Anda di halaman 1dari 128

KOMUNIKAS

I
PERUBAHAN
PERILAKU
DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN
STUNTING

OLEH
Masalah Perilaku & Praktik
1. Terkait Stunting
TINGKAT INDIVIDUAL DAN ANTAR PRIBADI
(INTERPERSONAL):
Stunting
berhubungan dg Hanya sebagian kecil ibu hamil, ibu baduta,
Petugas kesehatan sulit anggota RT, petugas kesehatan,
menjelaskan ke masyarakat keturunan dan tokoh agama dan tokoh masyarakat serta
tentang stunting masih bisa dinas kesehatan, mengerti dampak
disembuhkan negatif dari ‘kerdil/stunting”.

Keluarga dengan
Kurangnya pengetahuan WUS tentang anak stunting
stunting karena kemauan mengakses merasa bingung Kurangnya pemanfaatan
informasi kesehatan ttg kehamilan, fasyankes oleh masyarakat
anak mereka
masa nifas, ASI, MP ASI, dan Imunisasi karena jarak
yang komprehensif dianggap
stunting
TINGKAT MASYARAKAT
 Kader belum paham betul mengidentifikasi anak stunting.
 Kurangnya kader (kualitas dan kuantitas)
 Food Habits yang keliru: kolosterum tidak diberikan, ASI tidak Eksklusif (BPS 2012)
 Food Taboo : Ibu hamil dan anak-anak tidak makan ikan karena takut kecacingan
 Kurangnya pengetahuan opinion leader (tokoh agama, tokoh masyarakat)
 Peran serta ayah yang kurang saat kehamilan
 BAB sembarangan
 RT memiliki jamban namun masih banyak yang menyalurkan langsung ke sumber
air (badan air) dan masih sedikit yang melakukan pengurasan tanki septiknya.
 Masyarakat tidak mempraktekkkan CTPS di 5 waktu penting
TINGKAT INSTITUSI LAYANAN MASYARAKAT
 Kurang maksimalnya informasi yang diberikan NAKES kepada sasaran
 Tidak berjalannya program penyuluhan kunjungan rumah karena Kurangnya NAKES
 Kunjungan NAKES sangat terbatas, bahkan tidak sama sekali ke keluarga sasaran

 Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tidak sampai ke target.


PMT kurang variasi, kurang memanfaatkan makanan lokal.
Tablet Tambah Darah (TTD) kurang optimal sampai sasaran. SDKI 2012, 30,9%
perempuan mengonsumsi suplemen zat besi folat kurang dari 60 hari. Hampir
23% dari wanita yang disurvei melaporkan mereka tidak mengonsumsi zat besi
folat selama kehamilan terakhir mereka. Kurangnya pembinaan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
TINGKAT KEBIJAKAN

 Masih ada pemimpin daerah” dan tidak paham secara rinci


penyebab dan bahaya stunting
 Belum adanya kebijakan yang terintegrasi tentang stunting
 Pemerintah belum memprioritaskan penyediaan jamban sehat
(septik tank)
 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang DAMIU, banyaknya
DAMIU yang belum terstandarisasi
 Kurangnya ketersediaan pangan
PENDEKATAN KOMUNIKASI

 Advokasi Kebijakan
 Kampanye Nasional Media Massa
 Komunikasi Perubahan Perilaku
(melalui komunikasi interpersonal/antar pribadi)
 Komunikasi Perubahan Sosial
 Mobilisasi Sosial
DEFINISI KOMUNIKASI PERUBAHAN
PERILAKU

Komunikasi Perubahan Perilaku


• Komunikasi Perubahan Perilaku adalah proses intervensi antar
individu atau komunitas dimana seseorang membuat strategi
komunikasi untuk mempromosikan perilaku yang positif.
• Untuk itu, seseorang membutuhkan lingkungan yang
mendukung dimana mereka bisa terus memperlihatkan
perubahan yang berkelanjutan.
LANGKAH PERUBAHAN PERILAKU

Sumber: Training Curriclum, Increasing Interpersonal Communication Skills for the Introduction of IPV, Unicef
PETA JALAN KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
1

4
PETA JALAN – 1. TINGKAT
KEBIJAKAN
PETA JALAN – 2. TINGKAT ORGANISASI & TINGKAT MASYARAKAT
PETA JALAN – 3. TINGKAT INTERPERSONAL (ANTAR
PRIBADI) &
TINGKAT INDIVIDU
PETA JALAN – 4. TINGKAT KAMPANYE NASIONAL
Analisis Saluran Komunikasi
3.
MEDIA CETAK
• Merupakan saluran komunikasi yang paling banyak digunakan.
• Buku KIA, poster, leaflet
• Kendala:
• belum terdistribusi secara merata
• menggunakan Bahasa Indonesia, sehingga sulit dipahami masyarakat
yang masih memakai bahasa ibu
• Saran:
• butuh materi cetak yang lebih kreatif dan kontennya sesuai konteks
lokal
• diproduksi secara mandiri oleh daerah, sehingga memastikan disribusi
lebih baik kepada kelompok sasaran

