Anda di halaman 1dari 11

ARIFIN, S.

E, MM, Kapten Inf Pariono, IPTU SUPARMIN,SH


Sekretariat, terdiri dari;
 GUNAWAN PURNA ATMAJA, S.STP. / Penata Tk. I (III/d)

Kecamatan Kedamean yang Dinamis, Damai Menuju Sejahtera, Peduli dan Berbudaya
Lingkungan

MISI
1. Meningkatkan kualitas SDM Aparat Pemerintah Kecamatan dan Desa
2. Meningkatkan peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
3. Meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat
4. Memberikan dukungan secara optimal bagi terwujudnya wilayah yang tentram, tertib,
peduli dan berbudaya lingkungan

 BAWASLU (Badan Pengawas Pemilihan Umum)


- adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bawaslu diatur dalam bab IV Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum
Bawaslu bertugas:
a. Menyusun standar tata laksana pengawasan Penyelenggaraan Pemilu untuk
pengawas Pemilu di setiap tingkatan;

b. Melakukan pencegahan dan penindakan terhadap:

1. Pelanggaran Pemilu; dan


2. Sengketa proses Pemilu;
c. Mengawasi persiapan Penyelenggaraan Pemilu, yang terdiri atas:

1. Perencanaan dan penetapan jadwal tahapan Pemilu;


2. Perencanaan pengadaan logistik oleh KPU;
3. Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu; dan
4. Pelaksanaan persiapan lainnya dalam Penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
d. Mengawasi pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu, yang terdiri atas:

1. Pemutakhiran data pemilih dan penetapan daftar pemilih sementara serta daftar
pemilih tetap;
2. Penataan dan penetapan daerah pemilihan DPRD kabupaten/kota;
3. Penetapan Peserta Pemilu;
4. Pencalonan sampai dengan penetapan Pasangan Calon, calon anggota DPR, calon
anggota DPD, dan calon anggota DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
5. Pelaksanaan dan dana kampanye;
6. Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;
7. Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu di TPS;
8. Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan sertifikat hasil
penghitungan suara dari tingkat TPS sampai ke PPK;
9. Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU
Provinsi, dan KPU;
10. Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu
susulan; dan
11. Penetapan hasil Pemilu;
e. Mencegah terjadinya praktik politik uang;

f. Mengawasi netralitas aparatur sipil negara, netralitas anggota Tentara Nasional


Indonesia, dan netralitas anggota Kepolisian Republik Indonesia;

g. Mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan, yang terdiri atas:

1. Putusan DKPP;
2. Putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan sengketa Pemilu;
3. Putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Ihbupaten/ Kota;
4. Keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota; dan
5. Keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran netralitas aparatur sipil negara,
netralitas anggota Tentara Nasional Indonesia, dan netralitas anggota Kepolisian
Republik Indonesia;
h. Menyampaikan dugaan pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu kepada
DKPP;

i. Menyampaikan dugaan tindak pidana Pemilu kepada Gakkumdu;

j. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta melaksanakan penyusutannya


berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;

k. Mengevaluasi pengawasan Pemilu;

l. Mengawasi pelaksanaan Peraturan KPU; dan

m. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bawaslu berwenang:
a. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan adanya
pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang mengahrr
mengenai Pemilu;

b. Memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran, administrasi Pemilu;


c. Memeriksa, mengkaji, dan memuttrs pelanggaran politik uarg;

d. Menerima, memeriksa, memediasi atau mengadjudikasi, dan memutus penyelesaian


sengketa proses Pemilu;

e. Merekomendasikan kepada instansi yang bersangkutan mengenai hasil pengawasan


terhadap netralitas aparatur sipil-negara, netralitas anggota Tentara Nasional
Indonesia, dan netralitas anggota Kepolisian Republik Indonesia; '

f. Mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan kewajiban Bawaslu Provinsi dan
Bawaslu Kabupaten/Kota secara berjenjang jika Bawaslu Provinsi dan Bawaslu
Kabupaten Kota berhalangan sementara akibat dikenai sanksi atau akibat lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ;

