Anda di halaman 1dari 43

KERANGKA ACUAN

PRAKTIK LABORATORIUM
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
PROGRAM STUDI KEBIDANAN SEMESTER III
TA. 2020/2021

A. PENDAHULUAN
Program pendidikan mempunyai tujuan menghasilkan lulusan bidan profesional yang
berkualitas, baik dari pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan standar profesi.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, mahasiswa diwajibkan mengikuti kegiatan
pembelajaran baik teori, praktik dilaboratorium maupun praktik di lapangan.
Mata Kuliah Asuhan Persalinan memiliki beban 2 SKS praktikum. Pengalaman
pembelajaran praktikum di laboratorium kelas sangat besar manfaatnya karena mahasiswa
diberikan kesempatan untuk melakukan keterampilan dengan alat bantu yang
menggambarkan situasi di lapangan sehingga dapat meningkatkan pemahaman teori maupun
keterampilannya. Setelah menyelesaikan pembelajaran di laboratorium mahasiswa diberi
kesempatan untuk mengikuti praktikum di lapangan, untuk lebih memahami dan
mendapatkan pengalaman nyata sebagai bekal praktik klinik pada semester selanjutnya.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN (CPL)


1. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan dibidang keahliannya secara
mandiri
2. Menguasai konsep teoritis ilmu kebidanan (midwifery), asuhan kebidanan, dan etika
profesi
3. Menguasai metode, tekhnik dan pengetahuan prosedur dalam asuhan kebidanan pada
kehamilan, persalinan, pasca persalinan, bayi baru lahir, bayi dan balita serta kontrasepsi
4. Mampu menunjukkan kinerja yang bermutu dan terukur
5. Mampu menjelaskan asuhan kebidanan pada masa kehamilan, persalinan normal, pasca
persalinan normal, sesuai standar kompetensi bidan vokasi
6. Mampu mengidentifikasi penyimpangan/ kelainan pada kasus kehamilan, persalinan,
pasca persalinan, bayi baru lahir, bayi dan balita
7. Mampu menjelaskan pencatatan asuhan kebidanan sesuai sistem rekam medis yang
berlaku

C. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)


1. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan dibidang keahliannya secara
mandiri.
2. Menguasai konsep teoritis ilmu kebidanan (midwifery), asuhan kebidanan, dan etika
profesi.

1
3. Menguasai metode, tekhnik dan pengetahuan prosedur dalam asuhan kebidanan pada
persalinan dan bayi baru lahir.
4. Mampu menunjukksn kinerja yang bermutu dan terukur.
5. Mampu menjelaskan asuhan kebidanan pada masa kehamilan, persalinan normal, pasca
persalinan normal, sesuai standar kompetensi bidan vokasi.
6. Mampu mengidentifikasi penyimpangan/ kelainan pada kasus kehamilan, persalinan,
pasca persalinan, bayi baru lahir, bayi dan balita.
7. Mampu menjelaskan pencatatan asuhan kebidanan sesuai sistem rekam medis yang
berlaku.

D. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)


1. Mampu mempersiapkan Persiapan Kala I
2. Mampu mengerjakan Lembar Partograf
3. Mampu melakukan Pemeriksaan fisik pada observasi kala I
4. Mampu melakukan Pemeriksaan obstetri pada observasi kala I {P2}(CPMK-3)
5. Mampu melakukan pemeriksaan dalam (toucher)
6. Mampu melakukan Amniotomi dan Episiotomi
7. Mampu mempraktekkan Asuhan Persalinan Normal (APN)
8. Mampu melakukan deteksi dini komplikasi persalinan kala II
9. Mampu bereaksi dengan tanda-tanda pelepasan plasenta
10. Mampu melaksanakan manajemen aktif kala III
11. Mampu melakukan Asuhan bayi baru lahir dalam 2 jam pertama
12. Mampu melakukan deteksi dini komplikasi persalinan kala III
13. Mampu melakukan tindakan Heacting perlukaan jalan lahir
14. Mampu mengerjakan pendokumentasian asuhan persalinan kala III, IVdan bayi baru
lahir.

E. PEMBIMBING DAN PENGUJI


Pembimbing Praktik laboratorium adalah dosen yang memberikan konsep teori mata
kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir dan dosen lain yang mempunyai
kompetensi untuk memberikan materi praktik laboratorium.
Pembimbing praktik laboratorium Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir
adalah:

1. Deby Utami Siska Ariani, SST., M.Kes


2. Helen Evelina, SST, M.Keb

F. SASARAN
Mahasiswa yang mengikuti praktik laboratorium Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir adalah mahasiswa semester III sebanyak 29 orang.

2
G. WAKTU
Praktik laboratorium dilaksanakan pada tanggal 09 sampai dengan 18 Desember 2020.

H. TEMPAT
Praktik laboratorium Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir akan
dilaksanakan di ruang laboratorium Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada di
Palembang.

I. EVALUASI
Aspek-aspek yang dinilai dalam praktikum adalah :
1. Sikap
2. Pengetahuan
3. Keterampilan Umum
4. Keterampilan Khusus

3
PEDOMAN PENILAIAN

Kriteria penilaian 0 – 2

Skor 0 : Tidak Dilakukan


Skor 1 : Dilakukan tetapi tidak tepat / tidak sistematis
Skor 2 : Dilakukan dengan tepat / sistematis

Skala Penilaian :

ANGKA HURUF MUTU


> 86 A 4,00
81 - 85 A- 3,75
76 – 80 B+ 3,25
71 – 75 B 3,00
66 – 70 B- 2,75
61 - 65 C+ 2,50
56 - 60 C 2,00
51 - 55 C- 1,75
46 - 50 D+ 1,50
41 - 45 D 1,00
≤40 D- 0

Kategori :

A = Sangat Memuaskan
B = Baik
C = Cukup
D = Buruk
E = Gagal

PENGISIAN LEMBAR PARTOGRAF

4
A. Pengertian Partograf
Beberapa pengertian dari partograf adalah sebagai berikut : 1) Partograf adalah alat
bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat
keputusan klinik (JNPK-KR, 2007), 2) Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama
persalinan (Sarwono,2008), 3) Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk
merekam kejadian-kejadian pada perjalanan persalinan (Farrer, 2001).

B. Tujuan
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan bejalan secara normal. Dengan demikian dapat pula
mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimanasemua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan
bayi baru lahir( JNPK-KR, 2008)
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk :
a. Mencatat kemajuan persalinan
b. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu(JNPK-KR, 2008).

C. Indikasi
1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting
dari asuhan persalinan. Partrograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal
maupun patologis.Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau
dan mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit
maupun yang tidak di sertai dengan penyulit.
2. Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat ( rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit)
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (spesialis obstetri, bidan, dokter umum, residen
dan mahasisma kedokteran)

D. Kontra Indikasi
1. Perdarahan antepartum
2. Preeklampsi berat dan eklampsi
3. Persalinan prematur
4. Persalinan bekas sectio caesaria (SC)
5. Persalinan dengan hamil kembar

5
6. Kelainan letak
7. Keadaan gawat janin
8. Persalinan dengan induksi
9. Hamil dengan anemia berat
10. Dugaan kesempitan panggul (Ujiningtyas, 2009)

6
DAFTAR TILIK
PENGISIAN LEMBAR PARTOGRAF
SKOR
No Butir Yang Dinilai
0 1 2
A. SIKAP DAN PERILAKU
1. Menjelaskan prosedur yang dilakukan
2. Memposisikan pasien dengan cepat
B. PERSIAPAN ALAT
3. - Lembar partograf
- Pensil
- Penggaris
- Penghapus
C. PENGISIAN LEMBAR PARTOGRAF
Lembar Depan
4. Informasi Ibu
Informasi ibu ditulis sesuai identitas ibu. Waktu kedatangan ditulis
sebagai jam. Catat waktu pecahnya selaput dan catat waktu
merasakan mules
5. Kondisi Janin
a. Denyut Jantung Janin

Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit


(lebih sering jika terdapat tanda-tanda gawat janin). Setiap
kotak menunjukkan waktu 30 menit. Kisaran normal DJJ
tertera diantara garis tebal angka 180 dan 100. Bidan harus
waspada jika DJJ mengarah di bawah 120 per menit
(bradicardi) atau diatas 160 permenit (tachikardi).
Beri tanda ‘•’ (tanda titik) pada kisaran angka 180 dan 100.
Hubungkan satu titik dengan titik yang lainnya.
6. b. Warna dan adanya air ketuban.

Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina,


menggunakan lambang-lambang berikut:
U : Selaput ketuban Utuh.
J : Selaput ketuban pecah, dan air ketuban Jernih.
M : Air ketuban bercampur Mekonium.
D : Air ketuban bernoda Darah.
K : Tidak ada cairan ketuban / Kering.

7. c. Penyusupan/molase tulang kepala janin.

Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar


tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada di kotak
yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-
lambang berikut:

7
0 : Sutura terpisah.
1: Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 :  Sutura tumpang tindih tetapi masih dapat diperbaiki.
3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
Sutura/tulang kepala saling tumpang tindih menandakan
kemungkinan adanya CPD ( cephalo pelvic disproportion).
8. Kemajuan Persalinan
Angka 0-10 di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks.
a. Pembukaan serviks.

Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf
setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Nilai dan catat pembukaan
serviks setiap 4 jam. Cantumkan tanda ‘X’ di garis waktu yang
sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
9. b. Penurunan bagian terbawah janin.

Untuk menentukan penurunan kepala janin tercantum angka 1-5


yang sesuai dengan metode perlimaan.
Tuliskan turunnya kepala janin dengan garis tidak terputus dari 0-
5. Berikan tanda ‘0’ pada garis waktu yang sesuai.

10. c. Garis waspada dan garis bertindak.

- Garis waspada, dimulai pada pembukaan serviks 4 cm (jam ke


0), dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap (6
jam). Pencatatan dimulai pada garis waspada. Jika pembukaan
serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada, maka harus
dipertimbangkan adanya penyulit.

- Garis bertindak, tertera sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4


jam) pada garis waspada. Jika pembukaan serviks telah
melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka
menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk menyelasaikan
persalinan. Sebaiknya ibu harus berada di tempat rujukan
sebelum garis bertindak terlampaui.

11. Jam dan waktu.


- Waktu mulainya fase aktif persalinan

Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan)


tertera kotak – kotak yang di beri angka 1-12. Setiap kotak
menyatakan waktu satu jam sejak dimulainnya fase aktif
persalinan.

- Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan

Di bawah lajur kotak untuk waktu misalnya fase aktif, tertera


kotak – kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan. Setiap kotak menyebabkan satu jam penuh dan
berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit pada lajur kotak di

8
atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam
fase aktif persalinan, catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di
kotak waktu yang sesuai.

12. Kontraksi uterus.


Terdapat lima kotak kontraksi per 10 menit. Nyatakan lama kontraksi
dengan:
a. Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya < 20 detik.

b. Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk


menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.

c. Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan


kontraksi yang lamanya > 40 detik.

13. Obat-obatan dan cairan yang diberikan.


- Oksitosin. Jika tetesan drip sudah dimulai, dokumentasikan
setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume
cairan dan dalam satuan tetes per menit.

- Obat lain dan caira IV. Catat semua dalam kotak yang sesuai
dengan kolom waktunya.

14. Kondisi ibu.


a. Nadi, dicatat setiap 30 menit. Beri tanda titik (•) pada kolom
yang sesuai.

15. b. Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam atau lebih sering jika diduga
ada penyulit. Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu
yang sesuai.

16. c. Suhu tubuh, diukur dan dicatat setiap 2 jam atau lebih sering jika
terjadi peningkatan mendadak atau diduga ada infeksi. Catat
suhu tubuh pada kotak yang sesuai.

17. d. Volume urine, protein dan aseton.

Ukur dan catat jumlah produksi urine setiap 2 jam (setiap ibu
berkemih). Jika memungkinkan, lakukan pemeriksaan aseton
dan protein dalam urine.

D. Lembar belakang
18. Data dasar.
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat
tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat merujuk,
pendamping saat merujukdan masalah dalam kehamilan/persalinan
ini.

9
19. Kala I.
Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat
melewati garis waspada, masalah lain yang timbul,
penatalaksanaan, dan hasil penatalaksanaannya.

20. Kala II.


Kala II terdiri dari episiotomy, pendamping persalinan, gawat
janin, distosia bahu dan masalah dan penatalaksanaannya.

21. Kala III.


Kala III berisi informasi tentang inisiasi menyusu dini, lama kala
III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, masase
fundus uteri, kelengkapan plasenta, retensio plasenta > 30 menit,
laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain,
penatalaksanaan dan hasilnya.

