Kromatografi
Lakukan kromatografi lapis tipis dengan parameter sebagai berikut:
Fase gerak : Toluen P-aseton P-asam format P (5:4:1)
Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan uji : 5% dalam metanol P
Larutan Pembanding : Katekin 1% dalam metanol P
Volume Penotolan : 10 µL larutan uji dan 5 µL larutan pembanding
Deteksi : UV254
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2020. Informatorium Obat Modern Asli Indonesia
(OMAI) di Masa Pandemi COVID-19

https://eprints.umm.ac.id diakses pada tanggal 16 April 2021

Jurnal Medika Planta - Vol. 2 No. 1. Oktober 2012 ETNOPHARMACO Research Article

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No : 661/MENKES/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat Tradisional.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Saweng, C., Sudimartini, L., & Suartha, I. 2020. Uji Cemaran Mikroba pada Daun Mimba
(Azadiractha Indica A. Juss) Sebagai Standarisasi Bahan Obat Herbal. Indonesia
Medicus Veterinus, , 270-280.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III,


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi Kedua.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2019. Peraturan
BPOM
Nomor 32 Tahun 2019 Persyaratan Keamanan Dan Mutu Obat Tradisional. Jakarta:
Kepala Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

ASEAN. 2013. Annex V ASEAN Guidelines On Stability Study And Shelf-Life of Traditional

Medicines and Health Supplements.

Anda mungkin juga menyukai