Anda di halaman 1dari 9

HandOut

JURUSAN AKUPUNKTUR POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA


Tahun 2013
ETIKA PENELITIAN

S ebagai peneliti, kita tidak akan bisa membuat proyek penelitian kita berhasil
tanpa ada bantuan dari orang lain. Jika peneliti mengharapkan mereka (calon
responden) untuk menyisihkan waktu mereka yang berharga untuk membantu kita
(peneliti), maka sebaiknya kitapun memberikan mereka sesuatu sebagai timbal
baliknya. Banyak orang yang dengan senang hati memberikan banyak informasi
personal selama penelitian kita, oleh karena itu kitapun perlu menghargai mereka
dan informasi yang mereka berikan dengan penuh kejujuran dan kehormatan. Hal
seperti inilah yang merupakan Kode Etik Penelitian.

Catatan tentang Etik dan Etika:


 Etik (ethic) : prinsip-prinsip yang berhubungan dengan perbuatan benar atau
salah.
 Etika : perbuatan yang berhubungan dengan etik.
 Etis : perbuatan yang beretika baik.
 Seseorang yang tidak etis adalah yang melakukan perbuatan melanggar etik.

MENGAPA DIPERLUKAN ETIKA PENELITIAN?

Simak pertanyaan-pertanyaan berikut:


 Bagaimana seharusnya perilaku seorang peneliti?
 Karakteristik seperti apa yang harus dimiliki oleh seorang peneliti?
Pertanyaan tersebut terkait dengan etika-etika normatif. Setiap peneliti penting
untuk memahami etika penelitian. Konsep etika penelitian bermanfaat untuk:
1). Memberikan struktur untuk analisis dan membuat keputusan.
2). Membantu dan mengingatkan peneliti untuk melindungi subjek (manusia).
3). Memberikan definisi praktis tentang manfaat dan risiko sesuai dengan
pedoman untuk mengevaluasi dan menimbang manfaat serta risiko penelitian
yang dilakukan.

1 Metodologi Penelitian_ETIKA dan KODE ETIK PENELITIAN KESEHATAN | Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM.
DEFINISI MANFAAT DAN RISIKO

MANFAAT adalah nilai positif atau bagian yang menguntungkan dari suatu
penelitian. Nilai positif atau keuntungan ini dapat berlaku untuk individual subjek,
misalnya subjek akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan
hasil terapi yang baik.
RISIKO secara umum mengevaluasi seluruh kemungkinan dan besarnya
kejadian merugikan yang mungkin terjadi . Apakah risiko kejadian ini akan
menimpa seluruh subyek atau hanya 1 per 10.000 subyek? Berapa besar
kesakitan/kerugian yang ditimbulkan? Apakah kesakitan yang ditimbulkan hanya
berupa luka kecil atau akan menyebabkan kematian pada beberapa
subyek? Risiko juga dapat diklasifikasikann berdasarkan tipenya. Penelitian
kedokteran sering terfokus pada risiko fisik. Namun demikian risiko dapat pula
berupa risiko sosial, legal, ekonomi atau psikologis. Risiko dapat diterapkan kepada
individual subyek atau pada segmen yang lebih luas yaitu masyarakat.

MEMPERHITUNGKAN POTENSI MANFAAT DAN RISIKO

Risiko pada subyek atau masyarakat harus dipertimbangkan dengan


membandingkannya dengan potensi manfaat. Perbandingan probabilitas
risiko terhadap probabilitas manfaat harus ditentukan, demikian juga dengan
derajat risiko dan derajat potensi manfaat. Insentif finansial untuk subyek
penelitian seyogyanya tidak diasumsikan sebagai potensi manfaat. Hal inilah yang
merupakan tantangan terbesar bagi peneliti dan komite etik, yaitu untuk
menetapkan bahwa potensi manfaat melebihi kemungkinan risiko penelitian.
Kesulitannya terletak pada:
1. Potensi manfaat dan risiko sulit diketahui sebelum pelaksanaan penelitian
2. Risiko terutama menyangkut indvidu, sedangkan manfaat umumnya bagi
masyarakat luas.

