Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

ERITRODERMA

Oleh:

Maryo Juan B. L. T.
201810401011098

Pembimbing:
dr. Diana Kartika Sari, Sp.KK

SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN RSUD GAMBIRAN KEDIRI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN REFERAT ................................ Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB I ..................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 3
1.1 Latar belakang ......................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 5
2.1. Definisi .................................................................................................................... 5
2.2. Epidemiologi ........................................................................................................... 5
2.3. Etiologi .................................................................................................................... 6
2.4. Patofisiologi............................................................................................................. 7
2.5. Gejala Klinis ............................................................................................................ 9
2.6. Diagnosis ............................................................................................................... 17
2.7. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................................... 18
2.8. Diagnosis Banding ................................................................................................ 19
2.9. Penatalaksanaan ..................................................................................................... 19
2.10. Komplikasi ......................................................................................................... 20
2.11. Prognosis ............................................................................................................ 21
BAB III ................................................................................................................................ 22
Laporan kasus .................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB IV ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN ............................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 27
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang

Eritroderma secara umum merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan

kemerahan yang memengaruhi lebih dari 90% luas permukaan tubuh. Dermatitis

eksfoliatif merupakan sinonim yang biasa digunakan.1Beberapa kasus juga

berhubungan dengan terjadinya erosi (kehilangan epidermis dengan dasar epidermal),

pengerasan kulit (serous, sanguineous atau pustul), dan berpotensi terjadi perubahan

pada rambut dan kuku.1Eritroderma dapat timbul sebagai perluasan dari penyakit

kulit yang telah ada sebelumnya (psoriasis, dermatitis atopik dan dermatosis

spongiotik lainnya), reaksi hipersensitivitas obat (antiepilepsi, antihipertensi,

antibiotika, calcium channel blocker, dan bahan topikal), penyakit sistemik termasuk

keganasan, serta idiopatik.1

Cesar dkk (2016) menemukan bahwa dalam 11 tahun, 11,9% pasien kulit

rawat inap merupakan pasien dengan eritroderma, dengan perbandingan laki-laki dan

wanita 1,5:1 dan rerata usia 54 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki secara

angka lebih sering mengalami eritroderma dibandingkan lawan jenisnya1

Eritroderma dapat mejadi serius apabila tidak ditangani dengan baik.

Penderita dapat mengalami gangguan metabolik yang dapat menyebabkan


hipotermia, dekompensasi kordis, serta sepsis yang dapat menyebabkan kematian.

Pasien eritroderma wajib menjalani rawat inap agar dapat di tangani pemberat

awalnya, menegakan diagnosis, terapi intensif dan pengawasan ketat terhadap

kelainan yang terjadi, serta menentukan etiologi diagnosis kerja, karena beberapa

penyakit dapat menjadi penyebab sehingga sulit untuk menentukan penyebab

eritroderma secara pasti.1 Oleh karena itu referat ini bertujuan untuk mengetahui

etiologi, patofisiologi, gejala klinis hingga penatalaksanaan dari eritroderma sehingga

dapat memberikan penanganan secara maksimal dan menurunkan risiko komplikasi

pada penderita eritroderma.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi

Eritroderma atau dermatitis eksfoliatif merupakan penyakit kulit dengan

gambaran eritema yang mempengaruhi lebih dari 90% luas permukaan tubuh.

Eritroderma bukan merupakan suatu diagnosis penyakit yang spesifik namun

merupakan suatu manifestasi klinis dari berbagai penyakit yang mendasarinya.1

Eritroderma dapat mengakibatkan gangguan metabolik dan komplikasi yang fatal

sehingga eritroderma merupakan kegawatdaruratan di bidang dermatologi.1

2.2.Epidemiologi

Insiden eritroderma di Amerika Serikat bervariasi, antara 0,9 sampai 71,0 per

100.000 pasien. Insiden eritroderma di Indonesia samapai saat ini belum tercatat

jelas, namun pada penelitian sebelumnya jumlah pasien eritroderma periode 2011-

2014 di RS dr. Soetomo surabaya tercatat sebanyak 83 kasus.1,2

Pada beberapa laporan kasus, didapatkan insiden pada lelaki lebih besar

daripada perempuan, dengan proporsi 2:1 dan rerata usia 41-61 tahun. Sigurdson

(1996) melaporkan dari 102 pasien eritroderma tercatat sebanyak 43% mengalami

kematian. Laju mortalitas bervariasi dari 18 %-64 %, angka mortalitas berkurang

dengan diagnosis dan tatalaksana yang tepat.2


2.3.Etiologi

Sampai sekarang penyebab pasti eritroderma masih jadi perdebatan.

