Tgas 1
Tgas 1
A. LATAR BELAKANG
Proses pengecoran logam (casting) adalah salah satu teknik pembuatan produk
dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian dituangkan ke dalam
rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat.
Sebagai suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan,
pengecoran digunakan untuk menghasilkan bentuk asli produk jadi. Penggunaan
Aluminium dan Logam paduan Aluminium didunia industri terus berkembang,
menuntut manusia untuk melaksanakan rekayasa guna memenuhi kebutuhan yang
semakin kompleks. Tak terkecuali dalam hal teknologi yang berperan penting dalam
kelangsungan hidup manusia seperti dalam rekayasa dan proses perlakuan pada
logam yang mempunyai pengaruh vital. Karena merupakan elemen dasar untuk
membuat suatu yang berguna dalam bidang konstruksi bangunan
dan juga dibidang industri. (Surdian,2005). Aluminium adalah salah satu logam non
ferro yang memiliki beberapa keunggulan dan juga banyak digunakan di segala
bidang. Ada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh Aluminium diantaranya adalah
memiliki berat jenis yang ringan, ketahanan terhadap korosi, penghatar panas dan
arus listrik yang baik dan mudah dibentuk2 dengan proses permesinan. Aluminium
murni juga memiliki sifat cor yang baik dan sifat mekanis yang jelek. Oleh karena itu
dipergunakan paduan alumunium karena sifat-sifat mekanisnya dapat diperbaiki
dengan menambahkan tembaga, silikon, silium, magnesium, mangan, nikel, dan
sebagainya. Sering berkembangnya dunia otomotif khususnya sepeda motor,
kebutuhan terhadap produk cor aluminium pun juga meningkat, hal ini perlu selalu
diimbangi dengan peningkatan kualitas produk yang sudah ada yakni lebih
mengurangi cacat pengecoran yang timbul pada produk cor kususnya pengecoran
pasir. Salah satunya yaitu cacat porositas. Porositas adalah suatu cacat (Void) pada
produk cor yang dapat menurunkan kualitas benda tuang. (Tjitro, 2003). Cacat coran
tersebut dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya adalah desain sistem saluran
yang kurang baik. Sistem saluran pada cetakan pasir meliputi cawang tuan, saluran
turun (sprue), dan atau waduk, saluran pengalir (runner), saluran penambah (riser),
dan saluran masuk (Ingate).
B. Perumusan Masalah
Untuk memudahkan penelitian maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. pengertian teknik pengecoran
2. proses dan tahapan pengecoran logam
3. keuntungan dan kerugian pemebentukan dengan penegecoran
4. aplikasi pengecoran
1
BAB II PEMBAHASAN
TEKNIK PENGECORAN
A. Definisi
Pengecoran (casting) merupakan suatu metode pengolahan dan pembentukan bahan dengan
menuangkan cairan logam ke dalam cetakan. Cairan tersebut kemudian dibiarkan membeku
di dalam cetakan. Hasil penuangan kemudian dikeluarkan dari dalam cetakan yang
selanjutnya di finishing menjadi sebuah produk. Pengecoran digunakan untuk membuat
bagian mesin yang sederhana hingga kompleks.
1. Pembuatan cetakan
Proses pengecoran diawali dengan pembuatan cetakan baik cetakan dari pasir maupun dari
logam.
Cetakan pasir dan logam masing-masing memilki kelebihan dan kekurangan. Cetakan pasir
dapat dibuat secara manual maupun dengan mesin. Pembuatan cetakan secara manual
dilakukan bila jumlah komponen yang akan dibuat jumlahnya terbatas, dan banyak
variasinya. Dewasa ini cetakan banyak dibuat secara mekanik dengan mesin agar lebih presisi
serta dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan kualitas yang sama. Cetakan logam
dibuat melalui proses pemesinan. Cetakan logam biasanya digunakan untuk membuat produk
berdimensi tidak terlalu besar. Hasil pengecoran dengan cetakan logam lebih presisi dalam
hal dimensi serta kualitas kepadatan produk lebih stabil. Bagaimanapun, cetakan ogam tidak
dapat digunakan untuk membuat produk dengan suhu leleh tinggi.
Dalam pembuatan cetakan/plakat ampera ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain :
- Rongga cetakan harus dirancang lebih besar daripada produk cor yang akan dibuat, untuk
mengimbangi penyusutan logam.
2
- Setiap logam memiliki koefisien susut yang berbeda (dalam merancang suatu cetakan
biasanya
digunakan mistar susut).
b. Bahan–Bahan Cetakan
3
Ada beberapa jenis bahan yang biasanya digunakan untuk bahan cetakan, hal ini tergantung
atas benda produksi yang akan dicetak, jens dari bahan –bahan cetakan yang dimaksud adalah
:
- Pasir
- Keramik
- Plaster
- Logam.
c. Jenis – jenis Cetakan
Pada proses pengecoran dibagi menjadi tiga: expandable mold, non expandable mold dan
composite mold casting. Klasifikasi terkait dengan bahan pembentuk, proses pembentukan,
dan metode pembentukan dengan logam cair, dapat dikategorikan sebagai berikut (Tiwan,
2010):
1. Expendable mold
Expendable mold atau cetakan non permanen adalah cetakan yang hanya dapat digunakan
satu kali. Cetakan jenis ini dibuat dari pasir, gips, keramik dan bahan semacamnya.
Pengecoran cetakan pasir memberikan fleksibilitas dan kemampuan tinggi dibandingkan
cetakan logam. Cetakan pasir memiliki keunggulan antara lain mudah dalam
pengoperasiannya, biaya relatif lebih murah dan dapat membuat benda dengan ukuran yang
besar. Cetakan pasir dibuat dengan memadatkan pasir. Pasir yang dipakai biasanya pasir alam
atau pasir buatan yang mengandung tanah lempung atau kadang-kadang dicampur pengikat
khusus, misal: air-kaca, semen, resin furan, resin, fenol atau minyak pengering. Logam yang
dapat dituang pada cetakan pasir adalah besi, baja, tembaga, perunggu, kuningan, aluminium
ataupun logam paduan.
Contoh Expendable mold: Cetakan pasir (sand casting), cetakan kulit (shell mold casting),
dan cetakan presisi (precisian casting).