• Kader merupakan kanal komunikasi yg paling sering dengan


masyarakat.
MEDIA AUDIO DAN AUDIO-VISUAL
 Media audio dan audio visual terkait kesehatan bumil, busui dan baduta
telah banyak diproduksi namun belum ada yang secara tegas
menginformasikan terkait pentingnya mencegah kejadian stunting.
 Tim Promosi Kesehatan di provinsi juga telah memproduksi media
elektronik namun terbatas pada topik tertentu saja.
 Audio visual menjadi sarana penyampai pesan yang efektif, terutama
untuk masyarakat yang belum bisa baca tulis.
• Kendala:
• Belum ada materi audio visual khusus tentang stunting
• Produksi audio visual terbatas pada masa kampanye saja
• Saran:
• Terdapat beberapa alternatif materi audio visual untuk kelompok sasaran yang berbeda-
beda
• Produksi bisa dilakukan sbg up dating dan penayangan yg konsisten, sehingga masyarakat
paham dan ingat tentang stunting & pencegahannya.
MEDIA BROADCAST
 Media broadcast adalah mebantu meningkatkan kesadaran masy ttg kes,
namun perlu dipertimbangkan daerah dg listrik terbatas.
 Media broadcast antara lain : radio dan TV.
 Kebiasaan masy mendengar radio di rumah atau saat bertetangga
 Audiens radio menurun pd daerah dg jangkauan TV yg baik
 Perkembangan terbaru:
 Terdapat sekitar 800 stasiun radio (nasional, swasta dan komunitas).
 40 an stasiun TV : berkembang pesat, terutama munculnya TV lokal di
daerah
 Cara pemanfaatan media broadcast (sebagai penyampai pesan):
 Iklan layanan masyarakat
 Jingle/lagu
 Drama
 Media lain: 170 surat kabar harian
MEDIA DIGITAL
 Media digital adalah bentuk ‘media baru’ yang muncuk sejak
era internet.
 Prinsipnya adalah ‘interkonekvitas’ yaitu menghubungkan satu
perangkat ke perangkat yang lain dan membuka peluang untuk
melakukan interaksi antar individu atau pengguna.
 Dengan media digital,banyak orang dapat saling terhubung
tanpa dibatasi batas geografis, ruang, dan waktu.
 Bentuk media digital : blog, sosial media (twitter,
instagram,
facebook, youtube, dll), forum, aplikasi, website.
 Cara pemanfaatan media digital (sebagai penyampai
pesan)
o Melalui foto, gambar, tulisan, video
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KELOMPOK
KECIL
 Sumber informasi masyarakat terkait stunting adalah kader
 Komunikasi antar pribadi (interpersonal) tetap menjadi
metode yang sangat efektif dalam perubahan perilaku, juga
dalam meyakinkan sasaran untuk mengunjungi fasilitas
kesehatan
 Komunikasi tatap muka yang sesuai dengan budaya,
kompeten dapat mempercepat peningkatan kesadaran dan
perubahan yang cepat dalam perilaku yang sesungguhnya.
Tujuan Strategi Komunikasi
4. Perubahan Perilaku
TUJUAN UMUM

Berkontribusi pada menurunnya angka stunting anak usia


bawah dua tahun dari 32,9% menjadi 20% pada akhir
2024 di di seluruh kabupaten/kota melalui peningkatkan
kesadaran publik dan melakukan perubahan perilaku
masyarakat untuk mencegah stunting melalui kampanye
nasional dan strategi komunikasi perubahan perilaku yang
komprehensif.
Tujuan Khusus
Tujuan Indikator
1. Diterbitkannya regulasi/kebijakan di Sebanyak 514 kabupaten/kota menerbitkan
tingkat kabupaten/kota terkait KPP dalam regulasi/kebijakan terkait KPP dalam pencegahan stunting
pencegahan stunting pada tahun 2024

2. Terlaksananya peningkatan kapasitas Sebanyak 80% tenaga kesehatan di Puskesmas mendapat


komunikasi antar pribadi bagi tenaga pelatihan/orientasi komunikasi antar pribadi (utamanya
kesehatan (utamanya bidan, perawat, bidan, perawat, petugas gizi, petugas promosi kesehatan,
petugas gizi, petugas promosi kesehatan, petugas sanitasi) pada tahun 2024
petugas sanitasi) di Puskesmas

3. Terlaksananya peningkatan kapasitas Sebanyak 80% kader Posyandu mendapatkan orientasi


komunikasi antar pribadi bagi kader komunikasi antar pribadi pada tahun 2024
Posyandu

4. Terlaksananya komunikasi antar pribadi Sebanyak 80% tenaga kesehatan Puskemas melakukan
oleh tenaga kesehatan Puskesmas komunikasi antar pribadi kepada kelompok sasaran pada
kepada kelompok sasaran pada saat saat memberikan pelayanan kesehatan pada tahun 2024
memberikan pelayanan kesehatan terutama melalui platform program PIS-PK dan Posyandu

5. Terlaksananya kampanye terkait stunting Sebanyak 514 kabupaten/kota melakukan kampanye


pencegahan stunting sesuai strategi KPP pencegahan
stunting pada tahun 2024

23
Tujuan Khusus (lanjutan)
Tujuan Indikator
6. Terjadinya 1. Sebanyak 100% ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah dan mengonsumsi sesuai standar di lokus
peningkatan prioritas
perubahan 2. Sebanyak 60% ibu hamil mengikuti kelas ibu hamil di lokus prioritas
perilaku dalam 3. Sebanyak 75% rumah tangga yang telah mempunyai akses pada jamban sehat di lokus prioritas,
upaya menggunakan fasilitas ini
pencegahan 4. Sebanyak 75% bayi usia 0-6 bulan di lokus prioritas mendapat ASI Eksklusif
stunting pada 5. Sebanyak 100% rumah tangga yang memiliki baduta di daerah lokus prioritas mendapat konseling MPASI
semua 6. Sebanyak 80% bayi usia 6-24 bulan di lokus prioritas mendapat MPASI dan makanan local
kelompok 7. Sebanyak 100% baduta di daerah lokus prioritas terpantau status gizi dan perkembangannya dan lingkar
sasaran kepala 3 bulan sekali
8. Sebanyak 100% balita usia 24-59 bulan terpantau pertumbuhannya 8 kali dan perkembangannya 2 kali
setahun
9. Sebanyak 80% balita di lokus prioritas mendapatkan pengukuran panjang badan dan tinggi badan sedikitnya
dua kali per tahun
10. Sebanyak 80% balita di lokus prioritas mendapat pemantauan perkembangan per tahun
11. Sebanyak 80% remaja putri mengonsumsi tablet tambah darah di lokasi sasaran program pemberian tablet
tambah darah
12. Sebanyak 50% rumah tangga di lokus prioritas mendapatkan akses air minum layak
13. Sebanyak 95% bayi di lokus prioritas mendapat Imunisasi Dasar Lengkap
14. Sebayak 95% baduta (1-24 bulan) di lokus prioritas mendapat imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dan
Campak/MR
15. Sebanyak 100% ibu hamil KEK di lokus prioritas mengonsumsi makanan tambahan ibu hamil per tahun
16. Sebanyak 100% anak usia 1-4 tahun di daerah endemis kecacingan mengonsumsi obat cacing sesuai standar
17. Sebanyak 100% anak usia 0-59 bulan di lokus prioritas mengonsumsi vitamin A per tahun sesuai standar

24
Kelompok Sasaran
5.
KELOMPOK PRIORITAS
(Sasaran Primer)
Kelompok yang tergabung dan yang akan dilakukan intervensi
KPP yaitu:
• Ibu hamil
• Ibu menyusui
• Anak usia 0-23 bulan, Anak usia 24-59 bulan
• Tenaga kesehatan: bidan, sanitarian, tenaga gizi, dokter,
perawat,Promkes
• Kader
KELOMPOK PENTING
(Sasaran Sekunder)
Kelompok yang berpotensi mempengaruhi terjadinya perubahan
perilaku dan diintervensi umumnya melalui upaya mobilisasi sosial:
• Wanita usia subur, Remaja
• Lingkungan pengasuh anak terdekat (kakek, nenek, ayah,
dan lainnya)
• Pemuka masyarakat
• Pemuka agama
• Jejaring sosial (PKK, group pengajian, dll)
KELOMPOK PENDUKUNG
(Sasaran Tersier)
Pihak yang terlibat sebagai lingkungan pendukung untuk
upaya percepatan pencegahan stunting, diintervensi
melalui advokasi dan informasi publik, terdiri dari:
• Pengambil kebijakan/keputusan: nasional, provinsi,
kabupaten, kota dan desa
• Organisasi Perangkat Daerah
• Swasta: dokter, bidan, dokter anak, dokter
kandungan
• Dunia usaha
• Donor dan perwakilan media
• Media massa
Pesan Kunci
6.
STRUKTUR DAN DIMENSI PESAN KUNCI
FASE 1 FASE 2 FASE 3
Dimensi Pesan Pengenalan konsep stunting Pengenalan cara yang bisa Menumbuhkan pemberdayaan
yang paling tepat dan ditempuh oleh masyarakat serta memperkuat kontrol
mudah dipahami oleh untuk mencegah dan merujuk sosial yang lebih baik di
masyarakat kasus stunting antara anggota masyarakat,
bagi pencegahan stunting

Perubahan Target kelompok sasaran Target kelompok sasaran Target kelompok sasaran memiliki
memahami definsi memahami langkah-langkah yang kemampuan untuk menjelaskan
Perilaku stunting, mengenali ciri
yang umum dan faktor dapat diambil untuk mencegah hal- hal seputar isu stunting,
risikonya, memiliki mengembangkan solidaritas sosial
Diharapka keingintahuan yang lebih dan yang lebih kuat antar
besar untuk memeriksa menangani anak stunting, serta individu, merasa prihatin dan
n mengimplementasikan langkah-
kondisi anak dan mencari ingin melakukan perubahan
informasi lebih banyak langkah tersebut dalam gaya bilamana terdapat kasus
terkait stunting hidup sehat sehari-hari stunting di lingkungannya
KELOMPOK SASARAN PRIMER
Rumah tangga dengan anggota keluarga yang berada pada periode 1.000 HPK dan lainnya: Ibu hamil, Ibu menyusui,
Ibu dengan anak usia 0-23 bulan
PESAN UTAMA: Mencegah stunting itu penting, manfaatkan pelayanan kesehatan, perbaiki pola makan, pola
asuh, dan kebersihan diri serta lingkungan.
PESAN KUNCI 1 PESAN KUNCI 2 PESAN KUNCI 3
Stunting umum ditemui di tengah lingkungan Stunting dapat dicegah. Anda sangat dianjurkan Ambil tindakan lebih lanjut.
kita, kenali gejala dan pahami faktor resiko untuk mencegahnya sejak dini melalui upaya Kunjungi posyandu/fasilitas kesehatan
stunting dengan baik. mandiri, agar pertumbuhan fisik dan kognitif untuk memantau tumbuh kembang anak
Anak tidak terhambat. setiap bulan, dan menerima layanan
kesehatan.

POIN-POIN PENDUKUNG 1 POIN-POIN PENDUKUNG 2 POIN-POIN PENDUKUNG 3


• Waspadai ibu hamil yang anemia, kurus, terlalu • Penuhi gizi ibu hamil, minum tablet tambah darah • Periksakan kehamilan secara rutin dan
tua, terlalu muda, terlalu banyak anak, dan dan melahirkan di fasilitas kesehatan terdekat.
terlalu dekat jarak kehamilannya. pantau kenaikan berat badan ibu selama kehamilan. • Timbang berat badan, ukur tinggi badan
• Waspadai bayi lahir dengan berat badan kurang • Pastikan atur jarak kehamilan. anak secara rutin, dan catat dalam buku
dari 2.500 gram dan panjang badan kurang dari • Hindari kehamilan kurang dari 20 tahun atau di KIA.
48 cm. atas usia 40 tahun. • Konsultasikan dengan kader dan
• Waspadai bayi yang tidak mendapatkan Inisiasi • Berikan ASI eksklusif agar bayi sehat dan cerdas. petugas kesehatan tentang cara-cara
Menyusui Dini (IMD), Air Susu Ibu (ASI) • Pastikan anak makan makanan dengan gizi mencegah stunting.
Eksklusif, seimbang, • Dapatkan imunisasi dasar di
dan pemberian makanan pendamping yang dukung dengan asupan ASI hingga usia 2 tahun. posyandu/fasilitas kesehatan.
tidak tepat. • Gunakan selalu air bersih dan jamban sehat. • Apabila ibu hamil memiliki gejala
• Awas diare berulang pada ibu hamil dan • Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, Malaria, lakukan pengobatan dan
balita (berikan oralit dan zinc selama 10 dan praktikkan di 5 waktu penting: minum tablet tambah darah
hari). • Cegah gigitan nyamuk Malaria pada ibu hamil
• Waspadai ibu hamil yang terkena Malaria dengan menggunakan kelambu saat tidur
KELOMPOK SASARAN SEKUNDER
Wanita usia subur, Remaja , Lingkungan pengasuh anak terdekat (kakek, nenek,
ayah, dan lainnya), Pemuka masyarakat, Pemuka agama, Jejaring sosial (PKK, group
pengajian, dll)
PESAN KUNCI UTAMA
Mencegah stunting itu penting, dimulai dari remaja dan calon ibu, dengan dukungan suami dan keluarga.
PESAN KUNCI 1 PESAN KUNCI 2 PESAN KUNCI 3
Stunting umum ditemui di tengah Stunting dapat dicegah. Anda sangat dianjurkan Ambil tindakan lebih lanjut.
lingkungan kita, kenali gejala dan untuk mencegahnya sejak dini melalui upaya mandiri, Pastikan Anda mempraktikkan gaya
pahami faktor resiko stunting dengan agar pertumbuhan fisik dan kognitif calon Anak di hidup sehat dan perkuat solidaritas
baik. masa depan tidak terhambat. sosial agar penurunan stunting menjadi
tanggungjawab bersama.

POIN-POIN PENDUKUNG 1 POIN-POIN PENDUKUNG 2 POIN-POIN PENDUKUNG 3


• Remaja yang menikah dan hamil • Tidak menikah dini dan memiliki anak di usia muda • Manfaatkan usia muda untuk kegiatan
<20 tahun berisiko melahirkan < 20 tahun. yang produktif dengan gaya hidup
anak stunting. • Rencanakan kehamilan dengan bijaksana. sehat.
• Remaja/WUS yang anemia dan • Pastikan seluruh keluarga untuk mengasup gizi • Tidak melakukan pergaulan bebas.
kurang gizi berisiko melahirkan seimbang dan minum Tablet Tambah Darah secara • Memeriksakan kesehatan ke
rutin (1 tablet setiap minggu). tempat pelayanan kesehatan
anak stunting.
• Cek kadar Hemoglobin (HB) secara rutin. secara berkala.
• Waspadai remaja dan WUS yang • Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari. • Suami dan/atau calon ayah serta
tidak • Istirahat yang cukup. anggota keluarga lainnya, dihimbau
berperilaku hidup bersih dan sehat. • Tidak merokok dan tidak minum alkohol. untuk sejak dini terlibat dalam
• Awas diare berulang pada anak • Gunakan air bersih dan jamban sehat. pemeliharaan kesehatan keluarga,
balita (berikan oralit dan zinc selama • Cuci tangan pakai sabun dengan air memenuhi kebutuhan, dan memberi
10 hari). mengalir, dan praktikkan di 5 waktu dukungan moral kepada calon ibu,
penting demi pembentukan status gizi ideal
calon anak.
KELOMPOK SASARAN TERSIER
Pembuat Kebijakan Tingkat Kementerian/Lembaga (Pemerintah Pusat)
PESAN KUNCI UTAMA: Stunting adalah masalah nasional yang bisa dituntaskan melalui komitmen para
pemimpin dan kolaborasi lintas kementerian/lembaga
PESAN KUNCI 1 PESAN KUNCI 2 PESAN KUNCI 3
Prevalensi stunting di Indonesia stagnan sejak Saat ini, Indonesia telah memiliki Para pembuat kebijakan
2007- 2013 dan termasuk yang tertinggi di sejumlah instrumen kebijakan dan telah dan pemimpin lintas sektor perlu memastikan
Asia Tenggara. menjalankan sejumlah upaya implementasi kebijakan yang telah ada,
Perlu ada perhatian serius dari para Percepatan Pencegahan Stunting. menyesuaikannya seiring perkembangan situasi sosial,
pembuat kebijakan. berkoordinasi erat dengan pemerintah daerah agar
dapat mencapai tujuan pengurangan angka stunting.

POIN-POIN PENDUKUNG 1 POIN-POIN PENDUKUNG 2 POIN-POIN PENDUKUNG 3


• Anak yang menderita stunting tidak akan • Peraturan Presiden No. 42/2013. • Jadikan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan
pernah mencapai tinggi badan dan • RPJMN 2014-2019 dan 2019-2024. Stunting sebagai acuan kerja utama yang dapat
perkembangan otak yang optimal, untuk • Strategi Nasional disesuaikan dengan sektor kerja masing-masing dan
menikmati potensi kognitifnya secara Percepatan Pencegahan perkembangan situasi sesuai konteks yang ada.
maksimal. • Tetapkan pencegahan stunting sebagai salah satu
Penderita stunting beresiko memiliki keterampilan Stunting 2018-2021. prioritas pembangunan kesehatan nasional dengan

kognitif rendah, rendah prestasi/pencapaian sumberdaya dana dan manusia yang memadai.
pendidikan, rendah produktivitas dan kreativitas di • Tingkatkan koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah
masa depan, serta berpotensi mengancam daerah dalam memastikan implementasi
kesejahteraan mereka; terhambat kemungkinannya kebijakan/regulasi yang diadaptasi dari Stratnas berjalan
meraih pendapatan besar dan berpotensi besar dengan baik.
menjadi miskin. • Bersikap terbuka dan fleksibel dalam mengakomodir
• Stunting menimbulkan dampak antar-generasi, aspirasi daerah termasuk penyesuaian yang mungkin perlu
orang tua yang stunting besar kemungkinan akan dilakukan.
melahirkan anak yang stunting pula sehingga • Dorong terwujudnya konvergensi program lintas
kualitas keluarga terancam, terus menjadi lingkaran sektor untuk menanggulangi stunting secara
masalah yang tak terputuskan. bersama-sama.
• Stunting bukan saja mengancam potensi individu • Pastikan kegiatan monitoring dan evaluasi yang
namun seluruh generasi bangsa, saat Indonesia melekat untuk memastikan pencapaian tujuan.
menjelang manfaat bonus demografi Generasi
KELOMPOK SASARAN TERSIER
Pembuat Kebijakan Tingkat Daerah (Provinsi, Kabupaten, Kota)
PESAN KUNCI UTAMA: Stunting adalah permasalahan prioritas di daerah yang bisa dituntaskan melalui
komitmen pemimpin daerah dan kerja sama antar Organisasi Perangkat
Daerah
PESAN KUNCI 1 PESAN KUNCI 2 PESAN KUNCI 3
Prevalensi stunting di daerah ?? Saat ini, Indonesia telah memiliki Saat ini, Para pembuat kebijakan dan pemimpin daerah perlu
tidak dapat dianggap remeh, daerah ?? telah memiliki sejumlah memastikan implementasi kebijakan yang telah ada, segera
perlu ada perhatian serius dari instrumen kebijakan dan telah menindaklanjuti penguatan berbagai program dan terus
para pembuat kebijakan menjalankan sejumlah upaya Percepatan menyesuaikan kebijakannya seiring perkembangan situasi
setempat. Pencegahan Stunting. sosial, agar dapat mencapai tujuan pengurangan angka
stunting.

