Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM DAN

EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL UNTUK KOTA MEDAN

TUGAS MINI RISET


METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

Disusun Oleh :

Samuel Novan Manik


3173331043

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tugas Mini Riset adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang kutipan
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Samuel Novan Manik

NIM : 3173331043

Tanda Tangan :

Tanggal : 15 Desamber 2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Mini Riset ini diajukan oleh :

Nama : Samuel Novan Manik

NIM : 3173331043

Program Studi : Pendidikan Geografi

Judul Mini Riset : Analisis Curah Hujan, Tipe Iklim, dan Evapotranspirasi
Potensial di Kota Medan

Mini Riset ini telah selesai dilaksanakan sebagai bagian dari tugas mata kuliah
Meteorologi dan Klimatologi pada Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Medan.

Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

Riki Rahmad, S.Pd, M.Sc. Drs. Kamarlin Pinem, M.Si.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT., Tuhan Yang
Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
Mini Research ini tepat pada waktunya. Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Meteorologi dan Klimatologi. Selama penyusunan makalah ini,
penulis banyak mengalami berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis juga menyadari bahwa dalam pembuatan Mini Research ini masih jauh
dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar berguna untuk kedepannya. Akhir kata, penulis mengucapkan
terima kasih kepada para pembaca semoga tugas ini bermanfaat bagi yang
membacanya.

Medan, Desember 2017

Penyusun
(Samuel Novan Manik)

iii
Nama : Samuel Novan Manik

Program Studi : Pendidikan Geografi

Judul : Analisis Curah Hujan, Tipe Iklim, dan Evapotranspirasi


Potensial di Kota Medan

Abstrak

Praktikum ini dilakukan untuk menghitung data curah hujan dan tipe iklim
wilayah Kota Medan. Tipe iklim yang digunkan yaitu, Tipe iklim Schmidth
Ferguson, Tipe iklim Oldeman. Data yang digunakan data curah hujan harian
dengan panjang tahun 1996-2005 di 3 stasiun, yaitu stasiun Meteorologi Maritim
Belawan, stasiun Klimatologi Sampali, dan Stasiun Geofisika Tuntungan. Metode
perhitungan menggunakan 3 metode yaitu metode Aljabar (aritmatika), metode
Poligon Thissen, dan metode Isohyet.

Kata Kunci: Curah hujan, Tipe iklim, Kota Medan, Metode perhitungan curah
hujan Aljabar, Poligon Thessis, Isohyet, stasiun Maritim Belawan,
stasiun Klimatologi Sampali, stasiun Geofisika Tuntungan.

iv
Daftar Isi

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3. Tujuan Riset ................................................................................................... 2
1.4. Manfaat Riset ................................................................................................. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 3


2.1. Kerangka Teori............................................................................................... 3

BAB III. METODE PENELITIAN....................................................................... 8


3.1. Lokasi Penelitian ............................................................................................ 8
3.2. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 8

BAB IV. PEMBAHASAN .................................................................................... 9


4.1. Hasil Mini Riset ............................................................................................. 9

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 13


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

v
DAFTAR TABEL

METODE ARITMATIK (ALJABAR)

vi
vii
DAFTAR GAMBAR

Metode Poligon Thissen

viii
Metode Isohyet

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Pengerjaan Metode Poligon

x
Pengerjaan Metode Ishoyet

xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah


Klimatologi pola iklim di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pola
monsunal, pola ekuatorial dan pola lokal. Pola Monsunal dicirikan oleh bentuk
pola hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan). Selama tiga
bulan curah hujan relatif tinggi biasa disebut musim hujan, yakni Desember,
Januari dan Februari (DJF) dan tiga bulan curah hujan rendah bisa disebut musim
kemarau , periode Juni, Juli dan Agustus (JJA), sementara enam bulan sisanya
merupakan periode peralihan (tiga bulan peralihan kemarau ke hujan, dan tiga
bulan peralihan hujan ke kemarau). Pola ekuatorial dicirikan oleh pola hujan
dengan bentuk bimodal (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan
Maret dan Oktober yaitu pada saat matahari berada dekat ekuator.Pola lokal
dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodal(satu puncak hujan) tapi waktunya
berlawanan dengan pola hujan pada tipe monsoon (Effendy, 2001).

Dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran ada beberapa sifat hujan
yang penting untuk diperhatikan, antara lain adalah intensitas hujan (I), lama
waktu hujan (t), kedalaman hujan (d), frekuensi (f) dan luas daerah pengaruh
hujan (A). Komponen hujan dengan sifat-sifatnya ini dapat dianalisis berupa
hujan titik maupun hujan rata-rata yang meliputi luas daerah tangkapan
(chatment) yang kecil sampai yang besar.Analisis hubungan dua parameter hujan
yang penting berupa intensitas dan durasi dapat dihubungkan secara statistik
dengan suatu frekuensi kejadiannya (Soemarto, 1987).
Indonesia termasuk dalam wilayah yang beriklum tropika basah, dengan ciri-
ciri pola hujan yang berbeda dengan wilayah yang beriklim tropika atau beriklim
sedang (temperate). Namun demikian karena indonesia meliputi kawasan yang
sangat luas, maka pola hujan yang jatuh di wilayah indonesia sangat beragam,
dipengaruhi oleh kondisi topografis dan geografis wilayah masing-masing

1
1.2. Peumusan Masalah
1. Berapa rata-rata curah hujan kota Medan berdasarkan metode Aljabar ?
2. Berapa rata-rata curah hujan kota Medan berdasarkan metode Polygon
Thiessen ?
3. Berapa rata-rata curah hujan kota Medan berdasarkan metode Isoyet ?
4. Apa jenis tipe iklim kota Medan menurut klasifikasi Koeppen ?
5. Apa jenis tipe iklim kota Medan menurut klasifikasi Oldeman ?
6. Apa jenis tipe iklim kota Medan menurut klasifikasi Schmidth-
Ferguson ?

1.3.Tujuan Riset

1. Untuk mengetahui rata-rata curah hujan kota Medan berdasarkan


metode Aljabar
2. Untuk mengetahui rata-rata curah hujan kota Medan berdasarkan
metode Polygon Thiessen
3. Untuk mengetahui rata-rata curah hujan kota Medan berdasarkan
metode Isoyet
4. Untuk mengetahui tipe iklim kota Medan menurut klasifikasi Oldeman
5. Untuk mengetahui tipe iklim kota Medan menurut klasifikasi
Schmidth-Ferguson

1.4.Manfaat Riset

1. Mahasiswa mengetahui cara menentukan curah hujan di suatu wilayah


2. Mahasiswa mengetahui cara menentukan tipe iklim di suatu wilayah

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori

A. Cara rata-rata Aritmatik

Cara rata-rata aritmatik adalah cara yang paling mudah diantara


caralainnya (poligon dan Isohyet). Digunakan khususnya untuk daerah seragam
dengan variasi CH kecil. Cara ini dilakukan dengan mengukur serempak
untuklama waktu tertentu dari semua alat penakar dan dijumlahkan seluruhnya.
Kemudian hasil penjumlahannya dibagi dengan jumlah penakar hujan maka akan
dihasilkan rata-rata curah hujan di daerah tersebut. Secara matimatik ditulis
persamaan sbb:

Rata-rata CH = (ƩRi)/n , dimana Ri = besarnya CH pada


stasiun i

n = jumlah penakar (stasiun)

perhitungan:
Untuk mengukur rata-rata curah hujan yang mewakili suatu daerah X
diperlukan 4 (empat buah) penakar hujan yaitu pada stasiun A, B, C dan D.
Tercatat selama waktu tertentu di stasiun A sebesar 6 cm, di B (10 cm), di C
(8cm) dan di D (11 cm).

Maka : Rata-rata CH = (6+10+8+11)/4 = 8,75 cm

2. Cara Poligon (Thiessen polygon)

Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi CH besar. MenurutShaw
(1985) cara ini tidak cocok untuk daerah bergunung dengan intensitas CH tinggi.
Dilakukan dengan membagi suatu wilayah (luasnya A) ke

3
dalam beberapa daerah-daerah membentuk poligon (luas masing-masing
daerah ai), seperti pada Gambar 1.1 :

Gambar 1.1 Daerah -daerah poligon (a1, a2, a3, a4) yang dibatasi oleh garis
putus-putus pada Wilayah A.

Tabel 1.1. Perhitungan prosentasi luas daerah (a i)pada suatu wilayah


A (10 .000 ha)

Daerah Luas Daerah aI (ha) Tetapan Prosentasi Luas

Thiessen *

a1 1.000 0,10 10%


a2 3.000 0,30 30%
a3 1.500 0,15 15%
a4 4.500 0,45 45%

Jumlah A = 10.000 1,00 100%

* tetapan Thiessen = ratio luas a/ luas A

4
Untuk menghitung Curah Hujan ra ta-rata cara poligon menggunakan
persamaan :

Rata-rata CH = R1(a1/A) + R2(a2/A) + R3(a3/A) + . . . + Rn(ai/A)

dimana R = jumlah curah hujan pada penakar/stasiun di daerah a

Tabel 2.1 Perhitungan Curah Hujan rata -rata cara poligon di suatu
Wilayah A

Stasiun di Kedalaman CH ratio ai/A Volume CH (cm)

Daerah yang terukur (cm) daerah a

a1 6 x 0,10 = 0,60
a2 10 x 0,30 = 3,00
a3 8 x 0,15 = 1,20
a4 11 x 0,45 = 4,95

Curah Hujan rata-rata wilayah A = 9,75

3. Cara Isohyet (Isohyetal)

Cara ini dipandang paling baik, tetapi bersifat subyektif dan tergantung
pada keahlian, pengalaman, pengetahuan pemakai terhadap sifat curah hujan pada
daerah setempat.

Isohyet adalah garis pada peta yang menunjukkan tempat -tempat dengan
curah hujan yang sama (Gambar 1.2).

5
Gambar 1.2. Garis-garis besarnya curah hujan pada
masing-masing Isohyet (I).

Dalam metode Isohyet ini Wilayah dibagi dalam daerah–daerah


yangmasing-masing dibatasi oleh dua garis Isohyet yang berdekatan, misalnya
Isohyet1dan 2 atau (I1–I2). Oleh karena itu, dalam Gambar 2, curah hujan rata -
rata untuk daerah I1–I2 adalah (7 cm + 6,5 cm)/2 = 6,75 cm.

Untuk menghitung luas darah ( I1–I2) dalam suatu peta kita bisa
menggunakan Planimeter. Sercara sederhana bisa juga menggunakan kertas
milimeter block dengan cara menghitung kotak yang masu k dalam batas
daerahyang diukur.

6
Tabel 1.2. Perhitungan Curah Hujan rata -rata cara Isohyet pada
wilayah A

Daerah antara CH rata-rata antara Prosentasi Luas Volume CH (cm)

dua Isohyet dua Isohyet (cm) antara dua Isohyet

*)

I1 – I2 6,75 x 40% = 2,700

I2 – I3 6,00 x 20% = 1,200

I3 – I4 5,00 x 25% = 1,250

I4 – I5 4,25 x 15% = 0,638

Curah Hujan rata-rata wilayah A = 5,788

*) terhadap luas wilayah A

Metode Isohyet berguna terutama berguna untuk mempelajari pengaruh


hujan terhadap perilaku aliran air sungai terutama untuk daerah dengan tipe curah
hujan orografik (daerah pegunungan).

7
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yaitu wilayah Kota Medan dengan mengambil 3 stasiun,


yakni: stasiun Meteorologi Maritim Belawan, stasiun Klimatologi Sampali,
stasiun Geofisika Tuntungan.

3.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan yaitu: metode Aritmatika (aljabar), metode


Poligon Thessis, metode Isohyet.

8
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

ANALISIS TIPE IKLIM

ANALISIS TIPE IKLIM SUATU TEMPAT DENGAN KLASIFIKASI IKLIM


SCHMIDT-FERGUSON
A. Pendahuluan

Praktikum Meterorologi dan Klimatologi tahap selanjutnya dilakukan


dengan kegiatan analisis tipe iklim di suatu tempat dengan klasifikasi iklim
Schmidt-Ferguson. Iklim merupakan unsur alam yang penting dalam
mempengaruhi kehidupan manusia, oleh karenanya pengetahuan mengenai
kondisi iklim di suatu wilayah juga merupakan hal yang penting. Iklim di suatu
tempat tidak hanya berpengaruh terhadap pola kehidupan masyarakatnya tetapi
juga hubungannya dengan budidaya manusia dalam bidang pertanian. Untuk
mengetahui kondisi iklim terlebih dahulu dilakukan identifikasi dan klasifikasi
jenis iklim.
Thornthwaite (1933) menyatakan bahwa tujuan klasifikasi iklim adalah
menetapkan pemerian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-
benar aktif, terutama air dan panas. Meskipun semua unsur iklim penting
hubungan yang menyatakan kecukupan panas dan air banyak mempengaruhi
klasifikasi iklim. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan
ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.
Klasifikasi iklim yang dibuat oleh Schmidt-Ferguson merupakan salah satu jenis
klasifikasi yang banyak digunakan di Indonesia. Klasifikasi iklim ini mendasarkan
pada curah hujan. Data hujan yang digunakan dalam analisis minimal 10 tahun.
Berdasarkan data hujan tersebut Schmidt-Ferguson menentukan bulan basah dan
bulan kering kemudian dianalisis sehingga diperoleh

9
8 daerah iklim dari yang paling basah hingga paling kering. Dalam
praktikum ini akan dilakukan analisis tipe iklim di Kota Medan.

B. Dasar Teori
Schmidt-Ferguson (1951) menentukan tipe iklim di Indonesia berdasarkan
bulan basah dan bulan kering yang dianalisis dari data hujan minimal 10 tahun.
Schmidt-Ferguson menerima metode Mohr dalam menentukan bulan kering dan
bulan basah. Menurut Mohr berdasarkan penelitian tanah, terdapat tiga derajat
kelembaban yaitu:
 Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan lebih dari 100 mm, maka bulan ini
dinamakan bulan basah, jumlah curah hujan ini melampaui jumlah
penguapan.
 Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm, maka bulan ini
dinamakan bulan kering, penguapan banyak berasal dari air dalam tanah
daripada curah hujan.
 Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan antara 60 mm sampai 100 mm
maka bulan ini dinamakan bulan lembab, curah hujan dan penguapan kurang
lebih seimbang.

Schmidt-Ferguson menghitung jumlah bulan kering dan bulan basah dari


tiap-tiap tahun kemudian diambil rata-ratanya. Tipe iklim ditentukan dengan
menghitung nilai Q yaitu perbandingan antara rata-rata bulan kering dengan rata-
rata bulan basah. Hasilnya terdiri dari 8 tipe iklim yaitu tipe iklim A (sangat
basah), B (basah), C (agak basah), D (sedang), E (agak kering), F (kering), G
(sangat kering), H (luar biasa kering).
C. Alat/Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kalkulator dan alat tulis.
Adapun bahan yang dianalisis adalah data curah hujan Kota Medan 10 tahun
terakhir.
D. Pembahasan
Dari hasil penghitungan dan analisis data curah hujan selama 10 tahun

10
yakni pada tahun 1989-1998 maka diperoleh hasil rata-rata seperti pada
tabel berikut :

Dari data tabel diatas tidak diperoleh data bulan basah menurut teori
Schmidt-Ferguson dan hannya terdapat bulan kering maka dengan demikian :
 Rata-rata curah hujan pada bulan Januari, dengan akumulasi selama 10 tahun
diperoleh hasil 122,1926
 Rata-rata curah hujan pada bulan Februari, dengan akumulasi selama 10
tahun diperoleh hasil 88,71481
 Rata-rata curah hujan pada bulan Maret, dengan akumulasi selama 10 tahun
diperoleh hasil, 102,011
 Rata-rata curah hujan pada bulan April, dengan akumulasi selama 10 tahun
diperoleh hasil, 114,256
 Rata-rata curah hujan pada bulan Mei, dengan akumulasi selama 10 tahun
diperoleh hasil, 163,211
 Rata-rata curah hujan pada bulan Juni, dengan akumulasi selama 10 tahun
diperoleh hasil, 155,126
 Rata-rata curah hujan pada bulan Juli, dengan akumulasi selama 10 tahun
diperoleh hasil, 137,93
 Rata-rata curah hujan pada bulan Agustus, dengan akumulasi selama 10 tahun
diperoleh hasil, 222,89
 Rata-rata curah hujan pada bulan September, dengan akumulasi selama 10
tahun diperoleh hasil, 279,11667

11
 Rata-rata curah hujan pada bulan Oktober, dengan akumulasi selama 10 tahun
diperoleh hasil, 261,093333
 Rata-rata curah hujan pada bulan November, dengan akumulasi selama 10
tahun diperoleh hasil, 291,75556
 Rata-rata curah hujan pada bulan Desember, dengan akumulasi selama 10
tahun diperoleh hasil, 224,83

ANALISIS TIPE IKLIM SUATU TEMPAT DENGAN


KLASIFIKASI IKLIM MOHR DAN OLDEMAN

Pada data ini tidak memiliki data curah hujan bulan kering dan hanya
terdapat data curah hujan bulan basah dengan tingkat curah hujan diatas 88 mm -
100 mm, oleh karena itu tidak dapat diklasifikasikan iklim menurut metode Mohr
dan Oldeman.

12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kegiatan praktikum penghitungan intensitas curah hujan diwilayah


Kab/Kota Medan selama 10 tahun mulai dari 1996-2005, dengan data curah hujan
dari 3 stasiun terkait di wilayah Medan yakni Stasiun Meteorologi Sampali,
Stasiun Klimatologi Maritim Belawan, dan Stasiun Geofisika Tuntungan. Dengan
penghitungan curah hujan menggunakan 3 metode yakni metode
Aljabar/Aritmatik, metode Polygon Thiessen dan metode Ishoyet.
Semoga hasil praktikum ini dapat bermanfaat bagi para audiens dan
masyarakat luas dan dapat mengetahui intensitas curah hujan di wilayah medan
pada masa lalu.

13
DAFTAR PUSTAKA

Rahmad, Riki. 2017. “ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM, DAN EVAPOTRANSPIRASI
POTENSIAL UNTUK KAB/KOTA DI SUMATERA UTARA.” Open Science Framework.
November 20. osf.io/hy9fm.

14

Anda mungkin juga menyukai