Anda di halaman 1dari 6

Diskusi.

11

Senin, 8 Maret 2021, 11:06


Jumlah balasan: 4
Forum ini adalah forum untuk berdiskusi mengenai materi sesi 10 melalui
pertanyaan yang telah disediakan. Diharapkan melakukan diskusi pada
rentang waktu yang telah disediakan, mahasiswa diperbolehkan untuk
menanggapi pertanyaan tuton, selain itu juga diharapkan menanggapi
jawaban mahasiswa lainnya.

Soal Sesi 10

1.  Apa yang dimaksud dengan asimetric information dalam kontek


pasar modal? Jelaskan dengan baik!
2. Merujuk pasar efisien, apakah syarat tersebut berlaku pada pasar
modal yang berlaku di Indonesia, jelaskan dan beri tanggapan.

Selamat bergabung dan berdiskusi..

Salam,

Tutor

Note :

1. Jika Saudara menyampaikan argumen atas pertanyaan di DISKUSI


3 ini melalui sumber referensi, mohon cantumkan link referensi
Saudara tersebut.
2. Hindari melakukan plagiatisme, dengan menyalin semua informasi
diskusi yang ada di referensi
3. Sampaian secara efektif dengan menggunakan bahasa yang tepat.
4. Hindari melakukan penjiplakan atas jawaban mahasiswa lainnya.
Karena, akan mempengaruhi nilai jawaban Saudara
Jawab

Nama : Suaib
Nim : 530043629

Nomor 1

Informasi merupakan faktor yang sangat strategis. Keberadaannya sangat

mempengaruhi investor dalam membuat keputusan investasi, apakah investor

akan menjual, membeli, atau menahan portofolionya. Sayangnya, distribusi

informasi yang material tentang emiten seringkali berlangsung tidak merata di

pasar. Untuk informasi yang sifatnya tidak material mungkin tidak menjadi soal.

Namun, jika informasi yang menyangkut perkembangan terkini tentang emiten itu

bersifat material, maka distribusi yang tidak merata tadi menjadi masalah yang

cukup serius.

Asimetri informasi adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi

yang lebih banyak daripada pihak lain. Misalnya pihak manajemen perusahaan

memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor

dipasar modal. Tingkat asimetri informasi ini bervariasi dari sangat tinggi ke

sangat rendah. Asimetri informasi memberikan efek yang nyata pada keputusan

keuangan maupun finansial. Teori asimetri mengatakan bahwa pihak-pihak yang

berkaitan dengan perushaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai

prospek dan resiko perusahaan, pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih

baikdibanding pihak lainnya. Manajer biasanya memiliki informasi yang lebih

baik dibandingkan dengan pihak luar (seperti investor). Karna itu bisa dikatakan

terjadi asimtri informasi antara manajer dan investor. Investor yang merasa
mempunyai informasi yang lebih sedikit, akan berusaha menginterpretasikan

prilaku manajer.

Ada sebagian pelaku pasar yang mendapatkan informasi penting ini, tapi di

sisi lain ada sebagian pelaku pasar yang tidak mengetahui sama sekali tentang

informasi tersebut. Terdapat jarak dalam distribusi informasi atau yang biasa

disebut dengan asymmetric information di pasar. Akibatnya, ada pelaku pasar

yang merasa diuntungkan dan ada pelaku pasar yang merasa dirugikan akibat

informasi tersebut. Adanya asymmetric information menunjukkan bahwa pasar

belum efisien. Di atas kertas, pasar modal disebut efisien jika pelaku pasar

mendapatkan akses yang sama terhadap sumber informasi material tentang

emiten.

Nomor 2

Sebelum melangkah lebih jauh pada Efficiency Market Hypothesis dari

Haugen menjelaskan bahwa ada empat ciri atau karakteristik yang mendasari

suatu pasar modal efisien. Pertama, harga sekuritas bertindak secara cepat

(quickly) dan tepat (accurately) apabila investor menerima informasi baru yang

relevan. Kedua, perubahan hasil (return) saham yang diharapkan dari waktu ke

waktu dihubungkan dengan tingkat bunga bebas risiko dan perubahan tingkat

risiko premium atas sekuritas bersangkutan. Ketiga, investor tidak dapat

membedakan antara investasi yang menguntungkan dengan investasi yang tidak

menguntungkan untuk waktu yang akan datang dengan hanya berdasar pada ciri

investasi saat ini dan waktu lalu. Keempat, apabila dipisahkan antara kelompok

investor yang ahli (sophisticated investors) dan kelompok investor yang tidak ahli
(unsophisticated investors), maka tidak dapat terlihat perbedaan secara nyata

antara prestasi kedua kelompok investor tersebut.

Pasar modal Indonesia hingga saat ini dinilai masih belum dapat

menunjukkan suatu kondisi pasar modal yang efisien. Hal tersebut disebabkan

oleh hanya sebagaian kecil saja masyarakat Indonesia yang memiliki pengetahuan

dan latar belakang untuk melakukan kegiatan investasi, sehingga informasi-

informasi yang ada dalam pasar modal hanya direspon oleh beberapa orang saja.

Bahkan, informasi tersebut cenderung terlamabat direspon oleh para investor.

Meski telah berdiri sejak tahun 1912, pasar modal Indonesia dinilai masih

jauh dari efisien. Kondisi ini dipengaruhi minimnya pengetahuan investor dalam

berinvestasi, tidak menyebarnya informasi secara merata, serta lemahnya

penegakan hukum terhadap para pelaku kejahatan di industri pasar modal

Indonesia. Hal itu disampaikan pengamat dan praktisi pasar modal, Adler

Haymans Manurung, pada pidato pengukuhannya sebagai guru besar dalam

bidang ilmu investasi, pasar modal, keuangan, dan perbankan di Asian Banking

Finance and Informatics Institute Perbanas, Jakarta.

Namun, beberapa ekonom menyatakan bahwa saat ini perekonomian

Indonesia tengah membaik, begitu pula halnya dengan pasar modal Indonesia.

Pasar modal seharusnya dapat memberikan peran dalam menggerakkan

pertumbuhan ekonomi sektor riil (Solichin, 2008). Fakta bahwa kinerja pasar

modal Indonesia yang mengkilap sepanjang tahun 2007 ternyata tidak diimbangi

dengan kinerja pada sektor riil atau sektor yang menyerap tenaga kerja

memberikan goresan pahit pada perekonomian Indonesia.

Saat ini, kondisi ekonomi Indonesia dapat dikatakan stabil dengan

pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang meningkat sebanyak 6 % pada


triwulan pertama tahun 2007 jika dibandingkan dengan nilainya pada periode

yang sama di tahun 2006. Sementara, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun

2006 hanya sebesar 5,48%; lalu di tahun 2005 meningkat menjadi sebesar 5,68%.

Perekonomian Indonesia juga diwarnai dengan inflasi yang makin turun, dari

10,7% di tahun 2005 menjadi sebesar 6,5% di tahun 2007.

Perbaikan ekonomi Indonesia juga terlihat pada sektor perbankan, yang

ternyata memiliki kemajuan yang signifikan, yaitu jumlah penghimpunan dana

pada bank umum yang terus meningkat dari Rp. 1.096,9 triliun pada bulan

Desember 2006 menjadi Rp 1.289,6 triliun pada Desember 2007. Sementara,

fluktuasi nilai tukar dollar Amerika relatif stabil, dengan kisaran di sekitar Rp.

9.000 per dollar Amerika.

Cemerlang kinerja pasar modal terlihat melalui instrumen keuangan seperti

asuransi, reksadana, Sertifikat Bank Indonesia, Surat Utang Negara yang relative

memabik. SUN membuktikan bahwa selalu habis terpesan pada saat diterbitkan.

Dalam hal reksadana, total NAB Reksadana per 2007 sudah mencapai nilai Rp.

73,67 triliun. Semua ini dapat menjadi indikator bahwa kondisi ekonomi,

perbankan, dan keuangan Indonesia mengalami kemajuan yang cukup

menjanjikan.

Pasar modal Indonesia saat ini dinilai memiliki perkembangan yang cukup

baik berdasarkan data-data yang terhimpun. Perkembangan dan peningkatan

kinerja pasar modal tersebut tercermin melalui nilai reksadana serta jumlah

lembar Surat Utang Negara yang habis terjual. Lalu, apabila kinerja pasar modal

tersebut dikaitkan dengan teori efisiensi pasar modal apakah pasar modal

Indonesia telah dapat menuju pasar yang sifatnya efisien.


Dalam pasar modal Indonesia, harga sekuritas yang ada belumlah dapat

mencerminkan seluruh informasi yang ada, bahkan cenderung terdapat adanya

assymetric information yang hanya diketahui beberapa pihak saja. Untuk itulah,

perlu dilakukan analisa secara mendalam mengenai efisiensi pasar modal

Indonesia pada bentuk lemah (weak-form), bentuk semi-kuat (semi-strong-form)

maupun bentuk kuat (strong-form).

Referensi:
 Brigham, Eugene F. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Fundamental:
Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
 Beaver, William, H. (1986), Financial Reporting: An Accounting Revolution. 2
Edition, Prentice Hall, New Jersey.
 Dyckman, Thomas, R. dan , Dale Morse (1986), Efficient Capital Markets and
Accounting: A Critical Analysis, Prentice Hall, New Jersey.
 Fabbozi, Frank E. dan Franco Modligiani (1996), Capital Markets, Institutions,
and Instruments, 2 Edition, Prentice Hall, New Jersey.
 Fama, Eugene F. (May 1970), “Efficient market: A review of theory and
empirical nd work”, Journal of Finance, 25 (2): 383-417.
 Fama, Eugene, F. (1991), “Efficient Capital Markets: II”, Journal of Finance,
46 (4): 1575-1617.

Anda mungkin juga menyukai