Oleh:
Maryo Juan B. L. T.
201810401011098
Pembimbing:
dr. Dwi Nurwulan Pravitasari, Sp.KK
dr. Sri Adila Nurainiwati, Sp.KK FINDSV
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis kontak adalah reaksi fisiologik yang terjadi
pada kulit karena kontak dengan substansi tertentu, dimana sebagian besar reaksi ini
disebabkan oleh iritan kulit dan sisanya disebabkan oleh alergen yang merangsang
reaksi alergi. Dermatitis kontak merupakan suatu respon inflamasi dari kulit terhadap
antigen atau iritan yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa malu dan
respon non spesifik kulit terhadap kerusakan kimia langsung yang melepaskan
mediator-mediator inflamasi yang sebagian besar berasal dari sel epidermis. DKI dapat
diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras dan jenis kelamin. Jumlah
pekerjaan (DKI akibat kerja), namun dikatakan angkanya secara tepat sulit diketahui.1
DKI merupakan hasil klinik dari inflamasi yang berasal dari pelepasan sitokin-
sitokin proinflamasi dari sel-sel kulit (prinsipnya kerartinosit), biasanya sebagai respon
terhadap rangsangan kimia. Bentuk klinik yang berbeda-beda bisa terjadi. Tiga
epidermis dan pelepasan sitokin. Iritan pada DKI meliputi yang ditemui sehari-hari
seperti air, deterjen, berbagai pelarut, asam, bassa, bahan adhesi, cairan bercampur
logam dan friksi. Sering bahan-bahan ini bekerja bersama untuk merusak kulit. Iritan
merusak kulit dengan cara memindahkan minyak dan pelembab dari lapisan terluar,
membiarkan iritan masuk lebih dalam dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut dengan
memicu inlamasi.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi
kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Dermatitis kontak iritan (DKI)
merupakan inflamasi pada kulit yang bermanifestasi sebagai eritema, edema ringan dan
pecah-pecah. DKI merupakan respon non spesifik kulit terhadap kerusakan kimia
2.2.Epidemiologi
DKI dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras dan jenis
berhubungan dengan pekerjaan (DKI akibat kerja), namun dikatakan angkanya secara
tepat sulit diketahui. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyaknya penderita dengan
2.3.Etiologi
Penyebab munculnya DKI adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan
pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali, serbuk kayu, bahan abrasif, enzim,
minyak, larutan garam konsentrat, plastik berat molekul rendah atau bahan kimia
higroskopik. Kelainan kulit yang muncul bergantung pada beberapa faktor, meliputi
faktor dari iritan itu sendiri, faktor lingkungan dan faktor individu penderita.1
Iritan adalah substansi yang akan menginduksi dermatitis pada setiap orang
jika terpapar pada kulit: dalam konsentrasi yang cukup, pada waktu yang sufisien
berbeda terhadap berbagai iritan, tetapi jumlah yang rendah dari iritan menurunkan dan
pertahanan dari kulit akan rusak baik dengan peningkatan hidrasi dari stratum korneum
(oklusi, suhu dan kelembaban tinggi, bilasan air yang sering dan lama) dan penurunan
hidrasi (suhu dan kelembaban rendah). Tidak semua pekerja di area yang sama akan
terkena. Siapa yang terkena tergantung pada predisposisi individu (rowayat atopi
misalnya), personal hygiene dan luas dari paparan. Iritan biasanya mengenai tangan
2.4.Patofisiologi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan
melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi
keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk dan mengubah daya ikat air kulit.1,2
sebagian dapat menembus membran sel dan merusak lisosom, mitokondria atau
kemoatraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta mengaktifasi sel mas melepaskan
DAG dan second messenger lain mengstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein,
reseptor IL-2 yang menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut.
Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNFά, suatu sitokin
kontak di kulit berupa eritema, edema, panas, nyeri, bila iritan kuat. Bahan iritan lemah
akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan
kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi dan
iritan.1,2
2.5.Gejala Klinis
a.Riwayat Penyakit2
Riwayat yang terperinci sangat dibutuhkan karena diagnosis dari DKI tergantung
pada adanya riwayat paparan iritan kutaneus yang mengenai tempat-tempat pada
tubuh. Tes tempel juga digunakan pada kasus yang berat atau persisten untuk
berikut:
Onset gejala muncul dalam beberapa menit hingga beberapa jam pada DKI akut.
Pada DKI subakut merupakan ciri iritan tertentu seperti benzalkonium klorida (ada
pada disinfektak) yang mendatangkan reaksi radang 8-24 jam setelah paparan.
Onset dan gejala bisa tertunda beberapa minggu pada DKI kumulatif.
Nyeri, rasa terbakar, rasa tersengat atau tidak nyaman pada fase awal.
Gejala subjektif lainnya meliputi: onset dalam 2 minggu paparan dan adalanya
keluhan yang sama pada rekan kerja atau anggota keluarga lainnya.
DKI okupasional biasanya terjadi pada karyawan baru atau mereka yang belum
belajar untuk melindungi kulitnya dari iritan. Individu dengan dermatitis atopik
b.Pemeriksaan Fisik1,4
DKI dikelompokkan menjadi DKI akut, lambat akut dan kumulatif. Ada pula
bentuk DKI lainnya yaitu: reaksi iritan, DKI traumatik, DKI noneritematosa dan
DKI subyektif.
2.6.Diagnosis
klinis. DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga
penderita pada umumnya masih ingat apa yang menjadi penyebabnya. Sebaliknya DKI
kronis timbul lambat serta mempunyai variasi gambaran klinis yang luas, sehingga
kadang sulit dibedakan dengan DKA. Untuk ini diperlukan uji tempel dengan bahan
yang dicurigai.1
2.7.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kultur bakteri bisa dilakukan apabila ada komplikasi infeksi
sekunder bakteri. Pemeriksaan KOH bisa dilakukan dan sampel mikologi bisa diambil
untuk menyingkirkan infeksi tinea superficial atau kandida, bergantung pada tempat
dan bentuk lesi. Uji tempel dilakukan untuk mendiagnosis DKA, tetapi bukan untuk
Biopsi kulit bisa membantu menyingkirkan kelainan lain seperti tinea, psoriasis atau
2.8.Diagnosis Banding
2.9.Penatalaksanaan
iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis atau kimiawi serta menyingkirkan faktor yang
memperberat. Bila dapat dilakukan dengan sempurna dan tanpa komplikasi, maka
tidak perlu pengobatan topikal dan cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit
2.10. Komplikasi
sekunder (liken simpleks kronis) bisa terjadi terutapa pada pekerja yang terpapar iritan
post inflamasi pada area terkena DKI. Jaringan parut muncul pada paparan bahan
2.11. Prognosis
Prognosis baik pada individu non atopi dimana DKI didiagnosis dan diobati
dengan baik. Individu dengan dermatitis atopi rentan terhadap DKI. Bila bahan iritan
tidak dapat disingkirkan sempurna, prognosisnya kurang baik, dimana kondisi ini
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn Dian
Usia : 32thn
Alamat : Kota Kediri
Anamnesis
Anamnesis dilakukan di RS Gambiran KotaKediri, data diambil secara Autoanamnesis
pada tanggal 29/11/2019
KU: Kaki terasa perih
RPS: Kedua punggung telapak kaki terasa perih seperti terbakar sejak sekitar 1 bulan
yang lalu. Keluhan dirasa terus menerus. Awalnya terlihat kemerahan pada kulit,
sekarang mulai menghitam. Pasien tidak ingat sebelumnya habis melakukan apa.
Kemana-mana pasien selalu mengenakan sepatu dan kaus kaki, kaus kaki dicuci
sendiri. Telapak kaki juga terasa perih dan tidak nyaman sejak 2 minggu yang lalu
mulai tampak kulit pecah-pecah yang terasa perih. Sebelumnya tidak pernah merasakan
sperti ini.
RPD: tidak pernah mengalami gangguan pada kulit sebelumnya.
R.Obat: Sebelum sakit tidak dalam pengobatan
R. Alergi: Tidak ada
Tanda-Tanda Vital
TD: 120/80 mmHg
RR: 20x/menit
N: 80x/menit
Status Lokalis
A/R ekstremitas inferior d et s: at dorsum pedis d et s tampak macula hiperpigmentosa-
makula eritematosa batas tidak tegas tertutup skuama tipis, eskoriasi, dan erosi di
beberapa tempat. plantar pedis d et s tampak makula eritematosa batas tidak tegas
disertai skuama berlapis, juga tampak beberapa fissura di beberapa tempat.
Pemeriksaan Penunjang
DL
Tes tempel
Diagnosis
DKI dd DKA
Terapi
Dexamethason 2-2-0
Cetrizin tab 1x10mg
Vaseline
As. Salisilat
Monitoring
Keluhan pasien
Edukasi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang peyakit, penyebab penyakit,
dan menganjurkan kepada pasien untuk menghindari pajanan yang dirasa kemungkinan
menyebabkan penyakit pasien. Dalam hal ini kemungkinan berasal dari kaoskaki
pasien, sehingga penting untuk mencuci dan membilas dengan bersih kaoskaki pasien.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PEMBAHASAN
kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. DKI sering terjadi di pekerjaan
yang melibatkan kegiatan mencuci tangan atau paparan berulang kulit terhadap air,
bahan makanan atau iritan lainnya. Pekerjaan yang berisiko tinggi meliputi bersih-
bersih, pelayanan rumah sakit, tukang masak, dan penata rambut. Diagnosis DKI
didasarkan anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran klinis. Dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik telah diuraikan pada paragraf sebelumnya, pada penderita ini
Upaya pengobatan DKI yang terpenting adalah menghindari pajanan bahan iritan, baik
yang bersifat mekanik, fisis atau kimiawi serta menyingkirkan faktor yang
memperberat. Bila dapat dilakukan dengan sempurna dan tanpa komplikasi, maka tidak
perlu pengobatan topikal dan cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang
topikal. Pemakaian alat perlindungan yang adekuat diperlukan bagi mereka yang
Untuk DKI kronis, secara topikal diberikan salep mengandung steroid yang lebih poten
Pasien juga diberikan KIE untuk menghindari kontak dengan detergen, bila ingin
mencuci untuk sementara menggunakan mesin cuci atau minta tolong anggota keluarga
lain atau bila terpaksa tidak mencuci setiap hari untuk menghindari frekunsi paparan
yang sering. Bila terpaksa harus mencuci, hendaknya memakai sarung tangan. Setelah
Adapun KIE ini bertujuan untuk menghindari pajanan iritan (detergen) dan
Penggunaan pelembab kulit secara teratur dikatakan dapat mencegah DKI karena
secara hati-hati.
DAFTAR PUSTAKA