Menentukan kenapa seseorang mengalami eritroderma juga sulit, namun harus

dilakukan untuk menentukan pilihan penanganan yang baik. Kemerahan kulit pada

eritroderma sering kali merupakan suatu manifestasi klinis dari penyakit sistemik atau

perluasan penyakit kulit. Beberapa diantara penyakit tersebut antara lain dermatitis

seboroik, Dermatitis kontak (iritan/alergi), dermatitis atopi, limfoma / leukima

(termasuk sindrom szary), psoriasis/pytiriasis, infeksi (HIV, dermatofitosis), reaksi

obat.4

Beberapa obat telah terbukti dapat menyebabkan eritroderma, obat-obatan

yang sering dan jarang menimbulkan eritroderma terangkum dalam tabel 2.1

Tabel 2.1. Beberapa obat yang berpengaruh dengan kejadian eritroderma5


Sering Jarang

Allopurinol ACE-inhibitors
Beta-lactam antibiotics Chloroquine
Carbamazepine Cytarabine
Emas Dapsone
Phenobarbital Diflunisal
Phenytoin Efavirenz
Sulfasalazine Fluindione
Sulfonamides Hydroxychloroquine
Zalcitabine Isoniazid
Isotretinoin
Lithium
Minocycline
Proton-pump inhibitors
Ribavirin
Thalidomide
Tocilizumab
2.4.Patofisiologi

Patofisiologi eritroderma belum jelas, yang dapat diketahui ialah akibat suatu

agen dalam tubuh, maka tubuh bereaksi berupa pelebaran pembuluh darah kapiler

(eritema) yang universal. Kemungkinan berbagai sitokin berperan. Penelitian terbaru

mengatakan bahwa hal ini merupakan proses sekunder dari interaksi kompleks antara

molekul sitokin dan molekul adhesi seluler yaitu interleukin (IL-1, IL-2, IL-8),

molekul adhesi interseluler 1 (ICAM-1), tumor nekrosis faktor, dan interferon

gamma.1,8

Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang mengakibatkan aliran

darah ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien

merasa dingin dan menggigil. Juga dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan

perfusi kulit. Penguapan cairan yang makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi.

Bila suhu badan meningkat, kehilangan panas juga meningkat yang mana

menyebabkan hipermetabolisme kompensatoar sehingga meningkatkan laju

metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat sebanding dengan

laju metabolisme basal.1

Patogenesis eritroderma psoriasis (EP) belum sepenuhnya dipahami bila

dibandingkan dengan psoriasis vulgaris (PV) klasik. Patogenesis PV diketahui berasal

dari interaksi abnormal antara limfosit T, sel dendritik, keratinosit, neutrofil dan
sitokin proinflamasi yang mengaktivasi Th17 dan Th 1.6 Pada teori dijelaskan bahwa

tinggiya kadar IgE pada eritroderma akibat psoriasis munkgin di sebabkan karena

perubahan T-helper-1 (Th1) menjadi T-hepler-2 (Th2) dengan memproduksi sitokin-

sitokin yang bersifat toksik. Pada suatu studi di dapatkan tiga mekanisme terjadinya

EP :1,6

1. Perbandingan rasio antara Th1/Th2 lebih rendah pada EP dibandingkan

dengan PV

2. Peningkatan jumlah interleukin (IL)-4 dan IL-10 pada EP lebih tinggi

dibanding PV atau orang sehat.

3. Rasio interferon (IFN)-γ/IL -4 dan sel T/GATA-3 pada pasien eritroderma

<1.0

Epidermal turnover rate pada eritroderma, kecepatan mitosis dan jumlah sel

kulit germinatif meningkat lebih tinggi dibanding normal. Selain itu proses

pemantangan dan pelepasan sel melalui epidermis menurun yang menyebabkan

hilangnuya sebagian besar material epidermis yang secara klinis di tandai dengan

skuama dan pengelupasan yang hebat.8Skuama pada eritroderma dapat mencapai 9

g/m2 permukaan kulit sehingga menyebabkan kehilangan protein. Hipoproteinemia

dengan berkurangnya albumin dan peningkatan relatif globulin merupakan kelainan

yang khas. Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pergeseran cairan ke

ruang ekstravaskuler.5
2.5.Gejala Klinis

Gejala klinis pasien eritroderma hampir serupa satu sama lain tanpa melihat

etiologi dasarnya oleh karena secara definisi penderita eritroderma akan mengalami

