Paparan Stunting Dir. Promkes - 1225
Paparan Stunting Dir. Promkes - 1225
KOMUNIKASI
PERUBAHAN
PERILAKU
DALAM PERCEPATAN
PENCEGAHAN STUNTING
Keluarga dengan
Kurangnya pengetahuan WUS tentang anak stunting
stunting karena kemauan mengakses merasa bingung Kurangnya pemanfaatan
informasi kesehatan ttg kehamilan, anak mereka fasyankes oleh masyarakat
masa nifas, ASI, MP ASI, dan Imunisasi karena jarak
yang komprehensif dianggap
stunting
TINGKAT MASYARAKAT
Kader belum paham betul mengidentifikasi anak stunting.
Kurangnya kader (kualitas dan kuantitas)
Food Habits yang keliru: kolosterum tidak diberikan, ASI tidak Eksklusif (BPS 2012)
Food Taboo : Ibu hamil dan anak-anak tidak makan ikan karena takut kecacingan
Kurangnya pengetahuan opinion leader (tokoh agama, tokoh masyarakat)
Peran serta ayah yang kurang saat kehamilan
BAB sembarangan
RT memiliki jamban namun masih banyak yang menyalurkan langsung ke sumber
air (badan air) dan masih sedikit yang melakukan pengurasan tanki septiknya.
Masyarakat tidak mempraktekkkan CTPS di 5 waktu penting
TINGKAT INSTITUSI LAYANAN MASYARAKAT
Kurang maksimalnya informasi yang diberikan NAKES kepada sasaran
Tidak berjalannya program penyuluhan kunjungan rumah karena Kurangnya NAKES
Kunjungan NAKES sangat terbatas, bahkan tidak sama sekali ke keluarga sasaran
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tidak sampai ke target.
PMT kurang variasi, kurang memanfaatkan makanan lokal.
Tablet Tambah Darah (TTD) kurang optimal sampai sasaran. SDKI 2012, 30,9%
perempuan mengonsumsi suplemen zat besi folat kurang dari 60 hari. Hampir 23%
dari wanita yang disurvei melaporkan mereka tidak mengonsumsi zat besi folat
selama kehamilan terakhir mereka.
Kurangnya kepemilikan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Kurangnya pembinaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
TINGKAT KEBIJAKAN
Advokasi Kebijakan
Kampanye Nasional Media Massa
Komunikasi Perubahan Perilaku
(melalui komunikasi interpersonal/antar pribadi)
Komunikasi Perubahan Sosial
Mobilisasi Sosial
DEFINISI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
Sumber: Training Curriclum, Increasing Interpersonal Communication Skills for the Introduction of IPV, Unicef
PETA JALAN KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
1
4
PETA JALAN – 1. TINGKAT KEBIJAKAN
PETA JALAN – 2. TINGKAT ORGANISASI & TINGKAT MASYARAKAT
PETA JALAN – 3. TINGKAT INTERPERSONAL (ANTAR PRIBADI) &
TINGKAT INDIVIDU
PETA JALAN – 4. TINGKAT KAMPANYE NASIONAL
ANALISIS SALURAN KOMUNIKASI
Analisis Saluran Komunikasi
3.
MEDIA CETAK
• Merupakan saluran komunikasi yang paling banyak digunakan.
• Buku KIA, poster, leaflet
• Kendala:
• belum terdistribusi secara merata
• menggunakan Bahasa Indonesia, sehingga sulit dipahami masyarakat
yang masih memakai bahasa ibu
• Saran:
• butuh materi cetak yang lebih kreatif dan kontennya sesuai konteks lokal
• diproduksi secara mandiri oleh daerah, sehingga memastikan disribusi
lebih baik kepada kelompok sasaran
PESAN KUNCI UTAMA: Stunting saat ini menjadi salah satu prioritas kesehatan nasional. Mendesak untuk melakukan
penguatan kesadaran publik untuk membantu mencegah stunting melalui optimalisasi tumbuh kembang pada 1.000 hari
pertama kehidupan anak.
PESAN KUNCI 1 PESAN KUNCI 2 PESAN KUNCI 3
Stunting umum ditemui di tengah Stunting menimbulkan dampak jangka Perlu peningkatan kesadaran masyarakat untuk
masyarakat Indonesia dan dapat dicegah, panjang dan mengancam kualitas mengubah perilaku, melalui komunikasi interpersonal
namun pengetahuan masyarakat tentang generasi bangsa. yang muatannya menyasar berbagai aspek yang saling
stunting masih relatif rendah.
terkait.
POIN-POIN PENDUKUNG 1 POIN-POIN PENDUKUNG 2 POIN-POIN PENDUKUNG 3
• Disesuaikan dengan situasi stunting Bayi • Penderita stunting beresiko memiliki • Gunakan pendekatan komunikasi dan program intervensi inovatif yang
lahir dengan berat badan kurang dari keterampilan kognitif rendah, rendah khas dan relevan dengan memperhatikan demografi sosial, segmen
prestasi/pencapaian pendidikan, rendah ekonomi, adat dan budaya masyarakat setempat.
2.500 gram dan panjang badan kurang
produktivitas dan kreativitas di masa depan, • Mengedukasi warga dalam merencanakan pernikahan dan kehamilan
dari 48 cm beresiko menderita serta berpotensi mengancam kesejahteraan dengan bijaksana
stunting. mereka; terhambat kemungkinannya meraih • Meningkatkan pengetahuan warga akan asupan gizi seimbang, perilaku
• Anak yang menderita stunting tidak pendapatan besar dan berpotensi besar menjadi hidup bersih dan sehat, serta bahaya merokok.
akan pernah mencapai tinggi badan miskin. • Gaya hidup sehat salah satu dan utamanya memastikan pemanfaatan air
dan perkembangan otak yang optimal, • Stunting menimbulkan dampak antar-generasi, dan sanitasi bersih dalam kegiatan sehari-hari.
orang tua yang stunting besar kemungkinan akan • Mendorong warga untuk memeriksakan kehamilan secara rutin dan
untuk menikmati potensi kognitifnya
melahirkan anak yang stunting pula sehingga melahirkan di fasilitas kesehatan terdekat.
secara maksimal. kualitas keluarga terancam, terus menjadi • Menggugah warga untuk mengunjungi posyandu/fasilitas kesehatan
• Orang dengan tinggi badan kurang dari lingkaran masalah yang tak terputuskan. untuk memantau tumbuh kembang anak dan menerima layanan
145 cm berisiko mengalami kekurangan • Stunting bukan saja mengancam potensi individu kesehatan dasar, serta stimulasi dini.
berat badan dan berpotensi menderita namun seluruh generasi bangsa, saat Indonesia • Mendorong keterlibatan suami atau ayah dalam kegiatan mengasuh
stunting. menjelang manfaat bonus demografi di tahun anak, termasuk dukungan pemberian ASI secara eksklusif optimal dan
2045 mendatang. dukungan moral serta pemenuhan kebutuhan ibu-anak, demi
pembentukan status gizi ideal sang anak.1
Pembagian Peran dan
7. Tanggung Jawab
KEMENTERIAN KESEHATAN
Sebagai pemimpin dan pelaksana utama Komunikasi Perubahan Perilaku
Percepatan Pencegahan Stunting, dengan kewenangan sebagai berikut:
• Menetapkan Norma, Standar, Prosedur, Kriteria (NSPK), penyiapan
konten dan pengembangan kapasitas dalam rangka penyelenggaraan
komunikasi perubahan perilaku untuk pencegahan stunting.
• Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
komunikasi perubahan perilaku untuk pencegahan stunting yang menjadi
kewenangan daerah, selain juga melakukan pengembangan sumber
daya, koordinasi, dan bimbingan, serta pemantauan dan evaluasi.
• Berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika,
memberikan materi edukasi terkait stunting dan upaya pencegahannya
agar dapat disebarluaskan dalam bentuk kampanye nasional.
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN
INFORMATIKA
Sebagai pemimpin dan pelaksana utama Kampanye Nasional
Percepatan Pencegahan Stunting, dengan kewenangan sebagai berikut:
• Menyediakan beragam saluran komunikasi massa untuk
mempromosikan isu stunting dan upaya pencegahannya, agar dapat
menjangkau seluruh daerah prioritas di seluruh Indonesia.
• Menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
kampanye nasional di Indonesia.
• Berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan
materi edukasi terkait stunting dan upaya pencegahannya, agar
dapat disebarluaskan dalam bentuk kampanye nasional.
PEMERINTAH PROVINSI
• Koordinasi di tingkat provinsi dilakukan melalui pertemuan berkala
tiga bulanan untuk membahas pelaksanaan pencegahan stunting, di
antaranya penyelarasan kebijakan, target provinsi dengan kebijakan
nasional
• Melakukan advokasi/sosialiasi
• Kampanye melalui berbagai saluran
• Merealokasikan sumber daya, seperti SDM dan anggaran
• Peningkatan kapasitas
• Kemitraan sesuai dengan kebutuhan pelayanan gizi yang konvergen
• Pembinaan dan pendampingan kabupaten/kota.
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
TERIMA KASIH