POIN-POIN PENDUKUNG 1 POIN-POIN PENDUKUNG 2 POIN-POIN PENDUKUNG 3


Disesuaikan dengan situasi Disesuaikan dengan kebijakan dan • Jadikan pencegahan stunting sebagai prioritas
stunting dan identifikasi program yang dimiliki masing- pembangunan kesehatan daerah dengan sumberdaya
penyebab permasalahan masing daerah terkait upaya dana dan manusia yang memadai
stunting pencegahan stunting yang efektif • Tingkatkan pemahaman dan kemampuan tenaga pelayanan
di wilayah masing-masing. dan efisien. publik terkait penyuluhan, tindak pencegahan serta
penanganan stunting.
• Rancang dan terapkan program komunikasi perubahan
perilaku pencegahan stunting dengan mengintegrasikan
komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan
komunikasi massa, melalui pemanfaatan berbagai alat atau
media komunikasi.
• Gunakan pendekatan komunikasi dan program intervensi
inovatif yang khas dan relevan dengan memperhatikan
demografi sosial, segmen ekonomi, adat dan budaya
masyarakat setempat
• Dorong terwujudnya konvergensi program lintas sektor
untuk menanggulangi stunting secara bersama-sama.
KELOMPOK SASARAN TERSIER
Pembuat Kebijakan Tingkat Desa/Kelurahan
PESAN KUNCI UTAMA: Stunting adalah permasalahan mendesak yang terjadi di
tengah masyarakat dan dapat dicegah melalui komitmen pemimpin desa dan
kerja sama antar warga masyarakat
PESAN KUNCI 1 PESAN KUNCI 2 PESAN KUNCI 3
Prevalensi stunting di Saat ini, desa/kelurahan ?? Para pemimpin desa perlu memastikan
desa/kelurahan ?? tidak dapat telah memiliki sejumlah implementasi kebijakan yang telah ada,
dianggap remeh, perlu ada instrumen kebijakan dan telah segera menindaklanjuti penguatan berbagai program dan
perhatian serius dari para menjalankan sejumlah upaya terus menyesuaikannya seiring perkembangan situasi
pembuat kebijakan setempat. Percepatan Pencegahan sosial, agar dapat mencapai tujuan pengurangan angka
Stunting. stunting.

POIN-POIN PENDUKUNG 1 POIN-POIN PENDUKUNG 2 POIN-POIN PENDUKUNG 3


Disesuaikan dengan situasi Disesuaikan dengan kebijakan dan • Jadikan pencegahan stunting sebagai prioritas
stunting dan identifikasi program yang dimiliki masing- pembangunan desa dengan sumberdaya dana
penyebab permasalahan masing desa terkait upaya dan manusia yang memadai.
stunting pencegahan stunting yang efektif • Tingkatkan pemahaman dan kemampuan
di desa masing-masing. dan efisien. tenaga pelayanan publik terkait penyuluhan,
tindak pencegahan serta penanganan
stunting.
• Terapkan program komunikasi perubahan
perilaku masyarakat utamanya dengan
pendekatan antar pribadi dan komunikasi
kelompok.
• Gunakan pendekatan komunikasi dan program
intervensi inovatif yang khas dan relevan dengan
memperhatikan demografi sosial, segmen
ekonomi, adat dan budaya masyarakat setempat.
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Komunikasi interpersonal adalah proses
pertukaran informasi diantara seseorang
dengan paling kurang seorang lainnya atau
biasanya di antara dua orang yang dapat
langsung diketahui balikannya (Muhammad,
2005:159).
FUNGSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL
• FUNGSI SOSIAL
• PENGAMBILAN KEEPUTUSAN
• PERHATIAN KEPD ORG LAIN
• MENEMUKAN DIRI SENDIRI DAN DUNIA LUAR
• MEMBANGUN HUB YG HARMONIS
• MEMPENGARUHI SIKAP DAN TINGKAH LAKU
• MENCARI KESENANGAN ATAU MENGHABISKAN WAKTU
• MENGHILANGKN KERUGIAN AKIBAT SALAH KOMUNIKASI
• MEMBERI BANTUANATAU KONSELING

subdit pemberdayaan masyarakat, 2018 37


EFEKTIFITAS KAP
• KETERBUKAAN
• EMPATI
• SIKAP MENDUKUNG
• SIKAP POSITIF
• KESETARAAN

subdit pemberdayaan masyarakat, 2018 38


• Saluran/Tempat penyelenggaraan KAP terkait stunting :
Puskesmas, Posyandu, Kelas Ibu Hamil/Balita,
Kunjungan Rumah, dll
• Pentingnya kapasitas kader kesehatan melakukan KAP
ketika berinteraksi (penyuluhan, konseling, dll) dg
masyarakat (ibu/pengasuh/keluarga balita <2 th)
• Akses kegiatan 1.000 HPK di Posyandu
• Best practice dari Vietnam, Kuba, Peru dan India
berhasil menurunkan prevalensi stunting dalam 5-10
tahun, memprioritaskan intervensi KAP
KOMUNIKASI DIALOGIS &
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
DALAM PENCEGAHAN STUNTING
PESAN & MAKNA

Komunikator Komunikan
1 2

4
3
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
Komunikasi tatap muka
Verbal - non verbal
Satu ke satu
Satu ke Banyak Direncanakan – tidak
Kelompok ke kelompok direncanakan
Dengan yg dikenal – tak dikenal
Lama – sebentar
Formal – informal
ALAT BERKOMUNIKASI

Media mandiri/
Manusia pengganti manusia
Tubuh/ Suara/ Otak Alat bantu Video dll.
ALAT BERKOMUNIKASI

Media mandiri/
Manusia pengganti manusia
Tubuh/ Suara/ Otak Alat bantu Video dll.
PRINSIP
1. Menyenangkan &
menambah akrab
2. Semua bicara
& mendengarkan
3. Ke arah aksi, perubahan
perilaku
Semangat datang/berinteraksi
kembali tanpa embel-embel uang
Model KAP Perubahan Perilaku

Ke arah aksi/
Belajar
perubahan
partisipatif
Semua bicara dan perilaku
mendengarkan Sepakat, komit,
Intensi aksi
Bangun suasana
Senang dan bertambah akrab
Ingat setiap orang punya ini
Ingat setiap orang punya ini
Model KAP Perubahan Perilaku
Orang punya “pagar” yang harus
diturunkan Bila tidak, pesan-pesan akan
mental
“Merebut“ remote control orang
Kehadiran fisik tidak berarti pikiran dan hatinya juga hadir
Belajar lebih efektif saat orang merasa nyaman
ketimbang tegang
Bangun suasana
Model KAP Perubahan Perilaku
Tidak bicara, tidak ada rasa memiliki
Belajar Ikut bicara, ikut memiliki forum IPC
partisipatif Orang bicara adalah syarat IPC bisa
Semua bicara berlaku. Marah-marah jauh lebih bagus
dan dari pada diam
mendengarkan Bicara adalah kehadiran pikiran.
Dihargai saat bicara bisa menghadirkan hati.
Tahu tidak berarti melakukan
Perokok paling tahu bahaya merokok. Ke arah aksi/
perubahan
Antar orang ke tahap perubahan perilaku
perilaku Sepakat, komit,
Intensi aksi
Cari cara yang paling pas
MP INTI 2
BINA SUASANA DALAM KOMUNIKASI
ANTAR PRIBADI
.