lesi berupa makula eritematus pada >90% luas tubuh yang disertai dengan skuama.1

Kelainan yang paling pertama muncul adalah eritema, yang disebabkan oleh

pelebaran pembuluh darah, yang umumnya terjadi pada area genetalia, ekstremitas,

atau kepala. Eritema akan meluas sehingga dalam beberapa hari atau minggu seluruh

permukaan kulit akan terkena.1

Skuama muncul setelah eritema, biasanya setelah 2-6 hari. Skuama adalah

lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama berkonsistensi mulai dari

halus sampai kasar.Ukuran skuama bervariasi; pada proses akut akan berukuran

besar, sedangkan pada proses kronis akan berukuran kecil. Warna skuama juga

bervariasi, dari putih hingga kekuningan. Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah

lipatan, kemudian menyeluruh. Dapat juga mengenai membrane mukosa, terutama

yang disebabkan oleh obat.5

Eritroderma akibat alergi obat secara sistemik

Sistemik adalah masuknya obat kedalam tubuh dengan cara apa saja, misalnya

melalui mulut, hidung, suntikan/infus, rektum, dan vagina. Waktu mulai masuknya

obat kedalam tubuh hingga timbul penyakit bervariasi, dapat segera sampai 2
minggu.Bila ada obat lebih dari satu yang masuk kedalam tubuh yang disangka

sebagai penyebabnya ialah obat yang paling sering menyebabkan alergi.1

Proses perjalanan lesi kulit pada pasien tersebut diawali dengan kemerahan

terlokalisir pada kulit lengan bagian dalam dan kulit kaki bagian belakang, kemudian

menyebar ke seluruh tubuh. Eritema yang disebabkan obat- obatan pertama kali

muncul pada bagian fleksor tubuh. Gambaran klinis eritroderma adalah eritema

universal. Bila masih akut, eritroderma akibat obat tidak terdapat skuama, pada

stadium penyembuhan baru timbul skuama.8


Gambar 2.1 Eritroderma akibat reakasi obat

Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit

1. Eritroderma karena psoriasis

Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena dua hal: disebabkan oleh

penyakitnya sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat, misalnya

pengobatan topikal dengan ter dengan konsentrasi tinggi. Umumya

didapati eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis dapat

ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninggi daripada

sekitarnya dan skuama di tempat tersebut lebih tebal. Kuku juga perlu

dilihat apakah ada pitting nail berupa lekukan milier.Sebagian pasien tidak
menunjukan kelainan seperti itu, jadi yang terlihat hanya eritema yang

universal dan skuama.1

Gambar 2.2Eritroderma akibat psoriasis

2. Dermatitis

Dermatitis seboroik, kontak alergi/iritan, atopik dapat

menimbulkan suatu reaksi autosensitisasi, dimana limfosit yang

tersensitisasi pada kulit dengan bantuan sel langerhans akan migrasi ke

kelenjar getah bening regional kemudian akan mengakibatkan

sensitisasi ke limfosit yang lain. Limfosit tersebut akan terdistribusi

keseluruh permukaan kulit sehingga timbul reaksi alergi yang memicu

terjadinya eritroderma.4 Mekanisme lain juga bisa terjadi karena

adanya produksi primer dari IgE pada dermatitis atopik, HyperIgE

syndrome dihubungkan dengan kejadian eritroderma yang berkaitan


dengan reaksi/alergi, yang mana produksi IgE yang berlebih juga akan

mengsekresi interferon γ secara berlebihan.4

Eritroderma akibat dermatitis biasanya disebabkan oleh faktor

intrinsik (disfungsi dari sel T) dan penyakit hati atau ginjal. Faktor

ekstrinsik tersering adalah penggunaan obat-obat yang tidak

seharusnya digunakan pada dermatitis misalnya obat gosok atau obat

herbal yang dioleskan pada kulit. Pada pasien dermatitis atopi,

efloresensi eritroderma biasanya diikuti dengan likenifikasi.4

Gambar 2.3 Eritroderma akibat dermatitis atopik.

3. Penyakit Leiner
Sinonim penyakit ini adalah eritroderma deskuamativum. Etiologinya

belum dikethui secara pasti, umumnya penyakit ini diakibatkan oleh

dermatitis seboroik yang meluas, karena pada para pasien penyakit ini

hampir selalu terdapat kelainan yang khas untuk dermatitis seboroik.

Usia penderita antara 4 minggu sampai 20 minggu. Keadaan umumnya

baik, biasanya tanpa keluhan. Kelainan kulit berupa eritema universal

disertai skuama kasar.1

Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan

1. Cutaneus T-Cell Limphoma (CTCL)

Limfoma sel T kulit (cutaneous T-cell lymphoma atau CTCL)

merupakan kelompok kelainan limfoproliferatifheterogen yang ditandai

oleh akumulasi klonallimfosit T neoplastik di kulit.