22. Kala IV.


Kala IV berisi tentang data tekanan darah, nadi, suhu tubuh, tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.
23. Bayi baru lahir.
Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang badan, jenis
kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain
dan hasilnya.

E TEHNIK
24. Menjaga privasi klien

25. Melakukan komunikasi dan merespon klien

26. Dokumentasi

Total Skor:

Total skor
Nilai akhir = X 100
(jumlah aspek yang dinilai x 2)

Palembang, 2020
Evaluator

( )

10
PEMERIKSAAN FISIK DAN OBSTETRI PADA IBU BERSALIN

A. Pengertian
Pemeriksaan fisik merupakan upaya untuk memantau keadaan ibu dan janin
selama persalinan. Pemeriksaan fisik ini sangatlah penting dilakukan saat ibu datang
untuk menemukan adanya kelainan, terutama pada ibu yang belum pernah memeriksakan
kehamilannya. Bila ibu datang dalam keadaan hampir melahirkan, maka pemeriksaan
dilakukan secara cepat dan perlu segera persiapan persalinan. Hal yang perlu dipastikan :
fase persalinan, letak janin, dan hal – hal yang membahayakan/komplikasi. Pedoman
klinis pemeriksaan obstetri adalah sebagai pemeriksaan antenatal dan pemeriksaan fisik
ibu hamil. Pemeriksaan obstetri bermanfaat dalam memastikan kesehatan ibu hamil dan
janin, serta mendeteksi komplikasi kehamilan secara dini. Pada pemeriksaan obstetri,
dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan abdomen, manuver Leopold,
pengukuran denyut jantung janin, dan pemeriksaan genitalia.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah-masalah yang berhubungan dengan proses Persalinan kala
I
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyulit dan prognosa persalinan

C. Indikasi
Dilakukan oleh ibu hamil pada setiap kunjungan awal persalinan.

D. Kontraindikasi
1. Pemeriksaan dalam tidak dapat dilakukan pada pasien dengan perdarahan antepartum

11
2. Tidak dapat dilakukan terlalu sering, karena dapat menyebabkan infeksi.

DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN FISIK DAN OBSTETRI PADA IBU BERSALIN
SKOR
NO Butir Yang Dinilai
0 1 2
A. SIKAP DAN PERILAKU
1. Menjelaskan prosedur yang dilakukan
2. Memposisikan pasien dengan tepat
3. PERSIAPAN ALAT
- Stetoskop
- Tensimeter
- Temperatur/pengukur suhu
- Handscoon
- Bengkok
- Kasa steril
- Tempat sampah
B. PERSIAPAN RUANGAN
4. Ruangan tertutup, pintu jendela ditutup
5. Lampu dinyalakan
C. PERSIAPAN PASIEN
6. Pasien diberitahu bahwa akan dilakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan dalam
E. PERSIAPAN PETUGAS
7. Petugas cuci tangan dibawah air mengalir
8. Mengeringkan tangan dengan handuk kering bersih
F. PELAKSANAAN

12
Pemeriksaan fisik
9. Keadaan umun ibu dinilai secara cermat :
a. Tingkat kesadaran
b. Ada / tidaknya perdarahan dievaluasi
10. Tanda-tanda Vital Ibu bersalin diperiksa secara cermat :
a. Denyut nadi dihitung
b. Pernafasan
c. Tekanan darah
d. Suhu
11. Perubahan Sistem gastro intestinal diidentifikasi secara lengkap
a. Pola BAK & BAB
b. Kondisi kandung kemih
c. Peristaltik usus dievaluasi

G. Pemeriksaan Obstetrik Ibu bersalin


12. Palpasi “Leopold” :
a. Menentukan tinggi Fundus Uteri, letak dan
presentasi serta bagian apa yang berada difundus
b. Menentukan bagian apa yang ada dibagian
kanan dan kiri ibu
c. Menetukan bagian terbawah janin apakah sudah
masuk PAP atau belum
d. Menetukan seberapa besar bagian masuk PAP

13. Pemeriksaan Dalam Dikerjakan dengan benar


a. Pembukaan & Penipisan servik
b. Kondisi kantong ketuban
c. Presentasi terbawah anak ditentukan
d. Penurunan bagian terbawah anak ditentukan
e. Bagian terbawah anak disamping kepala anak
dievaluasi

14. Denyut Jantung Janin dievaluasi secara cermat dalam 1 menit


setiap 30 menit sekali

13
15. Kontraksi uterus dievaluasi dengan cermat :
Lama, kekuatan, keteraturan
16. Dokumentasi hasil kegiatan
H. TEHNIK
17. Menjaga privasi klien
18. Melakukan komunikasi dan merespon klien
19. Dokumentasi
Total Skor:

Total skor
Nilai akhir = X 100
(jumlah aspek yang dinilai x 2)

Palembang, 2020
Evaluator

( )

EPISIOTOMI

A. Pengertian
Episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal,
otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum (Sarwono, 2007).Episiotomi
adalah insisi pudendum / perineum untuk melebarkan orifisium ( lubang / muara ) vulva
sehingga mempermudah jalan keluar bayi (Benson dan Pernoll, 2009)

B. Tujuan
Tujuan episiotomi yaitu membentuk insisi bedah yang lurus, sebagai pengganti robekan
tak teratur yang mungkin terjadi. Episiotomi dapat mencegah vagina robek secara spontan,
karena jika robeknya tidak teratur maka menjahitnya akan sulit dan hasil jahitannya pun
tidak rapi, tujuan lain episiotomiyaitu mempersingkat waktu ibu dalam mendorong bayinya
keluar.

C. Indikasi
1. Untuk persalinan dengan tindakan atau instrument (persalinan dengan cunam, ekstraksi
dan vakum)

14
2. Untuk mencegah robekan perineum yang kaku atau diperkirakan tidak mampu
beradaptasi terhadap regangan yang berlebihan
3. Untuk mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan bayi pada kasus letak / presentasi
abnormal (bokong, muka, ubun-ubun kecil di belakang) dengan menyediakan tempat
yang luas untuk persalinan yang aman.

D. Kontraindikasi
1. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
2. Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit kelainan
darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina.

