Anda di halaman 1dari 23

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal


anal.Hemoroid sangat umum terjadi pada umur 25-50an, 50% individu
mengalami beberapa tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang
terkena.Kehamilan diketahui mengalami atau memperberat adanya
hemoroid.Hemoroid diklasafikasikan menjadi 2 tipe.Hemoroid internal,
yaitu hemoroid yang terjadi diatas sfingter anal sedangkan yang muncul
diluar sfingter anal disebut hemoroid eksternal. (Brunner & Suddarth,
2013)
B. Anatomi Fisiologi
Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rektum dan
terbentang dari kolon sigmoid sampai anus, kolon sigmoid mulai setinggi
krista iliaka dan berbentuk lekukan huruf S. Lekukan bagian bawah
membelok ke kiri waktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum. Satu inci
dari rectum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh sfingter eksternus
dan internus.Panjang rektum dan kanalis ani sekitar 15 cm. Usus besar
secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai dengan
suplai darah yang diterimanya.Arteri mesentrika superior memperdarahi
belahan bagian kanan yaitu sekum, kolon asendens dan dua pertiga
proksimal kolon tranversum, dan arteria mesentrika inferior memperdarahi
belahan kiri yaitu sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens dan
sigmoid, dan bagian proksimal rektum.Suplai darah tambahan untuk
rektum adalah melalui arteria 7 sakralis media dan arteria hemoroidalis
inferior dan media yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta
abdominalis.

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


\\

Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena
mesentrika superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu
bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati.Vena
hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan
merupakan bagian dari sirkulasi sistematik.Terdapat anastomosis antara
vena hemoroidalis superior, media dan inferior, sehingga peningkatan
tekanan portal dapat mengakibatkan aliran darah balik ke dalam vena-vena
ini.
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif : (1) kontraksi lamban dan
tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke 8 depan,
menyumbat beberapa haustra; (2) peristaltik massa, merupakan kontraksi
yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan
massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul
dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks gastrokolik setelah
makan, khususnya setelah makanan pertama masuk pada hari itu.
Propulasi feses ke rektum mengakibatkan distensi dinding rektum
dan merangsang refleks defekasi.Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani
eksterna dan interna.Sfingter interna dikendalikan oleh sistem saraf
otonom, dan sfingter eksterna berada di bawah kontrol voluntar.Refleks
defekasi terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan keempat dari medula
spinalis.Serabut-serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf
splangnikus panggul dan bertanggung jawab atas kontraksi rektum dan
relaksasi sfingter interna.Pada waktu rektum yang mengalami distensi

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut
dan anulus anorektal menghilang. Otototot sfingter interna dan eksterna
berelaksasi pada waktu anus tertarik atas melebihi tinggi massa feses.
Defekasi dipercepat dengan adanya peningkatan tekanan intra-abdomen
yang terjadi akibat kontraksi voluntar.Otot-otot dada dengan glotis ditutup,
dan kontraksi secara terus menerus dari otot-otot abdomen (manuver atau
peregangan valsava).Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot-
otot 9 sfingter eksterna dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap
akan relaks, dan keinginan untuk berdefekasi menghilang.

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


C. Klasifikasi Hemoroid
1. Hemoroid Internal
Hemoroid internal adalah pembengkakan terjadi dalam rektum
sehingga tidak bisa dilihat atau diraba.Pembengkakan jenis ini tidak
menimbulkan rasa sakit karena hanya ada sedikit syaraf di daerah
rektum.Tanda yang dapat diketahui adalah pendarahan saat buang air
besar.Masalahnya jadi tidak sederhana lagi, bila ambeien internal ini
membesar dan keluar ke bibir anus yang menyebabkan
kesakitan.Ambeien yang terlihat berwarna pink ini setelah sembuh
dapat masuk sendiri, tetapi bisa juga didorong masuk. Hemoroid
interna dibagi menjadi 4 derajat yaitu :
Derajat I :
1. Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca
defekasi
2. Tanpa disertai rasa nyeri
3. Tidak terdapat prolapse
4. Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari
benjolan hemoroid yang menonjol ke dalam lumen
Derajat II :
1. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri
(reposisi spontan)
Derajat III :
1. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan  sesudah defekasi
2. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri
jadi harus didorong dengan jari (reposisi manual)
Derajat IV
1. Terdapat perdarahan sesudah defekasi
2. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong
masuk (meskipun sudah direposisi akan keluar lagi)

