PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua atau menjadi tua adalah suatu proses secara perlahan-lahan
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti serta
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2011). Biasanya lansia tidak mampu
untuk hidup sendiri dan memerlukan pertolongan orang lain untuk membantunya
beraktifitas. Hal tersebut dikarenakan kemampuan fisik lansia yang mulai berkurang
salah satunya adalah menurunnya fungsi massa otot, dan bahkan tidak jarang lansia
kesulitan untuk bangun dari tempat tidurnya sendiri.
World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan lansia atau lanjut usia
menjadi empat yaitu, middle age (usia pertengahan) 45 sampai 59 tahun, elderly (lanjut
usia) 60 sampai 74 tahun, old (lanjut usia tua) 75 sampai 90 tahun serta very old (usia
sangat tua) di atas 90 tahun. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2004, lansia atau lanjut usia ialah seorang yang sudah mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun
2025 jumlah para lanjut usia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang dan yang
akan terus bertambah sampai 2 miliar orang pada tahun 2050.
World Health Organization (WHO) juga memperkirakan 75% populasi lansia di
dunia pada tahun 2025 berada di negara berkembang, setengah jumlah lansia di dunia
berada di Asia. Asia dan Indonesia dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk
menua (ageing population) karena jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas
(penduduk lansia) melebihi angka 7 persen. Jumlah lansia di Indonesia mencapai 23,66
juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia
tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035
(48,19 juta).
Lansia adalah tahap akhir dalam proses kehidupan yang akan terjadi banyak
penurunan dan perubahan fisik, psikologi, sosial, yang saling berhubungan satu sama
lain, sehingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa
pada lansia (Cabrera, A.J, 2015). Pada masa lansia seseorang mengalami kemunduran
fisik, mental, dan sosial sedikit demia sedikit sampai lansia tersebut tidak mampu untuk
melakukan tugas sehari-harinya lagi sehingga bagi kebanyakan orang, masa tua
merupakan masa yang kurang menyenangkan (Nugroho, 2011)
Oleh sebab itu merawat dan menjaga para lansia akan menjadi suatu tantangan yang
cukup sulit, karena pada masa ini lansia sangat memerlukan perhatian, kasih sayang,
kesabaran, pengertian, pengetahuan, waktu yang cukup, keuangan yang mencukupi, serta
lingkungan yang mendukung. Tanpa dasar itu semua orang atau bahkan keluarga dari
lansia tersebut akan mengalami kesulitan pada saat merawat lansia tersebut.
World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan kualitas
hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks
budaya dan nilai yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan fokus perhatian.
WHOQOL membagi kualitas hidup dalam lima dimensi yaitu fisik, psikologis,
kebebasan, hubungan sosial, lingkungan. Kualitas hidup merupakan indikator penting
untuk menilai keberhasilan intervensi pelayanan kesehatan, baik dari segi pencegahan
maupun pengobatan. Pada umumnya lanjut usia menghadapi kelemahan, keterbatasan
dan ketidakmampuan, sehingga kualitas hidup pada lansia menjadi menurun.
Disaat seperti ini lansia sangat membutuhkan support system yang baik dalam
kehidupannya, untuk mendukung lansia dalam menjalankan aktifitas dari akhir-akhir
masa perjalanan hidupnya. Support system yang mendukung tentu akan membuat para
lansia merasa lebih nyaman dalam menjalani masa kehidupan akhirnya. Mendapat
perhatian penuh dari keluarga, menerima support atau dukungan yang baik dari
lingkungan tentu itu dapat meningkatkan kesejahteraan hidup lansia. Kesejahteraan
hidup sama artinya dengan peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup
memiliki arti kepuasan hidup, serta terpenuhinya kebutuhan hidup berdasarkan kondisi
fisik, psikologis dan kondisi sosial yang dirasakan seseorang (Pratiwi, Y. 2018).
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan tersebut, dapat disimpulkan perlua
adanya pengkajian dan penelitian untuk mengetahui pengaruh dukungan atau support
system terhadap peningkatan kualitas hidup pada lansia.
B. Batasan Masalah
Untuk meningkatkan kualitas hidup pada lansia, maka peneliti membatasi penelitian
ini tentang studi literature riview pengaruh support system terhadap peningkatan
kualitas hidup pada lansia.
C. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh support system terhadap peningkatan kualitas hidup pada
lansia?
D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh support system terhadap peningkatan kualitas hidup
pada lansia.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi penelitian
lebih lanjut tentang support system terhadap peningkatan kualitas hidup pada
lansia.
2. Manfaat Praktis
a. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi institusi untuk
memberikan pengetahuan tentang pengaruh support system terhadap
peningkatan kualitas hidup pada lansia.
b. Lansia dan Masyarakat
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan bagi lansia dan masyarakat untuk menambah
wawasan tentang pengaruh support system terhadap peningkatan kualitas hidup pada
lansia.
c. Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan masalah pengaruh support system terhadap peningkatan kualitas
hidup pada lansia.
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Peneliti (tahun) Judul Rancangan Variabel Hasil
Penelitian
Dwi Arini Pengaruh Metode Variabel Interpretasi
Hamiyati Dukungan yang Dependen penelitian
Tarma Sosial digunakan dalam ini
(2016) Keluarga di dalam penelitian menunjukka
Terhadap penelitian ini adalah n hasil
Kualitas Hidup ini adalah dukungan bahwa ada
Lansia di Panti survei sosial pengaruh
Werdha Ria dengan keluarga signifikan
Pembangunan menggunak Variabel antara
Jakarta Timur an Independen dukungan
pendekatan dalam sosial
korelasional penelitian keluarga
. Teknik ini adalah yang
sampling kulitas memiliki
yang hidup lansia kolerasi
digunakan yang kuat,
dalam sehingga
penelitian dukungan
ini adalah sosial
Purposive keluarga
Sampling yang
yaitu tekink diperoleh
yang lansia dari
digunakan anggota
peneliti jika keluarganya
peneliti menjadi
mempunyai salah satu
pertimbanga solusi
n- alternative
pertimbanga dalam
n tertentu di meningkatk
dalam an kualitas
pengambila hidup dan
n harapan
sampelnya lansia.
atau
penentuan
sampel
untuk
tujuan
tertentu.
May Dwi Yuri Dukungan Penelitian Variable Interpretasi
Santoso Sosial ini yang dari
Meningkatkan menggunak digunakan penelitian
Kualitas Hidup an riview dalam ini
Lansia artikel penelitian didapatkan
dengan ini adalah hasil dari
metode screening beberapa
sistematik beberapa riview
berdasarkan artikel yang artikel yang
preferred menggukan berhubunga
reporting beberapa n dengan
items for bahasa dan judul
systematic sudah penelitian
riviews and diseleksi yang
meta- sesuai berkaitan
analyses kriteria dengan
(PRIMA), yang cocok dukungan
selanjutnya dengan sosial
dilakukan penelitian meningkatk
screening ini. an kualitas
atau seleksi. hidup
lansia. Dan
hasilnya
didapatkan
bahwa
dukungan
sosial cukup
berpengaruh
terhadap
kualitas
hidup
lansia.
Bella Friska The Jenis Variabel Interpretasi
Usraleli Relationship penelitian independen dalam
Idayanti Of Family yang nya adalah penelitian
Magdalena Support With digunakan dukungan ini
Sakhnan The Quality Of dalam keluarga. menunjukka
Elderly Living penelitian Variabel n hasil
In Sidomulyo ini adalah dependen terdapat
Health Center Observasion nya adalah hubungan
Work Area In al Analitik kualitas signifikan
Pekanbaru dengan hidup antara
Road desain lansia. dukungan
Cross keluarga
Sectional. dengan
Dengan kualitas
menggunak hidup pada
an teknik lansia,
purposive lansia
sampling. dengan
dukungan
keluarga
baik maka
kualitas
hidupnya
memiliki
peluang
lebih baik
daripada
lansia
dengan
dukungan
keluarga
yang buruk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Lansia
a. Pengertian Lansia
Lansia merupakan salah satu kelompok atau populasi berisiko (population at
risk) yang semakin meningkat jumlahnya. Menurut UU No. 13, Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang berusia lebih
dari 60 tahun (Dewi. S.R, 2014). Lanjut usia adalah dimana seseorang individu telah
mencapai kematangan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukkan fungsi
organ tubuh sejalan dengan waktu.
Usia merupakan proses menua pada manusia yang tidak dapat dihindarkan.
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur
dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap lesion atau luka
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2000).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lansia adalah salah satu
individu atau kelompok yang berusia lebih dari 60 tahun, dan memiliki masalah
dalam kesehatannya. Ketidakmampuan melakukan perawatan terhadap diri sendiri
dan kesulitan dalam melakukan aktivitas karena adanya penurunan fungsi dalam
tubuhnya.
c. Klasifikasi Lansia
Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari :
1. Pra lanjut usia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lanjut usia risiko tinggi adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan
4. Lanjut usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang ataupun jasa
5. Lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya bergantung terhadap bantuan orang lain.
d. Karakteristik Lansia
Dibawah ini terdapat beberapa pendapat tentang karakteristik pada lansia, yaitu:
1. Menurut pusat data dan informasi, kementrian kesehatan RI (2016),
karakteristik lanjut usia dapat dilihat berdasarkan kelompok berikut ini :
a. Jenis kelamin Lanjut usia lebih didominasi oleh jenis kelamin perempuan.
Artinya, ini menunjukan bahwa angka harapan hidup yang paling tinggi
adalah perempuan.
b. Status perkawinan Penduduk lanjut usia dilihat dari status perkawinannya
sebagian besar berstatus kawin 60% dan cerai mati 37%. Pola status
perkawinan penduduk lansia pria berbeda dengan wanita. Lansia wanita
lebih banyak yang berstatus cerai mati (56,04%), sedangkan lansia pria
lebih banyak yang berstatus kawin (82,84%). Hal ini disebabkan usia
harapan hidup wanita yang lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan
hidup pria, sehingga presentase lansia wanita yang berstatus cerai mati lebih
banyak dibandingkan dengan lansia pria. Sebaliknya lansia pria yang
bercerai umumnya segera menikah lagi.
c. Living arrangement atau aturan hidup, dapat dilihat dari angka beban
tanggungan. Angka beban tanggungan adalah angka yang menunjukan
perbandingan banyaknya orang yang tidak produktif (umur 65 tahun)
dengan orang yang berusia produktif (umur 15-64 tahun). Angka tersebut
menjadi tolak ukur besarnya beban ekonomi yang harus ditanggung
penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk usia nonproduktif.
d. Kondisi kesehatan, dapat dilihat dari angka kesakitan. Angka kesakitan
merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat
kesehatan penduduk. Angka kesakitan bisa menjadi indikator kesehatan
negatif, yang dapat diartikan dengan semakin rendah angka kesakitan, maka
menunjukan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik.
e. Lanjut usia sehat berkualitas mengacu pada konsep active ageing WHO
yaitu proses penuaan yang sehat secara fisik, sosial dan mental sehingga
dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap ikut serta dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat.