Anda di halaman 1dari 38

PETA, GIS, dan

DATABASE SPASIAL

ELISA EUNIKE LUMINTANG


16021106087 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS - IFN708A
Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu
sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta
konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Istilah peta berasal
dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau kain penutup meja. Namun secara umum
pengertian peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang
diperkecil dengan menggunakan skala tertentu. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari
suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi. Banyak peta
mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar objek pada peta dalam keadaan yang
sebenarnya. Kumpulan dari beberapa peta disebut atlas.

Syarat-syarat

- Conform, yaitu bentuk dari sebuah peta yang digambar serta harus sebangun dengan keadaan
asli atau sebenarnya di wilayah asal atau di lapangan.
- Equidistance, yaitu jarak di peta jika dikalikan dengan skala yang telah di tentukan sesuai
dengan jarak di lapangan.
- Equivalent, yaitu daerah atau bidang yang digambar di peta setalah dihitung dengan skalanya,
akan sama dengan keadaan yang ada di lapangan.

Fungsi Pembuatan Peta

Peta mempunyai beberapa fungsi di berbagai bidang, antara lain untuk:

- Menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya dengan
tempat lain) di permukaan bumi. Dengan membaca peta kita dapat mengetahui lokasi relatif
suatu wilayah yang kita lihat.
- Memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk permukaan bumi (misalnya bentuk
benua, atau gunung) sehingga dimensi dapat terlihat dalam peta,

1. Bentuk-bentuk benua yang ada di dunia dapat kita amati pada peta

2. Bentuk-bentuk permukaan bumi dapat di amati dari simbol warna yang terlihat berbeda-
beda

- Menyajikan data tentang potensi suatu daerah, misalnya :

1. Peta potensi rawan banjir

2. Peta potensi kekeringan

3. Peta Potensi Air

4. Peta Potensi Ikan


- Memperlihatkan ukuran, karena melalui peta dapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas
permukaan bumi. Jarak sebenarnya 2 lokasi dapat dihitung dengan membandingkan skala
petanya.

Tujuan Pembuatan Peta

- Membantu suatu pekerjaan, misalnya untuk konstruksi jalan, navigasi, atau perencanaan,
- Analisis data spasial, misalnya perhitungan volume,
- Menyimpan informasi,
- Membantu dalam pembuatan suatu desain, misal desain jalan, dan
- Komunikasi informasi ruang.

Unsur-unsur (komponen)

Peta merupakan alat bantu dalam menyampaikan suatu informasi keruangan. Berdasarkan fungsi
tersebut maka sebuah peta hendaknya dilengkapi dengan berbagai macam komponen/unsur
kelengkapan yang bertujuan untuk mempermudah pengguna dalam membaca/menggunakan
peta. Beberapa komponen kelengkapan peta yang secara umum banyak ditemukan pada peta
misalnya adalah:

 Judul

Mencerminkan isi sekaligus tipe peta. Penulisan judul biasanya di bagian atas tengah, atas
kanan, atau bawah. Walaupun demikian, sedapat mungkin diletakkan di kanan atas.

 Legenda

Legenda adalah keterangan dari simbol-simbol yang merupakan kunci untuk memahami
peta.

 Orientasi/tanda arah

Pada umumnya, arah utara ditunjukkan oleh tanda panah ke arah atas peta. Letaknya di
tempat yang sesuai jika ada garis lintang dan bujur, koordinat dapat sebagai petunjuk arah.

 Skala

Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di lapangan. Skala
ditulis di bawah judul peta, di luar garis tepi, atau di bawah legenda. Skala dibagi menjadi
3, yaitu:

1. Skala angka. Misalnya 1 : 2.500.000. artinya setiap 1 cm jarak dalam peta sama
dengan 25 km satuan jarak sebenarnya.
2. Skala garis. Skala ini dibuat dalam bentuk garis horizontal yang memiliki panjang
tertentu dan tiap ruas berukuran 1 cm atau lebih untuk mewakili jarak tertentu yang
diinginkan oleh pembuat peta.

3. Skala verbal, yakni skala yang ditulis dengan kata-kata.

 Simbol

Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili ketampakan yang ada di permukaan
bumi yang terdapat pada peta ketampakannya, jenis-jenis simbol peta antara lain:

1. Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional

2. Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data yang berhubungan dengan jarak

3. Simbol area, digunakan untuk mewakili suatu area tertentu dengan simbol yang
mencakup area tertentu

4. Simbol aliran, digunakan untuk menyatakan alur atau gerak.

5. Simbol batang, digunakan untuk menyatakan suatu harga/dibandingkan dengan


harga/nilai lainnya.

6. Simbol lingkaran, digunakan untuk menyatakan kuantitas (jumlah) dalam bentuk


persentase.

7. Simbol bola, digunakan untuk menyatakan volume, makin besar simbol bola
menunjukkan volume semakin besar dan sebaliknya makin kecil simbol bola berarti
volume semakin kecil.

 Warna Peta

Warna peta digunakan untuk membedakan ketampakan atau objek di permukaan bumi,
memberi kualitas atau kuantitas simbol di peta, dan untuk keperluan estetika peta. Warna
simbol dalam peta terdiri dari 8 warna, yaitu:

· Warna hijau

Warna hijau menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian kurang dari 200 m.
Biasanya bentuk muka bumi yang terdapat pada ketinggian < 200 m didominasi olah
dataran rendah. Dataran rendah di Jawa terdapat di sepanjang pantai utara dan pantai
selatan.

· Warna merah
Warna merah menunjukkan jalan kereta api/gunung aktif. Warna merah sering
dijumpai di peta suatu provinsi.

· Warna hijau muda

Warna hijau muda menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian antara 200–
400 m di atas permukaan laut. Bentuk muka bumi yang ada di daerah ini berupa daerah
yang landai dengan disertai bentuk-bentuk muka bumi bergelombang dan bukit.
Penyebaran bentuk muka ini hampir menyeluruh di atas dataran rendah.

· Warna kuning

Warna kuning menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian antara 500–1000
m di atas permukaan laut. Bentuk muka bumi yang ada di daerah ini didominasi oleh
dataran tinggi dan perbukitan dan pegunungan rendah. Penyebaran dari bentuk muka
bumi ini berada di bagian tepi-tengah dari Provinsi Jawa Tengah dan paling luas di
sebelah tenggara Kabupaten Sukoharjo.

· Warna cokelat muda

Warna cokelat muda menunjukkan daerah yang mempunyai ketinggian antara 1000–
1500 m di atas permukaan air laut. Bentuk muka bumi yang dominan di daerah ini
berupa pegunungan sedang disertai gunung-gunung yang rendah. Penyebaran dari
bentuk muka ini berada di bagian tengah dari Jawa Tengah, seperti di
sekitar Bumiayu, Banjarnegara, Temanggung, Wonosobo, Salatiga dan Tawangmanu
.

· Warna cokelat

Warna cokelat menunjukkan daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari 1500 m di
atas permukaan air laut. Bentuk muka bumi di daerah ini didominasi oleh gunung-
gunung yang relatif tinggi. Penyebaran dari gunung-gunung tersebut sebagian besar di
bagian tengah dari Jawa Tengah.

· Warna biru keputihan

Warna biru menunjukkan warna ketampakan perairan. Warna biru keputihan


menunjukkan wilayah perairan yang kedalamannya kurang dari 200 m. Bentuk muka
bumi dasar laut di wilayah ini didominasi oleh bentuk lereng yang relatif landai. Zona
di wilayah ini disebut dengan zona neritik. Penyebaran dari zona ini ada di sekitar
pantai. Di wilayah perairan darat warna ini menunjukkan danau atau rawa.
Di Wonogiri terdapat Waduk Gajah Mungkur, di Bawen terdapat Rawa Pening, di
sekitar Kebumen terdapat waduk Wadaslinang dan Sempor dan masih ada
beberapa waduk kecil lainnya.

