Anda di halaman 1dari 7

Inilah 10 Macam Seserahan Wajib Dalam Sangjit

ala Tionghoa di Indonesia


Jakarta, Realitarakyat.com – Dalam tradisi Tionghoa, sebelum acara pernikahan terdapat 1 tahapan yang harus
dilalui, yakni prosesi sangjit, atau dalam istilah lain disebut hantaran, antar harta, acara lamaran atau acara
pertunangan. Acara sangjit merupakan prosesi memberikan baki seserahan yang dilakukan keluarga mempelai
pria kepada keluarga mempelai wanita. Prosesi sangjit biasanya dilaksanakan seminggu hingga 6 bulan sebelum
hari pernikahan.

Pernikahan merupakan salah satu momen yang paling penting untuk tiap manusia. Tak heran, banyak orang
yang rela menabung bertahun-tahun hanya untuk melaksanakan pernikahan yang akan membekas di hati
selamanya. Harapanya, pernikahan hanya dilakukan satu kali seumur hidup.

Inilah yang kemudian menyebabkan banyaknya tahapan-tahapan yang harus dilewati ketika sepasang kekasih
saat ingin mengakhiri masa lajangnya. Salah satunya adalah acara sangjit ini. Bagi masyarakat Tionghoa, inilah
saat untuk bertemu dengan keluarga besar besan calon mantu, agar saling lebih mengenal satu sama lain.

Dalam acara ini, tidak mungkin perwakilan keluarga mempelai pria datang dengan tangan kosong. Apalagi
untuk meminang anak orang. Alamak, nanti dikira calonnya modal dengkulan lagi Paling tidak, biasanya ada
beberapa macam barang yang perlu diberikan kepada calon mempelai wanita sebagai modal ketika acara
sangjit.

Seserahan dalam acara sangjit bukanlah hanya sekadar simbol, karena setiap jenis barang yang dipergunakan
sebagai hantaran terdapat makna/simbol tersendiri, yang rata-rata sebagai harapan agar acara berlangsung
dengan lancar dan pernikahan bisa langgeng hingga hari tua.

Penasaran apa saja isi baki seserahan di adat Tionghoa? Berikut kita sajikan 10 macam seserahan yang wajib
ada dalam acara sangjit; seserahan ala Tionghoa :

1. Pentingnya Jumlah dan Warna Sangjit Box


jika diperhatikan, biasanya sebuah kotak sangjit/baki hantaran yang berisi berbagai macam barang memiliki
warna dominan merah, yang bermakna perasaan bahagia. Warna merah ini juga biasanya senada dengan
dekorasi ruangan dan juga warna pakaian yang dikenakan baik oleh calon pengantin dan keluarganya.

Warna merah sendiri bagi orang Tionghoa merupakan salah satu simbol kebahagiaan dan kegembiraan.
Diharapkan, dengan menggunakan kotak yang berwarna merah, isi dari seserahan tersebut dapat membawa
kegembiraan bagi sang calon pengantin yang sebentar lagi akan menjajaki rumah tangga dan memasuki
kehidupan yang baru.

Uniknya lagi, baik jumlah kotak dan jumlah barang di dalamnya harus berjumlah genap, yakni 6, 8, atau 12.
Angka berapapun boleh digunakan asalkan jangan 4! Hal ini karena angka 4 dalam huruf mandarin 四 (Sì)
bunyinya mirip dengan pelafalan huruf 死 (Sǐ) yang artinya ‘kematian’!

Hal inilah yang menurut kepercayaan orang Tionghoa, angka 4 itu bagaikan angka 13 (1+3), yang kelak bisa
mengundang soe kesialan.

2. Uang Susu/Uang Pesta Yang Dimasukkan Dalam Kertas Angpau Bertuliskan 囍

Uang susu disini maksudnya bukan uang untuk membeli susu, melainkan sejumlah uang dari keluarga calon
mempelai pria yang diberikan kepada keluarga calon mempelai wanita. Uang susu ini juga sering disebut uang
pesta pernikahan.

Uang ini maksudnya sebagai tanda terima kasih karena sudah merawat dan membesarkan sang wanita hingga
memasuki usia pernikahan. Uang susu ini jumlahnya bebas dan dimasukkan ke dalam amplop merah (angpau).
Mengenai berapa nilai uang yang harus dibawa sebagai uang susu, tergantung isi dompet tingkat kemapanan
mempelai pria.

Meski pesta pernikahan merupakan acara yang dibentuk dari 2 keluarga, namun keluarga mempelai wanita
tidak diwajibkan untuk menanggung biaya pernikahan! Dalam hal ini, keluarga mempelai prialah yang biasanya
akan menanggung sebagian besar pengeluaran. Keluarga mempelai wanita biasanya hanya menambah sedikit-
sedikit.

Keluarga mempelai wanita biasanya hanya mengambil sebagian dari isi angpau (uang susu/uang pesta),
sementara sisanya dikembalikan. Misalnya uang yang diberikan sebesar Rp. 8.888.000,- , maka yang diambil
hanya sisa atau ‘ekornya’ saja, yakni Rp. 888.000,-.

Apabila keluarga mempelai wanita mengambil seluruh uang susu, artinya secara simbolis pesta pernikahan
tersebut akan sepenuhnya dibiayai keluarga wanita. Selain itu, jika diambil semua keluarga mempelai wanita
seakan menjual menyerahkan sepenuhnya anak mereka kepada keluarga mempelai pria.

Namun kenyataannya, pepatah besar pasar daripada tiang berlaku disini. Uang untuk membiayai pesta selalu
membengkak seiring mendekati hari H. Selain itu, tidak mungkin pula keluarga mempelai pria membawa
sekoper atau segepok uang yang sulit untuk dimasukkan kedalam kertas angpau. Nanti dikira mau pamer harta
lagi.
So, uang susu/uang pesta disini hanya bermakna sebagai bentuk kesiapan (menunjukkan sikap/komitmen)
mempelai pria dalam mengongkosi pernikahannya.

3. Satu Stel Pakaian Wanita Lengkap (atau Kain); maksudnya adalah : Kelak segala keperluan sandang
si gadis akan dipenuhi oleh si pria

Inilah salah satu isi baki seserahan yang paling penting. Sang calon mempelai pria harus bisa menunjukkan
bahwa nantinya ia akan mampu memenuhi segala perlengkapan sandang calon mempelai wanita. Isinya antara
lain 1 set pakaian/dress, lengkap dengan aksesorisnya seperti ikat pinggang, high heels, dan tas wanita.

Pada jaman dulu, disaat indrustri tekstil/garmen belum berkembang seperti sekarang, orang2 masih
mengandalkan penjahit untuk membuat pakaian. Lalu bisa jadi pakaian yang diberikan kurang cocok dikenakan
karena mempelai wanitanya ternyata melar mempelai pria kurang tahu ukuran size pasangannya. Maka pilihan
memberikan kain adalah yang terbaik, agar bisa dirancang/dijahit sendiri. Tentunya bukan kain murahan,
namun sekelas sutra atau sejenisnya. Warna yang umum diberikan adalah merah atau emas.

4. Satu Set Perlengkapan Kosmetik/Kecantikan

Agar nantinya sang mempelai wanita bisa tampil cantik dan memukau di hari pernikahan, isi seserahan yang
satu ini juga patut dipertimbangkan. Walaupun biasanya nanti tidak akan terpakai pada hari H, karena sudah di
handle oleh pihak organizer pernikahan, yang didalamnya kadang sudah termasuk paket gaun pengantin + tata
rias bagi pasangan.

Sang wanita pujaannya pun biasanya akan senang sekali apabila mendapatkan seserahan berupa 1 set kosmetik
untuk makeup/kecantikan, seperti lipstik, bedak, kuteks, parfum, body lotion, dsb. Jangan lupa sebelumnya
ditanya dulu ke pasangannya, kira-kira produk kosmetik seperti apa yang biasa ia gunakan/disukai, sehingga
tidak salah beli dan akhirnya malah jadi tidak terpakai.
5. Kalung atau Perhiasan Lengkap

Sebagai ‘pengikat’ dalam acara tunangan, salah satu isi seserahan wajib untuk prosesi sangjit adalah seuntai
kalung, atau sepasang perhiasan lengkap (cincin, kalung, anting, dan gelang). Istilahnya mas kawin, mengenai
seberapa berat emasnya tentu juga perlu menyesuaikan dengan isi dompet kemampuan mempelai pria.

Biasanya dalam prosesi sangjit, perhiasan ini akan langsung dipasangkan pada mempelai wanita, sebagai
simbol/titik dimana sang gadis pujaan ‘dipinang’ secara resmi. Yang memasangkannya? Bisa si mempelai pria,
atau ibunya.

6. Buah-Buahan Yang Berjumlah Genap : 8, 16, atau 18

Selanjutnya, isi yang biasanya ada dalam nampan atau baki seserahan sangjit adalah buah-buahan segar. Buah
yang paling sering digunakan untuk acara sangjit adalah buah apel, pir, kiwi, jeruk, anggur, atau aneka buah
manis lainnya sebagai perlambang kebahagiaan, kesejahteraan dan rejeki berlimpah. Jangan membawa buah
yang berduri, semisal durian atau rambutan! Isi seserahan buah ini haruslah berjumlah genap, seperti 8, 10, 12,
16, atau 18 buah, yang melambangkan rezeki yang melimpah, kesejahteraan, dan kedamaian. Bila tidak kuat
diangkat muat dalam 1 nampan, boleh dibagi menjadi 2. Setelah acara selesai, buah yang ditaruh dalam baki
seserahan ini sebagian diberikan kepada calon mempelai pria, agar kesejahteraan berimbang di antara 2
keluarga.

7. Sepasang Lilin Merah Yang Diikat Pita Merah


Isi seserahan penting lainnya adalah dua pasang lilin yang diikat dengan pita merah. Selain digunakan untuk
sembahyang, lilin diberikan sebagai simbol penerangan, perlindungan dan untuk menangkal berbagai pengaruh
negatif yang mungkin muncul menjelang hari pernikahan.

Lilin yang diberikan haruslah berwarna merah, yang bercorak Naga (liong; 龍) dan burung phoenix (burung
hong; 鳳凰). Satu pasang lilin yang bercorak burung hong akan diambil keluarga mempelai wanita, sedangkan
sepasang lilin lainnya yang bercorak naga dikembalikan kepada keluarga mempelai pria.

8. Sepasang Kaki Babi Atau Makanan Kaleng

Sebagai orang Tionghoa, tentu sangat nikmat membayangkan berbagai masakan yang bisa diolah dari kaki
babi. Maka dari itulah beberapa keluarga juga turut mengikutsertakan kaki babi sebagai salah satu isi dari
seserahan. Konon kebiasaan menyantap kaki babi ini berasal dari masyarakat Fujian dan Taiwan, yang
dipercaya dapat mengusir kesialan/membuang sial.

Namun jika dirasa terlalu merepotkan, bisa juga digantikan dengan makanan kalengan dengan jumlah genap,
seperti 8 kaleng buah longan dan 8 kaleng ercis/kacang polong, atau bisa diganti daging babi merek “Maling”,
jagung kaleng delmonte, bahkan ikan tuna kaleng (chunk light tuna).

Tapi jangan yang ikan sarden merek ABC, Botan, Yamato, atau GaGa sebagai hantaran; ntar terkesan murahan
di depan mertua. Apalagi Anda bawa skuad keluarga lengkap, ini kan momen spesial 🙂 Kalau makanan
kalengan lain mahal, kurangi saja jumlahnya menjadi ½ lusin (@6 kaleng), dengan 2 macam merek saja.

Ingat, khusus baki hantaran yang berisi makanan kalengan ini bisa menjadi berat lho! Apalagi jika ditumpuk
banyak dalam 1 nampan, dan harus menentengnya selama 10-20 menit. Belum lagi kalau baki ini diserahkan
paling akhir. So, cari anggota keluarga yang paling ‘berotot’ untuk membawa baki spesial ini .

9. Aneka Macam Kue (bahkan kue Bulan) dan Manisan


Seperti yang kita ketahui, banyak sekali kue khas Tionghoa yang memiliki cita rasa manis dan bertekstur
lengket. Sebut saja kue mangkok (kue kuk), kue lapis legit (napolitein), kue lapis surabaya, kue keranjang, dsb.
Bahkan sekotak kue pia/kue bulan akan sangat cocok dijadikan salah satu hantaran, jika Anda melangsungkan
pesta sangjit di bulan Imlek!

Aneka macam kue manis ini wajib diberikan dalam baki seserahan acara sangjit, sebagai perlambang kehidupan
pasca perkawinan akan harmonis, rezeki yang datang berlapis-lapis dan kedudukan semakin tinggi.

Seperti halnya seserahan lainnya, sebaiknya jumlah kue manis pun berangka genap, paling bagus berangka 8
atau kelipatan 8. Sediakan juga aneka permen merek china/manisan, sebagai harapan orang tua agar kehidupan
anak-anaknya kelak bisa mendatangkan keberuntungan dan penuh momen manis di masa depan.

10. Dua Botol Sampanye (Arak Pernikahan; 酒) Berisi Anggur Merah

Terakhir, isi seserahan yang biasa digunakan untuk acara Sangjit adalah 2 botol sampanye berisi anggur merah,
yang melambangkan arak pernikahan. Sebagai timbal baliknya, sang keluarga wanita juga menyiapkan dua
botol sirup berwarna merah, yang nantinya akan ditukarkan dengan 2 botol sampanye ini.

Pada jaman dulu, arak (酒, jiu) yang biasa digunakan untuk acara pernikahan adalah Arak Nu Er Hong (女兒
紅), yang secara harafiah bisa berarti “arak gadis perawan”. Arak tersohor ini berasal dari Shaoxing, Propinsi
Zhejiang, Tiongkok. Menurut kebiasaan disana, seorang ayah akan mengubur guci arak saat menunggu
kelahiran anaknya.

Nantinya saat si anak menikah, arak itu akan dikeduk & disajikan pada handai taulannya. Awalnya yang
dikenal hanya Nu Er Hong (Arak Perempuan Merah) saja. Disebut demikian karena disajikan pada pernikahan
anak perempuan yang berpakaian serba merah. Tapi belakangan muncul juga Arak Zhuangyuan Hong (状元紅)
atau ‘Arak Sarjana Merah’ untuk anak laki-laki.

Menurut legendanya, pada jaman dulu ada seorang penjahit yang tengah bersukacita menunggu kelahiran anak
pertamanya. Menjelang hari kelahirannya, calon ayah itu memborong berguci-guci arak kuning kualitas nomor
satu untuk menjamu para tamunya. Tapi betapa kecewanya Dia ketika mengetahui bahwa bayinya ternyata
perempuan.

”Untuk apa punya anak perempuan! Masih kecil jadi tanggungan orang tuanya & setelah besar nanti merantau
mengikuti suaminya.” keluhnya sedih. Dia kemudian mengubur arak yang sudah dibelinya kedalam tanah.

Belasan tahun kemudian, bayi itu telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik, berbakti & pandai. Berkat
tangan dinginnya juga usaha jahitan ayahnya semakin maju. Singkatnya, Dia adalah teladan bagi semua
perempuan muda di desanya. Bahkan anak laki-laki saja mungkin tidak ada yang secemerlang dia.
Pada hari perkawinan putrinya, rumah si penjahit kebanjiran tamu, sampai-sampai dia kehabisan stok arak. Saat
itulah dia teringat arak yang dipendamnya dulu & langsung dikeduknya. Setelah dicicipi oleh para tamunya,
rasa arak ini ternyata enak dan wangi, benar-benar arak berkualitas tinggi.

Sejak saat itu, masyarakat di Shaoxing dan sekitarnya ikut-ikutan memendam arak saat istrinya hamil, agar
dapat digunakan untuk pernikahan sang anak kelak. Belakangan, kepopuleran arak ini mulai berkembang dan
akhirnya diperjualbelikan.

Bagaimana? Cukup sulit bukan untuk menjalankan tradisi pernikahan ala Tionghoa yang satu ini? Sudah tentu
berbeda dengan pernikahan ala budaya barat, yang mengusung kepraktisan dan simpel. Bahkan ada yang tidak
pake acara lamaran, langsung nikah di rumah ibadah, lalu mendaftar di kantor catatan sipil, selesai. Benar2
hanya atas dasar nama cinta.

Sampai muncul istilah, belum tentu setelah melangsungkan pesta yang mewah, pernikahannya akan awet.
Bagaimana bisa Anda menghargai pernikahan dan pasangan Anda, jika saat menikah, ibarat seperti mengambil
seekor anak ayam yang tidak ada harganya?

Namun momen terpenting dari acara sangjit ini adalah berkumpulnya kedua keluarga besar untuk membantu
pernikahan anak, keponakan, atau saudaranya. Karena kita percaya, bahwa pernikahan itu bukan sekedar 2
insan, melainkan bersatunya 2 keluarga yang memiliki latar belakang yang berbeda.

Memang cukup banyak aturan dan ketentuan yang harus dipatuhi, namun beberapa bagian juga dapat
diganti/dikurangi mengikuti kebiasaan setempat, atau untuk menghemat biaya buat modal setelah menikah.

Anda mungkin juga menyukai