Anda di halaman 1dari 20

Penilaian Risiko Penyakit Akibat Kerja pada Pengemudi Bus

Penumpang
Vasyl Golinko, Serhiy Cheberyachko*, Oleg Deryugin, Olena Tretyak, Olga Dusmatova
Dnipro University of Technology, Dnipro, Ukraine

Abstraksi
Latar Belakang: Kondisi kerja supir bus sangatlah sulit; mereka rentan terhadap
penyakit akibat kerja dan memerlukan adanya penelitian yang sungguh sungguh,
khususnya di Ukraina. Artikel ini bermaksud memberi penjelasan tentang risiko
gangguan kesehatan kerja pada pengemudi bus penumpang yang berdampak
terhadap terjadinya penurunan kesehatan.

Metode: Penilaian risiko dilakukan dengan menggunakan metode Skor Risiko yang
dimodifikasi (Modified Risk Score method), sehingga memungkinkan
ditentukannnya tingkat bahaya pada umumnya terhadap kesehatan pengemudi.
Tingkat bahaya higienis dinilai berdasarkan hukum Stevenson, yang kemudian
dilakukan generalisasi.

Hasil: Berdasarkan Modified Risk Score method, memungkinkan para ahli


mejalankan metode penilaian tingkat resiko dan menghitung indicator-indicator
berdasarkan tingkat pengaruhnya terhadap tubuh manusia, sebagaiamana
diusulkan oleh V .Minko. Dengan demikian memungkinkandapat ditentukan secara
obyektif dampak bahaya Higiene sanitasi pada kesehatan pengemudi dan
memprediksi terjadinya penyakit akibat kerja yang berhubungan dengan sistem
kardiovaskular, sistem muskuloskeletal, dan kecacatan sebagian atau seluruh
karena akumulasi kelelahan emosional. Penilaian bahaya dilakukan pada tiga merek
bus penumpang umum di Ukraina, di mana pengemudi terpapar potensi bahaya
karena suhu, getaran, kebisingan, kotoran-kotoran didalam kabin bus, dan beban
emosional.

Kesimpulan: Kesehatan pengemudi di dalam kabin bus penumpang sangat


dipengaruhi oleh bahaya karena kebersihan: demam, getaran, dan stres emosional.
Berdasrkan tingkat umum risiko yang dihitung dengan metode Risk Score yang
dimodifikasi didapatkan masing masing mempunyai nilai 0,83; 0,99, dan 0,92.

Institut Penelitian Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2020, Diterbitkan oleh Elsevier Korea
LLC. Ini adalah sebuah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-NC-ND
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).

1
1. Kata Pengantar
Penumpang kendaraan transportasi berperan penting dalam memenuhi
kebutuhan perjalanan masyarakat. Efisiensinya sangat bergantung pada
keandalan profesionalitas pengemudi dan kondisi kerja mereka.
Mengemudi bus penumpang merupakan pekerjaan yang rentan dan
penuh tekanan, yang ditandai dengan sejumlah besar faktor berbahaya
seperti: kondisi cuaca; meningkatkan kepadatan, intensitas, kecepatan arus
lalu lintas; kemungkinan kemacetan lalu lintas; ketidaktahuan tentang jadwal
transportasi; hari kerja tidak standar; rute kompleks, dan seterusnya [1].
Efek dari semua itu adalah timbulnya penyakit akibat kerja pada pengemudi.
Yang paling sering timbul antara lain : penyakit yang berkaitan dengan
perkembangan patologi kardiovaskular, gangguan neuropsikik, gangguan
gastrointestinal, penyakit yang berkaitan dengan masalah dengan mobilitas
sistem muskuloskeletal, gangguan yang ditentukan oleh gaya hidup dan
dismetabolisme yang menetap, serta alergi dan penyakit onkologis (Gbr. 1).
Pengemudi juga dipengaruhi oleh faktor sanitasi dan higienis yang
berbahaya: kebisingan, getaran, peningkatan suhu, campuran berbahaya di
kabin bus, dan ketegangan saraf [3,4]. Dalam kondisi tertentu, dapat
mengakibatkan perubahan serius pada manusia [5,6]. Dengan pemahaman
yang demikian, melalui analisis studi ilmiah dapat ditentukan tiga
konsekuensi potensial dari efek emosi negatif, kemerosotan kondisi fisik dan
psikis kesehatan manusia [2,7]. Akibat lebih anjut, memungkinkan terjadinya
kelainan kesehatan kardiovaskular, gangguan neuropsikik [8,9], masalah
dengan indra pendengaran [10], rasa lelah yang terus-menerus [11],
keracunan karbon monoksida, dan timbulnya penyakit alergi dan onkologis
[7 , 12].
Berbeda dengan peraturan perundang undangan di Eropa dalam hal
keselamatan kerja dimana diperlukan adanya evaluasi risiko pekerjaan di
tempat kerja mana pun (The Directive of the Council 89/654 / EES, ISO
45001, ISO 39001). Jadi [13] untuk menunjukkan prinsip-prinsip dasar