· Warna biru muda


Warna biru muda menunjukkan wilayah perairan laut yang mempunyai kedalaman
antara 200–2000 m. Bentuk muka bumi dasar laut di wilayah ini didominasi oleh
bentukan lereng yang relatif terjal. Wilayah ini merupakan kelanjutan dari zona neritik.
Namun wilayah ini tidak tergambar dalam peta umum.

· Warna biru tua

Warna biru tua menunjukkan wilayah perairan laut dengan kedalaman lebih dari 2000
m. Bentuk muka bumi dasar laut di sekitar Pulau Bali pada kedalaman > 2000 m sulit
untuk diketahui dan tidak bisa diinterprestasikan dari peta. Namun biasanya bentuk
muka bumi pada laut dalam dapat berupa dataran, lubuk laut, drempel dan palung laut.
Bentuk muka bumi seperti ini juga tidak tergambar dalam peta umum.

 Tipe Huruf (Lettering)

Lettering berfungsi untuk mempertebal arti dari simbol-simbol yang ada. Macam
penggunaan lettering:

1. Obyek Hipsografi ditulis dengan huruf tegak, contoh: Surakarta

2. Obyek Hidrografi ditulis dengan huruf miring, contoh: Laut Jawa

 Garis Astronomis

Garis astronomis terdiri atas garis lintang dan garis bujur yang digunakan untuk
menunjukkan letak suatu tempat atau wilayah yang dibentuk secara berlawanan arah satu
sama lain sehingga membentuk vektor yang menunjukan letak astronomis.

 Inset

Inset adalah peta kecil yang disisipkan di peta utama. Macam-macam inset antara lain:

1. Inset penunjuk lokasi, berfungsi menunjukkan letak daerah yang belum dikenali

2. Inset penjelas, berfungsi untuk memperbesar daerah yang dianggap penting

3. Inset penyambung, berfungsi untuk menyambung daerah yang terpotong di peta utama

 Garis Tepi Peta

Garis tepi peta merupakan garis untuk membatasi ruang peta dan untuk meletakkan garis
astronomis, secara beraturan dan benar pada peta.

 Sumber dan Tahun Pembuatan

Sumber peta adalah referensi dari mana data peta diperoleh.


 Garis Lintang dan Garis Bujur

Garis lintang adalah garis yang melintang dari arah barat - timur atau dari arah timur - barat.
Garis bujur adalah garis yang membujur dari arah utara - selatan atau selatan - utara.

Macam-Macam Jenis Peta beserta Contoh dan Penjelasan

sumber: hendriyono.wordpress.com

Kita dapat menemui banyak jenis-jenis peta. Jenis-jenis peta tersebut dapat dikategorikan
berdasarkan isi, bentuk dan skala yang dimiliki. Berikut ini adalah berbagai macam jenis peta
beserta contoh dan penjelasannya.

Jenis Peta Berdasakan Isi

Terdapat 2 jenis peta berdasarkan isinya yaitu peta umum dan peta khusus. Penjelasan dan
contohnya dari masing-masing peta tersebut adalah

1. Peta Umum

sumber: gunungleuser.or.id
Merupakan sebuah peta yang isinya adalah gambaran dari seluruh kenampakan permukaan
bumi baik itu kenampakan alam maupun kenampakan buatan. Contoh dari kenampakan alam
adalah sedangkan dataran tinggi, dataran rendah, gunung, sungai dan masih banyak lagi
sedangkan untuk kenampakan buatan contohnya adalah bendungan, jalan raya, bandar udara
dan lain-lain.

Terdapat 3 jenis peta umum, yaitu:

1. Peta dunia yang menggambarkan bentuk, letak dan wilayah negara-negara di dunia
2. Peta korografi yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi umum
dengan skala kecil
3. Peta topografi yang menggambarkan bentuk relief (tinggi rendahnya permukaan bumi)

2. Peta Khusus

Merupakan peta yang hanya menggambarkan satu atau dua kenampakan yang ingin
ditampilkan saja. Jadi, yang ditampilkan pada peta ini hanyalah berdasarkan tema tema yang
telah ditentukan saja yang menggambarkan kenampakan tertentu baik itu kondisi fisik atau
sosial budaya. Contoh dari peta khusus adalah peta persebaran hasil tambang, kepadatan
penduduk, persebaran flora dan fauna.

Jenis Peta Berdasarkan Bentuk

Terdapat 3 macam peta apabila dilihat berdasarkan bentuknya. Yaitu peta datar, peta timbul
dan peta digital. Penjelasannya adalah sebagai berikut.

1. Peta datar

sumber: honeysweet.wordpress.com

Disebut juga dengan peta dua dimensi atau peta biasa. Peta ini dibuah di atas bidang datar
seperti kertas, kanvas, kain, dll. Seperti peta pada umumnya, terdapat berbagai macam
simbol yang digambarkan dengan bentuk dan warna yang berbeda-beda.
2. Peta timbul

Disebut juga dengan peta tiga dimensi atau peta stereometri. Peta ini adalah peta yang dibuat
dengan bentuk 3 dimensi sesuai dengan bentuk dari permukaan bumi yang sebenarnya. Jadi
akan terbentuk miniatur gunung-gunung yang tampak tinggi, perbedaan ketinggian antara
dataran tinggi dan rendah, dll.

3. Peta Digital

sumber: android-developers.blogspot.com

Merupakan peta yang tidak nyata karena tidak bisa disentuh secara langsung oleh tangan
kita. Proses pembuatan peta digital adalah dengan menggunakan komputer. Salah satu
contoh dari peta digital saat sekarang ini adalah Google Mapas. Di jaman sekarang ini, peta
ini yang paling banyak digunakan karena telah dilengkapi oleh berbagai macam.

Jenis Peta Berdasarkan Skala

Terdapat 4 macam peta apabila ditinjau dari skala yang dimilikinya yaitu pata kadaster, skala
besar, skala menengah dan skala kecil. Penjelasannya adalah sebagai berikut.

1. Peta Kadaster

Merupakan peta yang memiliki skala 1:100 sampai 1:5000. Biasanya peta kadaster digunakan
untuk menggambarkan peta yang ada pada sertifikat tanah.

2. Peta Skala Besar

Peta skala besar memiliki skala 1:5000 sampai 1:250.000. Biasanya peta ini digunakan untuk
menggambarkan suatu wilayah yang sempit seperti Kelurahan, Kecamatan dan Kota.
3. Peta Skala Menengah

sumber: harunarcom.blogspot.com

Peta skala menengah memiliki skala 1:250.000 samapi 1:500.000. Biasanya peta ini digunakan
untuk menggambarkan wilaya yang cukup luas seperti Provinsi.

4. Peta Skala Kecil

Skala yang dimiliki oleh peta skala kecil adalah 1:500.000 atau lebih. Peta skala kecil digunakan
untuk menggambarkan wilayah yang paling luas di bumi seperti negara, benua dan seluruh
dunia.

Jenis Peta Berdasarkan Sumber Data

Berdasarkan sumber datanya, peta dibagi menjadi 2, yaitu peta induk dan peta turunan.
Penjelasannya adalah sebagai berikut.

1. Peta Induk

Peta induk adalah peta yang dihasilkan dari kegiatan survei langsung di lapangan. Biasanya
peta induk digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta topografi sehingga peta ini juga dapat
disebut sebagai peta dasar. Tidak hanya peta topografi, peta-peta lainnya pun juga dapat dibuat
dengan mengacu pada peta ini.

2. Peta Turunan

Peta ini merupakan peta yang dibuat berdasarkan acuan peta yang sudah ada sehingga tidak
diperlukan lagi kegiatan survei secara langsung ke lapangan.