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


2. Hemoroid Eksternal
Hemoroid eksternal diklasifikasikan sebagai akut dan
kronik.Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, bentuk ini sangat
nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor nyeri.

D. Etiologi
Menurut Brunner & Suddarth(2013), etiologi hemoroid sampai saat
ini belum diketahui secara pasti, beberapa factor pendukung yang terlibat
diantaranya adalah :
1. Penuaan
2. Kehamilan
3. Hereditas
4. Konstipasi atau diare kronik
5. Penggunaan toilet yang berlama – lama

6. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama

Menurut Mutaqqin (2013), kondisi hemoroid biasanya tidak


berhubungan dengan kondisi medis atau penyalit, namun ada beberapa
predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko hemoroid seperti
berikut:

1. Perubahan hormon (kehamilan)


2. Mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram
3. Berdiri terlalu lama
4. Banyak duduk
5. Sering mengangkat beban berat
6. Sembelit diare menahun (obstipasi)
7. Makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-
rempah)
8. Keturunan penderita wasir(genetik)

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


E. Patofisiologi
Menurut Hidayat (2012) hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan
abdominal yang mampu menekan vena hemoroidalis sehingga
menyebabkan dilatasi pada vena.dilatasi tersebut dapat dibagi menjadi 2,
yaitu :
1. Interna (dilatasi sebelum spinter)
2. Bila membesar baru nyeri
3. Bila vena pecah, BAB berdarah anemia
4. Eksterna (dilatasi sesudah spingter)
a. Nyeri
b. Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi.
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat.Hemoroid
umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran,
peradangan, atau prollaps.Diet rendah serat menyebabkan bentuk feses
menjadi kecil yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB.
Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid.,
kemungkinan gengguan oleh venous return (Muttaqin, 2013).

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


F. Pathway Keperawatan
Konstipasi, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran
prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum

Kongesti Vena

( gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis )

Hemoroid

Hemoroidectomy

Efek anestesi Luka insisi

Perubahan sistem tubuh


Jaringan perifer Takut
Resiko terputus Gerak
infeksi
Spasme otot
Gastro kardiovaskuler
intestinal Nyeri

Peristaltik usus Nadi , TD Gangguan


Gangguan mobilitas
pola tidur fisik
Akral dingin
Konstipasi

Gangguan

Perfusi jaringan perifer


(Muttaqin,2013, Yasmin Asih,2006, Made Sumarwati,2010 )

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


G. Manifestasi Klinik
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid
Sjamsuhidajat (2012) yaitu :

Hemoroid internal :

1. Keluarnya selaput lender, timbul karena iritasi mukosa rectum.

2. Rasa gatal

Hemoroideksternal :

1. Rasa terbakar.
2. Nyeri (jikamengalami trombosis).
Sedangkan tanda dan gejala menurut Grace, Pierce A. & Neil R.
Borley (2013) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal seperti berikut :
1. Perdarahan
Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah
segar menetes setelah buang air besar (BAB), biasanya tanpa disertai
nyeri dan gatal di anus. Pendarahan dapat juga timbul di luar wakyu
BAB, misalnya pada orang tua. Perdaran ini berwarna merah segar.
2. Benjolan
Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi
spontan atau manual merupakan cirri khas/ karakteristik hemoroid.
3. Nyeri dan rasa tidak nyaman
Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan
komponen darah di bawah anus), benjolan keluar anus, polip rectum,
skin tag.
4. Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus
Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai
perdarahan merupakan tanda hemoroid interna, yang sering mengotori
pakaian dalam bahkan dapat menyebabkan pembengkakan kulit.