2 Metodologi Penelitian_ETIKA dan KODE ETIK PENELITIAN KESEHATAN | Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM.
KEJADIAN-KEJADIAN PENTING YANG BERPENGARUH TERHADAP
PENELITIAN MANUSIA

1). Dokumentasi Pertama Penelitian Dengan Subyek Manusia


Penelitian eksperimen yang menggunakan subyek manusia pertama kali
adalah percobaan vaksinasi pada tahun 1700-an. Pada percobaan awal ini
yang menjadi subyek percobaan adalah dokter atau anggota keluarganya.
Salah satu contohnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Edward Jenner
(1749–1823) berupa percobaan pertama vaksin smallpox terhadap anak laki-
lakinya dan tetangganya.
2). Era Ilmu Pengetahuan Moderen
Era ilmu pengetahuan moderen dimulai pada periode 1900-an saat kemajuan
ilmu kedokteran semakin berkembang. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan
oleh Walter Reed untuk menemukan vaksinasi demam kuning berada pada
garis depan pengembangan ilmu kedokteran saat itu. Namun eksperimen-
eksperimen tersebut melalui proses kritisi etis yang jauh lebih berat
dibandingkan dengan eksperimen-eksperimen vaksin sebelumnya.
3). Kode Nuremberg
Kode Nuremberg adalah aturan-aturan yang digunakan untuk penelitian
yang menggunakan manusia sebagai subyek. Kode Nuremberg ini
dikeluarkan sebagai reaksi terhadap pelbagai eksperimen kejam yang
dilakukan oleh para dokter NAZI terhadap tahanan perang Dunia II.
Secara singkat Kode Nuremberg ini berisi :
a) Keharusan adanya informed consent dari manusia yang digunakan dalam
percobaan
b) Percobaan pertama kali harus dilakukan pada hewan
c) Risiko harus bisa dijelaskan dengan antisipasi manfaat/keuntungan yang akan
didapatkan
d) Hanya orang yang ahli dalam bidangnya yang dapat melakukan penelitian
e) Kerugian/gangguan fisik dan mental harus dihindari
f) Penelitian yang kemungkinan akan mengakibatkan kematian atau kecelakaan
seius seharusnya tidak dilakukan
Efek dari Kode Nuremberg ini hanya berdampak kecil pada peneliti di Amerika
Serikat. Apa yang tertulis dalam aturan tersebut sudah tertulis secara implisit
3 Metodologi Penelitian_ETIKA dan KODE ETIK PENELITIAN KESEHATAN | Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM.
pada penelitian mereka. Permasalahan dalam kode tersebut diantaranya adalah
tidak ada kekuatan hukum dan hanya diterapkan untuk penelitian non-
terapetik dengan subyek manusia.
4). Deklarasi Helsinki.
Pada tahun 1964, sidang ke 18 World Medical Association mengeluarkan satu
rangkaian aturan untuk penelitian pada manusia, yang kemudian dikenal
dengan Deklarasi Helsinki I. Rangkaian aturan ini merupakan aturan bagi
dokter yang melakukan penelitian klinis baik yang bersifat terapeutik maupun
non-terapeutik. Para editor journal dihimbau untuk tidak memuat artikel yang
menggunakan manusia sebagai subyek tanpa informed consent kecuali:
a) Bila subyek tidak dapat memberi persetujuan, misalnya bayi, anak
atau pasien yang tidak sadar; maka untuk ini seyogyanya keluarga diminta
persetujuannya,
b) Bila penelitian semata-mata menggunakan rekam medis;
c) Bila bahan penelitian berupa jaringan yang telah diawetkan dan tidak
dapat dilacak subyeknya. Namun harus diyakini bahwa penelitian
tersebut akan berdampak positif bagi pasien lain atau bagi
masyarakat luas.
Deklarasi Helsinki I ini kemudian mengalami beberapa revisi. Revisi
pertama menghasilkan Deklarasi Helsinki II, yang dilakukan pada sidang
ke 20 World Health Assembly di Tokyo pada tahun 1975. Perubahan
penting dalam Deklarasi Helsinki II ini adalah terdapatnya peraturan
yang mengharuskan protokol penelitian pada manusia ditinjau terlebih
dahulu oleh suatu panitia untuk ’pertimbangan, arahan dan komentar’.
Juga harus dicantumkan pada protokol bahwa telah dilakukan
pertimbangan etika serta hasil penelitian tidak boleh dipublikasikan apabila
tidak memiliki ethical clearance. Pada sidang ke-53 di Washington tahun
2002 ditambahkan peraturan yang menyebutkan bahwa penelitian yang
melibatkan subyek atau individu yang tidak mampu secara
fisik/mental untuk memberikan informed consent karakteristik utama pada
populasi. Kemudian pada sidang ke-55 di Tokyo tahun 2004 ditambahkan lagi
satu peraturan yaitu bahwa hasil penelitian harus dipublikasikan.
Penelitian yang tidak dipublikasikan hasilnya dianggap tidak etis.

4 Metodologi Penelitian_ETIKA dan KODE ETIK PENELITIAN KESEHATAN | Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM.
MASALAH-MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN ETIKA

Terdapat beberapa masalah etika dalam penelitian seperti misalnya:


1). Tidak adanya informed consent
2). Pemaksaan atau intimidasi terhadap relawan
3). Menggunakan populasi yang rentan
4). Eksploitasi populasi rentan
5). Tidak memberikan informasi
6). Tidak memberikan pengobatan
7). Tidak memberikan informasi mengenai risiko
8). Memnbahayakan subyek
9). Risiko bagi subyek melebihi manfaat
10). Penipuan
11). Pelanggaran hak-hak subyek

PRINSIP-PRINSIP BELMONT

Pada tahun 1979 diterbitkan laporan Belmont yang merupakan ”bacaan wajib” bagi
setiap peneliti yang akan melakukan penelitian dengan menggunakan subyek
manusia. Laporan Balmont mengidentifikasi 3 prinsip dasar etika yang mendasari
semua penelitian dengan subyek manusia. Ketiga prinsip Belmont tersebut adalah :
1). Menghargai manusia.
Prinsip ini pada dasarnya menyebutkan bahwa peneliti harus
memperlakukan subyek sebagai individu yang otonom dan tidak
memanfaatkan mereka semata sebagai alat untuk mencapai tujuan peneliti.
Bagian dari otonom tersebut meliputi :
 Kapasitas mental, yaitu kemampuan untuk memahami dan memproses
informasi.
 Sukarelawan, bebas dari pengaruh atau kontrol orang lain.

2). Azas manfaat.

5 Metodologi Penelitian_ETIKA dan KODE ETIK PENELITIAN KESEHATAN | Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM.
Prinsip ini dasarnya adalah bagaimana suatu penelitian dapat
meminimalkan risiko dan meningkatkan manfaat.Prinsip tersebut meliputi :
Persyaratan untuk menggunakan disain penelitian terbaik yang dapat
menigkatkan manfaat dan meminimalkan risiko; Persyaratan peneliti mampu
menuliskan prosedur dan cara mengatasi dengan baik risiko yang mungkin
akan terjadi; Melarang penelitian yang tidak memperhitungkan manfaat dan
risiko.
3). Keadilan.
Prinsip ini secara umum menjelaskan bahwa bagaimana peneliti harus
memperlakukan orang dengan baik dan merancang penelitian yang dapat
membagi keuntungan dan beban secara merata di antara anggota kelompok
masyarakat. Prinsip ini terdiri dari :
 Persyaratan untuk memilih subyek dengan merata;
 Persyaratan untuk menghindari eksplotasi populasi yang rentan atau
populasi yang sesuai/tepat

Di dalam suatu penelitian maka ketiga prinsip di atas haruslah seimbang.


Di dalam laporan Belmont disebutkan bahwa prinsip yang satu tidak selalu lebih
penting dari yang lainnya.

Hal-hal terkait ETIKA dalam PENELITIAN Prinsip-Prinsip yang


harus diperhatikan oleh seorang peneliti antara lain :
1). Plagiarisme:
Tindakan mengutip ide orang lain tanpa mengakui/menyebutkan sumbernya.
2). Manipulasi Penelitian:
Meliputi tindakan peneliti yang memalsukan, mengarang, atau menciptakan data
sendiri sesuai dengan keinginan peneliti.
3). Identitas Pribadi dari Objek Penelitian.
Identitas pribadi dari objek yang diteliti perlu dirahasiakan demi melindungi
karier, pergaulan, privasi, maupun status sosial dari yang bersangkutan.

4). Akses ke Objek Penelitian.

6 Metodologi Penelitian_ETIKA dan KODE ETIK PENELITIAN KESEHATAN | Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM.
Jika objek yang diteliti menyangkut properti pribadi, maka diperlukan ijin dari
pemilik demimenghormati hak milik orang lain.
5). Independensi Penelitian.
Peneliti harus menjaga independensinya sebagai wujud pertanggungjawaban
profesionalnya.

KODE ETIK PENELITIAN


Setelah peneliti terbuka dan jujur tentang apa yang akan dilakukan dan orang-
orang/calon responden telah setuju untuk ikut serta dalam penelitian tersebut, maka
perlu disampaikan kepada mereka tentang Kode Etiknya. Kode etik ini akan
memberitahukan kepada mereka secara detail tentang apa yang akan peneliti
lakukan dengan informasi yang mereka berikan. Kode etik tersebut menunjukkan
bahwa peneliti memperlakukan para peserta/responden berikut informasi yang
diberikan dengan penuh rasa hormat dan kejujuran. Hal-hal tersebut dapat
mencakup permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1). ANONIMITAS
Peneliti perlu menunjukkan bahwa peneliti telah mengambil langkah-langkah
untuk memastikan bahwa apa yang responden katakan tidak dapat diusut lagi
kepada mereka ketika laporan akhir dibuat. Hal ini menyangkut:
 Bagaimana peneliti akan mengelompokkan dan menyimpannya?
 Bagaimana penelitiakan memastikan bahwa hal tersebut tidak bisa diakses
semua orang yang bertujuan tidak baik ?
 Bagiamana peneliti akan menjamin bahwa apa yang responden informasikan
tidak dapat digunakan untuk memprotes mereka suatu saat nanti ?
2). KERAHASIAAN

3). HAK UNTUK BERKOMENTAR


4). LAPORAN AKHIR
5). PERLINDUNGAN DATA

DAFTAR PUSTAKA
7 Metodologi Penelitian_ETIKA dan KODE ETIK PENELITIAN KESEHATAN | Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM.
Dawson, C. 2010. Metode Penelitian Praktis: Sebuah Panduan. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.
Ideputri, M.E., Muhith, A., Nasir, A. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian: Konsep
Pembuatan Karya Tulis dan Tesis untuk Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta. Nuha
Medika.
Sastroasmoro S, Ismael S (2002). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Ed ke-2.
Jakarta: CV. Sagung Seto
Utarini A, Probandari A, Lestari T, dan Hartriyanti Y. Handout Kuliah Metode
Penelitian: Etika Penelitian Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran UGM; 2010.

8 Metodologi Penelitian_ETIKA dan KODE ETIK PENELITIAN KESEHATAN | Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM.

Anda mungkin juga menyukai