Anda di halaman 1dari 2

Agreed Upon Procedurs adalah standar yang digariskan perusahaan atau klien ketika menyewa pihak

eksternal untuk melakukan audit pada tes atau proses bisnis tertentu. Prosedur, yang disebut standar
audit, dirancang dan disetujui oleh entitas yang melakukan audit, serta pihak ketiga yang sesuai.

Laporan auditor atas temuan biasanya terbatas pada pihak-pihak yang mengembangkan prosedur yang
disepakati karena kekhususan hasil yang diinginkan. Misalnya, prosedur yang disepakati dapat
dikembangkan oleh satu entitas yang sedang mempertimbangkan untuk membeli bisnis lain. Entitas
pembelian kemungkinan akan mengembangkan prosedur yang disepakati untuk membantu
menentukan moneter tertentu atau informasi lain tentang bisnis yang mungkin diperolehnya.

Dalam audit yang dilakukan berdasarkan prosedur yang disepakati, auditor hanya memberikan temuan
faktual dan tidak memberikan pendapat, kesimpulan, atau jaminan dalam laporan akhir. Sebaliknya,
laporan auditor hanya menyajikan fakta, dengan fasilitator audit menarik kesimpulan mereka sendiri
dari temuan.

Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk memeriksa kewajaran transaksi berbasis data faktual
oleh pihak eksternal adalah Agreed-Upon Procedure (AUP). Hal ini diatur dalam International Standard
on Related Services 4400 (ISRS) yang diterbitkan oleh International Federation of Accountants (IFAC).

Sebagaimana dijelaskan dalam ISRS 4400, laporan AUP setidaknya harus mencakup enam komponen
utama. Pertama, identifikasi atas informasi finansial dan nonfinansial yang akan dibahas. Kedua, tujuan
AUP bersangkutan. Ketiga, prosedur yang digunakan. Keempat, temuan faktual. Kelima, transaksi
spesifik yang diperiksa. Keenam, pernyataan bahwa AUP telah disusun sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh ISRS.

Lebih lanjut, dalam proses penyusunan AUP, pihak auditor juga harus mematuhi Kode Etik profesi yang
dikeluarkan oleh International Ethics Standards Board for Accountants (IESBA). Dengan adanya
standardisasi, baik dalam segi konten laporan maupun sisi profesionalisme, laporan AUP setidaknya
dapat menerangkan kondisi sebenarnya atas metode alokasi biaya dan autentisitas pembagian biaya-
biaya dari masing-masing entitas yang terlibat dalam transaksi jasa intra-grup.

Dalam konteks di Indonesia, menurut pendapat Penulis dimungkinkan untuk meminta, misal akuntan
publik, untuk melakukan AUP yang menerangkan kewajaran nilai remunerasi jasa intra-grup.

Dengan demikian, Laporan AUP dari auditor independen dapat menjadi pelengkap dari dokumentasi
transfer pricing atas transaksi jasa intra-grup perusahaan. Diharapkan dengan adanya dokumentasi yang
semakin memadai tersebut, potensi sengketa di kemudian hari dapat diminimalisir dikarenakan adanya
upaya penurunan risiko yang telah diinisiasi oleh wajib pajak itu sendiri.
Dalam AUP, audior hanya sebatas melakukan audit beberapa laporan keuangan saja, tidak semua
laporan keuangan. Auditor hanya memberikan laporan tentang penemuan factual yang didapat Ketika
melakukan audit. Dalam AUP auditor tidak memberikan pernyataan tentang kewajaran suatu laporan
keuangan.

Anda mungkin juga menyukai