Anda di halaman 1dari 2

Mahasiswa Administrasi Publik Memenangkan Kompetisi Debat Tingkat

Universitas Bengkulu
Mahasiswa Administrasi Publik FISIP Universitas Bengkulu berhasil menjuarai
Kompetisi Debat Tingkat Universitas Bengkulu, tim debat tersebut beranggotakan Rifa
Fariza Adhyma Saputra, Yogi Erik Sandi dan Julianto Manulung. Ketiganya berasal dari
jurusan yang sama yakni Administrasi Publik. Team mereka tersebut berhasilkan
memenangkan juara 1 seleksi tingkat Universitas Bengkulu “Puji Tuhan, aku pribadi
mengucap syukur, ini semua berkat kasih setia Tuhan, berkat dukungan dan doa orang tua
serta teman-teman. Untuk kompetisi final kemaren itu juga berlangsung alot, argumentasinya
juga sama-sama kuat. Jadi aku percaya kalo kemenangan itu bukan hasil pribadi tapi
pemberian yang harus disyukuri,” kata Julianto mahasiswa semester enam Administrasi
Publik ini.
Saat disinggung mengenai bagaimana cara mereka menentukan team dalam
bekerjasama untuk kompetisi debat, mereka mengaku memilih secara spontanitas selain
karena memang sudah saling mengenal satu sama lainnya “Sebelumnya sejak semester 2 saya
sudah satu team dengan Yogi Erik Sandi dan Puji Haryadi Maulana Sukma. Namun karena
Puji sudah masuk masa penyusunan laporan akhir D3, maka beliau kami ganti dengan Rifa
Fariza, kami udah lama kenal juga sejak kegiatan PCTA, namun untuk lebih intensnya lagi
ketika di satu komunitas Fisip Debaters Club (FDC). Jadi nentuinnya spontan aja gitu,” kata
Julianto. Hal senada juga disampaikan oleh Rifa Fariza. Perkenalan mereka di komunitas
FDC membuat mereka memutuskan bersama untuk mengikuti kompetisi tersebut “Saya kenal
dua kakak tingkat itu di komunitas FDC dan mereka ngajak saya untuk join ke kompetisi,”
ujar Rifa.
Mengenai strategi, Sandy juga sempat berbagi saat wawancara via whatsapp “Strategi
memenangkan lomba debat tentunya kami memahami karakteristik dewan juri. Contohnya
jika dewan jurinya berasal dari kalangan dosen, kami harus mampu menjelaskan sesuatu
secara detail dan jelas sehingga dewan juri lebih memahami dan lebih paham apa yang kita
sampaikan argumentasi kepada dewan juri tersebut dengan detail, baik dan benar. Dan secara
lambat, atau tidak cepat. Dan juga, strategi untuk lawan harus memahami karakteristik lawan,
kelemahan lawan, dan hal-hal yang membuat kami mampu menguasai satu materi contohnya
ketika mosi tentang hukum, kami harus belajar mati-matian mengenai hukum-hukum yang
ada di Indonesia dan kami juga harus mampu memahami kelemahan hukum di Indonesia.
Sehingga kami harus mampu mencari solusi untuk memecahkan masalah tersebut,” kata
Sandy.
Adapun mengenai lawan terberat yang mereka hadapi saat kompetisi debat, mereka
bersepakat bahwa dari Fakultas Hukum dan FKIP lah yang paling sulit “Lawan terberat yang
kami hadapi saat kompetisi adalah tentunya fakultas Hukum karena mereka lebih memahami
hukum-hukum yang ada di Indonesia dan bagaimana regulasinya, mekanismenya, dan apabila
kita salah tentu akan dihukum. Selain itu juga lawan terberat adalah FKIP karena mereka
mempelajari ilmu keguruan, pendidikan, yang memberikan korelasi langsung bagi
masyarakat Indonesia dan pendidikan adalah hal nomor satu,” kata Sandy.
Mengenai prepare atau persiapan yang dilakukan oleh team ini selain dari kondisi yang fit
dari awal hingga akhir kompetisi, mereka juga aktif dalam personal riset mengenai isu-isu
yang berkembang. Karena kesibukan masing-masing individu, mereka akhirnya membuat
group WA untuk diskusi sambil bertukar pikiran, menyamakan perspektif untuk hal yang
paling penting. Selain itu mereka juga mempersiapkan hal-hal lain agar berjalan lancar di saat
debat “Kami mempersiapkan materi-materi menyangkut aspek sosial, budaya, ekonomi,
politik dan hukum dan mampu memahami dan mencari sebuah solusi ketika ada tema atau
mosi diberikan oleh dewan juri,”ujar Sandy.
Dalam pelaksanaanya, debat yang diadakan di Gedung Pascasarjana Fisip Unib yang
diselenggarakan selama tiga hari ini diikuti oleh 16 team yang mengikuti KDMI dari semua
fakultas yang ada di Universitas Bengkulu. “Jadi KDMI itu merupakan Kompetisi Debat
Mahasiswa Indonesia yang diselenggarakan oleh kemenristekdikti yang saat itu diawasi oleh
8 orang juri. Disitu terdiri dari tiga sesi yakni penyisihan, semifinal dan final. Dimana pada
tahap semifinal itu kami melewati tiga kali ronde artinya ada tiga kali seleksi pada penyisihan
kemudian dari tiga kali penyisihan tersebut kami ditemukan dengan lawan-lawan yang
berbeda yang nantinya nilai tersebut akan diakumulasikan dari setiap pertandingan yang kami
lakukan lalu kami diumumkan ketahap semifinal. Pada tahap semifinal baru kami melakukan
pertandingan kembali dan diakumulasikan nilainya dihitung lalu ketahap final. Tahap final
nya itu sama seperti tahap final sebelumnya akhirnya baru pengumuman,” jelas Rifa.
Tidak ada tema khusus dalam debat ini. Semuanya lebih berfokus mengenai Hot
Issue 2019 “Kalau untuk mengenai mosi debatnya mengenai Hot Issue 2019. Diantaranya
kemaren mengenai SDGs lingkungan, Revolusi Industri 4.0, hak untuk dilupakan digital
record, dan lainnya,” ujar Julianto. Seperti diketahui KDMI adalah kompetisi yang
diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementrian
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, sebagai sarana peningkatan kualitas lulusan dan
mengembangkan potensi Mahasiswa, yang akan berlanjut diselenggarakan dalam waktu
mendatang. Novita Listriani

Anda mungkin juga menyukai