g. Meminta bahan keterangan yang dibuhrhkan kepada pihak terkait dalam rangka
pencegahan dan penindakan pelanggaran administrasi, pelanggaran kode etik, dugaan
tindak pidana Pemilu, dan sengketa proses Pemilu;

h. Mengoreksi putusan dan rekomendasi Bawaslu Provinsi dan Bawaslu


Kabupaten/Kota apabila terdapat hal yang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;

i. Membentuk Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/ Kota, dan Panwaslu LN;

j. Mengangkat, membina, dan memberhentikan anggota Bawaslu Provinsi, anggota


Bawaslu Kabupaten/Kota, dan anggota Panwaslu LN; dan

k. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.

Bawaslu berkewajiban:
a. Bersikap adil dalam menjalankan tugas dan wewenang;

b. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Pengawas


Pemilu pada semua tingkatan;
c. Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Presiden dan DPR sesuai dengan
tahapan Pemilu secara periodik darr/atau berdasarkan kebutuhan

d. Mengawasi pemutakhiran dan pemeliharaan data pemilih secara berkelanjutan yang


ditakukan oleh KPU dengan memperhatikan data kependudukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

e. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan perundangundangan.

 Pkpu (Peraturan Komisi Pemilihan Umum)


No 15 Tahun 2019 Tentang Tahapan, Program Dan Jadwal Penyelenggaraan
Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Dan/Atau
Walikota Dan Wakil Walikota Tahun 2020

 Aparatur Sipil Negara


Aparatur Sipil Negara adalah istilah untuk kelompok profesi bagi pegawai-
pegawai yang bekerja pada instansi pemerintah.

a. PNS dilarang melakukan pendekatan terhadap Partai Politk terkait rencana


pengusulan dirinya ataupun orang lain sebagai bakal calon kepala daerah/wakil
kepala daerah.

b. PNS dilarang memasang sepanduk/baliho yang mempromosikan dirinya atau


orang lain sebagai bakal calon kepala dearah/wakil kepala daerah.

c. PNS dilarang mendeklarasikan dirinya sebagai bakal calon kepala daerah/wakil


kepala daerah.

d. PNS dilarang menghadiri deklarasi bakal calon/bakal pasangan calon kepala


dearah/wakil kepala daerah dengan atau tanpa menggunakan atribut bakal
pasangan calon/atribut partai politik.
e. PNS dilarang mengunggah, menanggapi (seperti like, komentar, dan
sejenisnya) atau menyebarluaskan gambar/foto bakal calon/bakal pasangan calon
kepala daerah, visi misi bakal calon/bakal pasangan calon kepala daerah, maupun
keterkaitan lain dengan bakal calon/bakal pasangan calon kepala daerah melalui
media online maupun media sosial.

f. PNS dilarang melakukan foto bersama dengan bakal calon kepala daerah/wakil
kepala daerah dengan mengikuti symbol tangan/gerakan yang digunakan sebagai
bentuk keberpihakan.

g. PNS dilarang menjadi pembicara/narasumber pada kegiatan pertemuan partai


politik.

PP Nomor 53 tahun 2010 pasal 7 dalam edaran ini tertulis jika PNS terbukti
melanggar maka akan diberikan sanksi administratif dan sanksi hukuman disiplin.

Begini 7 Poin larangan PNS agar tidak terlibat politik praktis :

1. ASN dilarang mendeklarasikan diri sebagai Calon Kepala Daerah.


2. Dilarang memasang spanduk promosi kepada calon.
3. Dilarang mendekati Parpol terkait dengan pungusulan dirinya atau orang lain
menjadi calon.
4. Dilarang mengunggah, memberikan like, atau mengomentari dan sejenisnya serta
menyebarluaskan gambar maupun pesan visi misi calon baik di media online atau
media sosial.
5. Dilarang menjadi pembicara pada pertemuan Parpol.
6. Dilarang Foto bersama calon.
7. Dilarang menghadiri deklarasi calon,baik itu dengan atau tanpa atribut Parpol. (*)

https://ngada.org/uu7-2017bt.htm
UU No. 7 Tahun 2017
Pasal 494
Setiap ASN, TNI, POLRI, Kepala Desa, Perangkat desa, dan atau Anggota Badan
Permusyawaratan desa yang melanggar laranagan sebagaimana dimaksud Pasal 280 ayat
(3) dipidana dengan kurungan paling lama 1 tahun dan denda paling banyak Rp.
12.000.000
- Tidk boleh terlibat dalam kampanye apalagi sampai memfasilitasi
- Tidak boleh terlibat dalam politik praktik, dipidana penjara

UU No. 7 Tahun 2017


Pasal 280 ayat (2,3)
(2)Pelaksana dan/atau tim kampanye dalam kegiatan Kampanye Pemilu dilarang
mengikutsertakan:

1. Ketua, wakil ketua, ketua muda, hakim agung pada Mahkamah Agung, dan hakim
pada semua badan peradilan di bawah Mahkamah Agung, dan hakim konstitusi pada
Mahkamah Konstitusi;
2. Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
3. gubernur, deputi gubernur senior, dan deputi gubernur Bank Indonesia;
4. direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan badan usaha milik negara/badan
usaha milik daerah;
5. pejabat negara bukan anggota partai politik yang menjabat sebagai pimpinan di
lembaga nonstruktural;
6. aparatur sipil negara;
7. anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia;
8. kepala desa;
9. perangkat desa;
10. anggota badan permusyawaratan desa; dan
11. Warga Negara Indonesia yang tidak memiliki hak memilih.

(3)Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilarang ikut serta sebagai pelaksana
dan tim Kampanye Pemilu.

Pasal 282
Pejabat negara, pejabat struktural, dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri, serta kepala
desa dilarang membuat keputusan dan/atau melakukan tindakan yang menguntungkan
atau merugikan salah satu Peserta Pemilu selama masa Kampanye.
Pasal 283 ayat (1,2)
(1)Pejabat negara, pejabat struktural dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri serta
aparatur sipil negara lainnya dilarang mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap Peserta Pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa Kampanye.
(2)Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pertemuan, ajakan, imbauan,
seruan atau pemberian barang kepada aparatur sipil negara dalam lingkungan unit
kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

UU No. 10 tahun 2016


Pasal 70

(1) Dalam kampanye, pasangan calon dilarang melibatkan:


a. pejabat badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah;
b. aparatur sipil Negara, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan anggota
Tentara Nasional Indonesia; dan
c. Kepala Desa atau sebutan lain/Lurah dan perangkat Desa atau sebutan lain/perangkat
Kelurahan.
(2) Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota,
pejabat negara lainnya, serta pejabat daerah dapat ikut dalam kampanye dengan
mengajukan izin kampanye sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota,
yang mencalonkan kembali pada daerah yang sama, selama masa kampanye harus
memenuhi ketentuan:
a. menjalani cuti di luar tanggungan negara; dan
b. dilarang menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya.
(4) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bagi Gubernur dan Wakil Gubernur diberikan
oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden, dan bagi Bupati dan Wakil Bupati serta
Walikota dan Wakil Walikota diberikan oleh Gubernur atas nama Menteri.
(5) Cuti yang telah diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), wajib diberitahukan oleh
Gubernur dan Wakil Gubernur kepada KPU Provinsi, dan bagi Bupati dan Wakil Bupati,
serta Walikota dan Wakil Walikota kepada KPU Kabupaten/Kota.

Peraturan Bawaslu (Perbawaslu) 


1. Perbawaslu Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Perencanaan, Pengadaan, Dan
Pendistribusian Perlengkapan Pemungutan Suara Dan Dukungan Lainnya Dalam Pemilihan Gubernur
Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Serta ...

2. Perbawaslu Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Pengawasan Pemutakhiran Data Dan Penyusunan Daftar
Pemilih Dalam Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati Serta Wali Kota
Dan Wakil Wali Kota 
 
3. Perbawaslu Nomor 10 Tahun 2017 Tentang Pengawasan Tahapan Pencalonan Pemilihan Gubernur
Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Serta Wali Kota Dan Wakil Wali Kota
 
4. Perbawaslu Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pengawasan Dana Kampanye Peserta Pemilihan
Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Serta Wali Kota Dan Wakil Wali Kota
 
5. Perbawaslu Nomor 11 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Perbawaslu Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Pengawasan Dana Kampanye
 
6. Perbawaslu Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Gubernur Dan Wakil
Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Serta Wali Kota Dan Wakil Wali Kota
 
7. Perbawaslu Nomor 12 Tahun 2018tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan
Umum Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pengawasan Kampanye Peserta Pemilihan Gubernur Dan
Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Serta ...
 
8. Perbawaslu Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pemungutan Dan Penghitungan Suara
Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Serta Wali Kota Dan Wakil Wali
Kota
 
9. Perbawaslu Nomor 14 Tahun 2017 Tentang Penanganan Laporan Pelanggaran Pemilihan Gubernur
Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Serta Wali Kota Dan Wakil Wali Kota
 
10. Perbawaslu Nomor 14 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Dan
Penetapan Hasil Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Serta Wali Kota
Dan Wakil Wali Kota
 
11. Perbawaslu Nomor 19 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Barang Dugaan Pelanggaran Pemilihan
Umum Dan Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Serta Wali Kota Dan
Wakil Wali Kota
 
12. Perbawaslu Nomor 21 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Penyelenggaraan Pemilihan Umum
 
13. Perbawaslu Nomor 22 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Pemberian Keterangan Dalam Perselisihan
Hasil Di Mahkamah Konstitusi
 
14. Perbawaslu Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Tata Kerja Dan Pola Hubungan
 
15. Perbawaslu Nomor 4 Tahun 2019  Tentang Mekanisme Penanganan Pelanggaran Kode Etik Panitia
Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kelurahan Desa, Dan
Pengawas Tempat Pemungutan Suara
 
16. Perbawaslu Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Rapat Pleno
 
17. Perbawaslu Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Kode Etik Pegawai Badan Pengawas Pemilihan Umum
 
18. Perbawaslu Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Netralitas Pegawai Aparatur Sipil Negara,
Anggota Tentara Nasional Indonesia, Dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
 
19. Perbawaslu Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pembentukan Dan Kriteria Klasifikasi
Sekretariat Bawaslu Provinsi Dan Sekretariat Bawaslu Kabupaten Kota
 
20. Perbawaslu Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat
 
21. Perbawaslu Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Badan Pengawas
Pemilihan Umum Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Pembentukan, Pemberhentian, Dan Penggantian
Antar Waktu
 
22. Perbawaslu Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib Pegawai Di Lingkungan Sekretariat Jenderal
Badan Pengawas Pemilihan Umum
 
23. Perbawaslu Nomor 10 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Perbawaslu Nomor 19 Tahun 2017
Tentang Pembentukan, Pemberhentian, Dan Penggantian Antar Waktu
 
24. Perbawaslu Nomor 10 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Dan Pelayanan Informasi Publik Bawaslu,
Bawaslu Provinsi Dan Bawaslu Kabupaten Kota
 
25. Perbawaslu Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Penanganan Pelanggaran Adm Terkait
Larangan Memberikan Dan Atau Menjanjikan Uang Atau Materi Lainnya Yang Dilakukan Secara Tsm
Dalam Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota
 
26. Perbawaslu Nomor 16 Tahun 2017tentang Logo, Pataka, Mars, Dan Pakaian Dinas
 
 
27. Perbawaslu Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Tata Tertib Badan Pengawas Pemilihan Umum
 
28. Perbawaslu Nomor 20 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Pelaporan Dan Penanganan Pelanggaran
Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah
 
 
29. Perbawaslu Nomor 26 Tahun 2018 Perbawaslu Nomor 26 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Pemberian
Bantuan Hukum Di Lingkungan Badan Pengawas Pemilihan Umum

Anda mungkin juga menyukai