Menghadirkan
Peserta saling pikiran dan hati Mendengarkan
kenal dan peserta untuk
bergaul menghargai
Berkomunikasi
nonverbal yang
Permainan Dan lain-lain
memotivasi
menyenangkan

Bangun suasana
subdit pemberdayaan masyarakat, 2018 56
MP INTI 2
BINA SUASANA DALAM
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
.

Menghadirkan
pikiran dan hati Mendengarkan
Peserta saling peserta
kenal dan untuk
bergaul menghargai
Berkomunikasi
nonverbal
Permainan yang Dan lain-lain
menyenangkan memotivasi

Bangun suasana
PENGGUNAAN NAMA
PENGGUNAAN NAMA
• Nama bukan sekedar
identitas
• Tapi harapan, cita-cita,
mimpi, pengalaman, dan
hal mulai lainnya
• Memanggil dengan nama
membuat otak beraktivasi
dan tersentuh hati
AGAR HAFAL NAMA
• Gunakan segera Selalu panggil
• Gunakan sering lengkap dengan
namanya. Jangan
• Perhatikan ciri khusus hanya pak, bu,
• …. kak, bang, bung
MEMANFAATKAN NAMA LAIN
YANG BERMAKNA
• Nama anak untuk
memanggil seorang
ayah atau ibu
• Membuatnya
teringat posisi dan
peran sebagai orang
tua (dengan sikapnya
yang harus positif:
bertanggung jawab,
sabar dll)
Fasilitator: Ayo, cari cara mengenalkan diri

• Apakah nama Anda


populer? Bila tidak,
cari cara
mengenalkan nama
sehingga orang
mudah hafal.

Nama saya Risang.


Buah Pisang, huruf P
diganti dengan huruf
R.
KOMUNIKASI NON VERBAL
YANG MEMOTIVASI
KOMUNIKASI SECARA NONVERBAL YANG MEMOTIVASI

Nonverbal – tanpa kata-kata


• Lebih dipercaya
• Langsung masuk ke hati
• Beresiprokal
KONTAK MATA #1
Konteks forum
1. Merata. Jangan pada satu dua
orang (mencurigakan)
2. Jangan terlalu cepat (2-4 detik)
3. Boleh lihat lantai atau langit-
langit sesaat, saat berpikir. Tapi
balik kontak mata lagi
4. Hidupkan, gembirakan wajah Kontak di antara dua alis. Bukan kedua mata
(silahkan rasakan
perubahannya)
5. Sampai timbal balik (kita
mengangguk, orang ikut
mengangguk dll)
KONTAK MATA #2
Konteks satu orang ke satu orang
1. Lakukan dengan dinamik.
Sesuaikan dengan arah
pembicaraan (menyerap atau
mendorong)
2. Boleh sesekali melihat yang lain
untuk berpikir atau memberi
waktu berpikir
Kontak di antara dua alis. Bukan kedua mata
3. Hidupkan, gembirakan wajah
(silahkan rasakan perubahannya)
4. Pastikan timbal balik (kita
mengangguk, orang ikut
mengangguk dll)
Dari ujung rambut ke ujung kaki

Positif vs Negatif
NON VERBAL LAINNYA
WAJAH

• Mulut
• Dahi
• Pipi
• Alis
• Anggukan
• dll
NON VERBAL LAINNYA
TANGAN
• Jangan “dianggurin” tapi
jangan berlebihan
sampai ambil alih
perhatian
• Jangan dikantongin
kecuali sedang berdrama
• Sesuaikan dengan
perasaan yang ingin
disampaikan
NON VERBAL LAINNYA
TUBUH
• Tegak bukan berarti tegang
• Condongkan tubuh kedepan saat menunjukkan
perhatian
• Condong kebelakangn : Menghindari
• Jangan Memunggungi lawan bicara
• Kalau menoleh, hadapkan tubuh ke arah lawan
bicara
SUARA
• Suara berasal dari udara
• Menggunakan suara diagfragma
• Variasi ≠ monoton

AIUEO
AMBIL INSIATIF
• Tunjukan bahwa anda
mendengarkan dengan
menunjukkan non verbal
positif
– Sesuaikan dengan non
verbal pembicara
– Saat dia ingin meyakinkan
Anda, maka Anda
mengangguk-angguk
– Dll
PERMAINAN YANG MENYENANGKAN
PERMAINAN
• Permainan pembelajaran:
permainan untuk membantu
proses pembelajaran
(pemahaman, aplikasi dll)
• Permainan non pembelajaran
– Memecah kebekuan (ice breaking)
– Menyegarkan (energizing)
– Membantu komunikasi antar
partisipan
– Mendorong kepemimpinan
leadership
PERMAINAN
• Permainan pembelajaran:
permainan untuk membantu
proses pembelajaran
(pemahaman, aplikasi dll)
• Permainan non pembelajaran
– Memecah kebekuan (ice breaking)
– Menyegarkan (energizing)
– Membantu komunikasi antar
partisipan
– Mendorong kepemimpinan
leadership
Bina Suasana
Konsentrasi
RAGAM PERMAINAN
1. Tangkap jari....
2. Salah, salah, benar
Lagu - gerak 3. 1,2, prok-prok/ bom
4. Tepuk tangan lawan
1. Marina menari
5. Ribu – biru
2. 1 + 1 = 2...
6. Ini, yang ini, kalau yang ini
3. Kupikir-pikir...
7. 3 sekawan
4. Tangan kanan kiri...
8. 7 up
5. Kalau kau suka hati...(2 versi)
6. Topi bundar hilang
7. Pada hari minggu Beregu
8. Kereta fantasi 1. Regu tembak
9. Senam keluarga sehat 2. Tupai
10.Berkumpul berapa 3. Bola beregu
4. Bola Voli
PERMAINAN: CARA CEPAT UNTUK GEMBIRA
• Konteks kelompok
Posisi
• Perhatikan waktu tersedia
(panduan fleksibel) • Di awal
< 30 menit
– Lagu gerak
1 lagu gerak • Di tengah
30 – 1 jam – Konsentrasi/
1 lagu gerak beregu
1 beregu/ konsentrasi (versi singkat)
• Di akhir
1 - 2 jam Penguasaan minimal
1-2 lagu gerak
– Lagu gerak/
1 beregu/ konsentrasi beregu
Kader: 15 permainan
Tenaga promkes: 20 permainan
MENDENGARKAN FASILITATIF
MENDENGARKAN FASILITATIF
• Mendengarkan yang
membuat orang….
– merasa dihargai
– lebih terbuka bicara
– lebih banyak bicara
– Akhirnya: setelah kita
dengarkan, mereka akan
mendengarkan saat kita bicara
– Akhirnya: lebih termotivasi
merubah perilakunya sendiri
MENDENGARKAN AKTIF
• Tidak ada prasangka
• Tidak menduga-duga
• Simak lalu temukan
tema pokok (motivasi
bicara, yang
dikhawatirkan, dll)
• Angkat/ tanya singkat
untuk membantu
bercerita/ berpendapat
lebih lanjut
Mana yang mendengarkan..?
• Pak PDAM, air di sini kecil • Pak PDAM, air di sini kecil alirannya
• Kecil seperti bagaimana, bu RIsa?
alirannya
• Kecil sekali. Dua jam, bak baru bisa
• Maaf, bu Risa. Sekarang penuh.
saya tidak bicara air. Di sini • Sejak kapan, bu?
saya ingin bicara tentang • Iya, sudah dua hari airnya tidak
mengalir. Hari senin airnya kecil,
air limbah. Bolehkah?? selasanya tidak ada sama sekali…
Paraphrase – Berempati - Refokus
• Iya, sudah dua hari airnya kecil. Hari senin airnya malahtidak ada sama
sekali…
• Oh, jadi dua hari ini airnya tidak mengalir ya, bu Risa?
• Iya, betul itu, pak
• Duh, mohon maaf, bu Risa jadi kesusahan ya.. Boleh saya catat dulu keluhan
ibu Risa dan saya sampaikan ke kantor?
• Iya, pak
• Nah, ini sudah saya sampaikan ke kantor via WA. Mohon ditunggu
jawabannya ya, bu Risa. Sekarang, bolehkah saya meminta ibu Risa untuk…?
• Contohnya..?
• Seperti…?
• Maksudnya….?
• Sebut kata itu
• Apa lagi?
• Ada lagi?
• Selain itu?
• Tadi yang kurang disukai, kalau yang disukai?
PARAPHRASING
• Menyampaikan kembali dalam bentuk rangkuman/ lebih
singkat (kalimat berbeda, ada kata-kata yang sama)
– Ibu Eri: Menurut saya, kita menanam sayur saja di kebun masing-
masing supaya tidak usah beli sayuran ke pasar. Kan mahal…
– Fasilitator: Oh, jadi menurut Ibu Eri, tanam sayur saja supaya tidak
usah beli ke pasar. Begitu ya?
• Fungsi
– Partisipan merasa didengar/ dihargai
– Forum lebih mendengar karena diulang
– Melanjutkan pembicaraan (bila tidak
diambil alih fasilitator)
MIRRORING
• Menyampaikan satu atau dua kata kembali persis
yang disampaikan partisipan (verbatim)
– Pak Chandra: Menurut saya, kuncinya di suara
– Fasilitator: Suara
• Fungsi
– Menghargai
– Sikap netral
– Mengatur kecepatan bicara partisipan
MP INTI 3
TEKNIK MEMBANGUN
PARTISIPATIF
BERTANYA YANG MEMOTIVASI PEMBICARAAN
BERTANYA
• Bertanya
sepertinya
sepele,

• tapi itu roh


KAP
TUJUAN BERTANYA
a. Menunjukkan kepintaran kita
b. Menguji, menge-test
c. Membantu ibu bicara
d. Memojokkan
e. Memahami atau menemukan masalah
Kita bertanya…
• Membantu
partisipan
berpendapat
atau berbagi
pengalaman.
• Membangun
hubungan.
Contoh pertanyaan: Coba bandingkan
• Makanan apa saja yang
mengandung banyak zat
besi?
• Apa yang terjadi dalam organ
pencernaan bila minum TTD
bersamaan dengan minum
teh?
• Apa yang ibu makan pagi
tadi?
TIPS BERTANYA
1. Bertanyalah yang mudah
dulu.
2. Berikan waktu peserta
berpikir.
3. Bila tidak ada yang
merespon, tenang saja, tanya
lagi dengan kata-kata yang
lebih mudah.
4. Ada jawaban, dengarkan
secara aktif.
PERTANYAAN TERBUKA - TERTUTUP
• Ibu tahu manfaat cuci tangan pakai
sabun? (TERTUTUP, ya atau tidak) • Kalau ingin partisipan
• Siapa di sini yang tadi pagi cuci berbicara banyak,
tangan pakai sabun? (TERTUTUP – gunakan pertanyaan
saya atau bukan saya) terbuka
• Apa saja manfaat cuci tangan pakai • Pertanyaan tertutup
sabun? (TERBUKA – bersih, sering digunakan saat
membunuh kuman, tangan tidak bangun komitmen (akhir)
bau, …….) • Pertanyaan tertutup
tentang pengalaman
(pernah/tidak pernah)
kadang diperlukan di
awal untuk “pemanasan”
TEKNIK BERTANYA
• Perasaan
– Apa yang ibu rasakan? Rasanya bagaimana?
• Contoh
– Meminta contoh dari jawaban sebelumnya
– Contohnya…? Seperti apa itu..?
• Pengalaman
– Mencari tahu apa yang dialami warga secara spesifik,
berdasarkan alur
– Apa yang dilakukan? Apa yang terjadi? Lalu? Kemudian?
TEKNIK BERTANYA
• Pertanyaan Pihak Ketiga  Persoalan yang sensitif
- Di desa sebelah ibu-ibu tidak mau masak, anaknya dikasih
ciki-ciki saja. Kira-kira apa alasannya?
• Pertanyaan Pengandaian Untuk mengangkat
beban berpikir
- Anggap saja uang bukan halangan. Uang ada. Mau masak
apa ibu buat anak-anak?
• Mengapa, kenapa  belakangan saja
– Setelah orang banyak bicara, baru tanya kenapa,
mengapa dll. Di awal terkesan menuduh.
TUR BESAR – TUR KECIL
(SAYRE, 2001)

• Pertanyaan Tur Besar


– Pertanyaan umum, mudah dijawab dan berisi
keadaan umum
– Ada kegiatan apa saja di kampung?
– Makanan apa saja yang suka di makan anak-
anak di sini?
• Pertanyaan Tur Kecil
– Pertanyaan spesifik dari satu aspek yang
dikemukakan hasil Pertanyaan Tur Besar
– Karang Taruna? Apa saja kegiatan-kegiatannya?
– Telur penyu? Beli di mana?
TUR BESAR – TUR KECIL
(SAYRE, 2001)