2
dalam mencegah risiko selama bekerja; dan ISO 45001 memberikan
persyaratan untuk mengendalikan risiko guna mengurangi penyakit dan
cedera akibat kerja. Ada juga persyaratan tentang lama bekerja, dan waktu
istirahat bagi pengemudi [14]. Namun, sebagian besar perusahaan tidak
melakukan penilaian risiko yang berkaitan dengan kondisi teknis kendaraan,
perilaku dan kondisi psikofisik pengemudi, serta kondisi dijalan [15]. Dalam
konteks ini, risiko higienis sering diabaikan karena efek jangka panjang dan
sulitnya pengendaliannya.
Penilaian Risiko pekerjaan dilakukan melalui suatu algoritma tertentu
[16]. Prosedur tersebut dilakukan terhadap penilaian identifikasi risiko,
evaluasi pengembangan risiko pekerjaan, dan pelaksanaan dari langkah-
langkah untuk mengurangi risiko pekerjaan, analisis efisiensi solusi yang
diusulkan, dan perbaikan yang dilakukan[17]. Beberapa peneliti memperluas
daftar masalah dengan memberikan penjelasan secara rinci tentang setiap
tahap yang diperlukan dalam memberikan keamanan transportasi [18]. Hal
tersebut penting bagi pengusaha guna menerapkan metode yang andal dan
terbukti dalam penentuan tingkat risiko pekerjaan di tempat kerja manapun,
membantu mengurangi kemungkinan terjadinya risiko pekerjaan. Selain itu,
hal tersebut memungkinkan dilakukannya pengendalian risiko yang
bertujuan pengurangan kerugian finansial.

Gambar 1: Manifestasi Resiko Penyakit Akibat Kerja pada Pengemudi Bus


Penumpang Akibat Pengaruh Faktor Faktor Yang merugikan

3
Perlu dicatat bahwa di beberapa negara Uni Eropa, dasar hukum untuk
menilai risiko pekerjaan didasarkan pada Undang undang Pedoman
implementasi langkah-langkah perbaikan di bidang perlindungan kesehatan
dan keselamatan tenaga kerja [19]. Menurut mereka, penilaian risiko berarti
suatu studi yang cermat tentang faktor-faktor dalam aktivitas tertentu yang
dapat merugikan orang-orang.
Tujuan penilaian adalah untuk mengevaluasi apakah keputusan yang
diambil telah mencukupi untuk mencegah terjadinya cedera. Begitu juga
berguna untuk memperkuat posisi tenaga kerja dalam hal keselamatan di
Eropa, Standar ISO 45001 baru diperkenalkan pada Maret 2018; Standar ini
merekomendasikan pengusaha untuk lebih bertanggung jawab dalam meng-
elaborasikan sistem berorientasi risiko ke dalam kontrol keselamatan dan
kebersihan tenaga kerja. Kondisi kerja pengemudi bus penumpang diatur
oleh peraturan yang berhubungan dengan tindakan, standar industri, dan
norma; yang berhubungan dengan pekerjaan dan resiko pengemudi dalam
kehidupan dan kesehatan mereka [20-23].
Permasalahan topik utama dalam penyelenggaraan angkutan
penumpang adalah karena adanya potensi dampak pada keselamatan lalu
lintas saat mengangkut penumpang. Tanggung jawab yang lemah dari pihak
perusahaan pengelola mobil terhadap masalah pengendalian keadaan
kesehatan fisiologis dan psikologis pengemudi mengakibatkan kecelakaan
baik yang melibatkan pengemudi maupun penumpang. Perlu juga
digarisbawahi bahwa belakangan ini beban psikologis pada pengemudi telah
meningkat tajam akibat intensifikasi lalu lintas, masuknya informasi untuk
pengambilan keputusan, tanggung jawab atas jenis transportasi yang sesuai,
meningkatnya kompleksitas perjalanan, dan sebagainya. Dengan demikian,
penelitian yang bertujuan untuk perbaikan sistem perlindungan tenaga kerja
di perusahaan operasi mobil dalam mengurangi risiko penyakit akibat kerja
pada pengemudi bus sangat mendesak. Analisis berbagai publikasi ilmiah
yang berhubungan dengan penilaian risiko pekerjaan telah menunjukkan

4
angka yang cukup besar. Salah satu alasan minat yang begitu besar terhadap
masalah ini adalah kenyataan bahwa tidak ada pendekatan metodologis
terpadu yang diterapkan untuk menilai risiko pekerjaan. Dengan demikian,
setiap penulis mencoba untuk menjelaskan pandangannya masing-masing
sebagai solusi dari masalah yang sedang dibahas.
Namun demikian, sangatlah mungkin untuk ditentukan suatu cara
khusus yang dapat digunakan mengidentifikasi dalam melakukan analisis:
penulis menekankan perlunya pemahaman yang jelas tentang risiko
pekerjaan apa yang harus dinilai dan mengapa harus dinilai. Fokus dari Dua
masalah dasar tersebut adalah sebagai berikut:
- Evaluasi risiko penyakit akibat kerja pada para pekerja dengan
mempertimbangkan konsekuensi tingkat keparahan terhadap kesehatan
mereka [24]; dan
- Penilaian efisiensi ekonomis dari langkah-langkah pencegahan untuk
merangsang pengusaha melakukan investasi dalam perlindungan tenaga
kerja [25].
Mayoritas artikel ilmiah yang diterbitkan membahas solusi dari studi
masalah pertama yaitu tentang pengaruh suatu faktor berbahaya pada
manusia: perkembangan penyakit kardiovaskular, masalah sistem
muskuloskeletal, gangguan saraf. Hal itu dimungkinkan karena situasi stres
pengemudi saat menjalankan tugasnya, beban sehari-hari yang berlebihan
[26], kurangnya waktu untuk istirahat, kebutuhan tidur [27,28], dan kurang
gizi [29]. Banyak perhatian juga diberikan pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan pengurangan kelelahan yang menumpuk selama sehari
serta pengendaliannya. Masalah tersebut dapat diatasi baik dengan
perencanaan jam kerja maupun dengan menerapkan instrumen tertentu
untuk memantau kondisi fisik seorang pengemudi. Masalah ergonomis juga
dianggap cukup sering, karena pekerjaan pengemudi cenderung dilakukan
dengan postur kerja yang monoton dan seringnnya gerakan tangan yang
berulang [30,31].

