Dosen Pembimbing :
Bapak Hendy Mustiko Aji, BIBM (Hons), S.E., M.Sc
Anggota Kelompok :
Muhammad Shodiq Helmyzan 18311144
Reychan Lazuardi 18311360
Indah Pujiastuty R.N. 18311445
Muhammad Rifqi Ashfa 18311276
Dalam etika bisnis islam, setiap pelaku bisnis dalam melakukan perdagangan tidak
seharusnya hanya bertujuan untuk mencari keuntungan/laba/profit sebanyak-banyaknya, Namun
yang terpenting dalam bisnis menurut islam adalah mencari keridhaan Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan mendapat keberkahan atas rezeki yang dilimpahkan/diberikan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala . Munculnya kesadaran untuk menjalankan syariah islam dalam kehidupan ekonomi
muslim berarti harus mengubah pola pikir dari sistem ekonomi kapitalis menjadi sistem ekonomi
syariah. Dunia bisnis tidak bisa dilepas dari etika bisnis. Menjalankan bisnis sesuai syariah islam
artinya harus mengikuti etika bisnis yang benar dalam islam.
Ada dua sumber yang digunakan sebagai panduan etika bisnis dalam islam, yaitu Al-
Quran dann Sunnah. Sesuai dengan hadis riwayat Abu Hurairah ra dari Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan “Saya meninggalkan dua hal, kamu tidak akan hilang
selamanya selama kamu tetap dengan Al-Quran dan Sunnah nabinya”
Terkadang dalam menjalankan bisnis, ada saat dimana pebisnis akan berada pada titik
terendah (bawah) yang meminta pebisnis untuk merendahkan diri dan meminta pertolongan atau
mencari pinjaman untuk terus mempertahankan usahanya. Dalam keadaan tersebut, strategi
bisnis yang tepat untuk dilakukan adalah untuk mencari pinjaman atau pertolongan dari pihak
lain, contohnya kepada pesaingnya. Kembali lagi ke etika berbisnis dalam islam, dimana salah
satu etika berbisnis dalam islam yaitu Leniency (Kemurahan hati). Kondisi ini menjadi sebuah
dilema tersendiri bagi pesaing yang diajukan permintaan pertolongan.
Maka dari itu kelompok kami telah melakukan wawancara kepada salah satu pemilik
bisnis percetakan di daerah jogjakarta. Ikhwanudin atau dikenal dengan Ichwan merupakan
mahasiswa lulusan IAIN Lampung atau yang saat ini dikenal dengan UIN Raden Intan Lampung.
Lahir pada 1 juni 1987, saat ini berusia 34 tahun. Sejak mahasiswa dikenal sebagai mahasiswa
yang aktif kuliah dan senang membicarakan tentang motivasi dalam usaha/bisnis. Dalam satu
tahun pemerintah menerima cpns hanya kurang lebih 8 ribu sampai 10 ribu sedangkan lulusan
sarjana saat itu sebanyak kurang lebih 40 ribu. Jika berorientasi untuk menjadi Pegawai Negeri
Sipil (PNS) maka peluangnya akan kecil, ini menjadi alasan untuk membuka bisnis sendiri dan
memberikan lapangan pekerjaan baru bagi banyak orang. Sempat gagal beberapa kali dalam
menjalankan bisnis, tidak membuatnya putus asa, melainkan menjadi pacuan untuk terus
mencoba. Akhirnya pada 2017, dibukalah bisnis percetakan yang saat itu masih menerima
pesanan dan belum memiliki mesin cetak sama sekali. Saat ini, usahanya telah berkembang, telah
memiliki mesin cetaknya sendiri, dan memiliki 8 karyawan yang membantunya dalam
menjalankan bisnis percetakan itu. Selanjutnya akan dijelaskan lebih detail mengenai profil
bisnis, dilema yang dihadapi, hingga saran dan rekomendasi yang diberikan oleh kelompok
kami.
BAB II
PROFIL “41 Dafin digital printing”
41 Dafin digital printing sudah memiliki toko tetap yang berada di Lampung, beliau
membuat bisnis percetakan karena melihat peluang yang besar karena masih jarang adanya bisnis
percetakan di daerah tersebut dan juga beliau sebelum membuat bisnis percetakan telah melalui
banyak bisnis yang kurang menguntungkan di beberapa bisnis yang sebelumnya. Dengan
berdirinya bisnis percetakan tersebut menurut beliau dapat memperluas relasi dengan sesama
pebisnis percetakan yang saling merangkul satu sama lain yang mengakibatkan pertukaran
informasi yang cepat dan membuat bisnis cepat berkembang.
Awal bisnis ini dirintis berawal pada tahun 2017 yang berawal dari penerimaan
permintaan dulu lalu dibuatkan ke vendor lain karena beliau belum mempunyai peralatan yang
memadai. Pada tahun 2019, beliau memberanikan diri untuk membeli mesin baru yang memadai
untuk produksi dan sekarang sudah memiliki beberapa mesin untuk produksi. Awalnya membeli
mesin photo copy terlebih dahulu, lalu seiring berjalannya waktu Mas Ichwan membeli mesin
cetak spanduk dan stiker. Modal awal dari Mas Ichwan ini bukanlah uang, melainkan usaha
dengan mencari investor dan pinjaman ke kenalan-kenalannya.
Mas Ichwan sendiri sudah mengalami jatuh bangun dalam dunia percetakan ini, dari
mulai di tipu, hutang tidak dibayar, mesin rusak, karyawan yang nakal dan berbagai masalah
lainnya. Tetapi dengan kegigihannya, Mas Ichwan tetap dapat bertahan walaupun di masa sulit
seperti ini bahkan terus tumbuh. Baru-baru ini Mas Ichwan juga baru membeli mesin kertas yang
dinamakan mesin offset. Saat ini usaha beliau sudah memiliki 8 karyawan yang bertugas sebagai
operator mesin banner dua orang, desainer banner dua orang, deasiner kertas satu, operator
kertas satu orang, kasir satu orang, finishing kertas satu orang, jasa ini biasanya dibutuhkan oleh
perusahaan seperti pembuatan cover box smartphone, box makanan, yang membutuhkan jasa
foto copy, pembuatan banner, pembuatan spanduk, ataupun pembuatan stiker.
Visi dan misi dari bisnis digital printing ini adalah bagaimana orang desa dapat berkarya
karena rata-rata yang memiliki bisnis di daerah tersebut adalah orang luar daerah. Beliau berkata
bahwa yang menentukan bisnis kedepannya adalah usaha dan izin dari Allah SWT dimana dia
yakin selama bisnis dijalankan dengan prinsip yang sesuai dengan syariat Islam maka akan
semakin maju bisnis tersebut. Mas Ichwan sendiri memiliki prinsip dalam menjalankan bisnis
yaitu DUIT (Doa, Usaha, Ikhtiar, dan Tawakal) dimana bukan seperti duit yang kita kenal.
Prinsip DUIT inilah yang menuntun bisnis Mas Ichwan bisa maju sampai sekarang ini dan bisnis
ini juga memiliki investor yang menyepakati bagi hasil dengan kesepakatan hitam di atas putih
dengan para investor. Dari situlah bisnis Mas Ichwan bisa tumbuh dengan cepat dan memiliki
banyak karyawan karena kegigihannya tersebut. Walaupun sempat mengalami kesulitan di masa
pandemi, tetapi Mas Ichwan tetap dapat menjaga kestabilan pertumbuhan bisnisnya.
BAB III
DILEMA
Ichwan yang telah mendirikan bisnis yang bernama “41 Dafin Digital Printing” sejak
2017 dan masih eksis hingga tahun ini, lebih tepatnya 2021. Bisnis yang dimulai dari tahun 2017
dijalankan dengan menerima pesanan dalam skala kecil. Contoh pesanan yang diterima yaitu
berupa pesanan pembuatan cover buku, photo card, banner, dll. Hingga tahun 2019 “41 Davin
Digital Printing” memutuskan membeli mesin percetakan seperti mesin fotocopy dan mesin
digital printing. Untuk saat ini “41 Davin Digital Printing” telah memiliki 7 mesin percetakan
dan mempekerjakan delapan karyawan dengan pembagian tugas sebagai berikut, operator banner
dua orang, desain banner dua orang, desain kertas satu orang , kasir satu orang, operator mesin
satu orang, dan finishing kertas satu orang.
Jika dihitung, sudah empat tahun mas Ichwan terjun ke dunia bisnis percetakan. Empat
tahun bukanlah masa yang mudah karena setiap usaha/bisnis pasti pernah mengalami beberapa
permasalahan, masalah yang datang silih berganti dengan tingkat kesulitan yang berbeda, dari
mudah hingga masalah yang sulit yang terkadang berkaitan dengan pesaingnya.
Dilema kedua yang dijumpai narasumber masih berkaitan dengan pesaingnya yang
meminta pertolongan kepada mas Ichwan, yaitu bahan yang dipinjam tidak dikembalikan
dan tidak dibayar oleh pesaingnya. Mas Ichwan merasa kecewa karena pihak peminjam
tersebut tidak mengembalikan bahan dan tidak membayar bahan yang dia pinjamkan
sebelumnya, namun Mas Ichwan tidak menyesal karena telah membantu pesaingnya. Karena
akal itu di dominasikan dengan keyakinan, tidak semua harus menurut logika. Pada saat itu
pesaing meminjam bahan karena kehabisan bahan, sehingga mas Ichwan menganggap yang ia
berikan adalah sebuah pertolongan. Tidak selalu bahan yang menjadi objek yang dibutuhkan,
terkadang Mas Ichwan memberikan bantuan berupa informasi. Di kalangan pebisnis percetakan
juga sebenarnya hal yang wajar untuk saling meminjam dan menolong (walaupun tidak semua),
sehingga terjalin hubungan kedekatan antar pebisnis percetakan, yang menyebabkan harga dapat
dikontrol dan menjadi lebih stabil. Saat ini Mas Ichwan sudah mengikhlaskan kejadian tersebut,
terlebih karena pesaing yang meminta pertolongannya telah “gulung tikar”.
BAB IV
DISKUSI
1. Landasan Teori
Islam pada dasarnya telah mengatur seluruh kehidupan manusia, bahkan dalam
menjalankan bisnis sekalipun. Seorang pebisnis muslim haruslah memiliki etika dan tata
krama yang sesuai dengan Qur’an dan Sunnah. Dalam bukunya yang berjudul Business
Ethics in Islam, Mushtaq Ahmad menyatakan bahwa seorang pebisnis muslim harusnya
membangun sikap antara lain belas kasih (leniency), motif pelayanan (service-motive),
dan kesadaran akan Allah. Adapun dalam kasus ini kami akan lebih berfokus kepada
leniency.
Leniency merupakan dasar serta juga inti dari sikap yang baik dan dianggap
sebagai perilaku yang sangat terpuji dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Hal ini lah
yang membedakan antara pengusaha muslim dengan pengusaha biasa yang hanya
berorientasi kepada keuntungan saja. Tidak sedikit pula pengusaha muslim yang sangat
berat untuk melakukan ini jika hanya berorientasi pada keuntungan. Mushtaq Ahmad
mengilustrasikan leniency kedalam beberapa ilustrasi antara lain kesopanan (politeness),
pengampunan (forgiveness), kompensasi, menghapus kesulitan (removal of hardship),
dan juga memberikan bantuan. Namun dalam kasus ini, kami lebih membahas kepada
forgiveness dan removal of hardship.
Memaafkan (forgiveness) memiliki arti untuk memaafkan orang lain. Hal ini
merupakan hal yang sulit dilakukan oleh pebisnis, apalagi terkait dengan harta. Itulah
yang membedakan antara pebisnis muslim dengan bisnis konvensional yang hanya
berbasis pada profit. Dalil terkait dengan forgiveness di dalam Islam ini antara lain:
الس عة اَنْ ي ُّْؤ ُت ْٓوا اُولِى ْالقُ رْ ٰبى و ْالم ٰس كيْن و ْالم ُٰهج ريْن فِيْ س بيْل هّٰللا ْ َواَل َيأْ َت ِل اُولُو ْال َف
ِ ِ ِ َ َ ِ ِ َ َ ِ َ َ ِ َ َّ ض ِل ِم ْن ُك ْم َو
َۖو ْل َيعْ فُ ْوا َو ْل َيصْ َفح ُْو ۗا اَاَل ُت ِحب ُّْو َن اَنْ ي َّْغف َِر هّٰللا ُ لَ ُك ْم َۗوهّٰللا ُ َغفُ ْو ٌر رَّ ِح ْي ٌم
Yang artinya:
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu
bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-
orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka
memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu?
Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS An-Nur ayat 22).
Dilema kedua yang dialami Ichwan juga adalah belum dibayarkannya pinjaman
bahan yang diberikan kepada pesaing tersebut. Dalam hal ini, Ichwan memaafkan
pesaingnya yang tidak dapat membayar pinjaman bahan. Perilaku ini sesuai juga dengan
salah satu wujud dari belas kasih (leniency), yaitu memaafkan (forgiveness) dan dalil
yang telah disebutkan di atas. Ichwan membiarkan saja hutang yang dimiliki oleh
pesaingnya tersebut, terlebih ketika Mas Ichwan mengetahui bahwa pesaing tersebut
mengalami kesulitan keuangan pada saat itu. Mas Ichwan membiarkan saja dan
memaafkan pesaingnya tersebut. Di luar sana, banyak sekali pebisnis yang ketika
menagih hutang tidak pandang bulu. Bagaimanapun kondisi orang yang berhutang,
biasanya dia tetap akan memaksa agar membayar hutangnya. Apalagi jika yang
berhutang adalah pesaing, mungkin pebisnis yang hanya berorientasi pada profit akan
lebih menekan lagi.
BAB V
REKOMENDASI
Melakukan belas kasih (leniency) pada kenyataannya memanglah berat. Bahkan secara
logika saja tidaklah masuk akal, apalagi membantu pesaing sendiri. Namun, perilaku ini adalah
perilaku yang sangat mulia bahkan termasuk dalam etika yang harus dimiliki oleh para pebisnis
muslim. Etika ini menjadikan umat muslim menjadi berbeda dimana disaat yang lain hanya
beroerientasi pada profit saja dan melakukan segala sesuatu demi keuntungan, sedangkan
pengusaha muslim malah melakukan kebaikan-kebaikan kepada yang lainnya dengan tetap
mendapatkan keuntungan. Selain mendapatkan keuntungan, pengusaha muslim yang beretika
juga mendapatkan kemuliaan. Kami menginginkan bahwa Mas Ichwan tetaplah menebar
kebaikan ini dan menjadi pengusaha muslim yang beretika secara konsisten. Rekomendasi kami
agar pengusaha muslim dapat melakukan leniency ini (termasuk Mas Ichwan) adalah sebagai
berikut:
Bahkan kita jadi biasa untuk melakukan kebaikan dan bisa saja karena sudah
terbiasa melakukan kebaikan kecil maka kita lama-lama akan melakukan kebaikan-
kebaikan yang besar. Dengan begitu, kita akan konsisten dan terbiasa dalam melakukan
kebaikan kepada orang lain. Hal ini juga yang dapat dilakukan Mas Ichwan untuk menuju
berbuat kebaikan-kebaikan yang lebih besar nantinya dan menjadi pebisnis muslim yang
beretika secara konsisten. Ini bisa saja menjadi langkah awal agar Mas Ichwan dapat
melakukan kebaikan yang lebih besar lagi. Bahkan ini juga dapat dilakukan pebisnis
lainnya dengan melakukan kebaikan yang kecil saja terlebih dahulu. Pada awalnya
memanglah berat, tetapi jika sudah terbiasa maka akan menjadi kebiasaan.
Mas Ichwan juga yakin bahwa rezeki itu tidak pernah tertukar dan yang
memberikan rezeki adalah Allah. Dengan begitu, Mas Ichwan percaya dan yakin kepada
Allah SWT bahwa Allah SWT lah yang memberikan semuanya sehingga dia menolong
kesulitan yang dialami oleh pesaingnya. Allah SWT berfirman, “Dan apabila hamba-
hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah
dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-
Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintahKu) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah
Ayat 186). Dengan begitu, yakin dan percayalah kepada Allah SWT bahwa Allah SWT
yang mengabulkan segala permohonan orang yang berdoa.
BAB VI
KESIMPULAN
Mas Ichwan yang telah mendirikan bisnis yang bernama “41 Dafin Digital
Printing” sejak 2017 dan masih eksis hingga tahun ini, lebih tepatnya 2021. Bisnis yang
dimulai dari tahun 2017 dijalankan dengan menerima pesanan dalam skala kecil. Contoh
pesanan yang diterima yaitu berupa pesanan pembuatan cover buku, photo card, banner,
dll. Hingga tahun 2019 “41 Dafin Digital Printing” memutuskan membeli mesin
percetakan seperti mesin fotocopy dan mesin digital printing. Akan tetapi pak ichwan
pernah merasakan dilema saat menjalankan bisnis percetakan “41 Dafin Digital Printing”.
Mas Ichwan sebagai pemilik usaha merasa dilema untuk membantu pesaingnya yang
sedang dalam masa sulit. Beberapa kali pak Ichwan mendapat permintaan tolong dari
pesaingnya, biasanya berupa pinjam meminjam bahan. Jika tidak memiliki bahan,
kemungkinan besar pesaing tidak mendapatkan penjualan selama seminggu dan dapat
mengecewakan konsumen. Hal itu membuat Mas Ichwan membantu pesaingnya tersebut
agar usahanya tetap dapat beroperasi.
Pada intinya sebagai seorang muslim janganlah takut untuk berbelas kasih kepada
yang lain dan berbuat kebaikan. Pada dasarnya kebaikan yang kita lakukan kepada orang
lain akan balik kepada diri kita sendiri yang akan dibalas oleh Allah SWT. Menjadi
seorang pebisnis haruslah memiliki etika dan sikap yang baik, tidak hanya berorientasi
pada profit saja. Kita hidup di dunia ini bukan hanya untuk urusan dunia saja, tetapi juga
untuk urusan akhirat. Berbuat lah baik kepada siapapun walaupun itu pesaing bisnis
sekalipun. Bersainglah secara sehat dan menggunakan jalan-jalan yang benar serta tidak
melupakan bahwa pada dasarnya kita sesama manusia haruslah saling membantu dan
memaafkan satu sama lainnya.
LAMPIRAN
Gambar 1: Merupakan dokumentasi wawancara kepada pemilik usaha “41 Davin Digital
Printing” yaitu Mas Ichwan yang kami lakukan pada hari Senin, tanggal 5 Juli 2021,
Pukul 20.30 WIB
Gambar 2: Beberapa mesin dan kegiatan dari bisnis usaha Mas Ichwan