2. Permanent mold
Permanent mold (cetakan tetap) adalah cetakan yang dapat digunakan berulang kali pada
proses penuangan logam. Cetakan jenis ini biasanya dibuat dari logam yang tahan terhadap
suhu tinggi. Logam yang dituang harus memiliki suhu lebih rendah dari suhu cetakan logam.
Coran yang dihasilkan mempunyai dimensi yang presisi pekerjaan pemesinan lebih sedikit.
Cetakan ini dirancang sedemikian rupa sehingga produk pengecoran dapat diambil dengan
mudah dan cetakan dapat digunakan untuk penuangan selanjutnya. Cetakan logam bersifat
menghantarkan panas dengan baik sehingga produk pengecoran lebih padat dan minim dari
cacat rongga dalam. Laju pelepasan panas pada cetakan logam lebih seragam sehingga
produk pengecoran memiliki sturktur mikro dan ukuran butir relatif seragam.
Contoh Permanent Mold :
- gravity permanent mold casting
- pressure die casting
- centrifugal die casting
3. Composite mold
4
Composite mold adalah cetakan yang dibuat dari dua atau lebih bahan berbeda (misal: pasir,
grafit, dan logam). Tujuannya adalah menggabungkan keunggulan masing-masing bahan.
Cetakan ini bersifat sebagian tetap dan sebagian dibuang. Cetakan ini digunakan pada proses
pengecoran untuk memperbaiki kekuatan pembentuk, mengendalikan laju pendingnan dan
mengoptimalkan biaya produksi secara keseluruhan.
Logam dalam suhu kamar dalam keadaan padat. Logam dapat dicairkan dengan jalan
memanaskan hingga mencapai temperature lelehnya. Logam cair berbeda dengan air. Adapun
perbedaannya adalah sebagai berikut:
a. Logam mencair pada temperature yang tinggi, dan pada proses pembekuannya terdapat
pengintian kristal, sedangakan air cair pada temeparatur kamar dan tidak terjadi pengintian
pada pembekuan.
b. Berat jenis logam cair lebih tinggi dibanding air. Berat jenis air 1,0 sedangkan besi cor 6,8
sampai 7,0, paduan alumunium 2,2 – 2,3, paduan timah 6,6 – 6,8. Karena berat jenis logam
tinggi maka aliran loam memiliki kelembaman dan gaya tumbuk yang besar.
c. Logam cair tidak membasahi dinding, sedangkan air akan membasahi dinding wadahnya.
Bahan teknik pada proses pengecoran logam secara umum dikelompokkan menjadi bahan
logam ferro dan non ferro.
a. Logam ferro
Logam ferro merupakan logam paduan dengan unsur utamanya adalah besi (Fe). Unsur kedua
logam ferro umumnya adalah karbon (C). Penambahan karbon ditujukan untuk meningkatkan
kekuatan, kekerasan dan kekakuan. Bagaimanapun, penambahan karbon akan mengurangi
keuletan dan ketangguhan. Senyawa Fe dan C dengan C di bawah 1,4% dikenal sebagai baja.
Sedang penambahan C di atas 1,7% di sebut besi tuang. Kadar C pada besi tuang umumnya
berkisar antara 2,4 – 4 %.
Unsur-unsur lain seperti Mn, Ni, Cr, Mo, V, Al, Cu dan sebagainya terkadang ditambahkan
pada baja dalam jumlah tertentu untuk memperoleh sifat-sifat khusus. Penambahan unsur-
unusr tersebut antara lain untuk memperbaiki ketangguhan, kekerasan, ketahanan korosi,
mampu bentuk dan sebagainya.
1) Baja
5
Baja adalah besi yang ditambahkan karbon sampai dengan di bawah 1,4%. Baja adalah bahan
yang paling banyak diaplikasikan pada rekayasa teknik dikarenakan banyaknya varasi dengan
yang dapat dikembangkan sesuai kebutuhan, mulai dari yang lunak dan tangguh sampai yang
keras dan kuat. Baja cor memiliki struktur mikro yang kurang baik dan getas. Oleh karenanya
perlakuan panas pelunakan dan penormalan diperlukan agar strukturnya lebih halus sehingga
baja cor menjadi lebih ulet. Mampu cornya lebih buruk dibanding besi cor. Bagaimanapun,
baja cor baik sangat digunakan untuk bagian-bagian mesin karena memiliki kekuatan tinggi
dan lebih murah.
2) Besi
Besi cor (cast Iron) merupakan paduan mengandung karbon, silisium, mangan, fosfor dan
belerang. Kandungan karbon pada besi cor umumnya berkisar antara 2,4 – 4 %. Besi cor
diproduksi dalam jumlah besar dari besi kasar atau besi/baja bekas. Struktur mikro besi cor
terdiri atas ferir, perlit dan serpih karbon bebas yang ukuran, bentuk serta keadaan struktur
dasarnya berubah sesuai kualitas dan kuantitasnya. Produk-produk seperti crankshaf,
conecting rod dan elemen dari bagian-bagian mesin yang sebelumnya dibuat melalui proses
tempa (forging), sekarang lebih banyak diproduksi menggunakan high-duty alloy iron
casting (Tiwan, 2010). Besi cor diklasifikasikan dalam enam kelompok, yaitu: besi cor
kelabu, besi cor kelas tinggi, besi cor kelabu paduan, besi cor bergrafit bulat, besi cor yang
dapat ditempa dan besi cor cil (Surdia & Chijiiwa, 1976).
6
Besi cor kelas tinggi mengandung lebih sedikit karbon dan silikon. Ukuran grafit bebasnya
yang lebih kecil dibanding besi cor kelabu, menjadikan kekuatan tariknya lebih tinggi, yaitu
30 -50 kg/mm2. Namun proses pembuatannya sedikit lebih sulit dari pada besi cor kelabu.
Meskipun mahal, namun besi cor mampu tempa sangat baik keuletan dan elongasinya
dibanding besi cor kelabu. Besi cor mampu tempa tidak sesuai untuk coran berukuran kecil
atau tipis.
Logam non ferro adalah logam murni selain besi atau logam paduan yang tidak mengandung
unsur besi. Aluminium dan paduannya, Tembaga dan paduannya, Nikel dan paduannya, Seng
dan paduannya, Magnesium dan paduannya dan lain sebagainya.
Beberapa contoh logam non ferro antara lain Kuningan (Cu-Zn), Perunggu (Cu-Sn), Monel
(Ni-Cr-Mn), Nimonic (Ni-Cr), Duralumin (Al-Cu-Mg), Hidronalium (AL-Mg) serta Silumin
(Al-Si).
1) Aluminium
7
Aluminium adalah logam ringan dengan ketahanan korosi dan hantaran listrik yang baik serta
sifat-sifat lainnya sebagai logam. Kekuatan mekaniknya meningkat dengan penambahan Cu,
Mg, Si, Mn, Zn, dan Ni. Secara satu persatu atau bersama-sama penambahan tersebut juga
memberikan sifat-sifat baik lainnya seperti ketahanan kososi, ketahanan aus, dan koefisien
pemuaian rendah. Aluminium digunakan secara luas, mulai untuk keperluan rumah tangga
sampai untuk keperluan pesawat terbang, mobil, kapal laut dan konstruksi.
Karakteristik aluminium tampak pada tabel 1.1, sedang sifat mekanisnya tampak pada tabel
1.2.
Aluminium dan paduannya merupakan salah satu bahan non ferro yang banyak diolah dengan
proses pengecoran menjadi suatu produk. Aluminium murni dipasaran tidak pernah
mengandung 100% aluminium, tetapi selalu ada pengotor yang masuk akibat proses
peleburan dan pendinginan atau pengecoran yang tidak sempurna, kualitas bahan cetakan
tidak baik atau pengotor lain karena kualitas bahan baku tidak baik (Logam Ceper,
Aluminium dalam Pengecoran, 2014). Sebagian besar produk berbahan dasar aluminium
merupakan hasil proses daur ulang aluminium. Kualitas produk hasil daur ulang aluminium
tidak berubah karena proses daur ulang tidak mengubah aluminium. Oleh karenanya daur
ulang aluminium dapat dilakukan berkali-kali sehingga biaya produksi jauh lebih murah.
Aluminium dan paduannya umumnya diolah dengan metode die casting maupun sand
casting. Duralumin adalah paduan Al-Cu-Mg yang dapat diberi perlakuan panas. Duralumin
baik digunakan untuk bagian-bagian yang menerima beban berat seperti komponen-
8
komponen pesawat terbang (plat badan, sayap), dinding kereta api, mobil, batang-batang
profil, rangka dan pipa-pipa. Hydronalium adalah paduan AL-Mg yang memiliki kekuatan
tarik dan ketahanan korosi air laut yang baik. Hydronalium banyak diaplikasikan pada
perlengkapan kapal laut. Silumin adalah paduan AL-Si yang selain tahan korosi juga
memiliki castingabilty yang sangat baik sehingga mudah dituang. Silumin banyak di
aplikasikan pada benda-benda tuangan dengan bentuk rumit dan tahan terhadap beban
tumbukan seperti velg mobil.
Sifat–Sifat Alumunium
Sifat-sifat penting yang dimiliki alumunium sehingga banyak digunakan sebagai material
teknik:
- Berat jenisnya ringan (hanya 2,7 gr/cm³, sedangkan besi ± 8,1 gr/ cm³)
- Tahan korosi
- Penghantar listrik dan panas yang baik
- Mudah di fabrikasi/di bentuk
- Kekuatannya rendah tetapi pemaduan (alloying) kekuatannya bisa ditingkatkan
Sifat tahan korosi dari alumunium diperoleh karena terbentuknya lapisan alumunium oksida
(Al2O3) pada permukaan alumunium. Lapisan ini membuat Al tahan korosi tetapi sekaligus
sukar dilas, karena perbedaan melting point (titik lebur).
2) Tembaga
Tembaga murni dan tembaga paduan secara luas digunakan sebagai salah satu bahan teknik
yang penting. Tembaga termasuk dalam golongan logam berat yang berwarna kemerahan
dengan berat jenis 8,9 kg/m3 dan titik cair 1083 0C. Tembaga mempunyai konduktivitas
panas dan konduktivitas listrik yang baik. Tembaga dengan kemurnian tinggi hingga 99,9%
banyak digunakan sebagai penghantar listrik. Dalam rekayasa teknik tembaga dapat dirol,
ditarik, ditarik, ditekan tarik dan dapat di tempa.
Kekuatan tarik tembaga dalam bentuk tembaga tuangan dapat mencapai 150 N/mm2 dan
melalui proses pengerjaan dingin dapat ditingkatkan sampai 390 N/mm2. Tembaga tuangan
kekerasannya hanya sampai 45 BHN namun dengan pengerjaan dingin dapat ditingkatkan
hingga 90 BHN. Berkurangnya keuletan akibat proses pengerjaan dingin pada tembaga dapat
diperbaiki dengan perlakuan panas annealing.
Dalam aplikasinya tembaga paduan banyak di olah dengan pengecoran.
Kuningan (paduan tembaga-seng) dan perunggu (paduan tembaga-timah putih) merupakan
paduan utama tembaga. Perunggu banyak digunakan sebagai perhiasan dan seni patung
(Logam Ceper, Tembaga dalam Pengecoran, 2014). Perunggu yang mengandung fosfor
digunakan dalam industri arloji dan galvanometer. Sedang kuningan yang berwarna seperti
emas banyak digunakan sebagai perhiasan, sistem perpipaan dan ornamen-ornamen.
a) Kuningan
Kuningan (brass) adalah paduan tembaga dan seng (CU-Zn). Kuningan 70/30 (70% tembaga
dan 30% seng) dan kuningan 60/40 (60% tembaga dan 40% seng) banyak beredar dipasaran.
Kuningan 60/40 dikenal juga sebagai logam muntz (Muntz-metal) sesuai nama orang yang
9
mengkomersialkannya, George Frederick Muntz. Logam ini dikenal juga sebagai logam
kuning (Yellow metal). Logam muntz digunakan sebagai bahan pada pembentukan dengan
proses pengecoran atau sebagai bahan tambah pada pengecoran baja. Beberapa jenis logam
muntz antara lain: Turning brass (logam muntz ditambah 0,5 – 3,5 % timbal), Naval brass
(logam muntz ditambah 1% timah putih) dan High tensile brass (logam muntz ditambah Mn,
Fe, Ni, Sn dan Al sampai 7%).
b) Perunggu
Perunggu (brons) merupakan paduan tembaga dengan timah putih (Cu-Sn) dan tembaga
dengan timbal atau timah hitam (Cu-Pb). Cu-Sn disebut Tin-Bronzes sedang Cu-Pb disebut
Bronzes. Penambahan seng pada paduan tin-bronzes akan menghasilkan paduan gunmetal.
Sesuai namanya paduan ini digunakan untuk membuat senjata. Admiralty gunmetal adalah
paduan dengan 88% Cu, 10% Sn dan 2% Zn dan digunakan untuk komponen-komponen
hidrolik, katup, roda gigi, patung dan produk berukuran kecil seperti kancing baju. Leaded
gunmetal adalah paduan gunmetal dengan kandungan timah hitam di atas 5% untuk
meningkatkan sifat mampu cor (castingability) dan mampu mesin (machinability). Sedang
nikel bronzes adalah diperoleh dengan menambahkan unsur nikel ke tin-bonzes.
Penambahan nikel dapat memperbaiki sifat mekanis dan sifat mampu cor tin-bronzes. Unsur
nikel akan bersenyawa dengan seng dan menghasilkan paduan nikcel gunmetal yang keras.
c) Tembaga nikel
Paduan tembaga nikel dibedakan menjadi dua yaitu: Cupro Nickel (Cu-Ni) dan Nickel Silver
(Cu-Ni-Zn). Cupro nickel, merupakan paduan yang membentuk larutan padat untuk semua
perbandingan komposisi sehingga sesuai untuk pengerjaan panas maupun dingin. Unsur nikel
biasanya antara 15 – 68 %, namun paduan dengan 20% nikel yang pali baik untuk pengerjaan
dingin keras. Paduan dengan 25% nikel biasanya digunakan untuk membuat koin. Tabel 1.3
memperlihatkan penggunaan paduan cupro nickel.
3) Nikel
Nikel merupakan unsur metalik dengan nomor atom 28 dan simbol Ni. Nikel memiliki berat
jenis 8,8 gr/cm3 dan titik lebut 1453 0C. Nikel berwarna putih keperakan, ringan, kuat, tahan
karat, keras, mudah ditempa serta merupakan konduktor panas dan listrik yang cukup baik.
Nikel terutama digunakan untuk membuat logam paduan. Logam paduan nikel
berkarakteristik kuat, tahan panas, serta tahan karat. Sekitar 65% produk nikel diaplikasikan
untuk membuat stainless steel, 12% digunakan sebagai elemen paduan super dan sisanya
23% antara lain digunakan sebagai paduan baja, baterai isi ulang, katalis dan bahan kimia
lainnya, mata uang logam, produk pengecoran, dan plating.
Penggunaan nikel dalam logam paduan antara lain: Monel, Nilo, Brightray dan Nimonic.
Monel adalah paduan Ni-Cu seperti telah dibahas sebelumnya. Nilo adalah perpaduan antara
nikel dengan paduan besi. Nilo-36 adalah paduan besi dengan 36% nikel yang digunakan
pada alat ukur standar, pita ukur, batang pendulum, peralatan mesin presisi dan termostat
dengan suhu kerja diatas 100 0C karena pada suhu normal tidak terjadi ekspansi koefisien
muai.
Brightray dan nimonic merupakan paduan nikel dengan krom. Brightray merupakan paduan
nikel-krom yang diaplikasikan sebagai elemen pada dapur tinggi sedang nimonic adalah
paduan nikel-krom yang dikembangkan sebagai bahan dengan tegangan kerja besar pada
suhu tinggi serta tahan terhadap korosi dan creep (mulur) untuk komponen pada turbin gas.
Beberapa contoh nimonic series antara lain: nimonic 75, nimonic 80A, nimonic 90, nimonic
105, nimonic 110 dan nimonic 115. Nimocast adalah paduan yang setara dengan nimonic
series yang di buat dengan proses pegecoran. Metode pengecoran yang diaplikasikan untuk
membuat nimocast antara lain sand casting (cetakan pasir), shell-moulding (cetakan kulit),
centryspinning (sentifugal) dan invesment casting (pengecoran cetakan pola lilin).
b) Untuk cetakan tertutup (lihat gambar 2.1.b) logam cair dituang hingga memenuhi sistem
saluran
masuk :
11
3.2 Aliran Logam Cair Dan Shrinkage
- Tegangan permukaan.
Semakin tinggi tegangan permukaan semakin menurun fluiditas logam cair.Lapisan oksida
film yang
muncul pada permukaan logam cair menurunkan fluiditasnya.
- Inklusi/partikel.
Inklusi adalah partikel asing yang tidak larut dalam logam cair.
Kecepatan aliran logam saat disaat dituangkan dari tungku tanur dapat dihitung dengan rumus
berikut :
V=√2gh
Dimana :
12
V = kecepatan aliran,
C = koefisien kecepatan yang harganya tergantung jenis, ukuran dan bentuk pipa/saluran,
g = kecepatan gaya tarik bumi,
h = tinggi permukaan cairan terhadap sumbu lubang aliran,
Dimana
P = gaya tumbuk,
Q = laju aliran,
v = kecepatan aliran,
γ = berat jenis cairan dan
g = percepatan grafitasi bumi.
Logam cair cenderung membuat tetesan bulat, sehingga menyebabkan timbulnya gaya
13
Gambar 2.3. Proses pembekuan logam cair
14
Gambar 2.5 Skema Solidifikasi Logam Cair Di Dalam Cetakan
Daerah mushy atau daerah yang mengalami dua fase sekaligus yakni padat dan cair memiliki
lebar rentang perbedaan temperatur atau disebut rentang beku/freezing range sebagai berikut.
Untuk logam murni memiliki nilai freezing range mendekati harga nol sedangkan untuk
logam paduan berkisar antara 50 ºC-110 ºC. Semakin besar perbedaan temperatur freezing
range maka semakin lebar daerah mushy yang berdampak pada laju proses solidifikasi akhir
lebih lama. Selama proses solidifikasi logam coran akan mengalami shrinkage/penyusutan
yang harus bisa dicegah dengan mengontrol aliran logam cairdan desain cetakan yang baik.
Sedangkan waktu solidifikasi coran dihitung menggunakan aturan Chvorinov sebagai
berikut :
Waktu solidifikasi C = V/ A²
Dimana:
C = Konstanta yang Merefleksikan Bahan Logam Coran dan Temperatur.
V = Kecepatan Aliran Cairan Logam (m/s)
A1 = Luas Daerah Penampang (m)
Persamaan diatas menjelaskan bahwa ukuran coran yang besar akan lebih lambat terjadi
solidifikasi dibandingkan dengan benda coran ukuran kecil.
1. Diagram Kesetimbangan
Diagram keseimbangan thermal merupakan sistem yang menunjukkan indikasi prilaku dari
unsur paduan paduan selama proses pemadatan serta perubahan bentuk struktur sebagai hasil
dari pendinginan lambat dalam keadaan padat. Perilaku dua unsur paduan (untuk paduan
yang terdiri dari dua jenis logam) akan sangat mudah diperlihatkan melalui diagram ini, akan
tetapi untuk paduan yang kompleks memerlukan metoda tiga dimensi dan lebih rumit, jadi
dalam hal ini hanya diperlihatkan diagram keseimbangan untuk paduan yang hanya terdiri
atas dua unsur paduan sebagai bahan pemahaman tentang karakteristik logam paduan yang
digunakan sebagai bahan teknik serta proses perlakuan panas pada beberapa jenis paduan.
15
Gambar 2.5. Diagram kesetimbangan dari paduan biner (2 unsur paduan)
Berikut contoh dari diagram fasa untuk besi tuang merupaka paduan unsure Fe - C.
Struktur dasar dari besi cor kelabu terdiri dari: grafit, ferit, sementit dan perlit. Grafit
merupakan karbon bebas yang tersebar dalam bentuk pipih atau bulat. Selain struktur grafit
struktur lainnya pada besi cor disebut dengan matrik yang terdiri dari ferit, sementit atau
perlit. Perlit merupakan struktur yang berbentuk lapiasan ferit dan sementit. Ferit memiliki
sifat lunak dan ulet. Sementit bersifat keras dan getas. Berikut macam sebaran struktur grafit
besi cor kelabu
16
Gambar 2.7. Bentuk khusus distribusi grafit dalam besi cor Distribusi A : Struktur grafit
terbagi merata dengan orientasi sebarang Struktur grafit yang bengkok memberikan
kekuatan yang tinggi. Besi cor dengan kadar karbon yang tinggi sukar untuk mendapat
struktur grafit yang bengkok.
Distribusi B :
Struktur grafit pengelompokan “Rosette” dengan orientasi sebarang Struktur grafit Rosette
adalah sel eutektik yang memiliki potongan-potongan eutektik halus dari garfit ditengah
dengan grafit serpih berarah adial disekelilingnya. Besi cor kelabu yang memiliki kekuatan
tarik 25 sampai 30 kg/mm2, jumlah pengelompokan rosette yang diperbolehkan yaitu 20
sampai 30 % dengan daerah eutektik yang sedikit
Distribusi C :
Struktur grafit serpih saling menumpuk dengan orientasi sebarang Struktur ini muncul pada
daerah hipereutektik. Pada struktur ini kristal-kristal mula dari grafit yang panjang dan lebar
ditumpuki dan dikelilingi oleh serpih-serpih grafit yang mengkristal didaerah eutektik.
Distribusi D :
Struktur grafit halus dengan penyisihan antar dendrite berorientasi sebarang Struktur ini
memiliki potongan-potongan grafit eutektik halus yang mengkristal diantara dendrite-dendrit
Kristal mula dari austenite. Struktur ini muncul akibat adanya pendinginan lanjut dalam
pembekuan eutektik.
Distribusi E : Struktur grafit halus denga penyisihan antar dendrite berorientasi tertentu
Struktur grafit ini muncul apabila kandungan karbon agak rendah. Struktur seperti ini akan
mengurangi kekuatan, namun dapat terjadi kekuatannya tinggi bila pengendapan grafit
berkurang. Gambar di bawah ini merupakan bentuk-bentuk struktur grafit pada besi cor
bergrafit bulat. Struktur grafit bulat memberikan pengaruh yang lebih baik pada sifat mekanis
besi cor. Besi cor bergrafit bulat kekuatannya lebih tinggi dibanding besi cor kelabuh
bergrafit pipih.
Gambar 2.8. Bentuk dan sebaran grafit pada besi cor bergrafit bulat
3. Sifat-sifat Coran
17
Sifat coran dapat ditinjau dari sifat fisis dan sifat mekanisnya. Sifat fisik berhubungan degan
kondisi fisik dari coran, sedangkan sifat mekanis berhubungan dengan kekuatan coran untuk
menahan beban atau gaya dari luar.
a. Sifat fisis Sifat fisis coran dapat dilihat dari bentuk fisiknya, yang berupa titi lebur,
warnanya, bentuk patahan, penyusutan, berat jenis dan bentuk struktur mikronya. Dari
struktur mikro yang diamati meliputi struktur grafit dan struktur matriknya yang terdiri dari
ferit, sementit dan perlit.
b. Sifat mekanis Sifat-sifat mekanis yang perlu ditinjai dari coran di antaranya adalah :
1) Kekerasan
2) Kekuatan tarik
3) Kekuatan geser
4) Kekatan impak
Dalam proses pengecoran harus mempertimbangkan bentuk dan ukuran benda coran yang
akan dibuat. Pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan bentuk dan ukuran dalam
merencanakan benda coran adalah sebagai berikut :
a. Bentuk pola coran hendaknya sederhana dan mudah dibuat
b. Cetakan mudah dibuat
c. Cetakan tidak menyebabkan terjadinya cacat dalam coran
Gambar 2.9. Perubahan bentuk coran Contoh penghematan langkah proses pembuatan
cetakan dengan menghindar bagian terpisah.
18
Gambar 2.11. Penyederhanaan permukaan pisah
Ukuran tebal coran harus mengikuti aturan, karena jika ukuran terlalu tipis loam cair susah
untuk masuk pada saat penuangan. Berikut table yang memuat harga ketebalan dinding
minimum.
Lubang berinti
20
Ukuran lubang berinti didasarkan pada table berikut.
Tabel 2.3. Ukuran lubang inti
Perubahan tebal
Perubaan tebal disarankan membentuk gradient dengan sudut 15 derajat pada satu sisi dan
7,5 derajat pada kemiringan dua sisi.
Sambungan T dan Y cenderung menjadi tebal dan perencana harus memperhatikan untuk
menghindari tebal dinding yang berlebihan
21
Gambar 2.18. Pertemuan sambungan T
Tabel 2.5. Toleransi ukuran panjang dari coran dengan cetakan pasir
- Dapat mencetak bentuk kompleks, baik bentuk bagian luar maupun bentuk bagian dalam
- Beberapa proses dapat membuat bagian (part) dalam bentuk jaringan
- Dapat mencetak produk yang sangat besar, lebih berat dari 100 ton
- Dapat digunakan untuk berbagai macam logam
- Beberapa metode pencetakan sangat sesuai untuk keperluan produksi Massal
Setiap metode pengecoran memiliki kelemahan sendiri-sendiri, tetapi secara umum dapat
disebutkan sebagai berikut :
D. Aplikasi Pengecoran
24
Gambar 2.3. Peralatan tangan Gambar 2.4. Impeler
pompa
Cacat Coran dan Pencegahaanya – Pada coran terdapat terjadi berbagai macam cacat
tergantung pada bagaimana keadaannya, sedangkan cacat-cacat tersebut boleh dikatakan
jarang berbeda menurut bahan dan macam coran. Banyak cacat ditemukan dalam coran
secara biasa. Seandainya sebab-sebab dari cacat-cacat tersebut diketahui, maka pencegahan
terjadinya cacat dapat dilakukan.
Memproduksi coran harus melalui banyak proses, dan dalam proses tersebut banyak faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya cacat, sehingga sukar untuk meyakinkan sebab-sebab
dari cacat tersebut. Dalam hal ini banyak pengalaman teknik yang diperlukan untuk
meyakinkan sebab-sebabnya. Untuk itu teknik dan proses perlu di standardkan sebelumnya,
kemudian perlu menemukan hubungan antara cacat dan standard tersebut.
25
Sebab-sebab cacat diamati dengan mempelajari apakah ada perbedaan antara Praktek dan
standard. Dalam hal ini kalau perlu dapat dilaksanakan percobaan yang direncanakan. Faktor-
faktor pentng dari cacat coran dan pencegahannya diuraikan sebagai berikut.
Proses pengecoran dilakukan dengan beberapa tahapan mulai dari pembuatan cetakan, proses
peleburan, penuangan dan pembongkaran. Untuk menghasilkan coran yang baik maka
semuanya harus direncanakan dan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Namun hasil coran
sering terjadi ketidak sempurnaan atau cacat. Cacat yang terjadi pada coran dipengaruhi oleh
bebrapa factor yaitu :
Cacat hasil coran telah diberi nama dan dikategorikan dalam tujuh kelompok jenis cacat
oleh, yaitu :
- Metallic projections.
- Caviti
- Diskontinyuitas
- Permukaan defective.
- Coran incomplete.
- Ukuran/bentuk tidak tepat.
26
- Inclusions.
Hasil coran sering terlihat sempurna secara makro tetapi kenyataanya muncul cacat-cacat
terutama jenis kaviti dan cacat permukaan serta inklusi gas. contoh cacat coran yang sering
terjadi dapat dilihat pada gambar 2.10.
Cacat ekor tikus merupakan cacat dibagian luar yang dapat dilihat dengan mata. Bentuk cacat
ini mirip seperti ekor tikus, yang diakibatkan dari pasir permukaan cetakan yang
mengembang dan logam masuk kepermukaan tersebut. Kekasaran yang meluas merupakan
cacat pada permukaan yang diakibatkan oleh pasir cetak yang tererosi. Bentuk cacat ekor
tikus dan kekasaran yang meluas.
Penyebab cacat ekor tikus atau kekasaran yang meluas disebabkan oleh :
Untuk mencegah timbulnya cacat di atas dapat dilakukan dengan merencanakan pembuatan
cetakan, peleburan dan penuangan yang baik.
1. Menggunakan pasir cetak yang berkualitas, tahan panas dan tidak benyak
mengandung unsur lumpur,
2. Pembuatan cetakan yang teliti baik pemadatan yang cukup, lubang angin yang cukup
dan pelapisan tipis yang merata,
3. Membuat saluran turun yang tepat, sesuai bentuk coran,
4. Mengecek temperature logam sebelum penuangan, tempertur tuang harus sesuai yang
disyaratkan,
5. Melakukan penuangan dengan kecepatan yang cukup dan kontinyu.
2. Cacat lubang-lubang
Cacat lubang-lubang memiliki bentuk dan akibat yang beragam. Bentuk cacat lubang-lubang
dapat dibedakan menjadi :
a. Rongga udara,
b. Lubang jarum,
d. Penyusutan dalam,
Bentuk , penyebab dan pencegahan cacat lubang-lubang dapat dilihat pada tabel berikut.
Bentuk Cacat
Penyebab Pencegahan
Lubang
3. Cacat Retakan
Cacat retakan dapat disebabkan oleh penyusutan atau akibat tegangan sisa. Keduanya
dikarenakan proses pendingan yang tidak seimbang selama pembekuan.
29
1. Perencanaan coran yang tidak memperhitungkan proses pembekuan, seperti
perbedaan tebal dinding coran yang tidak seragam
2. Pemuaian cetakan, dan inti menahan pemuaian dari coran.
3. Ukuran saluran turun da penambah yang tidak memadahi.
Cacat permukaan kasar menghasilkan coran yang permukaannya kasar. Cacat ini dikarenakan
oleh beberapa factor seperti : cetakan rontok, kup terdorong ke atas, pelekat, penyinteran dan
penetrasi logam. Bentuk, penyebab dan pencegahan cacat permukaan kasar dapat dilihat pada
tabel.
Bentuk cacat
Penyebab Pencegahan
permukaan kasar
30
Kemiringan pola tidak cukup
Getaran yang kurang saat penarikan
pola
Cetakan tidak diperbaiki saat pasir
cetak melekat pada pola saat ditarik
Pasir harus cukup dingin
Pola logam harus dipanaskan mula
Menggunakan pasir yang kekuatannya
cukup
Menggunakan bubuk pemisah yang
baik
Kemiringan pola harus sesuai
Menarik pola dengan getaran yang
cukup.
Memperbaiki cetakan yang tidak
sempurna
31
5. Cacat salah alir
Cacat salah alir dikarenakan logam cair tidak cukup mengisi rongga cetakan. Umumnya
terjadi penyumbatan akibat logam cair terburu membeku sebelum mengisi rongga cetak
secara keseluruhan.
Cacat kesalahan ukuran terjdi akibat kesalahan dalam pembuatan pola. Pola yang dbuat untuk
memeuat cetaka ukuranya tidak sesuai dengan ukuran coran yang diharapkan. Selain itu
kesalahan ukuran dapat terjadi akibat cetakan yang mengembang atau penyusutan logam
yang tinggi saat pembekuan. Pencegahn kesalah ukuran adalah membuat pola dengan teliti
dan cermat. Menjaga cetakan tidak mengembang dan memperhitungkan penyusutan logam
dengan cermat, sehingga penambahan ukuran pola sesuai dengan penyuutan logam yang
terjadi saat pembekuan.
Cacat inklusi terjadi karena masuknya terak atau bahan bukan logam ke dalam cairan logam
akibat reaksi kimia selama peleburan, penuangan atau pembekuan. Cacat struktur tidak
seragam akan membentuk sebagian struktur coran berupa struktur cil. Bentuk, penyebab dan
pencegahan cacat inklusi dan struktur tidak seragam dapat dilihat pada tabel.
Tabel Bentuk, penyebab dan pencegahan cacat iklusi dan struktur tidak seragam
Bentuk cacat
Penyebab Pencegahan
permukaan kasar
Pendinginan
Komposisi logam tidak memadahi perlahan-lahan
Pendinginan yang cepat
Kadar karbon dan silicon yang Kadar karbon dan
rendah silicon harus
Cil
Logam cair mendapat panas lanjut cukup
Menentukan komposisi logam yang
tepat Mencegah panas
lanjut
8. Deformasi Cacat
Deformasi dikarenakan perubahan bentuk coran selama pembekuan akibat gaya yang timbul
selama penuangan dan pembekuan. Bentuk, penyebab dan pencegahan cacat deformasi dapat
dilihat pada tabel.
33
Bentuk cacat permukaan
Penyebab Pencegahan
kasar
Inti terapung
Penahan inti tidak kuat
Telapak inti diperkuat
Perpindahan inti
Menggunakan penyangga pada
pemasangan inti
Cacat-cacat tak tampak merupakan cacat coran yang tidak dapat dilihat oleh mata. Cacat-
cacat ini berada dalam coran. sehingga tidak kelihatan dari permukaan coran. Salah satu
bentuk cacat tak tampak adalah cacat struktur butir terbuka. Cacat ini akan membentuk
seperti pori-pori dan kelihatan setelah dikerjakandengan mesin. Bentuk cacat struktur butir
Kupola adalah dapur yang digunakan untuk melebur besi tuang. Dapur ini berbentuk silindrik
tegak, terbuat dari baja dan bagian dalamnya dilapisi dengan batu tahan api, seperti
ditunjukkan dalam gambar D. Sebagai bahan bakar digunakan kokas (coke), dan batu kapur
34
digunakan sebagai fluks, sedang bahan bakunya adalah besi bekas dan seringkali
ditambahkan besi kasar.
Kupola dipergunakan secara luas untuk peleburan besi cor sebab mempunyai keuntungan-
keuntungan yang unik yaitu sebgai berikut :
c. Memungkinkan utuk mendapat laju peleburan yang besar untuk tiap jamnya
Pabrik Pengecoran
Persoalan kesehatan lingkungan dari pabrik pengecoran, Jalaga dan asap yang keluar dari
kupola atau tanur listrik, debu dari pasir cetakan, bau tidak sedap dari minyak inti atau resin,
suara bising dan getaran dari mesin pembuatan cetakkan atau mesin pembongkar, air kotor
yang mengandung minyak atau cat grafit hitam dan sebagainya, memberikan pengaruh buruk
pada kesehatan pekerja dari pabrik pengecoran, lagi hal tersebut memberikan pengaruh pada
kesehatan penduduk di sekitar pabrik. Oleh karena itu, tindakan-tindakan harus diambil untuk
meniadakan sebab-sebab pencemaran umum tersebut di atas. Dengan cara sebagai berikut :
35
Cacat coran penyusutan, beberapa cacat coran tersebut diantaranya bisa penyusutan dalam,
penyusutan luar dan rongga penyusutan. Jenis cacat coran tergantung pada bagaimana
keadaannya, jika sebab-sebab dari cacat coran diketahui maka dapat dilakukan pencegahan
pada cacat tersebut.
Memproduksi coran melalui berbagai banyak proses dan pasti dalam proses tersebut banyak
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya cacat coran, banyak pengalaman teknik yang
diperlukan untuk meyakinkan sebab-sebabnya.
1. Penyusutan Dalam
Penyusutan dalam adalah lubang cacat disebabkan karena pengecilan yang terjadi ketika
logam membeku. Bagian dalamnya biasanya dikelilingi oleh kristal-kristal dendrit dan cacat
ini tidak tampak di permukaan. Pada coran besi, warna permukaan dalamnya adalah biru.
2. Penyusutan Luar
Penyusutan pada pembekuan logam cair yang disebabkan penyusutan luar memberikan
lubang pada permukaan luar dari coran.
3. Rongga Penyusutan
Rongga Penyusutan mempunyai sebab-sebab yang sama seperti pada penyusutan dalam dan
luar, dan mereka dapat terjadi pada bagian yang tebal yang membeku terakhir. Cacat ini
terjadi dari lubang-lubang kecil dengan permukaan dalam berkristal dendrit kasar yang bisa
timbul pada bagian tebal, bagian pertemuan, cekungan filet dan sebagainya.
36
Contoh Cacat Coran Penyusutan (Shrinkage) _Mechanical Engineering
Penyusutan dalam, penyusutan luar dan rongga penyusutan dapat terjadi karena sebab-sebab
yang sama. Cacat coran tersebut mudah terjadi pada bagian yang paling lambat membeku.
a. Digunakan pembekuan mengarah sehingga penambah dapat bekerja secara efektif. Bagian
pertama yang terisi oleh logam cair adalah bagian yang bertemperatur terendah dan yang
37
terakhir diisi adalah yang bertemperatur tertinggi. Jadi menempatkan penambah di tempat
yang bertemperatur tinggi.
b. Penggunaan Cil, cil berfungsi agar terjadi pembekuan mengarah dan pengaruh penambah
meningkat.
c. Daerah pengisian yang efektif dari penambah berbeda menurut bahan coran, cara
penuangan, dan ketebalan irisan. Daerah pengisian efektif harus delapan kali tebal coran.
Cairan logam dalam proses pengecoran dapat mengandung gas yang terjebak ketika cairan
logam mengeras, inilah yang dinamakan cacat lubang gas (gas hole defect). Ada beberapa
alasan yang memungkinkan hal ini terjadi, diantaranya turbulensi, gas yang telah terjebak di
bahan cetakan, dan reaksi antara cairan logam dengan bahan cetakan.
Logam cair memiliki tingkat kelarutan yang lebih tinggi daripada logam padat. Ketika proses
pembekuan logam cair, gas-gas ini akan keluar. Namun jika gas-gas ini tidak dapat keluar
atau terjebak, maka akan terbentuk lubang-lubang dalam benda cor.
Kadang sulit untuk membedakan lubang dalam benda cor merupakan hasil dari gas atau
penyusutan. Jika lubang berbentuk bulat dan halus, kemungkinan besar karena gas. Jika
lubang berbentuk sudut dan kasar, kemungkinan karena penyusutan.
38
Gas hole defect
(www.gearvalves.com)
Cacat lubang gas adalah cacat pada hasil coran yang berbentuk bulat atau lubang atau rongga
dengan permukaan yang halus. Cacat coran jenis ini seringkali terjadi di bagian atas benda
coran atau cetakan, baik pada bagian tebal maupun bagian tipis.
Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah cacat lubang menurut
HAPLI :
a. Dalam peleburan dengan kupola, perlu mendapat cairan logam yang bersih yaitu dengan
menjaga tingginya alas kokas, dengan menghindari tiupan yang berlebihan, dengan
menghilangkan kelembaban pada dasar dan dinding oleh pemanasan mula dan dengan
39
mempergunakan zat penghilang oksid. Selanjutnya perlu mendapat logam cair bertemperatur
tinggi dengan mengatur jumlah kokas, secara sempurna. Saluran dan ladel harus dikeringkan
sampai kering sekali.
b. Lubang gas/udara bisa terjadi dengan mudah terutama pada temperatur penuangan yang
rendah. Apabila letak saluran turun tidak baik dan waktu penuangan terlalu lama, maka
rongga gas/udara mudah terjadi. Oleh karena itu perlu memasang saluran turun pada tempat
yang benar dan menuangkan logam cair bertemperatur cocok dengan kecepatan yang cukup
cepat.
c. Lubang gas/udara bisa disebabkan oleh permeabilitas cetakan yang tidak baik, oleh uap air
setempat, dan oleh bahan-bahan yang membentuk gas. Oleh karena itu jumlah gas perlu
diusahakan menjadi sekecil mungkin.
e. Kalau tinggi penuangan terlalu rendah, tekanan logam cair menjadi lebih kecil dari pada
tekanan gas dalam cetakan. Oleh karena itu, tinggi penuangan yang rendah dapat
menyebabkan rongga udara. Dalam hal tertentu tinggi logam cair harus diatas 200 mm untuk
mencegah rongga udara, tentu saja kecepatan penuangan harus tinggi.
Penyebab terjadinya cacat lubang gas (gas hole defect) bisa berasal dari alat-alat yang
digunakan dalam pengecoran logam (cetakan, inti) dan dari cairan logam itu sendiri yang
dapat menyerap gas sehingga ketika cairan membeku, gas yang terperangkap akan
membentuk lubang-lubang. Praktek pengecoran yang tepat, termasuk persiapan leburan dan
desain cetakan, dapat mengurangi terjadinya cacat ini.
A. KESIMPULAN
40
Logam dalam suhu kamar dalam keadaan padat. Logam dapat dicairkan dengan jalan
memanaskan hingga mencapai temperature lelehnya. Logam cair berbeda dengan air dalam
hal temperature cair, berat jenis, kemmpuan mebasahi dinding. Proses pembekuan logam cair
dimulai dari bagian logam cair yang bersentuhan dengan dinding cetakan. Selama proses
pembekuan berlangsung, inti-inti kristal tumbuh. dari inti asal mengarah ke bagian dalam
coran dan butir-butir kristal tersebut berbentuk panjang-panjang seperti kolom. Struktur dasar
dari besi cor kelabu terdiri dari: grafit, ferit, sementit dan perlit. Grafit merupakan karbon
bebas yang tersebar dalam bentuk pipih atau bulat. Selain struktur grafit struktur lainnya pada
besi cor disebut dengan matrik yang terdiri dari ferit, sementit atau perlit. Perlit merupakan
struktur yang berbentuk lapiasan ferit dan sementit. Ferit memiliki sifat lunak dan ulet.
Sementit bersifat keras dan getas Sifat coran dapat ditinjau dari sifat fisis dan sifat
mekanisnya. Sifat fisik berhubungan degan kondisi fisik dari coran, sedangkan sifat mekanis
berhubungan dengan kekuatan coran untuk menahan beban atau gaya dari luar Dalam proses
pengecoran harus mempertimbangkan bentuk dan ukuran benda coran yang akan dibuat.
Pertimbangan-pertimbangannya yaitu entuk pola coran hendaknya sederhana dan mudah
dibuat, cetakan mudah dibuat, dan cetakan tidak menyebabkan terjadinya cacat dalam coran
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan .
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan . untuk bgian terakhir dari
makalah adalah daftar pustaka . pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar
pustaka makalh
DAFTAR PUSTAKA
Logam Ceper. (2014, Agustus 18). Aluminium dalam Pengecoran. Dipetik Desember 18,
2018, dari Logam Ceper: http://logamceper.com/aluminium-dalam-pengecoran-logam/
41
Logam Ceper. (2014, Agustus 19). Tembaga dalam Pengecoran. Dipetik Desember 19, 2018,
dari Logam Ceper: http://logamceper.com/tembaga-dalam-pengecoran-logam/ Surdia, T., &
Chijiiwa, K. (1976). Teknik Pengecoran Logam. Jakarta: PT. PRADNYA PARAMITA.
Tiwan. (2010).
Modul Teknik Pengecoran Logam- Bahan Pada Pengecoran Logam/ Arianto Leman
Soemowidagdo, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016
42