Jenis Peta Berdasarkan Keadaan Objek


Terdapat 2 jenis peta berdasarkan keadaan objeknya, yaitu peta dinamik dan peta stasioner.
Penjelasannya sebagai berikut.

1. Peta Dinamik

Peta yang menggambarkan keadaan yang tidak stabil seperti peta transmigrasi, peta aliran
sungai, perluasan tambang, dll.

2. Peta Stasioner

sumber: handiri.wordpress.com

Peta yang menggambarkan keadaan yang stabil atau tetap seperti peta tanah, wilayah, geologi,
dll.

Jenis Peta Berdasarkan Statistik

Berdasarkankan statistiknya, terdapat 2 macam yaitu peta statistik distribusi kualitatif dan peta
statistik distribusi kuantitatif. Penjelasannya adalah sebagai berikut

1. Peta Statistik Distribusi Kualitatif


sumber: macammacampetastatistik.blogspot.com

Peta statistik distibusi kualitatif menggambarkan kevariasian jenis data tanpa menghitung
jumlahnya seperti peta tanah, budaya, agama, dll.

2. Peta Statistik Distribusi Kuantitatif

Peta statistik distribusi kuantitafi menggambarkan jumlah data. Biasanya perhitungan yang
ditampilakan adalah dalam bentuk presentase atau frekuensi seperti peta penduduk, curah
hujan, pendidikan, dll.
Sistem Informasi Geografis (bahasa Inggris: Geographic Information System disingkat GIS)
adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi
keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki
kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi
geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para
praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai
bagian dari sistem ini.

Sistem Informasi Geografi (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah suatu
sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau
berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan
kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan
seperangkat operasi kerja (Barus dan Wiradisastra, 2000). Sedangkan menurut Anon (2001)
Sistem Informasi geografi adalah suatu sistem Informasi yang dapat memadukan antara data grafis
(spasial) dengan data teks (atribut) objek yang dihubungkan secara geogrfis di bumi
(georeference). Disamping itu, SIG juga dapat menggabungkan data, mengatur data dan
melakukan analisis data yang akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat dijadikan acuan
dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi.

Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog), dan
sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan yang paling mendasar terletak pada
cara pengelolaannya. Sistem Informasi manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti
peta, lembar transparansi untuk tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan
survey lapangan. Kesemua data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan alat
tanpa komputer. Sedangkan Sistem Informasi Geografis otomatis telah menggunakan komputer
sebagai sistem pengolah data melalui proses digitasi. Sumber data digital dapat berupa citra satelit
atau foto udara digital serta foto udara yang terdigitasi. Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi
(Nurshanti, 1995).

Pengertian GIS/SIG saat ini lebih sering diterapkan bagi teknologi informasi spasial atau
geografi yang berorientasi pada penggunaan teknologi komputer. Dalam hubungannya dengan
teknologi komputer, Arronoff (1989) dalam Anon (2003) mendifinisikan SIG sebagai sistem
berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu
pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), memanipulasi dan
analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Sedangkan Burrough, 1986
mendefinisikan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai sistem berbasis komputer yang
digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali
data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan
dan perencanaan. Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi kedalam 4 komponen
utama yaitu: perangkat keras (digitizer, scanner, Central Procesing Unit (CPU), hard-disk, dan
lain-lain), perangkat lunak (ArcView, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dan lain-lain),
organisasi (manajemen) dan pemakai (user). Kombinasi yang benar antara keempat komponen
utama ini akan menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan Sistem Informasi Geografis.
Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data yang diolah memiliki
refrensi geografi, maksudnya data tersebut terdiri dari fenomena atau objek yang dapat disajikan
dalam bentuk fisik serta memiliki lokasi keruangan (Indrawati, 2002).

Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan
sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa
membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana
alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan
perlindungan dari polusi.

Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam
bentuk digital, dengan demikian analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis
atribut. Data spasial merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya
berbentuk peta. Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan
keberadaan berbagai objek sebagai data spasial.

Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik, bentuk garis dan
bentuk area (polygon). Titik merupakan kenampakan tunggal dari sepasang koordinat x,y yang
menunjukkan lokasi suatu obyek berupa ketinggian, lokasi kota, lokasi pengambilan sample dan
lain-lain. Garis merupakan sekumpulan titik-titik yang membentuk suatu kenampakan memanjang
seperti sungai, jalan, kontus dan lain-lain. Sedangkan area adalah kenampakan yang dibatasi oleh
suatu garis yang membentuk suatu ruang homogen, misalnya: batas daerah, batas penggunaan
lahan, pulau dan lain sebagainya.

Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data vektor. Data raster
adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid)/sel sehingga terbentuk suatu
ruang yang teratur. Data vektor adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang
menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau
area (polygon) (Barus dan Wiradisastra, 2000).

Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu:


a. Sistem manual (analog), dan
b. Sistem otomatis (yang berbasis digital komputer).

Perbedaan yang paling mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem Informasi manual
biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi untuk tumpang
susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey lapangan. Kesemua data tersebut
dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan alat tanpa komputer. Sedangkan Sistem
Informasi Geografis otomatis telah menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui
proses digitasi. Sumber data digital dapat berupa citra satelit atau foto udara digital serta foto udara
yang terdigitasi. Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi (nurshanti, 1995).
Pengertian menurut para ahli

Menurut Aronaff (1989)

SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan,
mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian.

· Menurut Burrough (1986)

SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan, pengambilan


kembali data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan
dunia.

· Menurut Kang-Tsung Chang (2002)

SIG sebagai a computer system for capturing, storing, querying, analyzing, and displaying
geographic data.

· Menurut Murai (1999)

SIG sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil
kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data
geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan
penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan
umum lainnya.

· Menurut Marble et al (1983)

SIG merupakan sistem penanganan data keruangan.

· Menurut Bernhardsen (2002)

SIG sebagai sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini
diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi
untuk akusisi dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data, perubahan dan
pembaharuan data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan
presentasi data serta analisa data

· Menurut Gistut (1994)

SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu
mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena
yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi
yang diperlukan, yaitu data spasial perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi

· Menurut Berry (1988)


SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta otomatisasi data keruangan.

· Menurut Calkin dan Tomlison (1984)

SIG merupakan sistem komputerisasi data yang penting.

· Menurut Linden, (1987)

SIG adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan (manipulasi), analisis dan
penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi.

· Menurut Alter

SIG adalah sistem informasi yang mendukung pengorganisasian data, sehingga dapat
diakses dengan menunjuk daerah pada sebuah peta.

· Menurut Prahasta

SIG merupakan sejenis software yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan,
manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya.

· Menurut Petrus Paryono

SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, manipulasi dan
menganalisis informasi geografi.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa SIG merupakan pengelolaan data
geografis yang didasarkan pada kerja komputer (mesin).

Lukman (1993) menyatakan bahwa sistem informasi geografi menyajikan informasi


keruangan beserta atributnya yang terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:

1. Masukan data merupakan proses pemasukan data pada komputer dari peta (peta topografi
dan peta tematik), data statistik, data hasil analisis penginderaan jauh data hasil
pengolahan citra digital penginderaan jauh, dan lain-lain. Data-data spasial dan atribut
baik dalam bentuk analog maupun data digital tersebut dikonversikan kedalam format
yang diminta oleh perangkat lunak sehingga terbentuk basisdata (database). Menurut
Anon (2003) basisdata adalah pengorganisasian data yang tidak berlebihan dalam
komputer sehingga dapat dilakukan pengembangan, pembaharuan, pemanggilan, dan
dapat digunakan secara bersama oleh pengguna.

2. Penyimpanan data dan pemanggilan kembali (data storage dan retrieval) ialah
penyimpanan data pada komputer dan pemanggilan kembali dengan cepat (penampilan
pada layar monitor dan dapat ditampilkan/cetak pada kertas).
3. Manipulasi data dan analisis ialah kegiatan yang dapat dilakukan berbagai macam
perintah misalnya overlay antara dua tema peta, membuat buffer zone jarak tertentu dari
suatu area atau titik dan sebagainya. Anon (2003) mengatakan bahwa manipulasi dan
analisis data merupakan ciri utama dari SIG. Kemampuan SIG dalam melakukan
analisis gabungan dari data spasial dan data atribut akan menghasilkan informasi yang
berguna untuk berbagai aplikasi

4. Pelaporan data ialah dapat menyajikan data dasar, data hasil pengolahan data dari model
menjadi bentuk peta atau data tabular. Menurut Barus dan wiradisastra (2000) Bentuk
produk suatu SIG dapat bervariasi baik dalam hal kualitas, keakuratan dan kemudahan
pemakainya. Hasil ini dapat dibuat dalam bentuk peta-peta, tabel angka-angka: teks di
atas kertas atau media lain (hard copy), atau dalam cetak lunak (seperti file elektronik).

Menurut Anon (2003) ada beberapa alasan mengapa perlu menggunakan SIG,
diantaranya adalah:

1. SIG menggunakan data spasial maupun atribut secara terintegrasi

2. SIG dapat digunakansebagai alat bantu interaktif yang menarik dalam usaha
meningkatkan pemahaman mengenai konsep lokasi, ruang, kependudukan, dan unsur-
unsur geografi yang ada dipermukaan bumi.

3. SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data

4. SIG memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada dipermukaan bumi


kedalam beberapa layer atau coverage data spasial

5. SIG memiliki kemapuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial berikut
atributnya

6. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif

7. SIG dengan mudah menghsilkan peta-peta tematik

8. semua operasi SIG dapat di costumize dengan menggunakan perintah-perintah dalam


bahaa script.

9. Peragkat lunak SIG menyediakan fasilitas untuk berkomunikasi dengan perangkat lunak
lain

10. SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang spasial dan
geoinformatika.

Barus dan Wiradisastra (2000) juga mengungkapkan bahwa SIG adalah alat yang
handal untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital
sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel atau dalam bentuk
konvensional lainnya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya
yang diperlukan.

Sejarah perkembangan

35000 tahun yang lalu, di dinding gua Lascaux, Perancis, para pemburu Cro-Magnon
menggambar hewan mangsa mereka, dan juga garis yang dipercaya sebagai rute migrasi hewan-
hewan tersebut. Catatan awal ini sejalan dengan dua elemen struktur pada sistem informasi
gegrafis modern sekarang ini, arsip grafis yang terhubung ke database atribut.

Pada tahun 1700-an teknik survey modern untuk pemetaan topografis diterapkan, termasuk
juga versi awal pemetaan tematis, misalnya untuk keilmuan atau data sensus.

Awal abad ke-20 memperlihatkan pengembangan "litografi foto" dimana peta dipisahkan
menjadi beberapa lapisan (layer). Perkembangan perangkat keras komputer yang dipacu oleh
penelitian senjata nuklir membawa aplikasi pemetaan menjadi multifungsi pada awal tahun
1960-an.

Tahun 1967 merupakan awal pengembangan SIG yang bisa diterapkan di Ottawa, Ontario
oleh Departemen Energi, Pertambangan dan Sumber Daya. Dikembangkan oleh Roger
Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS - SIG Kanada), digunakan untuk
menyimpan, menganalisis dan mengolah data yang dikumpulkan untuk Inventarisasi Tanah
Kanada (CLI - Canadian land Inventory) - sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan
di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakaan berbagai informasi pada tanah, pertanian,
pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000. Faktor
pemeringkatan klasifikasi juga diterapkan untuk keperluan analisis.

CGIS merupakan sistem pertama di dunia dan hasil dari perbaikan aplikasi pemetaan yang
memiliki kemampuan timpang susun (overlay), penghitungan, pendijitalan/pemindaian
(digitizing/scanning), mendukung sistem koordinat national yang membentang di atas benua
Amerika, memasukkan garis sebagai arc yang memiliki topologi dan menyimpan atribut dan
informasi lokasional pada berkas terpisah. Pengembangnya, seorang geografer bernama Roger
Tomlinson kemudian disebut "Bapak SIG".

CGIS bertahan sampai tahun 1970-an dan memakan waktu lama untuk penyempurnaan
setelah pengembangan awal, dan tidak bisa bersaing denga aplikasi pemetaan komersil yang
dikeluarkan beberapa vendor seperti Intergraph. Perkembangan perangkat keras mikro
komputer memacu vendor lain seperti ESRI, CARIS, MapInfo dan berhasil membuat banyak
fitur SIG, menggabung pendekatan generasi pertama pada pemisahan informasi spasial dan
atributnya, dengan pendekatan generasi kedua pada organisasi data atribut menjadi struktur
database. Perkembangan industri pada tahun 1980-an dan 1990-an memacu lagi pertumbuhan
SIG pada workstationUNIX dan komputer pribadi. Pada akhir abad ke-20, pertumbuhan yang
cepat di berbagai sistem dikonsolidasikan dan distandarisasikan menjadi platform lebih sedikit,
dan para pengguna mulai mengekspor menampilkan data SIG lewat internet, yang
membutuhkan standar pada format data dan transfer.
Indonesia sudah mengadopsi sistem ini sejak Pelita ke-2 ketika LIPI mengundang UNESCO
dalam menyusun "Kebijakan dan Program Pembangunan Lima Tahun Tahap Kedua (1974-
1979)" dalam pembangunan ilmu pengetahuan, teknologi dan riset.

Jenjang pendidikan SMU/senior high school melalui kurikulum pendidikan geografi SIG
dan penginderaan jauh telah diperkenalkan sejak dini. Universitas di Indonesia yang membuka
program Diploma SIG ini adalah D3 Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi,
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, tahun 1999. Sedangkan jenjang S1 dan S2 telah
ada sejak 1991 dalam Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi,
Universitas Gadjah Mada. Penekanan pengajaran pada analisis spasial sebagai ciri geografi.
Lulusannya tidak sekadar mengoperasikan software namun mampu menganalisis dan
menjawab persoalan keruangan. Sejauh ini SIG sudah dikembangkan hampir di semua
universitas di Indonesia melalui laboratorium-laboratorium, kelompok studi/diskusi maupun
mata pelajaran.

Komponen Sistem Informasi Geografis

Komponen-komponen pendukung SIG terdiri dari lima komponen yang bekerja secara
terintegrasi yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), data, manusia, dan
metode yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Perangkat Keras (hardware)

Perangkat keras SIG adalah perangkat-perangkat fisik yang merupakan bagian dari sistem
komputer yang mendukung analisis geografi dan pemetaan. Perangkat keras SIG mempunyai
kemampuan untuk menyajikan citra dengan resolusi dan kecepatan yang tinggi serta
mendukung operasioperasi basis data dengan volume data yang besar secara cepat. Perangkat
keras SIG terdiri dari beberapa bagian untuk menginput data, mengolah data, dan mencetak
hasil proses. Berikut ini pembagian berdasarkan proses :

· Input data: mouse, digitizer, scanner

· Olah data: harddisk, processor, RAM, VGA Card

· Output data: plotter, printer, screening.

Perangkat Lunak (software)

Perangkat lunak digunakan untuk melakukan proses menyimpan, menganalisa, memvisualkan


data-data baik data spasial maupun non-spasial. Perangkat lunak yang harus terdapat dalam
komponen software SIG adalah:

· Alat untuk memasukkan dan memanipulasi data SIG

· Data Base Management System (DBMS)


· Alat untuk menganalisa data-data

· Alat untuk menampilkan data dan hasil analisa

Data

Pada prinsipnya terdapat dua jenis data untuk mendukung SIG yaitu :

· Data Spasial

Data spasial adalah gambaran nyata suatu wilayah yang terdapat di permukaan bumi.
Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, gambar dengan format digital dan
disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang
memiliki nilai tertentu.

· Data Non Spasial (Atribut)

Data non spasial adalah data berbentuk tabel dimana tabel tersebut berisi informasi-
informasi yang dimiliki oleh obyek dalam data spasial. Data tersebut berbentuk data tabular
yang saling terintegrasi dengan data spasial yang ada.

Manusia

Manusia merupakan inti elemen dari SIG karena manusia adalah perencana dan pengguna
dari SIG. Pengguna SIG mempunyai tingkatan seperti pada sistem informasi lainnya, dari
tingkat spesialis teknis yang mendesain dan mengelola sistem, sampai pada pengguna yang
menggunakan SIG untuk membantu pekerjaannya sehari-hari.

Metode

Metode yang digunakan dalam SIG akan berbeda untuk setiap permasalahan. SIG yang
baik tergantung pada aspek desain dan aspek realnya.

Ruang Lingkup Sistem Informasi Geografis (SIG

Pada dasarnya pada SIG terdapat lima (5) proses yaitu:

· Input Data

Proses input data digunakan untuk menginputkan data spasial dan data non-spasial. Data
spasial biasanya berupa peta analog. Untuk SIG harus menggunakan peta digital sehingga
peta analog tersebut harus dikonversi ke dalam bentuk peta digital dengan menggunakan
alat digitizer. Selain proses digitasi dapat juga dilakukan proses overlay dengan melakukan
proses scanning pada peta analog.

· Manipulasi Data
Tipe data yang diperlukan oleh suatu bagian SIG mungkin perlu dimanipulasi agar sesuai
dengan sistem yang dipergunakan. Oleh karena itu SIG mampu melakukan fungsi edit baik
untuk data spasial maupun non-spasial.

· Manajemen Data

Setelah data spasial dimasukkan maka proses selanjutnya adalah pengolahan data non-
spasial. Pengolaha data non-spasial meliputi penggunaan DBMS untuk menyimpan data
yang memiliki ukuran besar.

· Query dan Analisis

Query adalah proses analisis yang dilakukan secara tabular. Secara fundamental SIG dapat
melakukan dua jenis analisis, yaitu:

o Analisis Proximity

Analisis Proximity merupakan analisis geografi yang berbasis pada jarak antar layer.
SIG menggunakan proses buffering (membangun lapisan pendukung di sekitar layer
dalam jarak tertentu) untuk menentukan dekatnya hubungan antar sifat bagian yang
ada.

o Analisis Overlay

Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Secara
sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu
layer untuk digabungkan secara fisik.

· Visualisasi

Untuk beberapa tipe operasi geografis, hasil akhir terbaik diwujudkan dalam peta atau
grafik. Peta sangatlah efektif untuk menyimpan dan memberikan informasi geografis.

INPUT DATA
Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari:
a. Data spasial dan
b. Data atribut dalam bentuk digital,
Dengan demikian analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data
spasial merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta.
Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai
objek sebagai data spasial.
Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik, bentuk garis dan bentuk
area (polygon). Titik merupakan kenampakan tunggal dari sepasang koordinat x,y yang
menunjukkan lokasi suatu obyek berupa ketinggian, lokasi kota, lokasi pengambilan sample dan
lain-lain. Garis merupakan sekumpulan titik-titik yang membentuk suatu kenampakan memanjang
seperti sungai, jalan, kontus dan lain-lain. Sedangkan area adalah kenampakan yang dibatasi oleh
suatu garis yang membentuk suatu ruang homogen, misalnya: batas daerah, batas penggunaan
lahan, pulau dan lain sebagainya.
Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data vektor. Data raster adalah
data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid)/sel sehingga terbentuk suatu ruang yang
teratur. Data vektor adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan,
menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon)
(Barus dan Wiradisastra, 2000).

INPUT DATA PRIMER DAN DATA SEKUNDER


Input data primer dilakukan dengan cara pengukuran langsung kelapangan sedangkan untuk data
sekunder tidak adanya pengukuran langsung kelapangan.

Gambar 1.1
Proses Input Output

Gambar 1.2
Proses Input Output
DATA COLLECTION
Kumpulan data yang diperoleh melalui Foto udara, laut dan darat.

Gambar 2.1
Foto Udara
Sumber: Google earth

Gambar 2.2
Foto laut
Sumber: Google image
Gambar 2.3
Foto Darat
Sumber: Google earth
DATA PROCESSING
Proses pemasukan data pada komputer dari peta (peta topografi dan peta tematik), data statistik,
data hasil analisis penginderaan jauh data hasil pengolahan citra digital penginderaan jauh, dan
lain-lain. Prosesnya pun menggunakan Software ArcInfo, Map Info, ArcView, dll.

DATA PRESENTASI

Gambar 4.1
Bagan
Gambar 4.2
Bagan
MAP INTERACTIVE
THEMATIC MAP
Peta tematik (juga disebut sebagai peta statistik atau peta tujuan khusus) menyajikan patron
penggunaan ruangan pada tempat tertentu sesuai dengan tema tertentu. Berbeda dengan peta
rujukan yang memperlihatkan pengkhususan geografi (hutan, jalan, perbatasan administratif),
peta-peta tematik lebih menekankan variasi penggunaan ruangan daripada sebuah jumlah atau
lebih dari distribusi geografis. Distribusi ini bisa saja merupakan fenomena fisikal
seperti iklim atau ciri-ciri khas manusia seperti kepadatan penduduk atau
permasalahan kesehatan.

Gambar 4.3
Peta Tematik
Sumber: Google image
TUJUAN GIS
Tujuan pokok dari pemanfaatan Sistem Informasi Geografis adalah untuk mempermudah
mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek.
Ciri utama data yang bisa dimanfaatkan dalam Sistem Informasi Geografis adalah data yang
telah terikat dengan lokasi dan merupakan data dasar yang belum dispesifikasi (Dulbahri,
1993).

FUNGSI GIS
Adapun fungsi -fungsi dasar dalam GIS adalah sebagai berikut :
1. Akuisisi data dan proses awal meliputi:
digitasi, editing, pembangunan topologi, konversi format data, pemberian atribut dll.
2. Pengelolaan database meliputi :
pengarsipan data, permodelan bertingkat, pemodelan jaringan pencarian atribut dll.
3. Pengukuran keruangan dan analisis meliputi :
operasi pengukuran, analisis daerah penyanggga, overlay, dll.
4. Penayangan grafis dan visualisasai meliputi :
transformasi skala, generalisasi, peta topografi, peta statistic, tampilan perspektif.

Manfaat SIG di berbagai bidang

Manajemen tata guna lahan

Pemanfaatan dan penggunaan lahan merupakan bagian kajian geografi yang perlu dilakukan
dengan penuh pertimbangan dari berbagai segi. Tujuannya adalah untuk menentukan zonifikasi
lahan yang sesuai dengan karakteristik lahan yang ada. Misalnya, wilayah pemanfaatan lahan di
kota biasanya dibagi menjadi daerah pemukiman, industri, perdagangan, perkantoran, fasilitas
umum,dan jalur hijau. SIG dapat membantu pembuatan perencanaan masing-masing wilayah
tersebut dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan untuk pembangunanutilitas-utilitas yang
diperlukan. Lokasi dari utilitas-utilitas yang akan dibangun di daerah perkotaan (urban) perlu
dipertimbangkan agar efektif dan tidak melanggar kriteria-kriteria tertentuyang bisa menyebabkan
ketidakselarasan. Contohnya, pembangunan tempat sampah. Kriteria-kriteria yang bisa dijadikan
parameter antara lain: di luar area pemukiman, berada dalam radius 10 meter dari genangan air,
berjarak 5 meter dari jalan raya, dan sebagainya. Dengan kemampuan SIG yang bisa memetakan
apa yang ada di luar dan di dalam suatu area, kriteria-kriteriaini nanti digabungkan sehingga
memunculkan irisan daerah yang tidak sesuai, agak sesuai, dan sangat sesuai dengan seluruh
kriteria. Di daerah pedesaan (rural) manajemen tata guna lahan lebih banyak mengarah ke sektor
pertanian. Dengan terpetakannya curah hujan, iklim, kondisitanah, ketinggian, dan keadaan alam,
akan membantu penentuan lokasi tanaman, pupuk yang dipakai, dan bagaimana proses pengolahan
lahannya. Pembangunan saluran irigasi agar dapat merata dan minimal biayanya dapat dibantu
dengan peta sawah ladang, peta pemukiman penduduk, ketinggian masing-masing tempat dan peta
kondisi tanah. Penentuan lokasi gudang dan pemasaran hasil pertanian dapat terbantu dengan
memanfaatkan peta produksi pangan, penyebarankonsumen, dan peta jaringan transportasi. Selain
untuk manajemen pemanfaatan lahan, SIG juga dapat membantu dalam hal penataan ruang.
Tujuannya adalah agar penentuan pola pemanfaatan ruang disesuaikan dengan kondisi fisik dan
sosial yang ada, sehingga lebih efektif dan efisien. Misalnya penataan ruang perkotaan, pedesaan,
permukiman,kawasan industri, dan lainnya.

Inventarisasi sumber daya alam

Secara sederhana manfaat SIG dalam data kekayaan sumber daya alamialah sebagai berikut:

· Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak bumi, batubara,
emas, besi dan barang tambang lainnya.

· Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, misalnya:

1. Kawasan lahan potensial dan lahan kritis;

2. Kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak;

3. Kawasan lahan pertanian dan perkebunan;

4. Pemanfaatan perubahan penggunaan lahan;

5. Rehabilitasi dan konservasi lahan.

- Untuk pengawasan daerah bencana alam

Kemampuan SIG untuk pengawasan daerah bencana alam, misalnya:

· Memantau luas wilayah bencana alam;

· Pencegahan terjadinya bencana alam pada masa datang;

· Menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana;

· Penentuan tingkat bahaya erosi;

· Prediksi ketinggian banjir;

· Prediksi tingkat kekeringan.


Bagi perencanaan Wilayah dan Kota

· Untuk bidang sumber daya, seperti kesesuaian lahan pemukiman, pertanian, perkebunan,
tata guna lahan, pertambangan dan energi, analisis daerah rawan bencana.

· Untuk bidang perencanaan ruang, seperti perencanaan tata ruang wilayah, perencanaan
kawasan industri, pasar, kawasan permukiman, penataan sistem dan status pertahanan.

· Untuk bidang manajemen atau sarana-prasarana suatu wilayah, seperti manajemen sistem
informasi jaringan air bersih, perencanaan dan perluasan jaringan listrik.

· Untuk bidang pariwisata, seperti inventarisasi pariwisata dan analisis potensi pariwisata
suatu daerah.

· Untuk bidang transportasi, seperti inventarisasi jaringan transportasi publik, kesesuaian rute
alternatif, perencanaan perluasan sistem jaringan jalan, analisis kawasan rawan kemacetan dan
kecelakaaan.

· Untuk bidang sosial dan budaya, seperti untuk mengetahui luas dan persebaran penduduk
suatu wilayah, mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola
drainasenya, pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan pada
suatu kawasan, pendataan dan pengembangan pemukiman penduduk, kawasan industri, sekolah,
rumah sakit, sarana hiburan dan perkantoran.

Contoh dan Macam Aplikasi SIG

Dalam aplikasi SIG, terdapat beberapa sarana petunjuk yang dapat dijadikan standar untuk
memaknai peta yang tampil di layar monitor, yaitu sebagai berikut.
1. Legenda
Legenda adalah keterangan tentang objek-objek yang ada di peta, seperti warna hijau adalah hutan,
garis merah adalah jalan, segitiga adalah gunung, dan keterangan-keterangan lainnya.
2. Skala
Skala adalah keterangan perbandingan ukuran di layar dengan ukuran sebenarnya di lapangan.
3. Zoom In/Zoom Out
Peta di layar dapat diperbesar dengan zoom in dan diperkecil dengan zoom out.
4. Pan
Dengan fasilitas pan, peta dapat digeser-geser untuk melihat daerah yang dikehendaki para
pengguna sesuai dengan prioritas.
5. Searching
Sarana ini digunakan untuk mencari letak suatu fenomena.
6. Pengukuran
Fasilitas ini dimaksudkan untuk mengukur jarak antartitik, jarak rute, atau luas suatu wilayah
secara interaktif.
7. Informasi
Setiap fenomena yang digambarkan, dilengkapi dengan informasi yang dapat dilihat jika fenomena
tersebut di-klik. Misalnya, pada software SIG, jaringan jalan jika di-klik pada suatu ruas jalan akan
memunculkan data nama jalan tersebut, tipe jalan, desa-desa yang menjadi ujung jalan, dan jalan-
jalan lain yang berhubungan dengan jalan yang bersangkutan.
8. Link
Selain informasi dari database, SIG memungkinkan pula menghubung kan data fenomena pada
peta dengan data dalam bentuk lain, seperti gambar, video, ataupun web. Tampilan SIG dapat
menampilkan fenomena dua dimensi ataupun tiga dimensi.
Defenisi SIG

Geografi adalah ilmu yang mempelajari permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan
keruangan, ekologi, dan kompleks wilayah.

Sistem informasi geografis (Geographic Information System) adalah sistem informasi khusus
yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti
yang lebih sempit , adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun,
menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografis, misalnya data yang
diindentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database.

Aronoff (1989) mendefenisikan SIG sebagai sebuah sistem berbasiskan komputer yang
digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis. SIG dirancang
untuk mengumpulkan , menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi
geografi merupakan karateristik yang penting atau kritis untuk dianalisis.

Subaryono (2005) mendefinisikan SIG sebagai suatu himpunan terpadu dari hardware,
software, data, dan liveware (orang-orang yang bertanggung jawab dalam mendesain,
mengimplementasikan, dan menggunakan SIG).

ESRI (Environmental System Research Institute) mendefeniskan SIG adalah kumpulan yang
teroganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografis dan personil yang
dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, meng-update, memanipulasi,
menganalisis, dan menampilakan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis.

Komponen Sistem (Subsistem) SIG

Beberapa subsistem dalam Sistem Informasi Geografis antara lain adalah:

1. Input

Pada tahap input (pemasukan data) yang dilakukan adalah mengumpulkan dan mepersiapkan
data spasial dan atau atribut dari berbagai sumber data. Data yang digunakan harus
dikonversi menjadi format digital yang sesuai. Proses konversi yang dilakukan dikenal
dengan dengan proses dijitalisasi (digitizing).

Salah satu teknik mengubah data analog menjadi data digital adalah dengan digitasi
menggunakan mesin digitizer, termasuk dengan model digitizing on screen dari data hasil
pemotretan (baik foto udara maupun foto satelit) melalui penyapuan (scanning).
2. Manipulasi

Manipulasi data merupakan proses editing terhadap data yang telah masuk, hal ini dilakukan
untuk menyesuaikan tipe dan jenis data agar sesuai dengan sistem yang akan dibuat, seperti:
penyamaan skala, pengubahan sistem proyeksi, generalisasi dan sebagainya.

3. Manajemen Data

Tahap ini meliputi seluruh aktifitas yang berhubungan dengan pengolahan data (menyimpan,
mengorganisasi, mengelola, dan menganalisis data) ke dalam sistem penyimpanan
permanen, seperti: sistem file server atau database server sesuai kebutuhan sistem. Jika
menggunakan sistem file server, data dismpan dalam bentuk file-file seperti: *.txt, *.dat, dan
lain-lain. Sedangkan jika menggunakan software Database Management System (DBMS),
seperti: MySQL, SQL Server, ORACLE, dan DBMS sejenis lainnya.

4. Query

Suatu metode pencarian informasi untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pengguna
SIG. Pada SIG dengan sistem file server, query dapat dimanfaatkan dengan bantuan compiler
atau interpreter yang digunakan dalam mengembangkan sistem, sedangkan untuk
SIG dengan sistem database server, dapat memanfaatkan SQL (structured query language)
yang terdapat pada DBMS yang digunakan.

Penelusuran data menggunakan lebih dari satu layer dapat memberikan informasi untuk
analisis data dan memperoleh data yang diinginkan, contoh:

 Jenis tanah apa yang dominan pada hutan tertentu?


 Ada berapa jumlah kelurahan di propinsi tertentu?
 Daerah mana saja yang paleng sesuai untuk pemukiman baru?
 Desa mana saja yang curah hujan sangat tinggi?

5. Analisis

Terdapat dua jenis fungsi analisis dalam SIG, yaitu: fungsi analisis spasial, dan analisis
atribut. Fungsi anaslisis spasial adalah operasi yang dilakukan pada data spasial. Sedangkan,
Fungsi analisis atribut adalah fungsi pengolahan data atribut, yaitu data yang tidak
berhubungan dengan ruangan.

Kemampuan untuk analisis data spasial untuk memperoleh informasi baru. Pembuatan
model skenario "What If" salah satu fasilitas yang banyak dipakai ialah analisis tumpang
susun peta (Overlay).

6. Visualisasi (Data Output)


Penyajian hasil berupa informasi baru atau database yang ada baik dalam bentuk softcopy
maupun dalam bentuk hardcopy seperti dalam bentuk: peta (atribut peta dan atribut data),
tabel, grafik dan lain-lain.

Komponen-Komponen SIG

Komponen-komponen SIG memliki saling keterkaitan satu dengan yang lainnya. Untuk lebih
jelasnya berikut adalah penjelasan dari komponen tersebut.

1. Perangkat Keras Komputer

Terdiri dari berbagai komponen:

· CPU (Central Processing Unit)

· Memory (Utama dan Tambahan)

· Storage (alat penyimpan data dan informasi)

· Alat Tambahan (Peripherals)

Alat masukan (Input Devices): keyboard, mouse, digitizers, pemindai (scanner),


kamera digital, workstation fotogrametis digital

Alat keluaran (Output Devices): monitor bewarna, printer, plotter bewarna, perekam
film, dan lain-lain.

2. Perangkat Lunak (Software) Komputer

Perangkat lunak yang dimaksud adalah yang mempunyai fungsi: Pemasukan data,
Manipulasi data, Penyimpan data, Analisis data, dan Penayangan Informasi geografis.

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dari software SIG:

· Merupakan Database Managenent System (DBMS)

· Memiliki Fasilitas Pemasukan dan Manipulasi data geografi

· Memiliki fasilitas untuk Query, Analisis, dan Visualisasi

· Memiliki kemampuan Graphical User Interface (GUI) yang dapat menyajikan


hasil (Penayangan dan Printout) informasi berbasis geografi dan memudahkan untuk
akses terhadap seluruh fasilitas yang ada.

Perangkat lunak SIG terdiri atas sistem operasi, compiler dan program aplikasi.
· Sistem Operasi (Operating System/OS), seperti: Windows, Linux, UNIX, Sun
Solaris, dan lain-lain.

· Compiler

Menerjemahkan program yang ditulis dalam bahasa komputer pada kode mesin
sehingga CPU mampu menjalankan program yang harus dieksekusi. Bahasa compiler
yang biasa digunakan adalah C, C++, Delphi, Visual Basic, dan lain-lain.

· Program Aplikasi pembangun SIG, seperti: MapInfo, ArcView, ArcInfo, ArcGIS, dan
lain-lain.

3. Data dan Informasi Geografi

Data dalam SIG terdiri atas dua jenis, yaitu data spasial dan data atribut.

a. Data spasial adalah data gratis yang mengidentifikasikan kenampakan lokasi geografi
berupa titik, garis, dan poligon.

b. Data atribut adalah data yang berupa penjelasan dari setiap fenomena yang terdapat
dalam permukaan bumi. Data atribut berfungsi untuk menggambarkan gejala geografi
karena memiliki aspek deskriptuf dan kualitatif. Contoh, atribut kualitas tanah terdiri
atas ststus kepemilikan lahan, luas tanah, tingkat kesuburan tanah, dan kandungan
mineral dalam tanah.

4. Manusia

Manusia merupakan inti elemen dari SIG kerena manusia adalah perencana dan
pengguna dari SIG. Pengguna SIG mempunyai tingkatan seperti pada sistem informasi
lainnya, dari tingkat spesialis teknis yang mendesain dan mengelola sistem sampai pada
pengguna yang menggunakan SIG untuk membantu pekerjaanya sehari-hari.

5. Metode

Metode yang digunakan dalam SIG akan berbeda untuk setiap permasalahan. SIG yang
baik tergantung pada aspek desain dan aspek realnya.

Model Data dalam SIG

Sumber-sumber data geografis (disebut juga data geospasial) diperoleh melalui beberapa
cara.

Data digital geografis diorganisir menjadi dua bagian, yaitu: Data Spasial dan Data
Atribut/Tabular. Sebelum membahas data spasial sceara lebih detil, perhatikan klasifikasi
model data grafis/geometris/spasial berikut ini.
1. Data Spasial, yang menyimpan kenampakan-kenampakan permukaan bumi, seperti:
jalan, sungai, permukiman, jenis penggunaan tanah, jenis tanah, dan lain-lain.

a. Sumber Data Spasial

Data spasial dapat dihasilkan dari berbagai macam sumber, diantaranya adalah :

· Citra Satelit, data ini menggunakan satelit sebagai wahananya. Satelit tersebut
menggunakan sensor untuk dapat merekam kondisi atau gambaran dari permukaan bumi.
Umumnya diaplikasikan dalam kegiatan yang berhubungan dengan pemantauan sumber
daya alam di permukaan bumi (bahkan ada beberapa satelit yang sanggup merekam hingga
dibawah permukaan bumi), studi perubahan lahan dan lingkungan, dan aplikasi lain yang
melibatkan aktifitas manusia di permukaan bumi. Kelebihan dari teknologi terutama dalam
dekade ini adalah dalam kemampuan merakam cakupan wilayah yang luas dan tingkat
resolusi dalam merekam obyek yang sangat tinggi. Data yang dihasilkan dari citra satelit
kemudian diturunkan menjadi data tematik dan disimpan dalam bentuk basis data untuk
digunakan dalam berbagai macam aplikasi. Mengenai spesifikasi detail dari data citra satelit
dan teknologi yang digunakan akan dibahas dalam bab tersendiri.

· Peta Analog, sebenarnya jenis data ini merupakan versi awal dari data spasial, dimana yang
mebedakannya adalah hanya dalam bentuk penyimpanannya saja. Peta analog merupakan
bentuk tradisional dari data spasial, dimana data ditampilkan dalam bentuk kertas atau film.
Oleh karena itu dengan perkembanganteknologi saat ini peta analog tersebut dapat di scan
menjadi format digital untuk kemudian disimpan dalam basis data.

· Foto Udara (Aerial Photographs), merupakan salah satu sumber data yang banyak
digunakan untuk menghasilkan data spasial selain dari citra satelit. Perbedaannya dengan
citra satelit adalah hanya pada wahana dan cakupan wilayahnya. Biasanya foto udara
menggunakan pesawat udara. Secara teknis proses pengambilan atau perekaman datanya
hampir sama dengan citra satelit. Sebelum berkembangan teknologi kamera digital, kamera
yang digunakan adalah menggunakan kamera konvensional menggunakan negatif film, saat
ini sudah menggunakan kamera digital, dimana data hasil perekaman dapat langsung
disimpan dalam basis data. Sedangkan untuk data lama (format foto film) agar dapat
disimpan dalam basis data harus dilakukan conversi dahulu dengan mengunakan scanner,
sehingga dihasilkan foto udara dalam format digital. Lebih lanjut mengenai spesifikasi foto
udara akan dibahas dalam bab tersendiri.

· Data Tabular, data ini berfungsi sebagai atribut bagi data spasial. Data ini umumnya
berbentuk tabel. Salah satu contoh data ini yang umumnya digunakan adalah data sensus
penduduk, data sosial, data ekonomi, dan lain-lain. Data tabulan ini kemudian di relasikan
dengan data spasial untuk menghasilkan tema data tertentu.

· Data Survei (Pengamatan atau pengukuran dilapangan), data ini dihasilkan dari hasil survei
atau pengamatan dilapangan. Contohnya adalah pengukuran persil lahan dengan
menggunakan metode survei terestris.
Model data spasial dibedakan menjadi dua yaitu Model Data Vektor dan Model Data Raster.

1) Model Data Raster

Model data raster mempunyai struktur data yang tersusun dalam bentuk matriks atau piksel
dan membentuk grid. Setiap piksel memiliki nilai tertentu dan memiliki atribut tersendiri,
termasuk nilai koordinat yang unik. Tingkat keakurasian model ini sangat tergantung pada
ukuran piksel atau biasa disebut dengan resolusi. Model data ini biasanya digunakan dalam
remote sensing yang berbasiskan citra satelit maupun airborne (pesawat terbang). Selain itu
model ini digunakan pula dalam membangun model ketinggian digital (DEM-Digital
Elevatin Model) dan model permukaan digital (DTM-Digital Terrain Model).

Model raster memberikan informasi spasial terhadap permukaan di bumi dalam bentuk
gambaran yang di generalisasi. Representasi dunia nyata disajikan sebagai elemen matriks
atau piksel yang membentuk grid yang homogen. Pada setiap piksel mewakili setiap obyek
yang terekam dan ditandai dengan nilai-nilai tertentu. Secara konseptual, model data raster
merupakan model data spasial yang paling sederhana.

Kelebihan dan Kekurangan Model Data Raster

Model Kelebihan Kekurangan


Data
· struktur · tidak efektif
datanya lebih dalam
Raster sederhana. penyimpanan file.

· lebih mudah · kualitas tampilan


dan efisien grafis yang
dalam terbatas.
melakukan
overlay dan · sulit untuk
analisis data. melakukan
analisis
· mampu keterkaitan.
menampilkan
data/image dari · begitu banyak
foto udara. transfirmasi
nonlinear.
· dapat
melakukan · akurasi sangat
analisis DTM. bergantung
dengan ukuran
· dapat grid/sel.
melakukan
simulasi. · grid/sel
mempresentasikan
· teknologi atribut. Relasi
yang mudah dengan DMBS
untuk tidak secara
dikembangkan. langsung.

· mudah untuk · Output


membuat bergantung
program terhadap output
sendiri. printer/plotter.

· efektif dalam · volume


menampilkan bergantung pada
banyak data ukuran grid/sel.
sosial.

· mudah untuk
dilakukan
simulasi.

2) Model Data Vektor

Model data vektor merupakan model data yang paling banyak digunakan, model ini
berbasiskan pada titik (points) dengan nilai koordinat (x,y) untuk membangun obyek
spasialnya. Obyek yang dibangun terbagi menjadi tiga bagian lagi yaitu berupa titik (point),
garis (line), dan area (polygon).

· Titik (Point)

Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana pada suatu obyek. Titik tidak
mempunyai dimensi tetapi dapat ditampilkan dalam bentuk simbol baik pada peta maupun
dalam layar monitor. Contoh : Lokasi Fasilitasi Kesehatan, Lokasi Fasilitas Kesehatan, dan
lain-lain.

· Garis (Line)

Garis merupakan bentuk linear yang menghubungkan dua atau lebih titik dan
merepresentasikan obyek dalam satu dimensi. Contoh : Jalan, Sungai, dan lain-lain.

· Area (Polygon)

Poligon merupakan representasi obyek dalam dua dimensi.Contoh : Danau, Persil Tanah,
dan lain-lain.
Kelebihan dan Kekurangan Model Data Vektor

Kebihan Kekurangan
· struktur datanya lebih · Sulit dan membutuhkan
rumit. waktu lama
dalammelakukan proses
· efisiensi untuk analisis. overlay.

· sebagai sarana · tidak bisa menampilkan


representasi yang baik. data image/foto udara.

· transformasi proyeksi · harga hardware yang


lebih efisiensi. mahal.

· ketelitian, akurat dan · struktur data yang


lebih presisi. terlalu banyak.

· proses generalisasi dan


editing.

· relasi atribut langsung


dengan DBMS
(database).

Data Tabular/Atribut, yang menyimpan atribut dari kenampakan-kenampakan permuakaan bumi


tersebut. misalnya tanah yang memiliki atribut tekstur, kedalaman, struktur, pH, dan lain-lain.

KESIMPULAN:

Meluasnya pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan perkembangan teknologi dalam
memperoleh, merekam dan mengumpulan data yang bersifat keruangan (spasial). Kemampuan
penyimpanan yang semakin besar, kapasitas transfer data yang semakin meningkat, dan kecepatan
proses data yang semakin cepat menjadikan data spasial merupakan bagian yang tidak terlepaskan
dari perkembangan teknologi informasi.
Source:
https://id.wikipedia.org/wiki/Peta

https://afikrubik.com/jenis-peta/

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_geografis

https://mbojo.wordpress.com/2007/04/08/sistem-informasi-geografi-sig/

https://www.academia.edu/11183941/DATABASE_SPASIAL_PADA_SISTEM_INFORMASI_GEOGRAFIS
http://egganabiladewi.blogspot.co.id/2014/03/definisi-gis-fungsi-gis-input-data-gis_12.html

Fofon Jasman.2012. http://Definisi-GIS-BlogTugasKuliah.htm. Diposkan 29 November 2012. Diunduh 15 Februari


2014
Zainal Hakim.2012. http://PengertianGIS.htm. Diunduh 15 Februari 2014
Rohman Ajh.2012. http://FUNGSISISTEMINFORMASIGEOGRAFIS-SISTEMINFORMASIGEOGRAFIS.htm.
Diposkan 01 Oktober 2012. Diunduh 15 Februari 2014
Braska Jaya Suprapto.2012. http://GeografisFungsi-fungsidasardalamGIS.htm. Diposkan 27 Septemebr 2012.
Diunduh 15 Februari 2014
Septianpm.2010. http://FungsiGIS-LifeIsBeautiful.htm. Diposkan 6 Desember 2010. Diunduh 15 Februari 2014
Riyanto, Putra P.E dan Indelarko H. 2009. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Berbasis Desktop
dan Web. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Ramakrishnan, Raghu, dan Gehrke, Johannes. 2004. Sistem Manajemen Database (edisi ketiga). Yogyakarta: Andi
and McGraw-Hill Education.

Anam , Saiful. 2005. Menggunakan Arcinfo untuk Proyeksi Peta. Bandung: Informatika.

Elly , Muhammad Jafar. 2009. Sistem Informasi Geografi Menggunakan Aplikasi ArcView 3.2 dan ERMMapper 6.4.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Budiyanto , Eko. 2002. Sistem Informasi Geografis Menggunakan ARC View GIS. Yogyakarta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai