Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam
Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1655);
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2022 tentang Hubungan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2022 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6757);
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang
Percepatan Penurunan Stunting (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 172);
Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 3 Tahun 2019
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kabupaten Sikka Tahun 2018-2023 (Lembaran
Daerah Kabupaten Sikka Tahun 2019 Nomor 3,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sikka Nomor
118), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Sikka Nomor 8 Tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sikka
Nomor 3 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sikka Tahun 2018-
2023 (Lembaran Daerah Kabupaten Sikka Tahun 2020
Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sikka
Nomor 128);
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Strategi Komunikasi perubahan perilaku adalah suatu model
pendekatan sistematis dan interaktif, yang bertujuan untuk
mempengaruhi dan mengubah perilaku spesifik suatu kelompok
sasaran.
2. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat
kekurangan gizi kronis, sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya
3. Percepatan Penurunan Stunting adalah setiap upaya yang
mencakup intervensi spesifik dan intervensi sensitif yang
dilaksanakan secara konvergen, holistik, integratif, dan
berkualitas melalui kerja sama multisektor di pusat, Daerah, dan
desa.
4. Rencana aksi daerah yang selanjutnya disingkat RAD
adalah dokumen yang memuat sasaran, strategi, dan fokus
kegiatan prioritas yang digunakan sebagai acuan lembaga,
dan pemerintah daerah dalam melaksanakan suatu tema
kebijakan tertentu.
5. Kelompok Sasaran adalah kelompok target yang memiliki
karakteristik tertentu yang akan diubah perilakunya.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Peraturan Bupati ini dimaksudkan
sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah
dan masyarakat dalam pelaksanaan
strategi komunikasi perubahan perilaku
dalam pencegahan Stunting di Daerah.
Pasal 3
Peraturan Bupati ini bertujuan untuk:
a. meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam pencegahan Stunting; dan
b. mengubah perilaku kunci atau perilaku
mendasar yang berpengaruh pada faktor
risiko Stunting melalui Strategi
Komunikasi Perubahan Perilaku
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 4
Ruang lingkup dalam Peraturan Bupati ini meliputi:
a. kelompok Sasaran;
b. tahapan, Strategi dan pelaksanaan Komunikasi
Perubahan Perilaku;
c. rencana Aksi Daerah Komunikasi Perubahan Perilaku;
d. peran serta para pihak;
e. pelimpahan wewenang dan tanggungjawab;
f. pemantauan dan evaluasi; dan
g. pembiayaan
BAB IV
KELOMPOK SASARAN
Pasal 5
Sasaran kegiatan komunikasi perubahan perilaku dalam
pencegahan Stunting ditujukan kepada:
a. kelompok primer;
b. kelompok sekunder; dan
c. kelompok tersier.
Pasal 6
Kelompok primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf a terdiri dari:
a. ibu hamil;
b. ibu menyusui;
c. anak usia 0-23 (nol sampai dua puluh tiga) bulan;
d. anak usia 24-59 (dua puluh empat sampai lima
puluh sembilan) bulan;
e. tenaga kesehatan seperti bidan, sanitarian, tenaga
gizi, dokter, dan perawat; dan
f. kader kesehatan.
Pasal 7
Kelompok Sekunder sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf b terdiri dari:
a. wanita usia subur;
b. remaja;
c. lingkungan pengasuh anak terdekat seperti kakek,
nenek, dan ayah;
d. pemuka masyarakat;
e. pemuka agama; dan
f. jejaring sosial paling sedikit terdiri dari
pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga, dan grup
pengajar.
Pasal 8
Kelompok Tersier sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf c terdiri dari:
a. pengambil kebijakan/keputusan, baik
di tingkat nasional maupun tingkat
provinsi, Daerah, dan desa;
b. Perangkat Daerah;
c. dunia usaha; dan
d. media massa.
BAB V
TAHAPAN, STRATEGI DAN PELAKSANAAN
KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU
Bagian Kesatu
Tahapan Perubahan Perilaku
Pasal 9
(1) Perubahan perilaku dapat dihasilkan dari
penggabungan berbagai faktor berupa:
a. pemberian informasi;
b. lingkungan yang kondusif; dan
c. kegiatan komunikasi yang tepat.
(2) Pencapaian hasil perubahan perilaku
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terhadap
setiap kelompok sasaran memiliki tujuan yang
spesifik dan bervariasi.
Pasal 10
Pasal 11
Tahapan Pre kontemplasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 huruf a, merupakan tahapan dengan
kondisi/keadaan kelompok sasaran belum sadar atau
belum mengetahui tentang Stunting.
Pasal 12
Tahapan kontemplasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 huruf b, merupakan tahapan dengan
kondisi/keadaaan kelompok sasaran mulai sadar
tentang Stunting dan mempunyai keinginan untuk
melakukan perubahan perilaku
Pasal 13
Tahapan persiapan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 huruf c, merupakan tahapan dengan
kondisi/keadaaan kelompok sasaran mulai
mempersiapkan tindakan pencegahan Stunting.
Pasal 14
Tahapan aksi/tindakan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 huruf d, merupakan tahapan
dengan kondisi/keadaaan kelompok sasaran
mulai Berita
Daerah
Kabupat
en Sikka
pencegahan Stunting. 13
Pasal 15
Tahapan pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf e, merupakan tahapan dengan kondisi/keadaaan
kelompok sasaran menjaga konsistensi dan memelihara
perilaku pencegahan Stunting dalam kehidupan sehari-hari.
Bagian Kedua
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku
Paragraf 1
Alur Komunikasi Pasal 16
(1)Alur komunikasi berfungsi memberikan gambaran keadaan
saat ini hingga perubahan perilaku yang diharapkan dari
berbagai pendekatan komunikasi yang dilakukan di tingkatan
hierarki yang berbeda.
(2)Alur komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
menunjukan cara mengimplementasikan
Berita
komunikasi
Daerah
14
a.analisis kondisi faktor penyebab Stunting baik
penyebab langsung maupun tidak langsung;
b.intervensi/pendekatan komunikasi perubahan
perilaku yang dapat dilakukan di berbagai tingkat
kelompok sasaran;
c.mengidentifikasi hasil awal atau hasil yang
langsung terlihat dari intervensi/pendekatan
komunikasi; dan
d.direfleksikan ke dalam hasil perubahan perilaku yang
terjadi pada setiap kelompok sasaran.
