Pemulung Kertas Bawah Perkotaan

Pemulung adalah orang yang kesehariannya memungut barang bekas atau sampah. Barang
tersebut dikumpulkan, lalu dijual kepada pengepul atau diproses menjadi barang yang
bernilai ekonomi. Pekerjaan seperti ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.
Pekerjaan tersebut dilakukan warga keturunan Cina saat itu. Pekerjaan mengumpulkan
barang bekas di rumah-rumah disebut goni botot. Dalam logat Cina artinya goni dan botol.
Orang-orang tersebut berkeliling di kampung- kampung dan kota. Mereka mencari botol,
kertas koran, goni, atau barang bekas lainnya, yang dapat dipakai kembali menjadi barang
yang bernilai ekonomi.
Sebenarnya makna goni botot agak berbeda dengan pemulung. Goni botot mencari barang
bekas rumah tangga yang tidak dipergunakan lagi oleh pemiliknya di rumah-rumah. Jadi,
barang tersebut masih memiliki nilai ekonomi. Namun, pemulung mengais barang dari
tempat pembuangan sampah yang nyaris tidak memiliki nilai ekonomi terkecuali jika didaur
ulang terlebih dahulu. Sepintas sama, tetapi kualitasnya berbeda.
Saat ini pekerjaan sebagai pemulung sudah menggejala pada masyarakat perkotaan.
Pekerjaan tersebut dilakukan oleh masyarakat ekonomi kelas bawah perkotaan. Pekerjaan
ini dilakukan sebagai pekerjaan tetap untuk menyambung kehidupannya bersama keluarga.
Pekerjaan ini menunjukkan kemiskinan yang sedemikian parah terjadi pada masyarakat
kelas bawah perkotaan.
Salah satu masalah perekonomian Indonesia adalah masalah kesenjangan hidup.
Kesenjangan itu seperti siang dan malam. Sebagai contoh kelompok masyarakat pemulung
ini. Di tengah gemerlapnya suasana kota dengan tingkat konsumsi sebagian masyarakat kota
yang sedemikian tinggi, ditemukan kelompok masyarakat mengais kehidupan di tempat
pembuangan sampah. Keadaan ini tidak boleh dibiarkan.
Pekerjaan pemulung termasuk pekerjaan produktif pada kelompok masyarakat ekonomi.
Namun, tidak dapat dijadikan andalan untuk mengubah nasib secara formal. Pekerjaan
pemulung adalah pekerjaan darurat.