Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

UPAYA PELESTRIAN AIR MELALUI KEARIFAN LOKAL


RUWAT PETIRTAAN JOLUTUNDO

Oleh:

1. Rahma Dina Lailatus Fauziah (18040274007)

2. Fahmiyah Wirayanti (18040274020)

3. Rizki Anifah (18040274033)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM

S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
2019

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa Seloliman Kec. Trawas Kab. Mojokerto merupakan daerah yang terkenal
dengan situs candi jolotundo, yaitu peninggalan bersejarah sekaligus sebagai kawasan
cagar budaya yang ada di sekitar kaki Gunung Penanggungan. Secara geografis candi
Jolotundo ini terletak pada 7˚ 46ʹ 39ʺ Lintang Selatan dan 112˚ 40ʹ 57ʺ Bujur Timur.
Tepat di lereng Barat gunung Penanggungan dengan ketinggian ±525 Mdpl.

Petirtaan Jolotundo merupakan sebuah petirtaan yang dibuat oleh raja Udayana
sebagai bentuk cinta kasih untuk menyambut kelahiran anaknya yang bernama prabu
Airlangga. Posisi dari patirtaan Jolotundo ini nempel di tebing bukit.38Patirtaan
Jolotundo ini terdiri dari beberapa tingkat. Bangunan utamanya berbentuk kolam yang
dibuat dari batu andesit yang terbentuk kolam, dengan ukuran 16x13 m. Di bagian
tengahnya terdapat sebuah teras, dengan relief yang menceritakan kisah Mahabharata.

Sumber mata air Jolotundo ini juga mendapatkan predikat sebagai air suci (amartha),
banyu panguripan, air kehidupan, tirta kahuripan dan banyu lanang. Kesucian dari air
tersebut bisa diperkuat dengan adanya bukti-bukti yang ada, yang dimunculkan oleh air
tersebut, yang mana airnya bisa dimanfaatkan untuk obat. Mata air Jolotundo tersebut
berasal dari belakang atas dinding candi Jolotundo yang ada pada bagian timur. Yang
mana, kemudian air tersebut dialirkan ke bilik kolam dan teras, lalu dialirkan ke kolam-
kolam induk melalui pancuran-pancuran kecil. Pancuran tersebut sesuai dengan bentuk
gunung Penanggungan.

Mata air jolotundo dikenal di penjuru dunia. Dengan airnya yang suci yang sampai
sekarang masih dilestarikan oleh warga masyarakat, dengan alasan karena candi
Jolotundo ini merupakan situs peninggalan sejarah yang suci dan disakralkan yang harus
dilestarikan. Terutama bagi warga Seloliman sendiri, mata air tersebut merupakan
sumber kehidupan warga Seloliman ketika musim kemarau, penamaan itu didasari oleh
airnya yang tidak pernah bisa habis.
Masyarakat di Desa Seloliman sangat bergantung pada sumber mata air yang
mengaliri pusat petirtaan. Kondisi morfologi di daerah pegunungan membuat
masyarakat sekitar memiliki hubungan erat dengan alam yang cukup mempengaruhi
kehidupan sehari-hari terkait dengan sumber daya alam terutama air, maupun terhadap
mata pencaharian. Terdapat 52 titik sumber mata air yang berada di aliran petirtaaan
yang bisa digunakan oleh masyarakat sebagai pemenuh kebutuhan sehari-hari seperti
pengambilan secara langsung air dari sumber mata air untuk kebutuhan primer dan
sekunder rumah tangga dengan tetap memperhatikan kebersihan daerah sekitar serta
sumber mata air itu sendiri agar tetap terjaga kualitasnya.

Air merupakan sumber utama yang dibutuhkan oleh setiap mahluk hidup, oleh
karena itu penting untuk menjaga kelestarian air supaya tidak tercemar. Memanfaatkan
air dengan maksimal sesuai dengan penggunaannya serta melakukan upaya konservasi
supaya air tetap lestari dan tidak habis. Ruwat pertirtaan jolotundo dapat digunakan
sebagai alternatif untuk melestraikan sumber air yang memiliki manfaat untuk
kelestarian air berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah

A. Bagaimana sejarah pertirtaan jolotundo?

B. Bagimana cara Pelestarian Air Menggunakan Kearifan Lokal Ruwat Petirtaan


Jolotundo?

C. Dampak ruwat petirtaan jolotundo terhadap kelestarian sumber air?

1.3 Tujuan

A. Untuk mengetahui sejarah pertirtaan jolotundo

B. Untuk mengetahui cara pelestarian air menggunakan kearifan lokal ruwat


petirtaan jolutundo

C. Untuk mengetahui dampak ruwat petirtaan jolotundo terhadap kelestarian sumber


air
BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kearifan Lokal

A. Pengertian kearifan lokal

Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang
menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal
dari luar/bangsa lai menjadi watak dan kemampuan sendiri (wibowo : 2015)

Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan sertaberbagai strategi
kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab
berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga
dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat local wisdom atau pengetahuan setempat “local
knowledge” atau kecerdasan setempat local genious (Fajirani: 2014).

Kearifan lokal diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta sebagai
strategi kehidupan yang berwujud aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam
memenuhi kebutuhan mereka.

kearifan lokal merupakan adat dan kebiasan yang telah mentradisi dilakukan oleh
sekelompok masyarakat secara turun temurun yang hingga saat ini masih dipertahankan
keberadaannya oleh masyarakat hukum adat tertentu di daerah tertentu. Berdasarkan
pengertian di atas dapat diartikan bahwa local wisdom (kearifan lokal) dapat dipahami
sebagai gagasan-gagasan setempat local yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai
baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

Jadi, kearifan lokal merupakan gagasan yang timbul dan berkembang secara terus-
menerus di dalam sebuah masyarakat berupa adat istiadat, tata aturan/norma, budaya, bahasa,
kepercayaan, dan kebiasaan seharihari.
2.2 Pengertian Air

A. Pengertian Air

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidupmanusia,


tanpa air tidak akan ada kehidupan di bumi. Sedangkan yang dimaksudair bersih adalah air
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadiair minum setelah dimasak
terlebih dahulu. Sebagai batasannya air bersih adalahair yang memenuhi persyaratan bagi
sistem penyediaan air minum. Adapunpersyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari
segi kualitas air yang meliputikualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila
dikonsumsi tidakmenimbulkan efek samping (Permenkes RI No.416/Menkes/PER/IX/1990
dalamModul Gambaran Umum Penyediaan dan Pengolahan Air Minum Edisi Maret2003 hal.
3 dari 41).

B. Sumber-Sumber Air

Dalam sistem penyediaan air bersih, sumber air merupakan satu komponenyang
mutlak harus ada, karena tanpa sumber air sistem penyedian air tidak akan berfungsi. Dengan
mengetahui karakteristik masing-masing sumber air serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya, diharapkan dapat membantu di dalam pemilihan air baku untuk suatu
sistem penyediaan air bersih, serta mempermudah tahapan selanjutnya di dalam pemilihan
tipe dari pengolahan untuk menghasilkan air yang memenuhi standar kualitas secara fisik,
kimiawi dan bakteriologis. Secara umum sumber air sebagai berikut :

1. Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang terdapat pada permukaan tanah. Pada perinsipnya air
permukaan terbagi menjadi 2 yaitu air sungai dan air danau :

a. Air sungai

Air sungai adalah air hujan yang jatuh kepermukaan bumi dan tidakmeresap kedalam
tanah akan mengalir secara grafitasi searah dengan kemiringan permukaan tanah dan
mengalir melewati aliran sungai.
b. Air Danau

Air danau adalah air permukaan ( berasal dari hujan atu air tanah yang keluar ke
permukaan tanah ), terkumpul pada suatu tempat yang relative rendah/cekung. Termasuk
kategori supaya adalah air rawa, air tendon, air waduk/dam.

2. Air Permukaan

Air Tanah (Ground Water) Air tanah banyak mengandung garam dan mineral yang
terlarut pada waktu air melalui lapisan tanah dan juga air yang berasal dari air hujan yang
jatuh di permukaan tanah/bumi dan meresap kedalam tanah dan mengisi rongga-ronggaatau
pori didalam tanah.

3. Air Laut

Air laut adalah salah satu sumber air walaupun tidak termasuk kategori yang biasa
dipilih sebagai sumber air baku untuk untuk air bersih atau air minum,karena memiliki
kandungan garam (NaCl) yang cukup besar.
BAB 111

PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Petirtaan Jolotundo

Petirtaan Jolotundo dibangun pada tahun 997 M, yang dibangun pada masa kerajaan
Udayana dan dibangun oleh raja sebagau perwujudan dari kecintaannya sang putri yaitu putri
Guna Priya Dharma dan menyambut kelahiran anaknya yakni Airlangga yang lahir pada
tahun 991 M.

Petirtaan Jolotundo ini merupakan tempat yang dulunya menjadi tempat pertapaan
Airlangga setelah memutuskan untuk mengundurkan diri dari singgasana Kahuripan. Pada
Petirtaan Jolotundo terdapat dua kolam, kolam yang pertama diperuntukkan kepada sang raja
dan kolam yang kedua diperuntukkan kepada sang ratu. Hal ini kemudian dilanjutkan hingga
sekarang sebagai pemisah kolam pada petirtaan Jolotundo berdasarkan jenis kelamin bagi
para pengunjung. Petirtaan Jolotundo telah mengalami 2 kali pemugaran yaitu pada tahun
1923 oleh pemerintahan Hindia Belanda dan pada tahun 1990 - 1994 oleh pemerintah
Indonesia.

Petirtaan Jolotundo memiliki ukuran panjang 16,85 meter; lebar 13,52 meter; dan tinggi
5,2 meter. Bangunan Petirtaan Jolotundo berbahan dasar batu andesit dengan pahatan yang
halus. Hal ini menandakan bahwa dahulu Petirtaan Jolotundo dibangun oleh tenaga terampil.
Pada Petirtaan Jolotundo terdapat 52 pancuran yang bersumber dari Gunung Penanggungan.
Sebanyak 52 pancuran tersebut memuntahkan air terus menerus meskipun pada musim
kemarau. Kondisi Petirtaan Jolotundo tidak mengalami perubahan dari bentuk aslinya.
Terdapat ratusan ikan dan tumbuhan liar di kolam bagian bawah. Meski begitu,
pengunjung tak satupun berani mengambil ikan dari kolam petirtaan ini. Disekitar Petirtaan
Jolotundo terdapat bongkahan batu candi yang merupakan bagian candi yang belum
terekonstruksi.

Berdasarkan tradisi dan kepercayaan masyarakat sekitar Jolotundo


Air di Petirtaan Jolotundo dianggap bisa menambah kecantikan dan awet muda, oleh karena
itu banyak diantaranya para pengunjung wanita melakukan ngalap berkah. Pada malam 1
Muharam atau 1 Suro dan bertepatan dengan bulan purnama, Jolotundo dipenuhi pengunjung
yang datang untuk ritual siraman di Petirtaan Jolotundo.
3.2 Cara Pelestarian Air Menggunakan Kearifan Lokal Ruwat Petirtaan Jolotundo

Menurut sejarah, Petirtaan Julotundo merupakan tempat bekas pemandian para raja
Majapahit yang dibangun oleh Raja Udhayana sebagai hadiah atas kelahiran putranya yang
bernama Airlangga. Sumber air di Petirtaan Jolotundo memiliki kandungan mineral yang
cukup tinggi dan membuat airnya memiliki kualitas yang bagus.

Pelestarian air dalam Petirtaan Jolotundo diwujudkan dengan adanya ritual petirtaan
yang dilakukan setiap tahun. Pusat petirtaan mendapatkan aliran air dari 52 sumber air yang
diyakini sebagai pembawa berkah oleh masyarakat. 52 sumber mata air tersebut dijaga
kelestarian oleh masyarakat karena sumber-sumber tersebut merupakan mata air yang dipakai
dalam kehidupan sehari-hari dan sangat dihargai keberadaannya sebagai salah satu sumber
daya primer. Kebersihan di dekat sumber mata air serta pusat petirtaan diperhatikan dengan
sangat baik, masyarakat di Desa Seloliman dengan rutin melakukan bersih desa yang
mencakup daerah sumber mata air. Kebersihan mata air akan berdampak baik bagi
masyarakat, serta flora dan fauna yang mempunyai ekosistem alami di daerah Gunung
Penanggungan. Keseimbangan antar ekosistem dan masyarakat akan menghasilkan
lingkungan yang dinamis dan seimbang.

Cara pelestarian air di Petirtaan Jolotundo juga dilakukan dengan pendirian Pusat
Lingkungan Hidup di dekat lokasi, di tempat tersebut para wisatawan maupunn warga sekitar
akan mendapatkan banyak informasi tentang Petirtaan Jolotundo serta kearifan
lingkungannya yang telah dijaga secara turun temurun. Hal ini menandakan bahwa
pelestarian tidak hanya dilakukan oleh masyarakat sekitar yang rutin melakukan
pembersihan, melainkan juga oleh para wisatawan yang datang dan dapat menerapkannya
secara langsung sebagai bentuk memberi penghormatan maupun sebagai bentuk rasa syukur
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

3.3 Dampak ruwat petirtaan jolotundo terhadap kelestarian sumber air

Dengan adanya ruwat petirtaan jolotundo kelestarian air akan semakin terjaga karena
masyarakat telah menjaga adat dan tradisi mereka secara turun temurun, seperti yang
dijelaskan diatas adanya aliran air dari 52 sumber air yang diyakini sebagai pembawa berkah
oleh masyarakat. Jadi dengan adanya sumber air di petirtaan jolotundo akan membawa
pengaruh besar terhadap kelestarian air masa kini dan masa yang akan datang.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kelestarian lingkungan merupakan hal penting yang harus diperhatiakn secara berkala
oleh mahkluk hidup, terutama manusia yang merupakan organisme puncak dalam rantai
kehidupan dan dibekali dengan akal dan pikiran. Ritual Petirtaann Jolotundo merupakan
contoh kecil kearifan lokal yang harus terus dipertahankan sebagai bentuk menjaga alam serta
rasa syukur manusia terhadap rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Kebiasaan turun temurun
tersebut memiliki banyak sisi positif baik untuk masyarakat sekitar maupun ekosistem biotik
di sekitarnya. Hubungan timbal balik antara manusia dengan alam dijaga dengan baik dari
ratusan tahun yang lalu sebagai bentuk warisan yang berbudaya dan berguna bagi generasi
selanjutnya.

Kelestarian alam yang tejaga akan menguntungkan bagi masyarakat Desa Seloliman
yang masih cukup bergantung pada alam Gunung Penanggungan. Kebutuhan primer
sepenting air akan selalu tercukupi walau di musim kemarau karena mata air di daerah
tersebut selalu mengairi desa dengan subur.

Hal ini dapat di implementasikan di daerah lain dengan hal terkecil yaitu
memperhatikan kebersihan lingkungan, terutama yang berdekatan dengan sumber air, atau
yang berada di daerah aliran air agar tidak tercemar sehingga bisa dimanfaatkan dengan baik
dan maksimal oleh masyarakat. Kesadaran diri manusia terhadap bertapa pentingnya menjaga
alam dan kerifannya akan membuat hubungan mutualisme berjalan dengan baik dan mebawa
banyak manfaat bagi manusia dan ekosistem di sekitarnya.
DAFTAR RUJUKAN

Intan Astuty, Tanya. 2018. Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian Hutan dan
Mengelola Mata Air Di Desa Beji, Kecamtan Ngawen. Artikel Ilmiah.

Wardatin, laila. 2019. Mata Air Jolotundo Studi Tentang Pandangan Masyarakat Muslim
Terhadap Kekhasiatan Mata Air Jolotundo Desa Seloliman Mojokerto. Skripsi. Fakultas
Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Sukandar, Eka Cahya Putra., Amien Widodo dan Dwa Desa. 2018. Identifikasi Hidrologi
Situs Candi dan Petirtaan Jolotundo Menggunakan Inversi Metode VLF-EM. Jurnal
Geosaintek. Fakultas Teknik Sipil Lingkungan dan Kebumian. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.

Sulistyo, Deni Bagus., J. Prianto Widodo dan Fatikhul Amin A. 2018. Sejarah Wisata
Jolotundo Trawas, Mojokerto pada 1986-2010. Prodi Pendidikan Sejarah. STIKIP PGRI
Sidoarjo.

Setyowati, Dewi Liesnoor., Juhadi dan Umi. 2016. Konservasi Mata Air Senjoyo Melalui
Peran Serta Masyarakat Dalam Melestarikan Nilai Kearifan Lokal. Fakultas Ilmu Sosial.
Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai