Anda di halaman 1dari 19

Diagnosis dan Tatalaksana Hipermetropi

Gloria Stefanie Ferdian


Gloria.2015fk116@civitas.ukrida.ac.id
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Pendahuluan
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina (makula lutea atau bintik kuning). Pada kelainan refraksi sinar tidak
dibiaskan tepat pada bintik kuning, akan tetapi dapat di depan atau di belakang
bintik kuning dan bahkan tidak terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan
refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia, astigmat, dan presbiopi.1

Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan


bayangan di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak
sesuai antara panjang bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah
sehingga titik fokus sinar terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan
oleh penurunan panjang sumbu bola mata (hipermetropia aksial), penurunan
indeks biasrefraktif (hipermetropia refraktif), seperti afakia.2
Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hyperopia atau rabun dekat. Pasien
dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat danakan
bertambah berat dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot
siliar untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa.1

Anamnesis

Orang tua dapat mencurigai anak mengalami gangguan panglihatan apabila mata
anak sering merah, teriritasi atau berair, kesulitan dengan ktajaman penglihatan,
atau didapatkan mata anak juling. Anak yang lebih tua dapat mengeluh pada
orangtua atau guru mengenai gejala visual, atau ditemukan saat skrining di
12
sekolah atau dokter anak.

Kebanyakan pasien presbiopia mengeluh tentang bertambah sulitnya melihat


dekat. Meskipun kaburnya penglihatan dekat dan penglihatan yang tidak nyaman

1
merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada pasien hipermetropia,
12
tidak ada keluhan yang secara spesifik patognomonis untuk hipermetropia.

Pemeriksaan

Beberapa tanda yang bisa didapatkan dari pemeriksaan pada pasien


hipermetropia 9:

Ukuran bola mata tampak kecil secara keseluruhan, Kornea sedikit lebih kecil dari
normal, Bilik anterior relatif dangkal

a. Pemeriksaan fundus menunjukkan sebuah optic disc kecil yang tampak


lebih vaskuler dengan pinggir tak jelas dan bahkan dapat tampak seperti
papilitis (meskipun tidak terdapat pembengkakan dari disc, sehingga
disebut pseudopapillitis). Retina secara keseluruhan dapat bersinar akibat
refleksi cahaya yang lebih cemerlang (shot silk appearance)

b. Pembacaan USG dapat menunjukkan diameter antero posterior bola mata


yang kecil.

Pemeriksaan okuler yang dilakukan dalam mendiagnosis hipermetropia:

a. Visual Acuity

Tes visual acuity pada pasien dengan hipermetropia tinggi,


meskipun pada pasien muda, dapat menunjukkan defisit penglihatan.
Visual acuity pada pasien dengan hipermetropia laten biasanya normal.
Bagaimanapun, ketika pasien kelelahan, akan didapatkan tingkat
inkonsistensi penglihatan dekat dan terkadang jauh.

b. Refraksi

2
Retinoskopi merupakan prosedur yang digunakan secara luas untuk
menilai hipermetropia secara objektif. Prosedur yang dilakukan meliputi
static retinoscopy, subjective refraction dan autorefraction.

 Static retinoscopy

Retinoskopi adalah teknik untuk menentukan obyektif kesalahan bias


mata (rabun dekat, rabun jauh, Silindris) dan kebutuhan untuk kacamata.
Ketika cahaya tersebut akan dipindahkan secara vertikal dan horizontal di
mata, pemeriksa mengamati gerakan refleks retinoskopik. Pemeriksa
kemudian meletakkan lensa di depan mata sampai gerakan dinetralkan.
Kekuatan lensa yang diperlukan untuk menetralkan gerakan adalah
kesalahan bias mata dan menunjukkan kekuatan lensa yang diperlukan
untuk mengoptimalkan penglihatan dengan kacamata dan / atau lensa
kontak . 1

Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, dilakukan


di dalam kamar gelap. Jarak pemeriksa dengan penderita 1 meter. Sumber
cahaya terletak di atas penderita agk kebelakang supaya muka penderita
dalam keadaan gelap. Cahayanya ditujukan pada pemeriksa yang
memegang cermin, oleh cermin ini cahaya dipantulkan kearah pupil
penderita sehingga pemeriksa melalui lubang yang terdapat di tengah-
tengah cermin dapat melihat reflek fundus di pupil penderita. Kemudian
cermin digerak-gerakkan, perhatikan gerakan dari reflek retinoskopik pada
mata penderita.1

 subjective refraction

Prosedur ini lebih disukai untuk menentukan koreksi refraktif yang


diresepkan, terutama untuk pasien dewasa dan anak yang lebih tua,
karena langsung berdasarkan penerimaan pasien. Namun, pasien
dengan hipermetropia dan esotropia akomodatif sering membutuhkan
koreksi refraktif yang berbeda dari yang didapatkan pemeriksaan
refraksi refraktif saja. Pemeriksaan refraksi subjektif dapat diikuti oleh

3
retinoskopi sikloplegik. Pemeriksaan refraksi subjektif terdiri dari cara
trial and error serta cara fogging.12

I. Cara trial and error 1

1) Perkiraan anomali refraksi dari hasil pengukuran tajam


penglihatan pakai kartu uji snellen pada jarak 5 atau 6 m

2) Pasang gagang kacamata (trial frame) tutup satu mata.

3) Coba dengan lensa plus atau minus yang kira-kira sesuai


dengan kurangnya visus.contoh : visus 5/50 à mulai dengan
sferis minus 2 D atau plus 2 D

4) Perhalus dengan menambah atau mengurangi lagi dengan


lensa +/- 0,5 D sampai visus terbaik.

5) Bila visus kurang dan tak ada kelainan mata lainnya


mungkin astigmat.

II. Cara pengabutan ( fogging ) 1

Untuk mencegah akomodasi, focus dengan sengaja dimajukan


ke depan retina dengan memasang lensa + ( misalnya + 4 D ) . Jika
pasien mengatakan kabur, kurangi sedikit-sedikit sampai menjadi tegas.

 Autorefraction

Pemeriksaan ini memiliki reliabilitas dan validitas yang lebih


rendah dari refraksi subjeketif. Masih sedikit instrumen yang ada yang
dapat mengontrol akomodasi secara adekuat pada anak-anak. Pemeriksaan
autorefraksi non sikloplegik kurang akurat dalam menilai hipemetropia. 12

c. Pergerakan Okuler, Pandangan Binokuler dan Akomodasi

4
Pemeriksaan ini diperlukan karena gangguan pada fungsi visual
diatas dapat menyebabkan terganggunya visus dan performa visual yang
menurun. 12

d. Penilaian Kesehatan Okuler dan Skrining Kesehatan Sistemik

Kesehatan okuler harus dinilai untuk menyingkirkan atau mendiagnosis penyakit


lain yang dapat menyebabkan hipermetropia. Pemeriksaan ini dapat berupa respon
pupil, uji konfrontasi lapangan pandang, uji penglihatan warna, pengukuran
tekanan intraokuler dan pemeriksaan posterior bola mata dan adnexa. 12

Anatomi dan Fisiologi Penglihatan Normal

Gambar 2.1 Struktur bagian mata kanan secara vertikal, dilihat dari bagian nasal 11

Mata secara optik dapat disamakan dengan kamera fotografi biasa


mempunyai kemampuan menghasilkan bayangan yang dibiaskan melalui media
refraksi yaitu kornea, akuos humor, pupil, lensa, dan korpus vitreus sehingga
menghasilkan bayangan terbalik (macula lutea ) yang diterima retina yang dapat
disamakan dengan film. Susunan lensa mata terdiri atas empat perbatasan refraksi:
(1) perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara, (2) perbatasan antara
permukaan posterior kornea dan udara, (3) perbatasan antara humor aqueous dan

5
permukaan anterior lensa kristalina, dan (4) perbatasan antara
permukaanposteriorlensa dan humor vitreous. Masing-masing memiliki indeks
bias yang berbeda-beda.

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata.
Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya
bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media
penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut
sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya
pada keadaan mata yang tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.2

Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti Pungtum


Proksimum merupakan titik terdekat dengan akomodasi maksimum bayangan
masih bisa dibias pasa retina. Pungtum Remotum adalah titik terjauh tanpa
akomodasi, dimana bayangan masih dibiaskan pada retina.2

Akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk menambah daya bias


lensa dengan kontraksi otot siliar, yang menyebabkan penambahan tebal dan
kecembungan lensa sehingga bayangan benda pada jarak yang berbeda-beda akan
terfokus di retina.

Diagnosis Kerja

Hipermetropia

Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hyperopia atau rabun dekat.


Hipermetropia adalah keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata, di mana sinar
sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang
retina.2

6
A B

Gambar 2.3 A. Mata normal, cahaya fokus tepat pada retina

B. Hipermetropia, cahaya jatuh di belakang retina 4

Klasifikasi

3 tipe klinis hipermetropia 9:

1. Hipermetropia sederhana atau perkembangan, merupakan bentuk yang paling


umum. Bentuk ini diakibatkan oleh variasi biologis normal dalam
perkembangan bola mata. Bentuk ini termasuk hipermetropia axial dan
kurvatur.

2. Hipermetropia patologik, dapat karena kongenital atau pun didapat, di mana


bola mata berada di luar variasi biologis perkembangannya. Bentuk ini
termasuk:

 Hipermetropia index : akibat sklerosis korteks yang didapat

 Hipermetropia posisional: akibat subluksasi posterior lensa

 Afakia kongenital atau pun didapat

 Hipermetropia konsekutif : akibat koreksi miopia yang berlebihan


secara bedah

3. Hipermetropia fungsional, diakibatkan oleh paralisis akomodasi. Hal ini


dapat ditemukan pada pasien dengan paralisis nervus III dan oftalmoflegia
internal.

7
Klasifikasi hipermetropia berdasarkan derajat kelainan refraksi 11:

1. Hipermetropia rendah (< + 2 D)

2. Hipermetropia sedang (+ 2.25 D hingga + 5 D)

3. Hipermtropia tinggi (> + 5 D)

Berdasarkan akomodasi, hipermetropia dibedakan secara menjadi 9:

1. Hipermetropia total, seluruh jumlah hipermetropia laten dan manifes yang


didaptkan sesudah diberikan sikloplegia

2. Hipermetropia laten, jumlah hipermetropia (sekitar 1 D) yang normalnya


dikoreksi oleh musculus siliaris. Derajat hipermetropia laten tinggi pada
anak-anak dan secara bertahap menurun dengan bertambahnya usia.
Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan sikloplegia.

3. Hipermetropia manifes, sisa dari hipermetropia total yang tidak dikoreksi


oleh musculus siliaris. Hipermetropia ini terdiri dari hipermetropia absolut
dan fakultatif.

 Hipermetropia fakultatif, merupakan bagian yang dapat dikoreksi


dengan usaha akomodasi pasien

 Hipermetropia absolut, merupakan sisa hipermetropia manifes yang


tidak dapat dikoreksi dengan usaha akomodasi pasien

Diagnosis Banding

Miopia

Definisi
Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata jatuh
di depan retina pada mata yang istirahat (tanpa akomodasi). Gambaran kelainan
pemfokusan cahaya di retina pada miopia, dimana cahaya sejajar difokuskan didepan
retina. Menurut jenis kelainannya, Vaughan membagi miopia menjadi :

Miopia aksial, dimana diameter antero-posterior dari bola mata lebih panjang dari
normal ; Miopia kurvatura, yaitu adanya peningkatan curvatura kornea atau lensa ;
Miopia indeks, terjadi peningkatan indeks bias pada cairan mata.

8
Diagnosis Miopia
Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan cara refraksi subjektif dan objektif,
setelah diperiksa adanya visus yang kurang dari normal tanpa kelainan organik
(Sastrawiria, 1989).6

A. Cara Subyektif
Cara subyektif ini penderita aktif menyatakan kabur terangnya saat di periksa.
Pemeriksaan dilakukan guns mengetahui derajat lensa negatif yang diperlukan
untuk memperbaiki tajam penglihatan sehingga menjadi normal atau tercapai
tajam penglihatan terbaik. Alat yang digunakan adalah kartu Snellen, bingkai
percobaan dan sebuah set lensa coba.

Tehnik pemeriksaan :

1. Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter.


2. Pada mata dipasang bingkai percobaan dan satu mata ditutup.
3. Penderita di suruh membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar dan
diteruskan sampai huruf terkecil yang masih dapat dibaca.
4. Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam penglihatan
menjadi lebih baik ditambahkan kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat
di baca huruf pada baris terbawah.
5. Sampai terbaca basis 6/6.

B. Cara Obyektif
Cara ini untuk anomali refraksi tanpa harus menanyakan bagaimana tambah atau
kurangnya kejelasan yang di periksa, dengan menggunakan alat-alat tertentu yaitu
retinoskop. Cara objektif ini dinilai keadaan refraksi mata dengan cara mengamati
gerakan bayangan cahaya dalam pupil yang dipantulkan kembali oleh retina. Pada
saat pemeriksaan retinoskop tanpa sikloplegik (untuk melumpuhkan akomodasi),
pasien harus menatap jauh. Mata kiri diperiksa dengan mata kiri, mata kanan
dengan mata kanan dan jangan terlalu jauh arahnya dengan poros visuil mata.
Jarak pemeriksaan biasanya ½ meter dan dipakai sinar yang sejajar atau sedikit
divergen berkas cahayanya. Bila sinar yang terpantul dari mata dan tampak di
pupil bergerak searah dengan gerakan retinoskop, tambahkan lensa plus. Terus
tambah sampai tampak hampir diam atau hampir terbalik arahnya. Keadaan ini
dikatakan point of reversal (POR), sebaliknya bila terbalik tambahkan lensa
minus sampai diam. Nilai refraksi sama dengan nilai POR dikurangi dengan
ekivalen dioptri untuk jarak tersebut, misalnya untuk jarak ½ meter dikurangi 2
dioptri (Sastrawiria, 1989).
Cara pemeriksaan subyektif dan obyektif  biasanya dilakukan pada setiap pasien.
Cara ini sering dilakukan pada anak kecil dan pada orang yang tidak kooperatif,
cukup dengan pemeriksaan objektif. Untuk yang tidak terbiasa, pemeriksaan
subjektif saja pada umumnya bisa dilakukan (Sastrawiria, 1989).8

9
Penatalaksanaan Miopia
Penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk mata
difokuskan tepat di retina. Penatalaksanaan miopia dapat dilakukan dengan cara :

1. Cara optik
2. Cara operasi

Cara optik
Kacamata (Lensa Konkaf)
Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan lensa
konkaf (cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung
akan menyebar. Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu tinggi
atau bila bola mata terlalu panjang seperti pada miopia, keadaan ini dapat
dinetralisir dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata. Lensa cekung
yang akan mendivergensikan berkas cahaya sebelum masuk ke mata, dengan
demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke arah retina          (Guyton, 1997).

–Cara operasi pada kornea

Ada beberapa cara, yaitu :

1. Radikal keratotomy (dengan pisau) yaitu operasi dengan menginsisi


kornea perifer sehingga kornea sentral menjadi datar. Hal ini menyebabkan
sinar yang masuk ke mata menjadi lebih dekat ke retina.
2. Excimer laser (dengan sinar laser) yaitu operasi dengan menggunakan
tenaga laser untuk mengurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali.
3. Keratomileusis yaitu bila kornea yang terlalu cembung di insisi kemudian
dikurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali.
4. Epiratopati yaitu operasi dengan melakukan penjahitan keratolens yang
sesuai dengan koreksi refraksi ke kornea penderita yang telah di buang
epitelnya.
Cara operasi di atas masih mempunyai kekurangan – kekurangan, oleh karena itu
para ahli mencoba untuk mencari jalan lain yang dapat mengatasi kekurangan
tersebut dengan jalan mengambil lensa mata yang masih jernih (clear lens
extraction/CLE).10

Presbiopi

Terjadi gangguan perubahan kencembungan lensa yang dapat berkurang akibat


berkurangnya elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi, yang sering
terjadi pada usia tua atau lanjut. Seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan

10
lensa untuk memfokuskan bayangan saat melihat dekat menjadi terganggu.
Hal tersebut menyebabkan pandangan kabur saat melihat dekat.6

Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi


mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa
dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur
maka lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk
menjadi cembung, dengan demikian kemampuan melihat dekat makin
berkurang.6

Gejala Klinis yang ditimbulkan pada Presbiopi :

o
Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun,
akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair
dan sering terasa pedas.
o
Karena daya akomodasi berkurang maka titik dekat mata makin menjauh dan
pada awalnya akan kesulitan pada waktu membaca dekat huruf dengan
cetakan kecil.
o
Dalam upayanya untuk membaca lebih jelas maka penderita cenderung
menegakkan punggungnya atau menjauhkan obyek yang dibacanya sehingga
mencapai titik dekatnya dengan demikian obyek dapat dibaca lebih jelas.
o
Presbiopia timbul pada umur 45 tahun untuk ras Kaukasia dan 35 tahun untuk
ras lainnya.6
Terdapat penilaian yang digunakan untuk membuat lensa pada Presbiopi :
Ukuran lensa yang memberikan ketajaman penglihatan sempurna
merupakan ukuran lensa yang diperlukan untuk adisi kacamata baca.
Hubungan lensa adisi dan umur biasanya:6,8

40 sampai 45 tahun – 1.0 dioptri

45 sampai 50 tahun – 1.5 dioptri

50 sampai 55 tahun – 2.0 dioptri

55 sampai 60 tahun – 2.5 dioptri

11
60 tahun – 3.0 dioptri

Tatalaksana yang diberikan, penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman


umur yaitu umur 40 tahun (umur rata – rata) diberikan tambahan sferis +
1.00 dan setiap 5 tahun diatasnya ditambahkan lagi sferis + 0.50

Epidemiologi

Berdasarkan penelitian Stenstrom dari Uppsala, Swedia, prevalensi


kelainan refraksi adalah6:
Miopia rendah (< 2 D) 29 %, Miopia sedang (2-6 D) 7 %, Miopia tinggi
(> 6 D) 2.5 %, Emetropia dan hipermetropia 0 - 2 D 61%, Hipermetropia
tinggi 0.5%. Sekitar 20 % orang antara usia 20 hingga 30 tahun memiliki
kelainan bias melebih +1D.7 Hipermetropia lebih umum dijumpai pada
anak-anak, sebagian dikarenakan bola mata anak yang lebih pendek.
Ketika lahir, rata-rata anak memiliki hipermetropia +2D. Hal ini
kemudian berkurang sejalan dengan waktu di mana bola mata anak
semakin panjang dan menjadi semakin emetropia. Populasi Afro-Karibia
memiliki prevalensi hipermetropia yang tinggi, sementara populasi di
Asia Timur memiliki prevalensi yang rendah.8

Etiopatofisiologi

Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola
mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar
terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang
sumbu bola mata (hipermetropia aksial), seperti pada kelainan kongenital
teretentu, atau penurunan indeks bias refraktif (hipermetropia refraktif), seperti
pada afakia. 1

Hipermetropia dapat disebabkan:

1. Hipermetropia aksial, merupakan bentuk yang paling umum. Pada kondisi


ini, indeks refraksi mata normal, namun terdapat pemendekan bola mata.

12
Pemendekan 1 mm diameter anteroposterior mata mengakibatkan
9
hipermetropia + 3 D. Kondisi ini dapat terjadi karena pemendekan panjang
sklera, atau sklera terdorong ke depan karena massa retrobulbar atau ablasio
retina. Sebab lain pendeknya bola mata adalah karena mikroftalmus dan
nanoftalmus.10

2. Hipermetropia kurvatur, kondisi di mana kurvatura kornea, lensa atau


keduanya lebih datar dari normal sehingga mengakibatkan berkurangnya
kekuatan pembiasan mata. Sekitar 1 mm peningkatan radius kurvatura
mengakibatkan hipermetropia + 6 D.9 Berkurangnya kurvatura pada kornea
lebih umum dijumpai ketimbang pada lensa. Sebab pendataran kornea
adalah: kornea plana, mikro kornea, mikroftalmus, setelah operasi dan setelah
trauma. Pendataran lensa dijumpai pada buftalmus.10

3. Hipermetropia index, terjadi karena penurunan index refraksi lensa pada usia
tua. Kondisi ini juga didapatkan pada penderita diabetes dalam perawatan. 9

4. Hipermetropia posisional, diakibatkan oleh letak lensa kristalina yang lebih


posterior., dapat akibat trauma atau pun kongenital. 9, 10

5. Tidak adanya lensa baik kongenital atau pun didapat menyebabkan afakia –
kondisi dengan hipermetropia tinggi. 9

Manifestasi klinis

1) Gejala-gejala dan tanda-tanda hipermetropia adalah penglihatan dekat
kabur, penglihatan jauh pada usia lanjut juga bisa kabur1, juga bisa pada
anak yang derajat hipermetrop tinggi.

2) Strabismus pada anak yang mengalami hipermetrop berat,gejala bisa


berhubungan dengan penggunaan mata untuk penglihatan dekat
(membaca, menulis, melukis ) dan biasanya menghilang jika kerjaan itu
dihindari, mata dan kelopak mata bisa menjadi merah dan bengkak secara
kronis, mata terasa berat bila ingin mulai membaca walaupun tidak lelah,
bisa terjadi ambliopia.l

13
3) Tanda dan gejala orang yang terkena penyakit rabun dekat secara obyektif
susah melihat jarak dekat atau penglihatan pasien akan rabun dan tidak
jelas. Sakit kepala fronta, fronto-temporal semakin memburuk pada waktu
mulai timbul gejala hipermetropi dan sepanjang penggunaan mata dekat2

4) Penglihatan tidak nyaman (asthenopia), lakrimasi, fotofobia, terjadi ketika


harus fokus pada suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama1

5) Akomodasi akan lebih cepat lelah terpaku pada suatu level tertentu dari
ketegangan1

6) Sakit kepala biasanya pada daerah frontal dan dipacu oleh kegiatan
melihat dekat jangka panjang. Jarang terjadi pada pagi hari, sering di
siang hari dan bisa membaik spontan kegiatan melihat dekat dihentikan.

7) Spasme akomodasi, yaitu terjadinya cramp m. ciliaris diikuti penglihatan


suram intermiten1

Tatalaksana

Pegobatan hipermetropia adalah diberikan koreksi hipermetropia


manifest , di mana tanpa siklopegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal
yang memberikan tajam penglihatan normal. Bila terdapat esotropia diberikan
kacamata koreksi hipermetropia total. Bila terdapat tanda eksoforia, maka
diberikan kaca mata koreksi positif kurang.2

Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kacamata sferis


positif terkuat atau lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam
penglihatan maksimal. Pada pasien di mana akomodasi masih sangat kuat , maka
2
sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan memberikan sikloplegia.

Bagi yang dengan hiperopia sedang, dilakukan pemeriksaan periodic


kerana dikatakan dalam risiko. Koreksi optikal harus bergantung dari kedua static
dan siklopegik retiniskopi, akomodative dan assesmen binocular, AC/C rasio dan
koreksi harusla untuk fasilitasi binocular dan compliance. Follow up yang teliti
perlu, dan perlu juga tukar lensa dengan frekuensi tinggi. Kontak lensa mungkin

14
perlu untuk yang anisometropia, yang hiperopia derajat tinggi dengan atau tanpa
nistagmus dan pada yang hiperopia dengan akomodatif esotropia. Screening awal
untuk kelaianan refraksi, biasanya dapat deteksi hiperopia awal, tapi kerana jarang
periksa awal yang menyebabkan tidak dapat deteksi sampai sudah ke strabismus.
Tatalaksana termasuk dengan menggunakan kaca mata yang visual tunggal atau
multifocal kacamata yang tergantung pada binokuar dan akomodatif status. Terapi
alternative untuk ambilopia ialah patching dan terapi visual yang aktif. Ada juga
kasus yang jarang, koreksi otik dapat merubah dari hiperopia dan akomodatif
esotropia kepada eksotropia konsekutif.12

Pada kasus jarang, anak muda dengan hiperopia bilateral dapat


berkembang menjadi isoametropik ambilopia kerana keadaan konstan yang kabur
visual. Terapi untuk ambilopia bagi anak, memrlukan waktu beberapa tahun,
tetapi dapat sembuh sempurna dengan pemakaian full-time kaca mata dan atau
patching. Diantara anak yang ad gangguan secara mental dan yan yang cacat
fisikal, prevalensi gangguan ocular termasuk hiperopia yang jelas daripada anak
yang sehat kerana gangguan secara verbal.12

Pada pasien yang banyak menggunakan mata, terutama pada usia lanjut akan
memberikan keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan tersebut berupa sakit
kepala, mata terasa pedas dan tertekan. Pada pasien ini diberikan kacamata sferis
positif terkuat yang memberikan penglihatan maksimal.2

Bagi anak yang lebih tua, umur 10 hingga 20 tahun derajat hiperopia
tinggi , jarang terlewatkan dari deteksi awal. Mereka alami stress visual dan
penurunan visual acuity jadi mereka banyak tergantung pada koreksi kelainan
refraksi. Terapi awal spectrum luas dipakai lensa plus minimal untuk mereduksi
gejala dan relaksasi akomodasinya. Lensa plus dengan kekuataan ½ hingga 2/3
dipakai bagi pasien yang latent hiperopia dengan manifest hiperopia. Kedua
koreksi kelainan optic atau visual terapi, penting dalam terapi akomodatif atau
disfungsi binocular yang berhubungan dengan derajat rendah sampai sedang. 12

Pada umur 30-35 tahun, pasien yang asimptomatik, yang belum dikoreksi,
mulai merasakan kekaburan jarak dekat dan ketidakselesaan visual. Hiperopia

15
fakultatif tidak bisa lagi di pertahankan dengan selesa, kerana penurunan
amplitude akomodatif. Hiperopia latent perlu dicurigai bersama dengan rendahnya
amplitude akomodasi untuk pasien yang berumur. Retinoskop sikloplegik bisa
membantu identifikasi komponen laten. Bila usia pasien dalam pertengahan 30-an,
akomodasi tidak bisa lagi, fasilitasi berkurang, menyebabkan gangguan visual
pada pasien yang hiperopia yang sebelumnya bebas gejala. Bagi pasien yang
refraksi manifes jarak (nonsiklopegic), bisa dengan memakai kaca mata bila perlu
sahaja udah mencukupi.lebih baik memakai lensa kontak daripada kaca mata
kerana dapt relaksasi akomodasinya.12

Koreksi kelainan refraksi 1

1. Lensa Kaca mata

Kaca mata merupakan alat koreksi yang paling banyak dipergunakan


karena mudah merawatnya dan murah. Lensa gelas dan plastik pada kaca
mata atau lensa kontak akan mempengaruhi pengaliran sinar. Warna akan
lebih kuat terlihat dengan mata telanjang dibanding dengan kaca mata. Lensa
cekung kuat akan memberikan kesan pada benda yang dilihat menjadi lebih
kecil, sedangkan lensa cembung akan memberikan kesan lebih besar. Keluhan
memakai kaca mata diantaranya, kaca mata tidak selalu bersih, coating kaca
mata mengurangkan kecerahan warna benda yang dilihat, mudah turun dari
pangkal hidung, sakit pada telinga dan kepala. 1

2. Bedah keratorefraktif

Salah satu terapi pembedahan yang cukup populer adalah dengan cara
LASIK atau bedah dengan sinar laser. Pada lasik yang diangkat adalah
bagian tipis dari permukaan kornea yang kemudian jaringan bawahnya
dilaser. Pada lasik dapat terjadi hal-hal berikut : kelebihan koreksi, koreksi
kurang, silau, infeksi kornea, ataupun kekeruhan pada kornea. Terapi bedah
lain yang dapat dilakukan antara lain penanaman lensa buatan di depan lensa
mata, pengangkatan lensa, radikal keratotomi dan Automated Lamelar
Keratoplasty (ALK).1

3. Lensa intra okuler

16
Penanaman lensa intra okuler menjadi pilihan koreksi kelainan refraki
pada afakia. Terdapat sejumlah rancangan, termasuk lensa lipat yang terbuat
dari plastik hydro gell yang dapat disisipkan ke dalam mata melalui suatu
insisi kecil; dan lensa kaku yang paling sering terdiri atas suatu optik –
terbuat dari polymetyle metacrilat dan lengkungan optik.

Komplikasi

Komplikasi dari kelainan refraksi hipermetropia antara lain rekuren styes,


blepharitis atau kalazion muncul kerana infeksi yang disebabkan kerana berulang
kali mengosok mata, untuk mereduksi dari kecapekan dan kelelahan. 9

Strabismus konvergen akomodasi, bisa muncul pada anak-anak ( biasanya


dalam umur 2-3 tahun) kerana penggunaan akomodasi berlebihan. Esotropia
terjadi akibat pasien selamanya melakukan akomodasi.9

Amblopia bisa terjadi juga. Biasanya kerana anisometropia (dalam


hipermetropia unilateral), strabismus (dalam anak yang ada juling akomodatif)
atau ametropik (terlihat pada yang hipermetrop derajat tinggi bilateral). 9

Glaukoma sudut tertutup; mata yang hipermetrop kecil dengan ruangan


kamera anterior okuli yang dangkal.kerana peningkatan ukuran lensa, mata lehih
rentan untuk mendapat glaucoma sudut tertutup akut. Glaukoma sekunder terjadi
akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik
mata.9

Kesimpulan
Hipermetropia adalah keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata, di
mana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di
belakang retina.
Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola
mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar
terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang
sumbu bola mata (hipermetropia aksial), lebih datarnya kurvatura kornea lensa

17
atau keduanya (hipermetropia kurvatur), penurunan index refraksi lensa
((hipermetropia index), letak lensa kristalina yang lebih posterior (hipermetropia
index) atau pun akibat tidak adanya lensa.
Berdasarkan akomodasi, hipermetropia dibedakan secara klinis menjadi
hipermetropia total, hipermetropia laten dan hipermetropia manifest.
Hipermetropia manifes terdiri dari hipermetropia absolut dan fakultatif.
Serangkaian pemeriksaan dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
seseorang mengalami kelainan hipermetropia atau tidak. Pemeriksaan refraksi
terdiri atas teknik pemeriksaan secara subjektif dan objektif. Pemeriksaan secara
subjektif bergantung kepada respon pasien sedangkan objektif dilakukan dengan
menggunakan retinoskopi dan alat – alat lainnya.
Setelah ditemukan bentuk kelainan refraksi pada pasien berupa
hipermetropia, maka selanjutnya penatalaksanaan dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti penggunaan kacamata, lensa kontak, atau tindakan
pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan, Paul dan John P. Whitcher. 2007. Vaughan & Asbury


Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC

2. llyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia.

3. Gondhowiardjo, Tjahjono D dan Gilbert WS Simanjuntak. 2006. Panduan


Manajemen Klinis Perdami. Jakarta: CV ONDO

4. Abercromble, Diane D, dkk. 2010. Professional Guide to Pathophysiology.


Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins

5. Guyton, Arthur C dan John E. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi


Kedokteran. Jakarta: EGC

18
6. Khurana, AK. 2008. Theory and Practice of Optics & Refraction. New
Delhi: Elsevier

7. Lang, Gerhard K. 2007. Ophthalmology: A Pocket Textbook Atlas. New


york: Thieme

8. Borooah, Shyamanga, Mark Wright & Bal Dhillon. 2012. Pocket Tutor
Ophtalmology. New Delhi: JP Medical

9. Khurana, AK. 2007. Comprehensive Ophtalmology. New Delhi: Elsevier

10. Mukherjee, PK. 2005. Pediatric Ophtalmology. New Delhi: New Age
International

11. Anonim. Eye Anatomy. http://www.edoctoronline.com/medical-atlas.asp?


c=4&m=1&p=13&cid=1049&s= . diakses pada tanggal 7 Januari 2013

12. Moore, Bruce D, dkk. 2008. Care of the Patient with Hyperopia . , St.
Louis: American Optometric Association

19

Anda mungkin juga menyukai