5
Sementara memecahkan masalah yang kedua, perhatian yang besar
perlu diberikan terhadap solusi masalah sosial tertentu (penerapan standar
baru, pengembangan sarana kontrol / monitor perilaku dan kesehatan
pengemudi) yang ditujukan untuk perbaikan keselamatan lalu lintas
perbaikan [32-37].
Sayangnya, tidak banyak artikel yang didedikasikan untuk penilaian
yang kompleks tentang pengaruh faktor sanitasi dan higienis pada risiko
penyakit akibat kerja pengemudi. Oleh karena itu, muncul kebutuhan untuk
mempertimbangkan masalah ini secara lebih menyeluruh. Topik tentang
masalah itu dikuatkan dengan adanya fakta bahwa lebih banyak orang di
seluruh dunia yang meninggal karena penyakit akibat kerja yang berbeda
daripada karena cedera [38].

V Golinko et Al/Penilaian terhadap Resiko Penyakit Akibat Kerja

Gambar. 2. Tabel untuk menilai risiko penyakit akibat kerja


sesuai dengan metode Standar BS8800, Risk score.

6
Selain itu, sesuai dengan Standar ISO 31010 untuk analisis risiko,
sistem perlindungan tenaga kerja menggunakan dua jenis penilaian faktor
risiko yaitu: kuantitatif atau kualitatif (misalnya, risiko kecil, dapat
ditoleransi, kritis, bencana atau penilaian lain seperti itu).
Permasalahan penentuan kejadian resiko pengemudi bus yang terkait
dengan fakta ,paling banyak direkomendasikan berdasarkan metode
kualitatif. Metode tersebut berarti bahwa saat menentukan risiko higienis
yang berbahaya, beberapa ahli menghubungkan poin yang sesuai dengan
risiko tersebut; atribusi tersebut didasarkan pada pemahaman para ahli
perihal pertimbangan dalam penentuan masalah tersebut. Poin-poin yang
mencirikan efek risiko pada kesehatan manusia. Namun, pendekatan seperti
itu tidak memungkinkan adanya perbandingan nilai risiko terhadap
perusahaan yang berbeda. Selain itu, hal tersebut akan mempengaruhi
keputusan manajerial terhadap kondisi yang sama yang mungkin/ akan
dievaluasi secara berbeda, berdasarkan pengalaman para ahli. Metode
Penilaian yang ditentukan terlalu rumit; mereka membutuhkan pelatihan
berbasis pengetahuan khusus dan akumulasi data yang sesuai dengan
statistik.
Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk memaparkan risiko kesehatan
kerja pada pengemudi bus penumpang yang menyebabkan kesehatan yang
memburuk.

2. Bahan-Bahan dan Metode-Metode


Untuk menilai pengaruh kemungkinan risiko pekerjaan pada kesehatan
pengemudi, kami menggunakan data berdasarkan studi dari tiga jenis bus
penumpang (Lampiran A). Penelitian ini menerapkan metode standar untuk
mempelajari parameter higienis berikut: kebisingan, getaran, gas berbahaya
di kabin pengemudi, dan ketegangan saraf pengemudi (Lampiran B).
Lampiran C merepresentasikan hasil penelitian yang dulu menilai risiko

7
pekerjaan; hasil tersebut sebelumnya diterbitkan dalam beberapa publikasi
[39,40]. Pengukuran Hasil diolah dengan menggunakan paket perangkat
lunak standar Microsoft Office Excel 2010. Data yang diperoleh
dikarakterisasi dengan hukum probabilitas normal (Normalitas); untuk
menganalisis data digunakan kriteria parametrik Student dan Fisher. Jumlah
observasi dalam hal satu parameter adalah dari 15 hingga 20 nilai. Uji t
Student digunakan untuk membandingkan nilai rata-rata indeks kuantitatif
dalam hal distribusi normal suatu karakteristik. Poin signifikansi p <0,05
dengan reliabilitas 95% dianggap benar.
Untuk menilai risiko penyakit akibat kerja bagi pengemudi, kami
menggunakan metode yang dikembangkan sesuai dengan BS8800, Risk score
[21-23,41], disetujui dengan baik dan diadopsi di negara UE (Uni Eropa). Inti
dari metode ini adalah dalam penentuan keparahan akibat pengaruh faktor
berbahaya pada manusia yang disebabkan karena situasi berbahaya dan
mengidentifikasi kemungkinan bahaya kesehatan yang terjadi. Dengan
demikian, nilai risikonya adalah:

R=SXP

Dimana R adalah Resiko; S adalah tingkat keparahan; P adalah Potensi


bahaya.
Gambar. 2 merupakan tabel untuk menilai risiko penyakit akibat kerja
berdasarkan metode BS8800, Skor risiko. Faktor terkait pekerjaan berbahaya
yang tidak menguntungkan yang memengaruhi kesehatan pengemudi di
kabin bus penumpang saat mengangkut penumpang meliputi: kebisingan,
getaran, peningkatan suhu udara, debu, dan gas di tempat kerja. Kami
menentukan tingkat keparahan efek pada tubuh manusia dari efek bahaya
higienis, berdasarkan manifestasi penyakit akibat kerja dan sesuai dengan
lassifikasi higienis tenaga kerja [42]. Dengan demikian, kondisi kerja yang
dapat diterima tanpa konsekuensi kesehatan pengemudi yang serius