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


H. Pemeriksaan Penunjang
1.      Hemoglobin, mengalami penurunan < 12 mg%.
2.      Anoscopy, pemeriksaan dalam rektal dengan menggunakan alat,
untuk mendeteksi ada atau tidaknya hemoroid.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak
menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat
kuadran.Penderita dalam posisi litotomi.Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas
panjang.Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan
sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau
prolaps akan lebih nyata
3.      Digital rectal examination, pemeriksaan dalam rektal secara
digital.
4.      Sigmoidoscopy dan barium enema, pemeriksaan untuk hemoroid
yang disertai karsinoma.
5.      Inspeksi Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah
menjadi thrombus. Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat
terlihat dengan cara menyuruh pasien mengejan. Prolaps dapat terlihat
sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
6.      Rectal Toucher (RT)
Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri,
hemoroid ini dapat teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis.
Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.
Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang
lebar.Rectal toucher (RT) diperlukan untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya karsinoma recti.
7.      Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum
prolaps. Anaskopi dimasukan untuk mengamati keempat kuadran
dan   akan terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol kedalam

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih
nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya, dan keadaan
lain seperti polip, fissure ani, dan tumor ganas harus diperhatikan.

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hemoroid tergantung pada macam dan derajat
hemoroidnya.
1. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak sebagai
benjolan yang nyeri pada anal verge.Jika pasien membaik dan hanya
mengeluh nyeri ringan, pemberian analgesik, sitz baths, dan pelunak
feses.Tetapi jika pasien mengeluh nyeri yang parah, maka eksisi di
bawah anestesi lokal dianjurkan.Pengobatan secara bedah menawarkan
penyembuhan yang cepat, efektif dan memerlukan waku hanya
beberapa menit dan segera menghilangkan gejala. Penatalaksanaan
secara bedah yaitu pasien berbaring dengan posisi menghadap ke lateral
dan lutut di lipat (posisi seems), dasar hematom diinfiltrasi dengan
anestetik lokal. Bagian atas bokong didorong untuk memaparkan
trombosis hemoroid.Kulit dipotong berbentuk elips menggunakan
gunting iris dan forsep diseksi; hal ini dengan segera memperlihatkan
bekuan darah hitam yang khas di dalam hemoroid yang dapat
dikeluarkan dengan tekanan atau diangkat keluar dengan forsep.

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


2. Hemoroid Interna
Pengobatan hemoroid interna tergantung dari derajat hemoroidnya.

Derajat Berdarah Prolaps Reposisi

I + – –

II + + Spontan

III + + Manual

IV + Tetap Irreponibel

              Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya.Tetapi


hemorroid eksterna selalu dengan operasi.  Konservatif indikasi untuk
grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk trombus.  Operatif indikasi untuk
grade 3-4, perdarahan dan nyeri.

a. Hemoroid derajat I dan II


Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong
dengan tindakan lokal yang sederhana disertai nasehat tentang
makan.Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi,
misalnya sayuran dan buah-buahan Makanan berserat tinggi ini
membuat gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak, sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan
secara berlebihan.
b. Hemoroid Derajat III dan IV
Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan
jika diputuskan tidak perlu dilakukan hemoroidektomi.Pengobatan
dengan criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada hemoroid yang
menonjol, dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga mengalami
nekrosis dan akhirnya fibrosis.Tidak dipakai secara luas karena
mukosa yang dibekukan (nekrosis) sukar ditentukan
luasnya.Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


hemoroid yang menahun dan mengalami prolapsus besar (derajat
III dan IV).
Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu
pengangkatan pleksus dan mukosa, pengangkatan pleksus tanpa
mukosa, dan pengangkatan mukosa tanpa pleksus.  Teknik
pengangkatan dapat dilakukan menurut 2 metode :
1. Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid
interna, mengadakan jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic
No. 00, mengadakan eksisi di atas klem. Sesudah itu klem dilepas
dan jahitan jelujur di bawah klem diikat, diikuti usaha kontinuitas
mukosa. Cara ini banyak dilakukan karena mudah dan tidak
mengandung risiko pembentukan jaringan parut sirkuler yang biasa
menimbulkan stenosis.
2. Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis
dengan membebaskan mukosa dari sub mukosa dan mengadakan
reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu, sambil mengusahakan
kontinuitas mukosa kembali.
3. Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum.
Metode ini lebih unggul dan lebih banyak dipakai karena
perdarahannya dan nyeri post operasinya berkurang dibandingkan
dengan metode yang lain.