DAFTAR TILIK
EPISIOTOMI

SKOR
NO BUTIR YANG DINILAI
0 1 2
SIKAP DAN PERILAKU
1. Menyambut klien dengan sopan dan ramah. Mempersilahkan klien
duduk
2. Memperkenalkan diri kepada klien.
3. Menjelaskan prosedur pelaksanaan kepada pasien dan
mempersiapkan pasien mengajukan pertanyaan
4. Klien dianjurkan untuk mengosongkan blas dan mencuci vulva
5. Memposisikan pasien dengan benar
6. Menjaga privasi pasien
PERSIAPAN ALAT
7. Kom kecil yang berisi kapas DTT

15
8. 1. Kassa steril
2. Bethadine
3. Gunting episiotomi
4. Larutan klorin 0.5%
5. Apron plastik, masker, kacamata pelindung
6. Sarung tangan DTT/steril
7. Alas kaki/sepatu boot karet
PENATALAKSANAAN
9. Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan, dan bantulah ibu
untuk rileks
10. Lakukan teknik aseptik pada daerah perineum yang akan
dilakukan episiotomi
11. Ingatlah bahwa saat yang tebaik untuk memotong episiotomi ialah
pada saat perineum sedang menipis dan pucat atau mengkilap.
Kehilangan darah akan lebih besar jika anda memotong lebih
cepat. Akan tetapi, jika anda memotong episiotomi atas indikasi
kegawatan bayi, maka lakukan pemotongan kapan saja diperlukan
untuk mempercepat kelahiran bayi.
12. Setelah pemberian 10 cc anestesi lokal ambillah gunting
episiotomi yang tajam dengan satu tangan. Letakkan kedua jari
tangan lainnya di dalam vagina diantara gunting dan kepala bayi
untuk mencegah luka pada kepala bayi secara tidak sengaja.
Ujung mata gunting yang tumpul haruslah di dalam vagina.
Mulailah pada titik tengah dari perineum dan miringkan gunting
anda sebesar 45 derajat. Jika anda tidak kidal, potonglah ke arah
bokong kanan ibu. Jika anda kidal, potonglah ke arah bokong kiri
ibu.
13. Buatlah episiotomi dengan satu atau dua potongan besar.
Potongan yang kecil-kecil akan membuat pinggiran luka bergerigi
dan akan membuat penjahitan lebih sulit dan penyembuhan luka
lebih lama.
14. Setelah selesai melakukan pemotongan, putarlah gunting anda dan
posisikan menghadap ke atas vagina. Dengan tangan anda
lindungilah kepala bayi. Masukkan gunting yang telah dipakai
tersebut dalam larutan klorin 0.5 %
15. Tekanlah kain kassa ke daerah luka sementara ibu tersebut
melanjutkan meneran bersamaan dengan datangnya kontraksi
untuk mencegah kehilangan darah yang berkelanjutan. Jangan
lupa menggunakan teknik steril yang baik. Jika anda mengangkat
kassa tersebut dari luka, anda perlu mengambil kassa baru lain
untuk menggantikannya. Hati-hati agar jangan sampai mencemari
lika (infeksi) dengan sentuhan pada daerah tersebut oleh tangan
anda yang bersarung, atau oleh kassa, kapas, kain atau alat.
16. TEHNIK
17. Menjaga privasi klien
18. Melakukan komunikasi dan merespon klien

16
19. Dokumentasi
Total Skor:

Total skor
Nilai akhir = X 100
(jumlah aspek yang dinilai x 2)

Palembang, 2020
Evaluator

( )

PENJAHITAN (HEACTING) LASERASI PERINEUM

A. Pengertian
Penjahitan luka perineum adalah menyatukan kembali jaringan tubuh dan mencegah
kehilangan darah yang tidak perlu. Bila dijumpai robekan perineum segera dilakukan
penjahitan luka dengan baik lapis demi lapis, dengan menghindari robekan terbuka ke arah
vagina karena dapat tersumbat oleh bekuan darah yang akan menyebabkan kesembuhan luka
menjadi lebih lama.

B. Tujuan
1. Mendekatkan atau merapatkan jaringan perineum
2. Menghentikan perdarahan (Hemostatis)

C. Indikasi
1. Robekan perineum akibat rupture spontan
2. Luka episiotomi

17
D. Kontraindikasi
Penolakan dari keluarga dan pasien.

DAFTAR TILIK
PENJAHITAN (HEACTING) LASERASI PERINEUM

SKOR
NO BUTIR YANG DINILAI
0 1 2
SIKAP DAN PERILAKU
1. Menyambut klien dengan sopan dan ramah. Mempersilahkan
klien duduk
2. Memperkenalkan diri kepada klien.
3. Menjelaskan prosedur pelaksanaan kepada pasien dan
mempersiapkan pasien mengajukan pertanyaan (Informed
Consent)
4. Klien dianjurkan untuk mengosongkan blas dan mencuci vulva
5. Memposisikan pasien dengan benar
PERSIAPAN ALAT
1. Kom kecil yang berisi kapas DTT

18
2. Bak instrument yang berisi hecting set :
- Hand scone
- Spuit
- Pinset
- Needle holder
- 2 buah nald hecting yang terdiri dari 1 buah nald kulit dan
1 buah nald otot cut gut (chromic)
- Kassa steril
Bengkok
Lampu sorot
PENATALAKSANAAN
1. Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada
ditepi tempat tidur/meja. Topang kakinya dengan alat
penopang/minta anggota keluarga untuk memegang kaki ibu
sehingga ibu tetap berada dalam posisi litotomi
2. Tempatkan handuk/kain bersih dibawah bokong ibu
3. Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga
perineum bias dilihat dengan jelass
4. Gunakan teknik aseptik pada saat memeriksa robekan/episiotomi
memberikan anastesi local dan menjahit luka
5. Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir
6. Pakai sarung tangan DTT/steril
7. Dengan menggunakan teknik aseptik, persiapan peralatan dan
bahan-bahan DTT untuk penjahitan
8. Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bias
dengan mudah dilihat dan penjahitan bisa dilakukan tanpa
kesulitan.
9. Gunakan kain/kassa DTT/bersih untuk menyeka vulva, vagina
dan perineum ibu dengan lembut bersihkan darah/bekuan darah
yang ada sambil menilai dalam dan luasnya luka
10. Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan
bahwa laserasi/sayatan perineum hanya merupakan derajat
satu/dua
- Jika laserasinya dalam/episiotomi telah meluas, periksa
lebih jauh untuk memeriksa bahwa tidak terjadi robekan
derajat tiga/empat. Masukkan jari yang bersarung tangan
kedalam anus dengan hati-hati dan angkat jari tersebut
perlahan-lahan untuk mengidentifikasi sfingter ani. Raba
tonus/ketegangan sfingter. Jika sfingter terluka, ibu
mangalami laserasi derajat tiga/empat dan harus segera
dirujuk. Ibu juga dirujuk jika mengalami laserasi serviks

11. Ganti sarung atangan dengan sarung tangan DTT/steril yang baru
setelah melakukan pemeriksaan rectum
12. Siapkan jarum dan benang. Gunakan benang kromik 2-0 atau 3-
0. benang kromik bersifat lentur, kuat, tahan lama dan paling

19
sedikit menimbulkan reaksi jaringan
13. Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 0, jepit
tersebut.
MEMBERIKAN ANASTESI LOKAL
14. Jelaskan pada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu ibu
merasa santai
15. Hisap 10 ml larutan lidokain 1 % ke dalam alat suntik sekali
pakai ukuran 10 ml (tabung suntik yang lebih besar boleh
digunakan jika diperlukan) jika lidokain 1 % tidak tersedia,
lanjutkan 1 bagian lidokain 2 % dengan 1 bagian normal salin/air
steril yang sudah diseling
16. Tempelkan jarum ukuran 22 sepanjang 4 cm ke tabung suntik
tersebut
17. Tusukkan jarum ke ujung/pojok laserasi/sayatan lalu tarik jarum
sepanjang tepi luka (kearah bawah diantara mukosa dan kulit
perineum).
18. Aspirasi (tarik pendorong tabung suntik) untuk memastikan
bahwa jarum tidak berada dalam pembuluh darah. Jika darah
masuk ke tabung suntik, jangan suntikkan lidokain dan tarik
jarum seluruhnya.
Pindahkan posisi jarum dan suntikkan kembali
19. Suntikkan anestesia sejajar dengan permukaan luka pada saat
jarum suntik ditarik perlahan-lahan.
20. Tarik jarum hingga sampai kebawah tempat dimana jarum
tersebut disuntikkan
21. Arahkan lagi jarum kedaerah luka dan ulangi langkah ke 17.
tusukkan jarum untuk ketiga kalinya dan sekali lagi ulangi
langkah ke 17 sehingga 3 garis di satu sisi luka mendapatkan
anestesi lokal. Ulangi proses ini di sisi dari luka tersebut. Setiap
sisi luka akan memerlukan kurang lebih 5 ml lidokain 1 % untuk
mendapatkan anestesi yang cukup.
22. Tunggu selam 2 menit dan biarkan anestesi tersebut bekerja dan
kemudian uji daerah yang dianastesi dengan dara dicubit dengan
forseps/disentuh dengan jarum yang tajam. Jika ibu merasakan
jarum/dicubit tersebut, tunggu 2 menit lagi dan kemudian uji
kembali sebelum mulai menjahit luka
PENJAHITAN LASERASI PADA PERINEUM
23. Setelah memberikan anastesi lokal dan memastikan bahwa
daerah tersebut sudah dianastesi.telusuri dengan hati-hati
menggunakan satu jari untuk secara jelas menentukan batas-batas
luka. Nilai kedalaman lukan dan lapisan jaringan mana yang
terluka. Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan bagaimana cara
menjahitnya menjadi satu dengan mudah
24. Buka jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di
vagina bagian dalam. Setelah membuat tusukan pertama, buka
ikatan dan potong pendek benang yang lebih pendek dari ikatan

20
bias dilakukan tanpa kesulitan
25. Tutup muka vagina dengan jahitan jelujur, jahit kebawah kearah
cincin hymen
26. Tepat sebelum cincin hymen masukkan jarum kedalam mukosa
vagina lalu kebawah cincin hymen sampai jarum ada dibawah
laserasi. Perhatikan seberapa dekat jarum kepuncak luka
27. Teruskan kearah bawah tepi tepat pada luka, menggunakan
jahitan jelujur, hingga mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan
bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah
dijahit. Jika laserasi meluas kedalam otot, mungkin perlu untuk
melakukan satu/dua lapisan jahitan terputus-putus untuk
menghentikan perdarahan dan/atau mendekatkan jaringan tubuh
secara efektif
28. Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum keatas dan
teruskan penjahitan, menggunakan jahitan jelujur untuk menutup
lapisan subkutikuler. Jahitan ini akan menjadi jahitan lapis
kedua. Periksa lubang bekas jarum. Jahit lapisan kedua ini
meninggalkan luka yang tepat terbuka berukuran 0.5 cm atau
kurang, luka ini akan menutup dengan sendirinya pada saat
penyembuhan luka
29. Tusuk jarum dari robekan perineum kedalam vagina. Jarum
harus keluar dari belakang cincin hymen
30. Ikat benang dengan membuat simpul didalam vagina. Potong
ujung benang dan sisakan sekitar 1.5 cm. jika ujung benang
dipotong terlalu pendek, simpul akan longgar dan laserasi akan
membuka
31. Ulangi pemeriksaan vagina denga lembut untuk memastikan
bahwa tidak ada kasa/peralatan lain tertinggal didalam
32. Dengan lembut masukan jari paling kecil kedalam anus, raba
apakah ada jahitan pada rektum. Jika ada jahitan yang teraba,
ulangi pemeriksaan rectum enam minggu pasca persalinan. Jika
penyembuhan belum sempurna (misalnya ada  fistula
rektovaginal/jika ibu melaporkan inkontinesia alvi/feses), ibu
segera rujuk ke fasilitas kesehatan rujukan
33. Cuci daerah genetal dengan lembut dengan sabun dan air DTT,
kemudian dikeringkan. Bantu ibu mencari posisi yang lebih
nyaman
34. Memberikan konseling untuk :
- Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering
- Hindari penggunaan obat-obat tradisional pada perineumnya
- Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir
3-4 kali perhari
- Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan
lukanya. Ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami

21
demam/mengeluarkan cairan yang berbau busuk dai daerah
lukanya/jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri

35. TEHNIK
36. Menjaga privasi klien
37. Melakukan komunikasi dan merespon klien
38. Dokumentasi
Total Skor:

Total skor
Nilai akhir = X 100
(jumlah aspek yang dinilai x 2)

Palembang, 2020
Evaluator

( )

ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)

A. Pengertian
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2002).

B. Tujuan
1. Melindungi keselamatan ibu dan bayi baru lahir (BBL)
2. Memberi dukungan pada persalinan normal, mendeteksi dan menatalaksana komplikasi
secara tepat waktu
22
3. Memberi dukungan serta cepat bereaksi terhadap kebutuhan ibu, pasangan dan
keluarganya selama persalinan dan kelahiran bayi

C. Indikasi
Semua kehamilan tanpa kondisi penyulit, dengan tanda-tanda persalinan
spontan/normal.

D. Kontraindikasi
1. Terdapat penyulit pada ibu hamil.
2. Kondisi janin yang tidak normal juga dapat menjadi penyebab kontraindikasi.

DAFTAR TILIK
PERSIAPAN ALAT
ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)

SKOR
NO Butir Yang Dinilai
0 1 2
A. SIKAP DAN PERILAKU
1. Menjelaskan prosedur yang dilakukan (Informed Consent)
2. Memposisikan pasien dengan cepat
B. PERSIAPAN TEMPAT
3. a. Memiliki pencahayaan yang cukup
4. b. Berlantai keramik/semen sehingga mudah dibersihkan
5. c. Terbebas dari debu dan serangga

23
6. d. Memiliki ventilasi udara yang baik
7. e. Tersedia air bersih yang mengalir
C. PERSIAPAN ALAT
Trolley dan alasnya
A. Bagian atas trolley :
8. Bak instrument yang berisi partus set :
- pasang hand schone
- ½ kocher
- Gunting episiotomy
- Benang tali pusat/klem umbilical
- arteri klem
- Gunting tali pusat
- Kassa steril
- Spuit
- Kateter nelaton
9. Kom tertutup berisi de lee
10. Kom kecil berisi :
- Oksitosin 1 ampul
- Lidokain 1 % 1 ampul
11. Kom kecil yang berisi kapas DTT
12. Bak instrument yang berisi hecting set :
- Hand scone
- Spuit
- Pinset
- Needle holder
- 2 buah nald hecting yang terdiri dari 1buah nald kulit dan 1
buah nald otot cut gut (chromic)
13. Tensi meter
14. Stetoskop
15. Thermometer
B. Bagian bawah trolley berisi :
16. - Leanec
- 2 buah nierbeken
- 1 buah piring placenta
- Schort
- Masker
- Geogle (kaca mata)
- Sepatu boot/sandal tertutup
- 1 buah handuk kecil untuk cuci tangan
- 3 buah kain bersih
- 2 buah handuk bersih
- Pakaian bayi terdiri dari :
 Kain varnel / bedong
 Popok bayi

24
 Baju bayi
- Pakaian ibu, yang terdiri dari :
 Pakaian dalam
 Pembalut
 Baju ibu
17. Tiga buah tempat sampah :
- 1 buah berwarna merah untuk tempa sampah kering
- 1 buah berwarna kuning untuk tempat sampai infeksi
- 1 buah berwarna hitam untuk pakaian kotor
18. Satu buah ember berisi larutan klorin 0,5%
19. Partograf
20. Baki dengan alasnya berisi :
Peralatan infuse :
- Cairan NaCl 0,9% dan RL
- Abocath
- Kassa
- Plester
- Gunting
Bak instrument berisi :
- 1 hand schone panjang steril
- 1 hand schone pendek steril
- Foley kateter steril
- Kocher
- Suit 5 cc
21. Perlengkapan resusitasi bayi :
- buah kain
- Balon resusitasi, sungkup No 0 dan 1
- Kom bertutup berisi de lee
22. Kassa tempat dalam tempatnya
23. Kapas DTT
24. Medikamentosa :
- Analgetik (petidin 1-2 mg/kg BB), ketamin HCL 0,5/kg BB
- Sedative (diazepam 10 mg)
- Atropine sulfas 0,25 – 0,50 mg
- Uterotonika (oksitosin, ergometrin, prostaglandin)
25. Oksigen dan regulator
26. Larutan klorin 0,5 % dan tempatnya
D. TEHNIK
27. Menjaga privasi klien
28. Melakukan komunikasi dan merespon klien
29. Dokumentasi
Total score :

25
Total skor
Nilai akhir = X 100
(jumlah aspek yang dinilai x 2)

Palembang, 2020
Evaluator

( )

DAFTAR TILIK
ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)

N SKOR
O I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
0 1 2
1. Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan
- Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran

- Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum


dan vagina

- Perineum tampak menonjol

- Vulva dan sfingter ani membuka

26
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalasana komplikasi segera
pada ibu dan bayi baru lahir.

Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi → siapkan :


- Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat
- 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk gajal bahu bayi)
- Alat penghisap lendir
- Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi

Untuk ibu :
- Menggelar kain di perut bawah ibu
- Menyiapkan oksitosin 10 unit
- Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastic atau dari bahan yang tidak tembus cairan
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam
6. Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN
KEADAAN JANIN
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas
atau kasa yang dibasahi air DTT
- Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
- Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia
- Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan
rendam sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5% →
langkah # 9. Pakai sarung tangan DTT/steril untuk melaksanakan
langkah lanjutan
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
- Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, lepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam dalam klorin
0,5% selama 10 menit). Cuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepaskan

27
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda
(relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120 –
160x/menit)
- Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

- Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam DJJ, semua


temuan pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam
partograf

IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK


MEMBANTU PROSES MENERAN
11. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang
nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
- Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran,
lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin
(ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif ) dan dokumentasikan
semua temuan yang ada

- Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk


mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara
benar

12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa
ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu
diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran
atau timbul kontraksi yang kuat :
- Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif

- Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai

- Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya


(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)

- Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi

- Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu

- Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)

- Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai

- Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
pembukaan lengkap dan pimpin meneran > 120 menit (2 jam)
pada primigravida atau > 60 menit (1 jam) pada multigravida

28
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam selang waktu 60 menit
V. PERSIAPAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong
ibu
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan
dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan
VI. PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan
kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala
untuk mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernapas cepat dan
dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
Perhatikan !
- Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat
bagian atas kepala bayi
- Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara
biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala kea rah bawah dan distal hinggal bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah
atas dan distal utuk melahirkan bahu belakang
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang
kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukka telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki
dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari – jari lainnya
pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk

VII. ASUHAN BAYI BARU LAHIR

29
25. Lakukan penilaian (selintas) :
- Apakah bayi cukup bulan ?

- Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan ?

- Apakah bayi bergerak dengan aktif ?


Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK” lanjutkan ke langkah
resusitasi pada bayi dengan asfiksia (Lihat Penuntun Belajar
Resusitasi Bayi Asfiksia)

Bila semua jwaban adalah “YA”, lanjut ke-26


26. Keringkan tubuh bayi

Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Pastikan bayi dalam
posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir
(hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemelli)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit
(IM) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30. Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat
dengan satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusar dan geser hingga 3
cm proksimal dari pusar bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut
kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan
tengah tangan lain untuk mendorong isi tali pusat kea rah ibu
(sekitar 5 cm) dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem
pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
- Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2
klem tersebut
- Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril ada pada satu sisi
kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan tali pusat dengan
simpul kunci pada sisi lainnya
- Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu – bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya.
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari putting susu atau aerola mamae ibu
- Selimuti ibu – bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di

30
kepala bayi

- Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling


sedikit 1 jam

- Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui


dini dalam waktu 30 – 60 menit. Menyusu untuk pertama kali
akan berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari
satu payudara

- Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi


sudah berhasill menyusu

VIII. MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA PERSALINAN


(MAK III)
33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (diatas
simpfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang
klem untuk menegangkan tali pusat
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kea rah belakang-atas
(dorso cranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri).
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan
tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
kembali prosedur diatas.

- Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau


anggota keluarga untuk melakukan stimulating putting susu

Mengeluarkan plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kea rah
dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kea rah distal
maka lanjutkan dorongan kea rah cranial hingga plasenta dapat
dilahirkan
- Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan
ditarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai
dengan sumbu jalan lahir (kearah bawah-sejajar lantai-atas)

- Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga


berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta

- Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali


pusat :

1. Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM


2. Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptic) jika kandung
kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
31
4. Ulangi tekanan dorso cranial dan penegangan talu pusat 15
menit berikutnya
5. Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau
terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plesenta
manual

37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan


kedua tangan. Pegang dan putar plsenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wajah yang
telah disediakan.
- Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-
jari tangan atau klem ovum DTT/Steril untuk mengeluarkan
selaput yang tertinggal
Rangsangan taktil (masase) uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras)
- Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual Internal,
Kompresi Aorta Abdominalis, Tampon Kondom-kateter) jika
uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan
takti/masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan telah dilahirkan
lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat
khusus
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan
perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera
lakukan penjahitan
X. ASUHAN PASCAPERSALINAN
41. Pastikan uterus ber kotraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
42. Pastikan kandung kemih kosong
Evaluasi
43. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh,
lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir, keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi
yang bersih dan kering
44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik

32
46. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60 kali/menit).
- Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan
segera merujuk ke rumah sakit

- Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS
rujukan

- Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan


kembali kontak kulit ibu bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu
selimut.

Kebersihan dan Keamanan


48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai
50. Bersihkan ibu jari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah
diranjang atau disekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering
51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
53. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk memberikan salep/tetes mata
profilaksis infeksi, vitamin K₁ 1 mg IM dipaha kiri bawah lateral
dalam 1 jam pertama
56. Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan kondisi bayi
baik, pernapasan bayi (normal 40-60 kali/menit) dan temperature
tubuh (normal 36,5 – 37,5⁰C) setiap 15 menit
57. Setelah satu jam pemberian vitamin K₁ berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam
jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering

33
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda
vital dan asuhan kala IV persalinan
Total Skor:

Total skor
Nilai akhir = X 100
(jumlah aspek yang dinilai x 2)

Palembang, 2020
Evaluator

( )

34
AMNIOTOMI

A. Pengertian
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat
robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan
adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2012).

B. Tujuan
1. Proses persalinan kala II (kala pengeluaran) berlangsung sebagaimana mestinya.
2. Pada kondisi selektif dilakukan sebagai upaya mempercepat persalinan kala I (kala
pembukaan).

C. Indikasi
1. Pembukaan lengkap
2. Pada kasus solusio plasenta
3. Akselerasi persalinan
4. Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrument

D. Kontraindikasi
1. Bagian terendah janin masih tinggi
2. Persalinan preterm
3. Adanya infeksi vagina
4. Polihidramnion
5. Presentasi muka
6. Letak lintang
7. Placenta previa
8. Vasa previa

35
DAFTAR TILIK
AMNIOTOMI

SKOR
No Butir Yang Dinilai
0 1 2
A. SIKAP DAN PERILAKU
1. Menjelaskan prosedur yang dilakukan
2. Memposisikan pasien dengan tepat
B. PERSIAPAN ALAT
3. Klem ½ Kocher
Bengkok
Lenec / dopler
Larutan klorin 0.5 %
Apron plastik, masker, kacamata pelindung
Sarung tangan DTT/steril
Alas kaki/sepatu boot karet
C. PERSIAPAN RUANGAN
4. Ruangan tertutup, pintu jendela ditutup
5. Lampu sorot dinyalakan
D. PELAKSANAAN
6. Saat melakukan pemeriksaan vagina, sentuhlah selaput
ketuban yang sedang menggelembung. Pastikan bahwa
kepala sudah (benar-benar masuk ke dalam panggul)
engaged dan bahwa anda tidak merasakan adanya bagian-
bagian kecil janin.
7. Memasukkan klem ½ kocher ke dalam vagina dengan jari
tangan kiri anda dituntun oleh tangan kanan anda yang
memakai sarung tangan hingga anda bisa merasakan /
menyentuh selaput ketuban.
8. Apabila kontraksi melemah, pindahkan jari tangan kanan
anda dan gunakan klem ½ kelly atau ½ kocher untuk
memecahkan selebar 1-2 cm dari atas ke bawah selaput
membran hingga pecah.
9. Dengan menggunakan tangan kiri anda keluarkan klem ½
kelly atau kocher  dan masukkan ke dalam larutan klorin
0.5%. pertahankan jari tangan kanan anda di dalam vagina
untuk merasakan penurunan kepala janin dan untuk

36
memastikan bahwa anda tidak meraba adanya tali pusat
atau bagian-bagian kecil dari janin. Setelah anda
memastikan penurunan kepala janin dan tidak adanya tali
pusat dan bagian kecil janin, keluarkan tangan kanan anda
secara lembut dari dalam vagina.
10. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada
mekonium atau darah (lebih banyak dari bercak bercampur
darah yang normal). Jika mekonium atau darah terlihat,
lakukan langkah-langkah gawat darurat.
11. Cucilah sekresi dari sarung tangan anda di dalam larutan
klorin 0.5% lalu kemudian lepaslah sarung tangan tersebut
dan rendam di dalam larutan klorin 0.5% tersebut.
12. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
13. Periksa kembali denyut jantung janin. Masukkan dalam
partograf waktu pemecahan selaput ketuban, warna air
ketuban dan DJJ
E. TEHNIK
14. Menjaga privasi klien
15. Melakukan komunikasi dan merespon klien
16. Dokumentasi
Total Skor:

Total skor
Nilai akhir = X 100
(jumlah aspek yang dinilai x 2)

Palembang, 2020
Evaluator

( )

37
PEMERIKSAAN PLASENTA,
SELAPUT KETUBAN, TALI PUSAT

A. Pengertian
Pemeriksaan yang dilakukan sebelum melakukan masase untuk mengetahui apakah ada
bagian plasenta yang tertinggal di dalam uterus.

B. Tujuan
Untuk memeriksa apakah ada bagian plasenta yang tertinggal di dalam uterus yang dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan.

C. Indikasi
Plasenta pada semua persalinan

D. Kontraindikasi
Persalinan premature.

38
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN PLASENTA, SELAPUT KETUBAN, TALI PUSAT

SKOR
NO BUTIR YANG DINILAI
0 1 2
A. SIKAP DAN PERILAKU
1. Menjelaskan prosedur yang dilakukan
2. Memposisikan pasien dengan cepat
B. PERSIAPAN ALAT
3. - Sarung tangan dan apron
- Kantong sekali pakai untuk plasenta
- Penutup pelindung sekali pakai
- Plasenta
C. PELAKSANAAN
4. Cuci tangan dan pakai sarung tangan dan apron
5. Letakkan plasenta diatas penutup (letakkan diatas
permukaan datar) dengan permukaan janin menghadap
keatas, cacat ukuran, bentuk dan bahu serta warnanya.
6. Periksa tali pusat, catat panjangnya, titik insersi dan
kemungkinan adanya simpul
7. Hitung jumlah pembuluh darah diujung potongan tali pusat
(bila ujungnya sudah hancur, potong lagi sedikit tali pusat,
dan hitung jumlah pembuluh darah yang ada).
8. Observasi permukaan janin untuk adanya ketidakteraturan.
Pegang tali pusat dengan tali tangan non-dominan, angkat
plasenta dan periksa robekan selaput plasenta dan
kembalikan ketempatnya
9. Buka membran plasenta ke arah luar, periksa adanya
pembuluh darah atau lobus tambahan, atau adanya lubang
yang tidak penyebabnya
10. Pisahkan amnion dan korion, tarik amnion ke arah
belakang melewati dasar tali pusat
11. Balik plasenta sehingga permukaan maternal berada diatas
12. Periksa kotiledon, periksa kelengkapannya, catat ukuran
dan jumlah area yang mengalami infark atau terdapat
bekuan darah
13. Timbang dan cuci plasenta
14. Buang placenta dan bereskan alat dengan benar
15. Cuci tangan
39
16. Diskusikan hasilnya dengan orang tua
17. Dokumentasikan hasilnya dan lakukan tindakan yang
sesuai
D. TEHNIK
18. Menjaga privasi klien
19. Melakukan komunikasi dan merespon klien
20. Dokumentasi
Total Skor:

Total skor
Nilai akhir = X 100
(jumlah aspek yang dinilai x 2)

Palembang, 2020
Evaluator

( )

40
PEMERIKSAAN VAGINA
DAN JALAN LAHIR SETELAH PERSALINAN

A. Pengertian
Pemeriksaan yang dilakukan pada jalan lahir setelah pengeluaran plasenta.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui adakah luka pada jalan lahir yang dapat menyebabkan perdarahan
2. Dapat segera mengetahui penyebab perdarahan setelah plasenta lahir

C. Indikasi
Semua persalinan pervaginam.

D. Kontraindikasi
Persalinan dengan section caesarea

41
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN VAGINA DAN JALAN LAHIR SETELAH PERSALINAN
SKOR
NO BUTIR YANG DINILAI
0 1 2
A. SIKAP DAN PERILAKU
1. Menjelaskan prosedur yang dilakukan
2. Memposisikan pasien dengan cepat
B. PERSIAPAN ALAT
3. Sarung tangan/ handscoon
Kom kecil yang berisi kapas DTT
Kassa steril
Bengkok
Lampu sorot
C. PENATALAKSANAAN
4. Menjelaskan kepada ibu apa yang akan anda lakukan. Beritahu
ibu bahwa prosedur ini mungkin akan sedikit membuatnya tidak
nyaman, tetapi anada akan melakukannya secepat mungkin dan
selembut mungkin. Beritahu ibu bahwa hal ini adalah sangat
penting untuk memastikan agar ia tidak mengalami robekan
yang dapat membuatnya mengalami perdarahan
5. Sebelum anada memulainya, periksalah uterus untuk
memastikan bahwa
uterus tersebut sudah berkontraksi dengan baik.
6. Lihat dan rabalah sambil anda memisahkan labia dengan tangan
anda yang mengenakan sarung tangan
7. Suruh asisten anda meneranginya dengan menyorotkan lampu
ke vagina ibu
8. Periksa dengan cermat apakah ada robekan atau hematoma
9. Tekanlah dengan kuat dinding belakang vagina ibu dengan jari
anda. Jika terdapat banyak darah, hapuslah atau diserap dengan
kain kasa agar supaya anda bisa melihat dinding vagina
10. Lihat sampai jauh ke dalam vagina. Perdarahan dari laserasi
mungkin saja berupa cucuran perlahan atau semburan deras
arteri yang berdenyut.
11. Dengan perlahan tekanlah dinding vagina dan gerakkan jari
anda ke bagian atas dinding vagina, satu per satu. Lihat dan
raba. Apakah permukaannya rata/licin ? Adakah titik dimana
terdapat perdarahan
D. TEHNIK
12. Menjaga privasi klien
13. Melakukan komunikasi dan merespon klien
14. Dokumentasi
Total Skor:

42
Total skor Palembang, 2020
Nilai akhir = X 100 Evaluator
(jumlah aspek yang dinilai x 2)
( )

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2016. Praktikum Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru lahir. Jakarta : BPPSDMK.

Kemenkes RI. 2018. Praktik Klinik Kebidanan II. Jakarta : BPPSDMK.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Rohani dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika.

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Varney. Helen, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan (Varney’s
Midwifery). Jakarta : EGC.

43

Anda mungkin juga menyukai