8
memiliki dua poin; kondisi kerja berbahaya yang termasuk dalam kelas
tertentu (menurut [43]) akan dievaluasi sebagai berikut: poin 3.1e3; 3,2e4
poin; 3,3e5 poin; 3.4e6 poin (Tabel 1).
Tahap selanjutnya melibatkan perhitungan probabilitas penyakit akibat
kerja. Untuk menghitung probabilitas itu, kami menggunakan pendekatan
terkenal yang diusulkan oleh V.M. Min'ko, dengan asumsi bahwa efek agen
iritan pada organisme manusia dapat dinilai menurut fungsi/Rumus
Stevenson:

x ¼ K, Sn; (2)

Dimana x adalah penilaian risiko, K adalah konstanta tergantung pada


unit pengukuran, S adalah nilai stimulus (atau iritasi), n adalah faktor tingkat
psikofisik dihitung dari 0,2 hingga 3,5 untuk agen iritan yang berbeda.

Tabel 2 menunjukkan rumus yang digunakan untuk menentukan skor,


berdasarkan tingkat ketergantungan dampak bahaya pada tubuh manusia
pada intensitasnya, yang diusulkan oleh Profesor Minko V.M dengan
mempertimbangkan hukum Stevenson, yang dapat digunakan untuk menilai
probabilitas penyakit.

3. Hasil
Tabel 3 merepresentasikan hasil kalkulasi tingkat keparahan yang
terjadi dari berbagai faktor berbahaya yang mempengaruhi kesehatan
pengemudi. Data tersebut menghitung kemungkinan penyakit akibat kerja
dari pengemudi bus penumpang diambil dari [40]. Hasil yang diperoleh
dibulatkan ke bilangan bulat.
Tabel 4 menunjukkan hasil perhitungan nilai probabilitas risiko
penyakit akibat kerja pada pengemudi bus penumpang yang disebabkan oleh
pengaruh berbagai zat berbahaya terkait pekerjaan berdasarkan rumus (1)

9
dan berdasarkan analisis pada Gambar 2. Sehubungan dengan hasil yang
diperoleh, juga untuk menghitung tingkat risiko umum tempat kerja
pengemudi bus penumpang menggunakan rumus berikut:

Tabel 1. Pengaruh faktor-faktor berbahaya yang berhubungan dengan


pekerjaan dan penentuan poin-poin yang berhubungan dengan tingkat
keparahan.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Pengaruh Faktor-Faktor berbahaya di


dalam Pekerjaan

10
Data di [42-45], banyak penyakit pernapasan obstruktif kronik,
masalah kardiovaskular, gangguan sistem muskuloskeletal, dan diabetes
adalah penyakit yang paling luas (Gbr. 1). Ada korelasi tertentu antara faktor
berbahaya di tempat kerja pengemudi dan manifestasinya. Hal ini diperparah
dengan efek jangka panjang dari penyakit tersebut, serta kebutuhan akan
biaya finansial yang signifikan [46-48].
Hasil yang diperoleh sesuai dengan kesimpulan ilmuwan lain. Studi
[48,49] menginformasikan bahwa dalam hal getaran, pengemudi mulai
mengalami ketidaknyamanan fisik tertentu, yang sebagian besar merupakan
manifestasi dari penyakit sistem muskuloskeletal. Kesimpulan serupa
diperoleh dalam artikel [50,51], di mana penulis mendefinisikan keterkaitan
antara penyakit sistem muskuloskeletal dan efek getaran yang ditandai
dengan sakit punggung. Penelitian lain membahas penurunan penglihatan
yang disebabkan oleh bahaya higienis, yang dapat mengakibatkan kecelakaan
di jalan raya.
Perubahan Suhu udara di dalam bus dapat mengakibatkan masalah
kesehatan yang serius. Secara khusus, gagal jantung, hipoksia, dan reaksi
fisiologis lainnya [52], yang disebabkan oleh perluasan pembuluh darah dan
peningkatan beban pada otot jantung, adalah masalah yang paling luas [53].
Bahkan ada kasus kematian pengemudi saat mengemudikan bus karena
serangan jantung mendadak; hal itu sudah menjadi bahaya serius tidak

11
hanya bagi pengemudi tetapi juga bagi keselamatan jalan raya dan nyawa
penumpang [54,55]. Selain itu, udara pengap di dalam bus dapat
menyebabkan sengatan panas (Heat Stroke).
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, ketegangan saraf (stres),
adalah salah satu efek utama pada kesehatan dan keselamatan jalan
pengemudi. Saat mempelajari interaksi antara stres dan kecelakaan,
Hal tersebut merupakan bagian dari sistem dinamis, yang mungkin
memiliki efek negatif pada perilaku pengemudi, perasaan sakitnya, dan
perkembangan penyakit kardiovaskular [7,56-58]. Stres adalah faktor utama
yang memperberat penyakit hipertonik, disfungsi aksis hipofisial
hipotalamus paranefros [59] dan sistem saraf simpatis [60].
Diketahui bahwa stres psikologis terjadi ketika orang merasa bahwa
keinginannya lebih tinggi daripada kemampuannya beradaptasi mereka [61].
Survei metaanalitik telah menunjukkan bahwa, baik secara Bersama sama
maupun secara terpisah, persyaratan yang berat dan rentang pengambilan
keputusan yang terbatas (kemampuan untuk menentukan keterampilan yang
dikombinasikan dengan kekuatan pengambilan keputusan) merupakan
faktor risiko penting, yang dapat mendatangkan hasil negatif di segi
kesehatan fisik dan psikis [62].

Tabel 4. Hasil perhitungan risiko penyakit akibat kerja pada pengemudi


yang disebabkan oleh paparan zat berbahaya yang berbeda

12
Tabel 5. Hasil perhitungan tingkat keselamatan di lingkungan kerja
pengemudi

Selain itu, risiko tertinggi terjadinya penyakit yang berhubungan


dengan stres [63] berhubungan dengan tingkat ketegangan saraf yang tinggi
(yaitu, dengan persyaratan yang berat untuk pekerjaan dan kekuatan
pengambilan keputusan yang terbatas), yang memiliki tingkat dukungan
sosial yang rendah (dari rekan kerja dan manajer administrasi). Itulah
karakteristik pekerjaan pengemudi.
Tingkat kebisingan yang berubah ubah menghasilkan beban stres yang
semakin meningkat [64]. Sebuah studi yang dilakukan pada lebih dari 200
pengemudi angkutan penumpang umum menganalisis pengaruh kebisingan
pada pengemudi. Studi tersebut menunjukkan bahwa peningkatan tingkat
kebisingan merupakan faktor ergonomis yang tidaknyaman yang
memperparah tinnitus (Tinnitus adalah gangguan pendengaran yang
disebabkan oleh masalah pada koklea di area telinga dalam.), sakit kepala,
dan peningkatan iritasi [65].
Penilaian yang dilakukan memungkinkan tindakan pengendalian risiko
kerja dengan menerapkan langkah-langkah terkait yang ditujukan untuk
peningkatan kondisi kerja dan pemeliharaan kesehatan pengemudi bus
penumpang. Langkah-langkah berikut dapat menjadi perhatian:
- mengangkut penumpang dengan kendaraanyang memenuhi persyaratan
keamanan, ergonomis, dan kenyamanan;

13
- untuk mengangkut penumpang dengan bantuan kendaraan yang
dilengkapi dengan sistem asisten pengemudi yang canggih. Mungkin ada
sistem seperti: sistem untuk membantu saat mengemudi stasioner, sistem
cruise control yang disesuaikan, sistem bantuan parkir, sistem informasi
rambu jalan, sistem pelacakan jalur lalu lintas, sistem kontrol berkas
lampu depan, a sistem pendeteksi kantuk pengemudi, sistem bantuan rem,
dan lain-lain;
- untuk meningkatkan sistem organisasi yang tepat dari pemeliharaan dan
perbaikan kendaraan yang tersedia dengan mempertimbangkan
perawatan perawatan wajib dan perbaikan sistem suspensi, sistem
ventilasi, sistem kontrol iklim, dan sistem pengkondisian udara beserta
perawatannya dengan baik;
- menerapkan sistem yang mutakhir dan berkala yang efisien dalam
pemeriksaan kesehatan untuk pengemudi, pemeriksaan kesehatan,
pengenalan langkah-langkah untuk mengurangi risiko pekerjaan
terjadinya penyakit (DISC [Dominance-Influence- Steadiness-
Conscientiousness] penilaian perilaku dari keadaan emosional pengemudi,
tes tipe kepribadian MBTI, dan seterusnya);
- untuk mengintensifkan kontrol pengemudi selama transit, misalnya,
kontrol gerakan mata dan perbandingannya dengan fisiologis perubahan
yang melibatkan sistem PERCLOS atau EyeQ;
- untuk mengontrol jadwal transportasi dan istirahat wajib waktu, misalnya,
dengan mengontrol kinerja pengemudi atas dasar dari siklus jantung
pengemudi atau pergerakan kendaraan.

14
Hasil penelitian yang diperoleh tidak hanya membantu dalam menilai
pengaruh faktor berbahaya pada kesehatan pengemudi (faktor yang timbul
selama operasi transportasi penumpang) tetapi juga memungkinkan untuk
mengevaluasi pengaruhnya terhadap kinerja pengemudi, keadaan
kelelahannya, dan usia biologis. Kami pertimbangkan bahwa yang paling
penting adalah efek yang ditunjukkan hasil faktor berbahaya dalam
keadaan dipercepat kelelahan menjadi faktor penting terjadinya risiko
kecelakaan jalan raya.

5. Kesimpulan
Berdasarkan modifikasi metode Skor Risiko, memungkinkan
dilakukan metode penilaian oleh para ahli berdasarkan tingkat risiko dan
menghitung indikator umum berdasarkan tingkat ketergantungan dampak
pada tubuh manusia, yang diusulkan oleh profesor Minko VM Ini
memungkinkan untuk secara obyektif menentukan dampak bahaya
kebersihan pada kesehatan pengemudi dan untuk memprediksi terjadinya
penyakit akibat kerja yang terkait dengan sistem kardiovaskular, sistem
muskuloskeletal, dan kecacatan sebagian atau seluruhnya karena akumulasi
kelelahan emosional.

15
Penilaian bahaya dilakukan pada tiga merek bus penumpang umum di
Ukraina, di mana pengemudi terpapar bahaya demam, getaran, kebisingan,
kotoran berbahaya di kabin bus, dan beban emosional. Pengurangan risiko
dilakukan melalui penguatan kontrol medis atas kesehatan pengemudi,
pemeriksaan rutin selama pelaksanaan kegiatan profesional pada indikator
kontrol: tekanan darah, denyut nadi, ketegangan saraf, dan pemantauan
jadwal lalu lintas dan istirahat wajib.
Kesehatan pengemudi di kabin bus penumpang paling dipengaruhi
oleh bahaya kebersihan: demam, getaran, dan tekanan emosional. Tingkat
risiko umum dihitung dengan metode Risk Score yang dimodifikasi di
dapatkan masing-masing 0,83; _0,99, _0,92,.

Konflik kepentingan
Semua penulis tidak memiliki konflik kepentingan.

Lampiran A. Data tambahan


Data tambahan untuk artikel ini dapat ditemukan secara online di
https://doi.org/10.1016/j.shaw.2020.07.005.

16
Daftar Pustaka
[1] Cunningham ML, Regan M. The impact of emotion, life stress and mental health issues on
driving performance and safety. Road Transp Res 2016;25(3): 40e50.2019..
https://www.atu.org/media/news/driving-a-bus-is-harzardo us-to-your-health. [Accessed
25 December 2019].
[3] Czerwi_nska M, Hołowko J, Stachowska E. Analysis of risk factors associated with
professional drivers’ work. Pomeranian J Life Sci 2016;62(3):49e52 [In Poland].
[4] Poó F, Ledesma RD, López S. The taxi industry: working conditions and health of drivers, a
literature review. Transp Rev 2018;38:394e411.
https://doi.org/10.1080/01441647.2017.1370035.
[5] Damijan Z, Uhry_nski A. The influence of driver’s working environment on thermical changes
of their organism. Acta Phys Pol Ser A. Acoust Biomed Eng 2010;118(1):35e40.
https://doi.org/10.12693/APhysPolA.118.35.
[6] Frank LD, Giles-Corti B, Ewing R. The influence of the built environment on transport and
health. J Transp Health 2016;3(4):423e5.
https://doi.org/10.1016/j.jth.2016.11.004.
[7] Rowden P, Matthews G, Watson B, Biggs H. The relative impact of workrelated stress, life
stress and driving environment stress on driving outcomes.Accid Anal Prev
2011;43(4):1332e40.
https://doi.org/10.1016/j.aap.2011.02.004.
[8] Netterstrøm B, Juel K. Impact of psychosocial and work-related factors on development of
ischaemic heart disease among urban bus drivers in Denmark. Scand J Work Environ
Health 1988;14(4):231e8.
https://doi.org/10.5271/sjweh.1927.
[9] Price AE. Heart disease and work. Heart 2004;90:1077e84.
https://doi.org/10.1136/hrt.2003.029298.
[10] Zannin PHT. Occupational noise in urban buses. Int J Ind Ergonom 2008;38(2):232e7.
https://doi.org/10.1016/j.ergon.2006.06.014.
[11] Bhupen G, Gandhe MB, Sahu B, Gosewade N, Saraf CA, Singh R. Effect of noise pollution
on hearing in auto-rickshaw drivers: a brainstem auditory-evoked potentials study. Ind J
Otol 2016;22(4):275.
https://doi.org/10.4103/0971-7749.192179.
[12] Lee GW, Bae MJ, Yang JY, Son JW, Cho JL, Lee SG, Jang BM, Lee HW, Lim JS, Shin DC,
Lim YW, Shin DC, Lim YW. Decreased blood pressure associated with in-vehicle
exposure to carbon monoxide in Korean volunteers. Environ Health Prev Med 2017;22.
https://doi.org/10.1186/s12199-017-0622-y article number 34.
[13] Directive 1989/391/EEC - OSH “Framework Directive”. On the introduction of measures to
encourage improvements in the safety and health of workers at work - “Framework
Directive”.
[14] Regulation (EC) No 561/2006 of the European parliament and of the council of 15 March
2006 on the harmonisation of certain social legislation relating to road transport.
[15] Copsey S, Rommel A, Cleal Y, Kärmeniemi P, Stengård JH, Blobner K, Schmitz-Felten E,
Koukoulaki T, Liddle M, Kouvonen A, Wong V, Felten C, Kudasz F, Budavölgyi A,
Papale A, van der Beek D, Sye T, Starren A, Drupsteen L, Nunes IL, Cabeças JMM,
Łuczak A, Platon SN, Cox T, Hassard J. Managing risks to drivers in road transport. EU-
OSHA e European Agency for Safety and Health at Work. 2011. 214 p,
https://eprints.bbk.ac.uk/14086/1/managingrisks-drivers.pdf.
[16] 2007. OHSAS 18001: occupational health and safety management systems e Requirements.
[17] Directive 92/58/EEC - safety and/or health signs.

17
[18] Milosevic A, Nedeljkovic S. Act on risk assessment for the bus driver workplace with
measures of health and safety at work. In: I International Scientific Conference. Bitolj,
North Macedonia: Transport for Today’s Society; 2016. p. 409e22.
https://doi.org/10.20544/HORIZONS.B.03.1.16.P41.
[19] Directive 2003/59/EEC of the European Parliament and of the Council of 15 July 2003 on the
initial qualification and periodic training of drivers of certain road vehicles for the
carriage of goods or passengers.
[20] Directive 2006/126/EEC of the European parliament and of the council of 20December 2006
on driving licenses.
[21] ISO/IEC 31010:2009: risk management - risk assessment techniques, International
Organization for Standardization.
[22] ISO/IEC 73:2009: risk management - vocabulary, International Organization for
Standardization.
[23] ISO 31000:2009: risk management - principles and guidelines, International Organization for
Standardization.
[24] Priority safety and health issues in the road transport sector: report for discussion at the
tripartite sectoral meeting on safety and health in the road transport sector (Geneva, 12-16
October 2015). Geneva, ILO: International Labour Office, Sectoral Policies Department;
2015.
[25] Ecola L, Batorsky BS, Ringel J, Zmud J, Connor K, Powell D, Chow BG, Panis C, Jones GS.
Which behavioral interventions are most cost-effective in reducing drunk driving?. Santa
Monica, Calif: RAND Corporation. 2015a. RB-9826,
https://www.rand.org/pubs/research_briefs/RB9826.html. [Accessed 25 December 2019].
[26] Alquimim AF, Barralna ABCR, Gomes KC, De Rezende MC. Avaliação dos fatores de risco
laborais e físicos para doenças cardiovasculares em motoristas de transporte urbano de
ônibus em Montes Claros (MG). [Evaluation of labor-related and physical risk factors for
cardiovascular disease in drivers of urban transport buses in Montes Claros in the state of
Minas Gerais]. Ciência & Saúde Coletiva 2012;17(8):2151e8 [In Brazil].
[27] Akerstedt T, Knutsson A, Westerholm P, Theorell T, Alfredsson L, Kecklund G.Sleep
disturbances, work stress and work hours: a cross-sectional study. Anal Prev
2011;43:533e48.
https://doi.org/10.4236/jtts.2015.54021.4.162.
[29] Centers for Disease Control and Prevention. Road to health activities Guide.Atlanta: U.S.
Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention.
2008..
https://www.cdc.gov/diabetes/ndep/pdfs/5-road-to-health-toolkit-activities-guide-508.pdf.
[30] Guterres A, Duarte D, Siqueira FV, da Silva MC. Prevalência e fatores associados a dor nas
costas dos motoristas e cobradores do transporte coletivo da cidade de Pelotas-RS. [Back
pain prevalence and risk factors in drivers and collector of collective transport of the city
of Pelotas-RS]. Revista Brasileira de Atividade Física & Saúde. 2011;16(3):240e5 [In
Brazil].
[31] Sekuli D, Dedovi_c V, Rusov S, _Salinic S, Obradovi A. Analysis of vibration effects on the
comfort of intercity bus users by oscillatory model with ten degrees of freedom. Appl
Math Model 2013;37(18):8629e44. https://doi.org/10.1016/j.apm.2013.03.060.
[32] Elder RW, Shults RA, Sleet DA, Nichols JL, Thompson RS, Rajab W. Effectiveness of mass
media campaigns for reducing drinking and driving and alcoholinvolved crashes: a
systematic review. Am J Preven Med 2004;27(1):57e65.
https://doi.org/10.1016/j.amepre.2004.03.002.
[33] Peek-Asa C. The effect of random alcohol screening in reducing motor vehicle crash injuries.
Am J Prev Med 1999;16:57e67. https://doi.org/10.1016/s0749-3797(98)00116-0.
[34] Chisholm D, Rehm J, Van Ommeren M, Monteiro M. Reducing the global burden of
hazardous alcohol use: a comparative cost-effectiveness analysis. J Stud Alcohol
2004;65(6):782e93.
https://doi.org/10.15288/jsa.2004.65.782.

18
[35] Chisholm D, Naci H, Hyder AA, Tran NT, Peden M. Cost effectiveness of strategies to
combat road traffic injuries in sub-Saharan Africa and South East Asia: mathematical
modelling study. Br Med J 2012;344:e612. https://doi.org/10.1136/bmj.e612.
[36] Carsten O, Tate F. Intelligent speed adaptation: accident savings and costbenefit analysis.
Accid Anal Prev 2005;37:407e16. https://doi.org/10.1016/j.aap.2004.02.007.
[37] Responsible Driver Program. Road safety British columbia; 2020. Retrieved from,
https://www2.gov.bc.ca/gov/content/transportation/driving-and-cycling/driver-
medical/improvement-programs-for-high-risk-drivers/administration-of-the-remedial-
programs/responsible-driver-program.
[38] World day for safety and health at workGlobal trends on occupational accidents and diseases;
2015. Retrieved from,
https://www.ilo.org/legacy/english/osh/en/story_content/external_files/fs_st_1-
ILO_5_en.pdf.
[39] Deryugin O, Novikova P, Cheberyachko S. Analysis of sanitary and hygienic labour
conditions of drivers of public transport buses. Mech Mater Sci Eng J 2017;13:130e8.
https://doi.org/10.2412/mmse.45.99.15.
[40] Deryugin OV, Cheberyachko SI, Tretyak OO, Cheberyachko IM. Determination of bus
drivers’ biological age. Pedagog Psychol Med-Biol Probl Phys Train Sports
2018;22(2):77e85.
https://doi.org/10.15561/18189172.2018.0203.
[41] Reid GB, Nygren TE. The subjective workload assessment technique: a scaling procedure for
measuring mental workload. Adv Psychol 1988;52:185e218.
https://doi.org/10.1016/S0166-4115(08)62387-0.
[42] Useche SA, Cendales B, Montoro L, Esteban C. Work stress and health problems of
professional drivers: a hazardous formula for their safety outcomes. J Life Environ Sci
2018;6:e6249. https://doi.org/10.7717/peerj.6249.
[43] Mato VV, Yates T, Stensel DJ, Biddle SJH, Clemes S. Time spent sitting during and outside
working hours in bus drivers: a pilot study. Prev Med Rep 2016;3: 36e9.
https://doi.org/10.1016/j.pmedr.2015.11.011.
[44] Ihlström J, Kecklund G, Anund A. Split-shift work in relation to stress, health and
psychosocial work factors among bus drivers. Work 2017;56(4):531e8.
https://doi.org/10.3233/WOR-172520.
[45] Tamers SL, Goetzel R, Kelly KM, Luckhaupt S, Nigam J, Pronk NP, Rohlman DS, Baron S,
Brosseau LM, Bushnell T, Campo S, Chang CC, Childress A, Chosewood LC,
Cunningham T, Goldenhar LM, Huang TT, Hudson H, Linnan L, Newman LS, Olson R,
Ozminkowski RJ, Punnett L, Schill A, Scholl J, Sorensen G. Research methodologies for
total worker health: proceedings from a workshop. J Occup Environ Med
2018;60(11):968e78. https://doi.org/10.1097/JOM.0000000000001404.
[46] Schjøtt J. Working environment and job adjustment among bus drivers. Tidsskr Nor
Laegeforen 2002;122(8):797e800 [In Norwegian]. PMID: 12092072.
[47] Querido A, Nogueira T, Gama R, Orlando J. Ergonomic work analysis of urban bus drivers in
Rio de Janeiro city. Work 2012;41(1):5956e8. https://doi.org/10.3233/WOR-2012-0993-
5956.
[48] Kharat RM. Effect of vibration on the health of driver of three wheeler using ISO 2631.
(2016). Int J Innov Res Sci Eng Technol 2016;5(4):5568e73.
https://doi.org/10.15680/IJIRSET.2016.0504192/.
[49] Park M-S, Fukuda T, Kim T-G, Maeda S. Health risk evaluation of whole-body vibration by
ISO 2631-5 and ISO 2631-1 for operators of agricultural tractors and recreational
vehicles. Ind Health 2013;51(3). https://doi.org/10.2486/indhealth.2012-0045.
[50] Moraes GFS, Sampaio RF, Silva LF, Souza MAP. Whole-body vibration and musculoskeletal
diseases in professional truck drivers. Phys Ther Move 2016;29(1):159e72.
https://doi.org/10.1590/0103-5150.029.001.AR01.
[51] Mły_nczak J, Celi_nski I, Burdzik R. Effect of vibrations on the behaviour of a vehicle driver.
Vibroeng Proced 2015;6:243e7.

19
[52] Xu Q, Ju Y, Ge H. Study on assessment of high temperature and humidity in working
environment on human health. Adv Mater Res 2012;610e613:739e42.
https://doi.org/10.4028/www.scientific.net/AMR.610-613.739.
[53] Giang PN, Dung do V, Bao Giang K, Vinhc HV, Rocklöv J. The effect of temperature on
cardiovascular disease hospital admissions among elderly people in Thai Nguyen
Province. Vietnam: Glob Health Action; 2014.
https://doi.org/10.3402/gha.v7.23649 [Published online].
[54] A driver of the fixed-route taxi bus died at the wheel. Correspondent.net. 2017. Retrieved
from,
https://korrespondent.net/city/dnepr/3812460-vdnepre-vodytel-marshrutky-umer-za-rulem
[In Ukrainian].
[55] A bus driver transporting children died at the wheel. Correspondent.net..2020. Retrieved
from, https://korrespondent.net/city/dnepr/4189592-v-dnepropetrovskoi-oblasty-vodytel-
avtobusa-s-detmy-umer-za-rulem [In Ukrainian].
[56] Chan M, Singhal A. The emotional side of cognitive distraction: implications for road safety.
Accid Anal Prev 2013;50:147e54. https://doi.org/10.1016/j.aap.2012.04.004.
[57] Chan M, Singhal A. Emotion matters: implications for distracted driving. Saf Sci
2015;72:302e9. https://doi.org/10.1016/j.ssci.2014.10.002.
[58] Habibi E, Poorabdian S, Shakerian M. Job strain (demands and control model)as a predictor
of cardiovascular risk factors among petrochemical personnel. J Health Edu Health
Promot 2015;4(1):16. https://doi.org/10.4103/2277-9531.154034.
[59] Brosschot JF, Pieper S, Thayer JF. Expanding stress theory: prolonged activation and
perseverative cognition. Psychoneuroendocrinology 2005;30(10): 1043e9.
https://doi.org/10.1016/j.psyneuen.2005.04.008.
[60] Collet C, Vernet-Maury E, Delhomme G, Dittmar A. Autonomic nervous system response
patterns specificity to basic emotions. J Auton Nerv Syst 1997;62(1e2):45e57.
https://doi.org/10.1016/S0165-1838(96)00108-7.
[61] Cohen S, Janicki-Deverts D, Miller GE. Psychological stress and disease. J Am Med Assoc
2007;298(14):1685e7. https://doi.org/10.1001/jama.298.14.1685.
[62] Clapp JD, Olsen SA, Danoff-Burg S, Hagewood JH, Hickling EJ, Hwang VS,Beck JG.
Factors contributing to anxious driving behavior: the role of stresshistory and accident
severity. J Anxi Dis 2011;25(4):592e8. https://doi.org/10.1016/j.janxdis.2011.01.008.
[63] Johnson JV, Hall EM. Job strain, work place social support, and cardiovascular disease: a
cross-sectional study of a random sample of the Swedish working population. Am J Publ
Heals 1998;78(10):1336e42. https://doi.org/10.2105/ajph.78.10.1336.
[64] Anund A, Lahti E, Fors C, Genell A. The effect of low-frequency road noise on driver
sleepiness and performance. Plos one 2015;10(4):e0123835.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.012383.
[65] Portela BS, Zannin PH. Analysis of factors that influence noise levels inside urban buses. J
Sci Ind Res 2010;69(9):684e7.

20

Anda mungkin juga menyukai