J. Komplikasi Hemoroid
Komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi yaitu  :
1. Perdarahan, dapat sampai anemia.

2. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)


3. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai
darah dihalangi oleh sfingter ani.
4. Luka dan infeksi

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


HEMOROID

A. Pengkajian
Anamnesa
Tanggal MRS                :
Tanggal Pengkajian       :
No. Registrasi                :
Diagnosa Medis             :

Pengumpulan data

1. Identitas
Nama Pasien             :
Usia                           :
Jenis Kelamin            :
Alamat                       :
Pendidikan                 :
Agama                        :
2. Keluhan utama
 Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat
BAB.Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya
ada benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah
yang keluar menetes.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh
atau terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali
RPD.
4. Pemeriksaan Fisik
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di
tekuk dan menempel pada tempat tidur.
 Inspeksi
 Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.
 Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
 Warna benjolan terlihat kemerahan.
 Benjolan terletak di dalam ( internal ).
 Palpasi
Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin
dengan melakuakan rektal tucher, dengan memasukan satu jari
kedalam anus.Dan ditemukan benjolan tersebut dengan konsistensi
keras, dan juga ada perdarahan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan)

2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post


pembedahan, imunitas tubuh primer menurun
3. Kurang pengetahuan tentang Ca Rekti dan pilihan pengobatan
berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi
4. Sindrom defisit self care b/d kelemahan, penyakitnya, nyeri
5. Resiko konstipasi berhubungan dengan obstruksi post pembedahan

C. Intervensi Keperawatan
               Menurut Muttaqin (2013) tujuan perencanaan dan implementasi
dapat mencakup perbaikan pola pernapasan, perbaikan mobilitas,
pemeliharaan integritas kulit, menghilangkan retensi urine, perbaikan
fungsi usus, peningkatan rasa nyaman, dan tidak terdapatnya komplikasi.

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


Diagnosa keperawatan RENCANA INTERVENSI
Nyeri akut  NOC : NIC :
berhubungan dengan:Agen  Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri
injuri (biologi, kimia, fisik,  pain control, secara komprehensif
psikologis), kerusakan  comfort level termasuk lokasi,
jaringan karakteristik, durasi,
Setelah dilakukan
DS: frekuensi, kualitas dan
tindakan keperawatan
 Laporan secara verbal faktor presipitasi
selama …. Pasien tidak
2. Observasi reaksi nonverbal
DO: mengalami nyeri,
dari ketidaknyamanan
dengan kriteria hasil:
3. Bantu pasien dan keluarga
 Posisi untuk menahan
untuk mencari dan
nyeri  Mampu
menemukan dukungan
 Tingkah laku berhati- mengontrol nyeri
4. Kontrol lingkungan yang
hati (tahu penyebab
dapat mempengaruhi nyeri
 Gangguan tidur (mata nyeri, mampu
seperti suhu ruangan,
sayu, tampak capek, menggunakan
pencahayaan dan
sulit atau gerakan tehnik
kebisingan
kacau, menyeringai) nonfarmakologi
5. Kurangi faktor presipitasi
 Terfokus pada diri untuk
nyeri
sendiri mengurangi
6. Kaji tipe dan sumber nyeri
 Fokus menyempit nyeri, mencari
untuk menentukan
(penurunan persepsi bantuan)
intervensi
waktu, kerusakan  Melaporkan
7. Ajarkan tentang teknik non
proses berpikir, bahwa nyeri
farmakologi: napas dala,
penurunan interaksi berkurang
relaksasi, distraksi,
dengan orang dan dengan
kompres hangat/ dingin
lingkungan) menggunakan
8. Berikan analgetik untuk
 Tingkah laku manajemen nyeri
mengurangi nyeri: ………
distraksi, contoh :  Mampu
9. Tingkatkan istirahat
jalan-jalan, menemui mengenali nyeri
10. Berikan informasi tentang
orang lain dan/atau (skala, intensitas,

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


aktivitas, aktivitas frekuensi dan nyeri seperti penyebab
berulang-ulang) tanda nyeri) nyeri, berapa lama nyeri
 Respon autonom  Menyatakan rasa akan berkurang dan
(seperti diaphoresis, nyaman setelah antisipasi ketidaknyamanan
perubahan tekanan nyeri berkurang dari prosedur
darah, perubahan  Tanda vital 11. Monitor vital sign sebelum
nafas, nadi dan dalam rentang dan sesudah pemberian
dilatasi pupil) normal analgesik pertama kali
 Perubahan autonomic  Tidak mengalami
 
dalam tonus otot gangguan tidur
(mungkin dalam
rentang dari lemah ke  
kaku)
 Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
 Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum

Risiko infeksi NOC : NIC :


Faktor-faktor risiko :  Immune Status 1. Pertahankan teknik aseptif
 Prosedur Infasif  Knowledge 2. Batasi pengunjung bila
 Kerusakan jaringan  Infection control perlu

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


dan peningkatan  Risk control 3. Cuci tangan setiap sebelum
paparan lingkungan Setelah dilakukan dan sesudah tindakan
 Malnutrisi tindakan keperawatan keperawatan
 Peningkatan paparan selama…… pasien tidak 4. Gunakan baju, sarung
lingkungan pathogen mengalami infeksi tangan sebagai alat
 Imonusupresi dengankriteria hasil: pelindung

 Tidak adekuat  Klien bebas dari 5. Ganti letak IV perifer dan

pertahanan sekunder tanda dan gejala dressing sesuai dengan

(penurunan Hb, infeksi petunjuk umum

Leukopenia,  Menunjukkan 6. Gunakan kateter intermiten

penekanan respon kemampuan untuk menurunkan infeksi

inflamasi) untuk mencegah kandung kencing

 Penyakit kronik timbulnya infeksi 7. Tingkatkan intake nutrisi


 Jumlah leukosit 8. Berikan terapi antibiotic
 Imunosupresi
dalam batas 9. Monitor tanda dan gejala
 Malnutrisi
normal infeksi sistemik dan local
 Pertahan primer tidak
 Menunjukkan 10. Inspeksi kulit dan membran
adekuat (kerusakan
perilaku hidup mukosa terhadap
kulit, trauma
sehat kemerahan, panas, drainase
jaringan, gangguan
 Status imun, 11. Monitor adanya luka
peristaltik)
gastrointestinal, 12. Dorong masukan cairan
  genitourinaria 13. Dorong istirahat

dalam batas 14. Ajarkan pasien dan

norma keluarga tanda dan gejala


infeksi
  15. Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap 4
jam

Konstipasi  NOC: NIC :


berhubungan dengan  Bowl  Manajemen konstipasi

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


 Fungsi:kelemahan Elimination
1. Identifikasi faktor-faktor
otot abdominal,  Hidration
yang menyebabkan
Aktivitas fisik tidak
Setelah dilakukan konstipasi
mencukupi
tindakan keperawatan 2. Monitor tanda-tanda ruptur
 Perilaku defekasi
selama …. konstipasi bowel/peritonitis
tidak teratur
pasien teratasi dengan 3. Jelaskan penyebab dan
 Perubahan
kriteria hasil: rasionalisasi tindakan pada
lingkungan
pasien
 Toileting tidak  Pola BAB dalam 4. Konsultasikan dengan
adekuat: posisi batas normal dokter tentang peningkatan
defekasi, privasi  Feses lunak dan penurunan bising usus
 Psikologis: depresi,  Cairan dan serat 5. Kolaburasi jika ada tanda
stress emosi, adekuat dan gejala konstipasi yang
gangguan mental
 Aktivitas adekuat menetap
 Farmakologi: antasid,
 Hidrasi adekuat 6. Jelaskan pada pasien
antikolinergis,
manfaat diet (cairan dan
antikonvulsan,  
serat) terhadap eliminasi
antidepresan, kalsium
7. Jelaskan pada klien
karbonat,diuretik,
konsekuensi menggunakan
besi, overdosis
laxative dalam waktu yang
laksatif, NSAID,
lama
opiat, sedatif.
8. Kolaburasi dengan ahli gizi
 Mekanis:
diet tinggi serat dan cairan
ketidakseimbangan
9. Dorong peningkatan
elektrolit, hemoroid,
aktivitas yang optimal
gangguan neurologis,
10. Sediakan privacy dan
obesitas, obstruksi
keamanan selama BAB
pasca bedah, abses
rektum, tumor  
 Fisiologis: perubahan
pola makan dan jenis

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


makanan, penurunan
motilitas
gastrointestnal,
dehidrasi, intake serat
dan cairan kurang,
perilaku makan yang
buruk

DS:

 Nyeri perut
 Ketegangan perut
 Anoreksia
 Perasaan tekanan
pada rectum
 Nyeri kepala
 Peningkatan tekanan
abdominal
 Mual
 Defekasi dengan
nyeri

DO:

 Feses dengan darah


segar
 Perubahan pola
BAB
 Feses berwarna
gelap
 Penurunan

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


frekuensi BAB
 Penurunan volume
feses
 Distensi abdomen
 Feses keras
 Bising usus
hipo/hiperaktif
 Teraba massa
abdomen atau
rektal
 Perkusi tumpul
 Sering flatus
 Muntah

D. Implementasi Keperawatan
Menurut Hidayat (2012) dalam buku Konsep & Penulisan
AsuhanKeperawatan, implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan.
E. Evaluasi
Menurut hidayat (2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencaan tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Komponen catatan
perkembangan, antara lain sebagai berikut :
1. Kartu SOAP(data subjektif, data objektif, analisis/assessment,
danperencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan
evaluasi dan pengkajian ulang.

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


2. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai
penilaian diagnosis keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER
merupakan komponen utama dalam catatan perkembangan yang
terdiri atas:
a. S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien,
kecuali pada  klien yang afasia.
b. O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi
perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpanan fungsi fisik,
tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.
c. A (Analisis/assessment) : masalah dan diagnosis keperawatan klien
yang dianalisis/dikaji dari data subjektif dan data objektif. Karena
status klien selalu berubah yang mengakibatkan informasi/data
perlu pembaharuan, proses analisis/assessment bersifat diinamis.
Oleh karena itu sering memerlukan pengkajian ulang untuk
menentukan perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.
d. P (Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang
pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun
yang akan datang (hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan
tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini
berdasarkan kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang telah
ditentukan.
e. I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk
memecahkan atau menghilangkan masalah klien. Karena status
klien selalu berubah, intervensi harus dimodifikasi atau diubah
sesuai rencana yang telah ditetapkan.
f. E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan
analisis respons klien terhadapintervensi yang berfokus pada
kriteria evaluasi tidak tercapai, harus dicari alternatif
intervensiyang memungkinkan kriteria tujuan tercapai.
g. R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan
terutama diagnosis dan tujuan jika ada indikasi perubahan

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


intervensi atau pengobatan klien. Revisi proses asuhan keperawatan
ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kerangka waktu
yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.2013. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.


Jakarta: EGC

Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. 2013.  At a Glance Ilmu Bedah . Alih
Bahasa dr. Vidia.

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu


Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Buku Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. 2013.Gangguan Gastrointestinal Aplikasi


AsuhanKeperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika bedah.

Nurarif, A. H., & Hardhi, K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Dan Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Sjamsuhidajat, R. 2012.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta : EGC.

Alto Soli, S.Kep Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Anda mungkin juga menyukai