Pasal 17
Alur komunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16,
harus dilakukan secara konsisten dari semua pemangku
kepentingan untuk mencegah, mengatasi atau
meminimalisir faktor penyebab langsung maupun tidak
langsung dari Stunting.
Paragraf 2
Landasan dan Tujuan Strategi Komunikasi Perubahan
Perilaku Pasal 18
(1) Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku di Daerah
berlandaskan pada kampanye nasional dan komunikasi
perubahan perilaku.
(2)Landasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.kampanye perubahan perilaku bagi masyarakat umum yang
konsisten dan berkelanjutan dengan memastikan pengembangan
pesan, pemilihan saluran komunikasi, dan pengukuran dampak
komunikasi yang efektif, efisien, tepat sasaran, konsisten, dan
berkelanjutan;
b.komunikasi antar pribadi sesuai konteks sasaran, dengan
memastikan pengembangan pesan sesuai dengan kebutuhan
kelompok sasaran
seperti Posyandu, kunjungan rumah, konseling pernikahan,
konseling reproduksi remaja, dan sebagainya;
c.advokasi berkelanjutan kepada pengambil keputusan,
dengan
memastikan terselenggaranya penjangkauan yang sistematis
terhadap para pengambil keputusan untuk mendukung percepatan
pencegahan Stunting melalui penyediaan alat bantu, dan
pengembangan kapasitas penyelenggara kampanye dan komunikasi
perubahan perilaku; dan
d.pengembangan kapasitas pengelola program, dengan memberikan
pengetahuan dan pelatihan bagi penyelenggara kampanye dan
komunikasi perubahan perilaku yang efektif dan efisien.
Pasal 19
Tujuan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku dalam
percepatan pencegahan Stunting adalah:
a. terbentuknya regulasi/kebijakan ditingkat Daerah dan
Desa;
b. terlaksananya peningkatan kapasitas komunikasi antar
pribadi bagi tenaga kesehatan terutama bagi bidan,
perawat, petugas gizi, petugas promosi kesehatan, dan
petugas sanitasi di pusat kesehatan masyarakat;
c. terlaksananya peningkatan kapasitas komunikasi antar
pribadi bagi kader pos pelayanan terpadu;
d. terlaksananya komunikasi antar pribadi oleh tenaga
kesehatan pusat
kesehatan masyarakat kepada kelompok sasaran pada
saat memberikan pelayanan kesehatan;
e. terlaksananya kampanye terkait Stunting; dan
f. terjadinya peningkatan perubahan perilaku dalam
upaya pencegahan
Stunting pada semua kelompok sasaran.
Paragraf 3
Penyusunan Strategi Komunikasi Perubahan
Perilaku Pasal 20
Tahapan penyusunan strategi komunikasi perubahan
perilaku pencegahan
Stunting terdiri dari:
a.analisis situasi;
b.menentukan kelompok sasaran;
c.menyusun stuktur dan dimensi pesan kunci;
d.mengembangkan pendekatan komunikasi yang
diperlukan;
e.mengelola saluran komunikasi; dan
f. mendesain materi komunikasi.
Pasal 21
(1)Analisis Situasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
huruf a, harus mempertimbangkan data program yang
Berita
Pasal 22
(2)Analisis situasi dapat dilakukan dengan cara
mempelajari telaah berupa:
a.data primer;
b.data sekunder;
c.hasil survei/studi;
d.berita media;
e.laporan kasus;
f. wawancara dengan berbagai pemangku kepentingan
terkait Stunting;
g.jurnal; dan
h.informasi lainnya yang terkait.
(2) Cara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
untuk mengidentifikasi kesenjangan dan menentukan
opsi strategis, dalam menyusun strategi komunikasi
perubahan perilaku.
Pasal 23
(1)Menentukan kelompok sasaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18
huruf b, sebagai panduan bagi Daerah agar dapat
menentukan kelompok target dan perilaku yang
menjadi fokus intervensi pencegahan Stunting dalam
menentukan pendekatan komunikasi yang paling
efektif.
(2)Penentuan kelompok sasaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bertujuan mendapatkan gambaran lebih
Berita
Daerah
Kabupat
jelas tentang karakteristik sasaran yang perlu diubah
en Sikka
Tahun
2022
Nomor
56
20
perilakunya.
(2)Perilaku prioritas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ditentukan berdasarkan
kesepakatan bersama dan diutamakan untuk
mendapatkan penanganan lebih awal.
(3)Penentuan perilaku prioritas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didasarkan pada:
a.perilaku yang memiliki dampak besar atau
perilaku yang paling signifikan sebagai
pendorong terjadinya Stunting di Daerah;
b.perilaku yang paling mudah untuk diubah,
sehingga upaya yang dilakukan bisa segera
memberikan hasil; dan
c.ketersediaan sumber daya manusia, sarana,
prasarana, bahan dan infrastruktur yang
akan memudahkan akses untuk berbagai
upaya penyelesaiannya.
.
Pasal 24
(1)Penentuan perilaku prioritas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1), dapat
membantu dalam melakukan identifikasi terhadap
hambatan.
(2)Identifikasi hambatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan untuk mengetahui secara
tepat hambatan dalam perilaku kesehatan
tertentu sehingga mempermudah solusi
penyelesaiannya.
(3)Semua hambatan yang dapat menghentikan
upaya perubahan perilaku harus diidentifikasi
secara cermat agar pelaksanaan komunikasi
perubahan perilaku pencegahan Stunting berjalan
lancar
Pasal 25
(1)Menyusun stuktur dan dimensi pesan kunci
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c,
dibedakan berdasarkan kelompok sasaran agar setiap
kelompok sasaran paham tentang upaya percepatan
pencegahan Stunting yang harus dilakukan di ruang
lingkupnya masing-masing.
(2)Pesan kunci harus dirumuskan dalam bentuk
pernyataan singkat, jelas, inovatif, kreatif dan aplikatif
untuk menggambarkan sikap dan perilaku yang ingin
dibentuk.
(3)Kriteria kreatif dan aplikatif sebagaimana
Berita
dimaksud pada ayat (2) Daerah
Kabupat
en Sikka
Tahun
menunjuk pada narasi pesan yang dikreasikan harus
2022
Nomor
56
b. kampanye publik;
d. KAP.
Pasal 28
(1) Advokasi kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a dilakukan
terhadap para pembuat kebijakan disemua tingkatan untuk menciptakan
lingkungan sosial politik yang mendukung upaya percepatan penurunan dan
pencegahan Stunting di Daerah melalui penguatan regulasi, kebijakan dan
praktik administrasi.
(2) Advokasi kebijakan bertujuan untuk membentuk
koalisi Stunting di tingkat Daerah sampai dengan
tingkat desa dengan melibatkan organisasi
masyarakat dan keagamaan, serta membangun dan
memelihara koordinasi antar lintas sektor, serta
penguatan advokasi media.
Pasal 29
(1)Kampanye publik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 huruf b dilakukan melalui pemanfaatan
saluran media massa dan/atau sosial media untuk
mempromosikan upaya pencegahan Stunting secara
luas kepada masyarakat dan para pemangku
kepentingan terkait.
(2).
(1)Kampanye publik berfungsi sebagai sarana informasi dan motivasi
agar masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan merasa
berada dalam satu gerakan yang sama, dalam bentuk percepatan
pencegahan Stunting.
(2)Kampanye publik percepatan penurunan dan pencegahan
Stunting dilakukan pada tingkat Daerah, kecamatan, kelurahan dan
desa.
Pasal 30
(3)Pendekatan mobilisasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 huruf c diarahkan untuk mendorong terjadinya kegiatan
bersama antar individu, kelompok dan institusi untuk mencapai
tujuan komunikasi perubahan perilaku percepatan penurunan dan
pencegahan Stunting di Daerah.
(4)Proses mobilisasi sosial berlangsung secara terus menerus dengan
strategi:
a.melibatkan dan memotivasi para pemangku kepentingan terkait
untuk
meningkatkan kesadaran terhadap Stunting dan semua upaya
terkait pencegahannya;
b. berfokus menyatukan pemangku kepentingan terkait dan
masyarakat di Daerah;
c.menekankan pada upaya kolektif dan pemberdayaan
guna menciptakan lingkungan sosialpolitik yang mendukung
tujuan program percepatan penurunan dan pencegahan
Stunting; dan
d.dilaksanakan melalui dialog, pembentukan koalisi, dan kegiatan
Pasal 31
(1)KAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf
d dilaksanakan dalam bentuk penyampaian
informasi dan pesan secara personal dengan tujuan
mengubah secara positif perilaku individu atau
kelompok.
(2)KAP dilakukan oleh petugas kesehatan dan/atau
kader kesehatan kepada kelompok sasaran yang
telah ditentukan dalam bentuk diskusi maupun
penyuluhan.
(3)Pelaksanaan KAP sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilakukan pada saat:
a.kegiatan konseling kesehatan di desa atau
pelayanan kesehatan;
Pasal 32
Rincian pendekatan komunikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27, tercantum dalam lampiran
II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.
Pasal 33
(1)Mengelola saluran komunikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 huruf e, berupa sarana
atau perangkat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan kepada kelompok sasaran.
(2)Mengelola saluran komunikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), bertujuan agar komunikasi
dan informasi sampai kepada target sasaran secara
efektif dan optimal.
Pasal 34
(1)Saluran komunikasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33 dalam bentuk:
a.pertemuan tatap muka, antara lain forum
pertemuan, pertemuan koalisi, pemberian
konseling antara pribadi, sosialisasi, edukasi
kelompok besar hingga kecil, rembuk Stunting,
rapat koordinasi, dan sebagainya.
b.menggunakan media perantara berupa:
1.media cetak, berupa:
a)leaflet;
b)poster; dan/atau
c)lembar balik.
2.media audio;
3.audio visual;
1.media broadcast (televisi dan radio);
dan/atau
2.media digital (media sosial).
(1)Saluran tatap muka langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan
melalui konseling, kunjungan rumah, kelas
ibu hamil, kelas
balita, kelas calon pengantin, pemicuan,
pertemuan dan penyuluhan kelompok
seperti Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga
Remaja dan Pusat Informasi Konseling
Remaja, dan lain-lain.
(3)Penentuan saluran komunikasi perlu
memperhatikan prioritas perilaku yang akan
diubah, aspirasi dasar, budaya, bahasa dan
agama kelompok target sasaran, serta
ketersediaan sumber daya lokal untuk
mempraktikkan pendekatan komunikasi.
Pasal 35
(4)Mendesain materi komunikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 huruf f,
merupakan alat yang dipakai untuk
menyampaikan pesan pencegahan Stunting
kepada kelompok sasaran.
(5)Materi komunikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), berisi materi dan metode
komunikasi yang digunakan.
(6)Materi komunikasi sebagaimana dimaksud
Bagian Ketiga
Pelaksanaan Komunikasi Perubahan
Perilaku Pasal 36
(1)Pelaksanaan komunikasi perubahan perilaku
dalam rangka percepatan penurunan dan
pencegahan Stunting dilaksanakan secara
kolaboratif oleh Pemerintah Daerah dan lintas
sektor terkait lainnya.
(2)Upaya kolaboratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui pembentukan
Tim Koordinasi dan Tim Kelompok Kerja
Percepatan Pencegahan Stunting.
(1)Tim Koordinasi dan Tim Kelompok Kerja Percepatan Pencegahan
Stunting
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertugas mengoordinasikan
secara teknis pelaksanaan strategi komunikasi perubahan
perilaku di wilayahnya sesuai tahapan dan pendekatan
komunikasi yang telah disepakati.
(4)Keanggotaan Tim Koordinasi dan Tim Kelompok Kerja Percepatan
Pencegahan Stunting ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
BAB VI
RENCANA AKSI DAERAH KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
Pasal 37
(5)Hasil dari tahapan penyusunan strategi komunikasi perubahan
perilaku pencegahan Stunting di Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 disusun dalam bentuk RAD yang harus
dilaksanakan oleh semua pihak.
(2)RAD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditindaklanjuti dan
diintegrasikan ke dalam rencana kerja Pemerintah Daerah dan
rencana kerja perangkat daerah.
(3)Rencana program dan kegiatan yang mendukung komunikasi
perubahan perilaku untuk pencegahan Stunting yang berbentuk
RAD diajukan ke dalam dokumen perencanaan pembangunan dan
dokumen penganggaran melalui Perangkat Daerah terkait.
Pasal 38
(1) RAD komunikasi perubahan perilaku menjadi panduan
operasionalisasi pelaksanaan program dan kegiatan terkait
percepatan pencegahan Stunting.
(2)RAD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
terdiri dari seluruh rangkaian program/kegiatan
yang mencakup:
a.perencanaan;
b.pelaksanaan; dan
c.pemantauan.
Pasal 39
Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38 ayat (2) huruf a, dilakukan dalam bentuk
melakukan analisis situasi kondisi status Stunting
di Daerah, serta menetapkan akar permasalahan,
faktor penyebab dan faktor risiko berupa:
a.identifikasi perilaku prioritas yang akan
diangkat;
b.menetapkan tujuan umum dan tujuan
khusus berdasarkan prioritas;
a. identifikasi kelompok sasaran primer, sekunder, dan tersier yang akan dituju;
b. mengembangkan materi komunikasi perubahan Perilaku disesuaikan dengan
konteks lokal dan pemanfaatannya bagi advokasi, kampanye, sosialisasi pada
kelompok tertentu, materi pelatihan bagi tenaga Kesehatan dan kader;
c. menganalisis saluran dan aset komunikasi serta sumber daya yang dimiliki dalam
melaksanakan rencana strategi perubahan Perilaku dalam mendukung
percepatan pencegahan Stunting;
d. menyusun rencana kegiatan/program komunikasi perubahan perilaku
disesuaikan dengan tujuan khusus, alat dan saluran komunikasi, platform yang
tersedia, dan indikator capaian dari masing-masing kegiatan;
e. menyusun pembagian peran dan tanggung jawab para pemangku kepentingan
terkait untuk mencapai tujuan yang ditetapkan;
f. menyusun rencana pemantauan dan evaluasi dengan mengacu pada Strategi
Komunikasi Perubahan Perilaku Daerah; dan
g. menerbitkan regulasi lokal terkait implementasi komunikasi perubahan perilaku
yang mencantumkan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku
sesuai dengan konteks lokal.
Pasal 40
(1)Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat
(2) huruf b, dilakukan dengan menyelenggarakan
intervensi gizi spesifik dan sensitif secara konvergen
dengan menggunakan pendekatan perubahan
komunikasi dan perilaku, dan melayani kelompok
sasaran secara tepat.
(2)Intervensi gizi spesifik dan sensitif secara konvergen
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan cara:
a.merumuskan dan menghasilkan kebijakan daerah
yang mendukung upaya percepatan pencegahan
Stunting dengan pendekatan komunikasi
perubahan perilaku;
b.mensosialisasikan kebijakan terkait upaya
percepatan pencegahan Stunting sebagai salah satu
prioritas pembangunan nasional, khususnya kepada
kecamatan dan desa dengan sosialisasi pada
kecamatan lokus dilakukan secara berkala;
c. meningkatkan peran camat dalam
Berita
Daerah
Kabupat
wilayahnya; 36
b.meningkatkan kapasitas perangkat daerah terkait
dan aparat desa dalam melaksanakan aksi
konvergensi/aksi integrasi pencegahan Stunting
dengan memasukkan pendekatan komunikasi
perubahan perilaku;
c.meningkatkan serta membangun sistem
manajemen data yang terkait dengan pencegahan
Stunting;
d.memastikan rencana program/kegiatan untuk
intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif yang telah
disepakati pada hasil rembuk Stunting dimuat
dalam rencana kerja Pemerintah Daerah/Rencana
kerja perangkat daerah;
e.memastikan penyelenggaraan rembuk Stunting
setiap enam bulan dengan melibatkan unsur
perangkat daerah provinsi terkait, desa,
masyarakat dan pihak terkait untuk upaya
pencegahan Stunting;
h.memastikan teralokasinya dana bantuan khusus
bagi desa yang kurang mampu dari aspek
pendanaan, dalam upaya pencegahan Stunting;
i.memastikan anggaran pendapatan dan belanja desa
telah sesuai dengan kebijakan Bupati tentang upaya
percepatan pencegahan Stunting, serta serasi dan
sinergi dengan program/kegiatan dalam rencana
kerja Pemerintah Daerah melalui evaluasi rancangan
peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan
belanja desa;
j.memastikan optimalisasi pemanfaatan anggaran
pendapatan dan belanja daerah dan Dana Alokasi
Khusus untuk program layanan intervensi gizi
spesifik dan gizi sensitif, melalui proses penetapan
dokumen pelaksana anggaran perangkat daerah; dan
k.memastikan bantuan dari masyarakat, dunia usaha,
donor, serta pihak lainnya yang terkait dalam upaya
pencegahan Stunting ke kelompok sasaran dan lokasi
desa terorganisir dengan baik.
Berita
Daerah
Kabupat
en Sikka
Tahun
2022
Nomor
56
38
Pasal 41
(1)Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38 ayat (2) huruf c, dilakukan dengan cara
monitoring dan evaluasi.
(2)Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan terhadap:
a.pelaksanaan kegiatan pencegahan Stunting yang
dilakukan oleh desa;
b.kinerja desa dalam pencegahan Stunting sebagai
tugas pembinaan dan pengawasan;
c.upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
pelayanan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif
kepada kelompok sasaran; dan
d.publikasi yang dilakukan terhadap hasil capaian
kinerja pencegahan
Stunting di wilayahnya.
Pasal 42
(3)RAD sebagaimana di maksud dalam Pasal 37
tercantum dalam lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari peraturan Bupati ini.
(4)RAD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan perubahan yang ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
BAB VII
PERAN SERTA PARA PIHAK
Pasal 43
(1) Dalam penyelenggaraan strategi
komunikasi perubahan perilaku pencegahan
Stunting di Daerah harus melibatkan peran
serta seluruh pemangku kepentingan
termasuk masyarakat.
(2)Pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri dari:
a.peran sektor kesehatan;
b.peran sektor non kesehatan; dan
c.peran masyarakat.
Pasal 44
(3)Pelaksanaan strategi komunikasi perubahan
perilaku pencegahan Stunting oleh sektor kesehatan
melibatkan unit dan lintas program pada Dinas yang
membidangi urusan kesehatan beserta jaring dan
jejaringnya melalui kerjasama secara konvergen.
Berita
Daerah
Kabupat
en Sikka
(4)Peran sektor kesehatan sebagaimana dimaksud
Tahun
2022
Nomor
56
44
a.perangkat daerah;
b.organisasi vertikal pemerintahan
pusat di Daerah;
c.tim penggerak pemberdayaan
kesejahteraan keluarga;
d.organisasi keagamaan;
e.organisasi profesi;
f.organisasi kepemudaan;
g.dunia usaha;
h.institusi pendidikan dan akademisi;
i.lembaga swadaya masyarakat;
j.kader kesehatan;
k.kader Keluarga Berencana;
l.media massa; dan
m.organisasi kemasyarakatan lainnya.
Pasal 46
(1)Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43 huruf c dalam strategi komunikasi
perubahan perilaku pencegahan Stunting melalui
keterlibatannya pada setiap tahapan strategi
intervensi.
(2)Pemerintah Daerah melakukan pembinaan,
mendorong dan menggerakkan peran serta dan
swadaya masyarakat dalam pencegahan Stunting
dan perbaikan gizi dalam keluarga dan masyarakat
agar dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna.
BAB VIII
PELIMPAHAN WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB
Pasal 47
(1) Bupati berwenang dan bertanggung jawab atas
penetapan strategi komunikasi perubahan
perilaku pencegahan Stunting di Daerah.
(2)Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mendelegasikan kewenangan dan tanggung
jawab upaya Strategi Komunikasi Perubahan
Perilaku pencegahan Stunting di Daerah
kepada Perangkat Daerah yang membidangi
urusan perencanaan di Daerah.
(3)Wewenang dan tanggung jawab upaya
percepatan penurunan dan pencegahan
Stunting di Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibantu oleh Tim Koordinasi dan
Tim Kelompok Kerja Percepatan Pencegahan
Stunting sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36 ayat (2).
BAB IX PEMANTAUAN DAN
EVALUASI
Bagian Kesatu Pencatatan dan
Pelaporan Pasal 48
(1)Setiap tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan harus
melaksanakan kunjungan, pencatatan dan pelaporan upaya
penurunan
dan pencegahan Stunting.
(2)Pemerintah Daerah mendorong tenaga kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan dalam melakukan pencatatan dan
pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3)Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan secara
periodik
dan berjenjang.
Pasal 49
(4)Setiap perangkat daerah yang melaksanakan kegiatan
komunikasi
perubahan perilaku dalam pencegahan Stunting harus melakukan
pencatatan dan pelaporan terhadap setiap bentuk kegiatan dan
strategi yang dilakukan.
(2)Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
periodik dan disampaikan kepada perangkat daerah yang
membidangi urusan penelitian dan pengembangan.
Pasal 50
Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (3) dan Pasal 49 ayat (2), sebagai
salah satu bahan yang digunakan dalam melakukan evaluasi terhadap penerapan
Bagian Kedua Pemantauan dan
Evaluasi Pasal 51
(1)Pemantauan dilakukan terhadap
perkembangan pelaksanaan kegiatan strategi
komunikasi perubahan perilaku pencegahan
Stunting.
(2)Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), bersumber pada:
a.rencana kegiatan strategi komunikasi
perubahan perilaku pencegahan Stunting;
b.target kegiatan;
c.alokasi pendanaan; dan
d.indikator komunikasi dalam program
pencegahan Stunting.
; Berita
Daerah
Kabupat
en Sikka
Tahun
2022
Nomor
56
49
(1)Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan setiap enam bulan secara terpadu melalui
laporan secara berjenjang, rapat koordinasi program
lintas sektor dan pembinaan terpadu.
Pasal 52
Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
51 disampaikan dalam bentuk laporan kepada Bupati
sebagai bahan pengambilan kebijakan dalam
pencegahan Stunting di Daerah melalui perangkat
daerah yang membidangi urusan penelitian dan
pengembangan.
Pasal 53
Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
menjadi tanggungjawab perangkat daerah yang
membidangi urusan penelitian dan pengembangan dan
dibantu oleh Tim Koordinasi dan Tim Kelompok Kerja
Percepatan Pencegahan Stunting.
Pasal 54
Laporan dan hasil pemantauan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 dan
Pasal 52 menjadi bahan masukan dalam
melakukan evaluasi upaya komunikasi dalam
pencegahan Stunting secara keseluruhan di
Daerah.
BAB XI
PEMBIAYAAN
Pasal 55
Pembiayaan dalam pelaksanaan strategi
komunikasi perubahan perilaku pencegahan
Stunting di Daerah dapat bersumber dari:
a. anggaran pendapatan dan belanja negara
b. anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi;
c. anggaran pendapatan dan belanja Daerah;
d. anggaran pendapatan dan belanja desa;
e. tanggung jawab sosial lingkungan perusahaan; dan/atau
f. sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ditetapkan di Maumere
pada tanggal 18 Oktober 2022
Diundangkan di Maumere
pada tanggal 18 Oktober 2022 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SIKKA,
CAP,TTD.
ADRIANUS FIRMINUS PARERA
F RA NS IS KU S HERPIANUS N O N G LALANG
LAMPIRAN I
PERATURAN BUPATI SIKKA
N O M O R 56 TAHUN 2022
TANGGAL 18 O K TO B E R 2022
TENTANG
STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN
PERILAKU DALAM
P E N C E GA H A N
STUNTING DI KABUPATEN
SIKKA
HUBUNGAN DIMENSI PESAN KUNCI DAN FAS E PERUBAHAN PERILAKU
BUPATI SIKKA,
CAP,TTD.
F RAN S IS KU S RO B E RTO
DIOGO
LAMPIRAN II
PERATURAN BUPATI SIKKA
N O M O R 56 TAHUN 2022
TANGGAL 18 O K TO B E R 2022
TENTANG
STRATEGI KOMUNIKASI
PERUBAHAN
PE RILAKU DALAM
PE NC E G AHAN
STUNTING DI KABUPATEN
SIKKA
PENGEMBANGAN PENDEKATAN KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
PENCEGAHAN STUNTING DI KABUPATEN SIKKA
Tingkat Hirarki
Pendekatan Deskripsi Pendekatan Komunikasi Kelompok Sasaran
M E S (Model
Komunikasi
Ekologi Sosial)
Advokasi - Upaya strategis yang Kebijakan/lingkungan Kelompok tersier
Kebijakan terorganisir untuk menginformasikan dan sosial politik
memotivasi para pem- buat kebijakan
untuk menciptakan ling- kungan
sosial politik pendukung guna men-
capai tujuan perce- patan pencegahan
Stunting
- Menekankan pada
upaya kolektif dan pemberdayaan untu k menciptakan lingku- ngan
sosial politik yang mendukung tujuan
program
Berita
Daerah
Kabupat
en Sikka
Tahun
2022
Nomor
56
57
Strategi komunikasi ter-
sebut disusun berbasis teori dan riset,
serta proses interaksi kelom- pok
sasaran agar terbentuk pesan
kunci dan pendekatan komuni- kasi
yang paling cocok untuk memotivasi
penge- tahuan, sikap dan perilaku
individu secara konsisten dan berke-
lanjutan
BUPATI SIKKA,
CAP,TTD.
F RA NS IS KU S
RO B E RTO D I O G O
LAMPIRAN III
PERATURAN BUPATI SIKKA
N O M O R 56 TAHUN 2022
TANGGAL 18 O K TO B E R
2022
TENTANG
STRATEGI KOMUNIKASI PERUBAHAN
PE RILAKU DALAM PE NC E G A HAN
STUNTING DI KABUPATEN SIKKA
Pemeriksaan Hemo-
Remaja putri yang Komunikasi
globin darah pada
menerima layanan Dinas publik
2 sasaran tablet tam- Memeriksa hemoglobin darah setiap 3 bulan.
pemeriksaan status Kesehatan dan
bah darah remaja
anemia KAP,
putri
mobili- sasi
sosial
Bada n Peren-
Sinkronisasi program
canaan Advokasi Asistensi perencanan dan penganggaran pada masing-
kegiatan
kebijakan masing Perangkat Daerah.
dan Penelitian pada Perangkat
dan Daerah
B erita D aerah K abupaten S ik k a Tahun 202 2 Nomor 56 35
Pengembangan
Mengoordinasikan Lembaga swadaya masyarakat/Non
Governmental Organization yang bergerak
Dalam Kesehatan ibu dan anak untuk mendukung
pemeriksaan
status anemia remaja putri
Dinas Pengen-
dalian
Pendu- d uk D a n Forum Generasi
Keluar- Mengoordinir kehadiran remaja putri pada kegiatan forum
Mobilisasi Berencana dan
ga Berencana, sosial Generasi BeRencana dan Pusat Informasi Konseling-
Pusat Informasi
Pemberdayaan Remaja pada saat pemeriksaan status anemia remaja putri
Konseling- Remaja
Perempuan D a n
Perlindungan
Anak
Penerapan pengang-
garan peningkatan
Dinas Pember- kapasitas kader pem- Asistensi u ntuk memastikan alokasi anggaran untuk
Advokasi bangunan manusia kader pembangunan manusia dalam mendampingi
dayaan Masya-
Kebijakan dalam Anggaran Pen-
rakat dan Desa pasangan usia subur untuk minum tablet tambah darah
dapatan dan Belanja
Desa
Dinas Pengen-
dalian Pendu-
duk D a n Keluar- Optimalisasi aplikasi
ga Berencana, Komunikasi ELSIMIL (Elektronik
Pemberdayaan Publik, KAP Siap Nikah Siap Sosialisasi aplikasi ELSIMIL
Perempuan D a n Hamil)
Perlindungan
Anak
Penerapan peng-
anggaran
Dinas Pember- pening- katan Memastikan kader pembangunan manusia memiliki data
Advokasi kapasitas kader
dayaan Masya- pasangan usia subur dengan status miskin dan
Kebijakan pembangunan m anu- penyandang masalah sosial
rakat dan Desa
sia dalam Anggaran
Pendapatan
dan Belanja Desa
Dinas Pengen-
dalian Pendu-
duk D a n Keluar-
ga Berencana, Optimalisasi tugas
Komunikasi Menyampaikan informasi keluarga miskin penerima
Pemberdayaan Tim Pendamping
publik bantuan pangan non tunai
Perempuan D a n Keluarga (TPK)
Perlindungan
Anak
Efektifitas komu-
Dinas Komuni- nikasi secara digital
Komunikasi Melakukan peliputan dan publikasi tentang pentingnya
kasi dan Infor- untu k calon pengan-
publik pemeriksaan kesehatan
matika tin dan pasangan usia
subur
Pengalokasian angga-
Dinas Advokasi ran untuk PBI
Kesehatan kebijakan Memastikan bantuan iuran dibayarkan sesuai data
(Penerima Bantuan
Iuran)
Penerapan pengang-
garan peningkatan
Dinas Pember- kapasitas kader pem-
Advokasi bangunan manu-sia Asistensi u ntuk memastikan alokasi anggaran
dayaan Masya-
Kebijakan dalam Anggaran Pen- pemberian makanan tambahan ibu hamil kurang energi
rakat dan Desa
dapatan dan Belanja kronik
Desa
Dinas Pengen-
dalian Penduduk
Dan Keluarga Optimalisasi tugas Optimalisasi tim pendamping keluarga untuk
Berencana, Pem- Komunikasi
Tim Pendamping mendampingi ibu hamil kurang energi kronik dalam
berdayaan Perem- publik
Keluarga (TPK) mendapatkan makanan tambahan asupan gizi
puan D a n Perlin-
dungan Anak
Penerapan pengang-
Dinas Pember- garan peningkatan Asistensi untuk memastikan alokasi anggaran u ntuk
Advokasi kunjungan rumah kader pembangunan manusia dalam
dayaan Masya- kapasitas kader pemba-
Kebijakan ngunan manus ia dalam
rakat dan Desa mendampingi ibu hamil minum tablet tambah darah
APBDesa
Dinas Pengen-
dalian Pendu-
duk D a n Keluar- Komunikasi Komunikasi Infor- Komunikasi, informasi dan edukasi dan sosialisasi dalam
Unmet need pelaya- ga Berencana, publik masi dan Edukasi kegiatan bina Keluarga Balita, kegiatan Bina Keluarga
8 Pemberdayaan dan dengan sasaran Remaja, dan Bina Keluarga Lanjut Usia dan kelompok
nan K B
Perempuan D a n komunikasi Pasangan Usia S u bu r U sa h a Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor
Perlindungan antar pribadi
Anak
Komunikasi inter-
personal dan Kampanye dan konseling keluarga berencana
kon- seling
Penerapan
penganggaran
Dinas
peningkatan Asistensi unt uk memastikan alokasi anggaran
Pemberdayaan Advokasi kapasitas konseling dan penyuluhan keluarga berencana oleh
Masyarakat Kebijakan kader kader pembangunan manusia
dan Desa
pembangunan
manusia dalam APB
Desa
Kegiatan dengan Du ta
Optimalisasi Pusat Informasi Konseling Remaja
Generasi Berencana
Konseling kepada akseptor sebelum pelaksanaan
Pelayanaan Kontrasepsi.
Komunikasi
Dinas Kampanye kesehatan reproduksi melalui bincang-
publik dan mo- Menggugah hati
Kesehatan bincang teman sebaya yang sudah memiliki anak
bilisasi sosial
Dinas Pendi-
dikan Kepemu- Komunikasi Pemahaman perilaku
Sosialisasi, pertemuan kelompok sebaya
daan dan Olah- publik pergaulan remaja
raga
bayi kurang dari 6 Optimalisasi kelas ibu hamil sebagai persiapan inisiasi
Dinas Komunikasi
10 bulan Air S u s u Optimalisasi ASI Poi menyusui dini dan Air S u s u Ibu Eksklusif bayi kurang dari
Kesehatan publik dan KAP
Ibu Eksklusif 6 bulan
Dinas Pengen-
dalian Pendu-
duk D a n Keluar-
ga Berencana, Komunikasi Optimalisasi tugas Monitoring tim pendamping keluarga dalam
Pemberdayaan Tim Pendamping pendampingan bayi kurang dari 6 bulan memperoleh ASI
publik
Perempuan D a n Keluarga (TPK) Eksklusif.
Perlindungan
Anak
Efektifitas komuni-
Dinas Komu- kasi secara digital
Komunikasi Melakukan peliputan dan publikasi tentang pentingnya
nikasi dan Infor- untu k kelompok
publik ASI Ekslusif
matika Bina Keluarga
Balita (BALITA)
Penerapan pengang-
Asistensi untuk memastikan alokasi anggaran u ntuk
Dinas Pember- garan peningkatan
Advokasi peningkatan kapasitas KPM dan kader posyandu dalam
dayaan Masya- kapasitas
Kebijakan pendampingan pemberian m akan bayi dan anak sesuai
rakat dan Desa kader pembangunan
u mur
m anu - sia dalam APB
Desa
Dinas Pengen-
dalian Pendu-
duk D an Keluar-
ga Berencana, Optimalisasi tugas monitoring Tim Pendamping Keluarga (TPK) dalam
Komunikasi
Pemberdayaan Tim Pendamping pendampingan bayi 6-23 bulan mendapat m akanan
publik
Perempuan D a n Keluarga (TPK) pendamping ASI
Perlindungan
Anak
Dinas Pengen-
dalian
Pendu- d uk D a n
Keluar- Komunikasi Optimalisasi kegiatan
ga Berencana, publik Melakukan kegiatan Bina Keluarga Balita
posyandu
Pemberdayaan
Perempuan D a n
Perlindungan
Anak
Advokasi kebi-
Balita kurang Gizi Peningkatan penge-
Dinas jakan Advokasi desa untuk pemberian m akanan tambahan
13 mendapat asupan tahuan dan kesada-
Kesehatan pada balita gizi kurang 90 hari
tambahan gizi dan Kampanye ran masyarakat
publik
Kunjungan balita kurang gizi untuk memonitoring
Pemberian makanan tambahan gizi kurang
Berita Daerah Kabupaten Sikka Tahun 2022 Nomor 56 78
Penerapan pengang-
Dinas Pember- garan peningkatan Asistensi untuk memastikan alokasi anggaran untuk
Advokasi Kebi-
dayaan Masya- kapasitas kader pem- pengolahan pemberian m akanan tambahan oleh kader dan
jakan
rakat dan Desa bangunan manusia pendampingan pemberian makan tambahan oleh kader
dalam APBDesa
Bada n Peren-
Sinkronisasi program
canaan Advokasi Asistensi perencanaan dan penganggaran pada masing-
kegiatan
dan Penelitian kebijakan masing Perangkat Daerah
pada Perangkat
dan
Daerah
Pengembangan
Dinas Pengen-
dalian Penduduk
Dan Keluarga Optimalisasi tugas
Berencana, Pem- Komunikasi Tim Pendamping Keluarga (TPK) memastikan anak gizi
Tim Pendamping
berdayaan Perem- publik kurang mendapat pemberian makanan tambahan
Keluarga (TPK)
puan D a n Perlin-
dungan Anak
Balita memperoleh
Dinas Kampanye Optimalisasi Melaksanakan imunisasi bersamaan dengan
14 imunisai
Kesehatan Publik pelak- sanaan hari posyandu
dasar lengkap
posyandu
Bada n Perenca-
Sinkronisasi program
naan dan Pene- Advokasi Asistensi perencanaan dan penganggaran pada masing-
kegiatan
litian kebijakan masing Perangkat Daerah
pada Perangkat
dan Daerah
Pengembangan
Efektifitas komu-
Dinas Komuni-
Komunikasi nikasi secara digital
kasi dan Infor- Melakukan publikasi informasi tentang imunisasi.
publik untu k keluarga yang
matika
memiliki balita.
Penerapan pengang-
Dinas Pember- garan peningkatan Asistensi untuk memastikan alokasi anggaran pengadaan
Advokasi
dayaan Masya- kapasitas kader pem- jamban dan pemicuan perubahan perilaku stop buang air
Kebijakan
rakat dan Desa bangunan manusia besar sembarangan
dalam APB Desa
Dinas Pengen-
dalian Pendu-
duk Da n
Optimalisasi tugas
Keluar- ga Komunikasi Menyampaikan informasi keluarga miskin
Berencana, Tim Pendamping
publik penerima bantuan pangan non tunai
Pemberdayaan Keluarga (TPK)
Perempuan Dan
Perlindungan
Anak
Dinas Pendidi-
kan Kepemu- Komunikasi
Budayakan P H B S Membiasakan P H B S di sekolah
daan dan Olah- publik
raga
Dinas Pengen-
dalian Pendu-
duk D a n Keluar- Optimalisasi tugas Optimalisasi pendamping keluarga untu k mendampingi
Komunikasi
ga Berencana, tim pendamping keluarga dalam melakukan perilaku hidup bersih dan
publik
Pemberdayaan keluarga sehat
Perempuan D a n
Perlindungan
Anak
Keluarga risiko
Dinas Kampanye Meningkatkan Konseling sasaran 1000 (seribu) hari pertama
17 stunting mendapat Kesehatan publik, KAP kesadaran kehidupan dan remaja
pendampingan
Dinas Pengen-
dalian Pendu-
duk D a n Keluar- Sosialisasi tentang
ga Berencana, Kampanye tugas dan fungsi Tim
Pemberdayaan Pendamping Mini lokakarya k h u s u s stunting
publik
Perempuan D a n Keluarga (TPK)
Perlindungan
Anak
Penerapan pengang-
garan peningkatan
Dinas Pember- kapasitas kader pem-
Advokasi Asistensi untuk memastikan alokasi anggaran u ntuk
dayaan Masya-
Kebijakan bangunan manusia pendampingan keluarga risiko stunting oleh kader
rakat dan Desa
dalam Anggaran Pen-
dapatan dan Belanja
Desa
Advokasi Kampanye gemar makan ikan pada sasaran 1000 (seribu)
Dinas Perikanan Gemar makan ikan
kebijakan Hari Pertama Kehidupan
Dinas Komunikasi Efektifitas komunikasi Melakukan peliputan dan publikasi tentang materi-materi
Komunikasi publik secara digital pendampingan keluarga.
dan Informatika
Komunikasi pu-
Keluarga risiko stunting blik dan komu- Memberdayakan Pen-
mendapat manfaat Ketahanan nikasi damping Lapangan Melakukan sosialisasi tentang pemanfaatan sumber pekarangan
18 sumber pekarangan Pangan antar atau Penyuluh Pertanian untuk a supan gizi
unt uk asupan gizi Keluarga Lapangan (PPL)
atau Kelompok
Wani-
ta Tani (KWT)
Dinas Pengen-
dalian
Pendu- d uk D a n Optimalisasi tugas Memastikan keluarga memanfaatkan pekarangan untuk
Keluar- Komunikasi
Tim Pendamping kebutuhan gizi dalam mencegah stunting oleh tim
publik
ga Berencana, Keluarga (TPK) pendamping keluarga
Pemberdayaan
Perempuan D a n
Perlindungan
Anak Berita Daerah Kabupaten Sikka Tahun 2022 Nomor 56 86
Efektifitas komuni-
Dinas Komuni-
Komunikasi kasi secara Melakukan publikasi tentang pengelolaan pekarangan
kasi dan Infor-
publik u ntuk sumber asupan bergizi bagi keluarga.
matika digital untuk keluarga
risiko
stunting.
Ru m a h tangga Peningkatan Kualitas
Dinas Orientasi Survailans Kualitas Air Minum (PKAM) dan
19 mendapat air minum Air Minum rumah Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM)
Kesehatan
layak tangga
Orientasi pengawasan kualitas air minum secara internal
dan eksternal
Bada n Perenca-
Sinkronisasi program
naan dan Pene- Advokasi Asistensi perencanaan dan penganggaran pada masing-
kegiatan
litian kebijakan masing Perangkat Daerah
pada Perangkat
dan Daerah
Pengembangan
Dinas Pengen-
dalian
Pendu- d uk D a n
Kelu- arga Optimalisasi tugas
Komunikasi
Berencana, Tim Pendamping Penyuluhan tentang konsumsi air bersih
publik
Pemberdayaan Keluarga (TPK)
Perempuan D a n
Perlindungan
Anak
Efektifitas komuni--
Dinas Komu-
Komunikasi kasi secara Melakukan publikasi tentang pengelolaan pekarangan
nikasi dan Infor-
publik u ntuk sumber asupan bergizi bagi keluarga.
masi digital untuk keluarga
risiko
stunting.
Bada n Perenca-
Ru m a h Tangga Sinkronisasi program
naan dan Pene- Advokasi Asistensi perencanaan dan pengganggaran pada masing-
20 mendapat kegiatan
litian kebijakan masing Perangkat Daerah
pada Perangkat
akses sanitasi layak dan Daerah
Pengembangan B erita D aerah K abupaten S ik k a Tahun 202 2 Nomor 56 60
Penerapan pengang-
Dinas Pember garan peningkatan
Advokasi Asistensi untuk memastikan alokasi anggaran u ntuk
dayaan Masya- kapasitas kader pem-
Kebijakan penyediaan sanitasi layak
rakat dan Desa bangunan manusia
dalam APB Desa
Penerapan pengang-
garan peningkatan
Dinas Pember- kapasitas kader pem-
Advokasi bangunan manusia Asistensi u ntuk memastikan alokasi anggaran untuk
dayaan Masya-
Kebijakan dalam Anggaran Pen- peningkatan kapasitas kader pembangunan manusia
rakat dan Desa
dapatan dan Belanja
Desa
Keluarga Risiko
advokasi Kampanye gemar makan ikan pada sasaran 1000 (seribu)
22 stunting mengkon- Dinas Perikanan Gemar makan ikan
kebijakan Hari Pertama Kehidupan
sumsi ikan
Bada n Peren-
Sinkronisasi program
canaan Advokasi Asistensi perencanaan dan penganggaran pada masing-
kegiatan
kebijakan masing Perangkat Daerah
dan Penelitian pada Perangkat
dan Daerah
Pengembangan
Penerapan pengang-
Dinas Pember- garan peningkatan
Advokasi Asistensi u ntuk memastikan alokasi anggaran untuk
dayaan Masya-
Kebijakan kapasitas kader pem- monitoring keluarga risiko stunting makan ikan oleh kader
rakat dan Desa
bangunan manusia
dalam APB Desa
Berita Daerah Kabupaten Sikka Tahun 2022 Nomor 56 90
Dinas Pengen-
dalian Pendu-
duk D a n Keluar-
ga Berencana, Komunikasi Optimalisasi tugas
Menyampaikan informasi keluarga miskin penerima
Pemberdayaan Tim Pendamping
publik bantuan pangan non tunai
Perempuan D a n Keluarga (TPK)
Perlindungan
Anak
Efektifitas komu-
Dinas Komuni-
Komunikasi nikasi secara digital Melakukan peliputan dan publikasi tentang pentingnya
kasi dan Infor-
publik untu k keluarga-kelu- konsumsi ikan bagi peningkatan gizi keluarga.
matika
arga risiko stunting
Melakukan Penda-
keluarga penerima
taan keluarga pene-
manfaat dengan ibu
rima manfaat dengan Melakukan sosialisasi pertemuan peningkatan
hamil, ibu menyusui, Komunikasi
dan a nak di bawah ibu hamil, kemampuan keluarga dan validasi kepada keluarga
antar ibu
23 dua tahun yang Dinas Sosial penerima manfaat dengan ibu hamil, ibu menyusui, dan
pribadi dan menyusui,
menerima baduta yang menerima variasi bantuan pangan selain
Kampanye dan
variasi beras dan telur.
Publik baduta
bantuan pangan yang menerima
selain beras dan telur variasi
bantuan pangan
selain beras dan telur
Efektifitas komuni-
kasi secara digital
Komunikasi
Diskominfo untu k para penerima Melakukan publikasi regulasi tentang bantuan sosial
publik
manfaat bantuan
sosial.
BUPATI SIKKA,
CAP,TTD.
F RA NS IS KU S
RO B E RTO D I O G O