• Aplikasi
– Memunculkan agenda
pembicaraan dari
masyarakat yang sama
dengan agenda petugas
(bukan petugas yang
mengangkat agenda)
– Memunculkan rasa
memiliki
– Bisa ditata untuk ke
arah perubahan
perilaku
Contoh Aplikasi Tur Besar – Tur Kecil
1. Ibu-ibu apa kabar?
2. Ibu-ibu, bagaimana kesehatan anak kita? Apakah dalam sebulan
terakhir ada yang sakit?
3. Sakit apa saja? (Tur besar)
4. Oh, ada yang sakit diare, batuk, demam…. Hmm, pada kesempatan
sore ini, boleh saya membahas tentang diare? Supaya nanti anak kita
terhindar dari diare?
(Padahal agenda pertemuan yang harus dijalankan tenaga promkes itu adalah tentang diare. Namun, bukan dia yang
mengangkat kata diare pertama kali)
CURAH PENDAPAT
ATURAN CURAH PENDAPAT
• Kuantitas, bukan kualitas
• Dorong ide-ide liar
• Tahan penilaian
• Bangun ide baru dari ide
yang sudah muncul (jangan
dirahasia-rahasiakan…)
MENURUNKAN
TEKANAN BICARA
MENURUNKAN TEKANAN BICARA
• Pengalaman dan
keberanian
partisipan berbeda-
beda
• Amati, cari tahu
• Tentukan intervensi
Mana yang lebih mudah?
• Berbicara di forum?
• Berbicara dalam kelompok?
• Berbicara dengan pasangan?
Mana situasi dengan tekanan
lebih besar pada partisipan?

Bagaimana dengan…?
Berbicara langsung vs. ditulis
KARTU METAPLAN
KARTU METAPLAN
1. Satu kartu untuk 1 ide
2. Tulisan besar, terbaca dari
jarak 3 meter atau lebih
3. Singkat, 1 - 3 kata
4. Tiket untuk berbicara, bukan
wadah ide lengkap
5. Harus bisa dipindah-
pindahkan (cari dinding yang
melekat)
BERBICARA YANG
MEMBANGUN IMAJINASI
VERBAL:
BIROKRATIS/ INSTITUTIONAL

• Konsep
• Logis
• Hirarkis
Verbal: institutional…lanjutan
• Konseptual (pengertian/ definisi)
– Yang dimaksud dengan keamanan adalah…
– Diare adalah….
• Logis (masalah-tujuan/ solusi)
– Ini disebabkan oleh
– Masalah yang Ibu/ Bapak hadapi ini….
– Yang perlu Ibu/ Bapak lakukan adalah…
– Tujuan dari kegiatan ini adalah….
• Hirarkis/ instruktif/ Kontrol
– Kami menyediakan ini itu…agar….
– Ibu/ Bapak harus berpartisipasi dalam…supaya…
– Kalau Ibu/ Bapak tidak begini begitu, maka…
BAHASA ALTERNATIF
• Theatre of Mind, Story telling/
Dongeng/ Bercerita/ Ngobrol.
Ada….
– Panggung….
– Aktor/ pemain/ lakon
– Cerita/ alur
– Detial deskripsi situasi/ suasana
– Dialog hidup
– Kata-kata yang menyerupai gerak
– Emosi! Emosi!!! Perasaan!!!
UMPAN BALIK
YANG MENYEMANGATI
FEEDBACK/ UMPAN BALIK/ FEEDFORWARD/ UMPAN MAJU

• Memberi :
– Deskriptif, bukan menuduh
• Ibu tidak peduli terhadap lingkungan sendiri| Saya lihat
ada kubangan di pekarangan….
• Suami ibu malas! | ………………….
– Spesifik
• Rumah ibu sehat!
• Rumah ibu bersih, tidak ada kubangan air di sana..
– Apresiatif  hal positif/ kelebihan/ kekuatan perlu
diangkat (jangan selalu negatif/ kekurangan)
• Ibu rajin datang ke pertemuan…..
MP INTI 4
ALAT BANTU KOMUNIKASI
MP INTI 5
TEKNIK FASILITASI
IBU BIDAN
• Dia
melahirkan
? (tujuan)
• Dia bantu
proses
persalinan http://ibibadung.com/

?
Kesimpulannya: Kerja Fasilitator
• Proses
• Bukan tujuan
• Bagaimana caranya agar anggota forum dapat
mengutarakan gagasan dengan nyaman dan leluasa,
saling belajar, memahami, dan akhirnya sepakat
untuk merubah perilaku?
KERANGKA KERJA FASILITATOR

• Teori:
AKHIR AKHIR

Saling
Divergensi Konvergensi
memahami
1

suasana nyaman, saling


percaya
AKHIR

AWAL
• Adalah TUGAS AWAL
fasilitator untuk
mengenal partisipan dan
membantu partisipan
saling mengenal
• Perkenalan = INVESTASI
• Perkenalan = LANGKAH
AWAL BINA SUASANA
PILIHAN PENATAAN RUANGAN
Semua ada tujuan & implikasinya
PENATAAN TEMPAT DUDUK
• Lingkaran besar
– Semua sejajar
– Untuk berbagi
– Tidak ada pusat/ center
– Bila ada pusat/ center lakukan sebentar saja
• Lingkaran-lingkaran kecil
– Untuk berdiskusi
– Bukan untuk memperhatikan satu orang narasumber secara lama
• Huruf U
– Untuk memperhatikan satu narasumber dan saling berdiskusi (tanya jawab)
– Ada meja, perlu untuk menulis hal rinci, teknis
• Kotak
– Agar pimpinan bisa mengontrol peserta
– Semua memperhatikan pimpinan dan dapat diperhatikan pimpinan
• Teater
– Untuk menikmati, dirasakan, bukan hal teknis dan rinci
– Ada satu pusat/ narasumber
– Bukan untuk diskusi kelompok
• Ruang kelas
– Untuk memperhatikan hal yang rinci, teknis
– Satu pusat/ narasumber
• Pastikan kita bisa berkontak mata dengan
semua partisipan
• Bila penataan lingkaran, usahakan satu lapis
• Sesuaikan arah komunikasi dengan setting
ruang
subdit pemberdayaan masyarakat, 2018 128

Anda mungkin juga menyukai