Manifestasi klinis pasien dengan eritroderma akibat CTCL adalah plak

eritematosa difus, menebal dan bersisik.Pruritus merupakan gejala yang

umum, seringparah hingga mengganggu siklus tidur bahkan menyebabkan

depresi. Gejala lain yang dapat ditemukanantara lain indurasi kulit yang

terjadi secara perlahanlahan,likenifikasi (terjadi akibat garukan dan

gosokan),papul folikular yang berskuama, penebalan kuku, ektropion,dan

alopesia. Selain itu dapat juga dijumpai gejalasistemik berupa


limfadenopati perifer, terutama di leher,aksila, dan lipat paha. Dapat juga

dijumpai pembesaranlimpa. Hepar, paru dan saluran cerna jarang

terpengaruh.2

Gambaran histopatologis sesuai edengan eritroderma akibat CTCL,

yaitu didapatkan sebukan limfosit atipik yang tersusun band like dermis,

epidermotropisme (sel bermigrasi ke epidermis), limfosit dengan bentuk

inti serebriformis, mikroabses pautrier, pengecatan histokimia positif

untuk sel CD3 dan CD4.2


Gambar 2.4. A. Hampir seluruh tubuh tampak makula eritematus dengan
skuama tebal warna putih
B. Palpebra okuli tampak ektropion
C. Kuku tampak hiperkeratosis subungual2
2.6.Diagnosis

Tabel 2.2 Perbedaan gejala klinis dari penyakit penyebab eritroderma5

Penyakit penyebab Anamnesis Pemeriksaan Fisik

 riwayat pribadi  nail pitting,


atau keluarga perubahan warna
Psoriasis mengalami pada dasar kuku,
psoriasis onikolisis
 arthritis

 riwayat atopik  kulit di daerah


 keluhan gatal lekukan sering
Dermatitis Atopik dominan terkena
 likenifikasi
 prurigo nodularis

 adanya riwayat  edema wajah


eksantema  purpura di beberapa
morbiliformis area tubuh
 tidak mempunyai
riwayat penyakit
Reaksi obat kulit sebelumnya
 riwayat
menggunakan
obat yang
dicurigai sering
menyebabkan
eritroderma
 laki-laki dewasa  palmoplantar
tua keratoderma
Idiopatik  gatal berlebihan  dermatopathic
 kronik dan limphadenopathy
berulang
 gatal berlebihan  warna merah
keunguan
CTCL
 nyeri disertai
fissura keratoderma
2.7.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Tujuan

Darahlengkap, hapusandarahtepi Untukmendiagnosisinfeksi, atopi


(eosinofilia) limfomamaligna,
leukemia, sindromsezary.
Fungsihati (SGOT/SGPT) Kelainanfungsihatiuntukmenegakka
napakahadareaksiobat yang
menyebabkankelaianfungsihati
Biopsikulit Untukmengetahuipenyakit yang
mendasari (mikosisfungiodes,
psoriasi, dll)
Kultur Biakanbakteridantes KOH
dariskuamauntukmenegakkanetiolo
giinfeksi
Protein plasma Untukmengtahuihipoalbuminemiaa
kibatskuamadandisfungsimetabolik
kulit.
Fungsiginjal (BUN/Creatinin), Untukmengetahuidehidrasidanpeny
jantung (EKG), elektrolit ebab edema.

Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin, didapatkan penurunan

hemoglobin akibat anemia atau merupakan suatu penyakit kronik, peningkatan

leukosit menunjukan adanya infeksi. Peningkatan eusinofil dapat berhubungan

dengan reaksi terhadap obat tertentu, dermatitis kontak alergi, atau pemfigoid bulosa.

Kehilangan cairan dan elektrolit harus di pantau dengan melihat BUN, sodium,

potasium, dan albumin yang dapat menurun akibat malabsorbsi dan malnutri yang

berhubungan dengan eritroderma.4

Kulit harus diperiksa dengan teliti, apabila terdapat lebih dari satu efloresensi

penting untuk dilakukan biopsi kulit untuk dapat mengatahui perubahan pada kulit

sehingga diagnosis lebih terarah, namun perubahan kulit akibat penyakit spesifik
biasanya tertutupi oleh eritroderma, sehingga perlu dilakukan biopsi berulang untuk

mengetahui diagnosis atau penyakit yang spesifik.4

Gambaran histopatologi tergantung dari keparahan dan lamanya proses

penyakit terjadi. Secara umum, pada kasus awal pemeriksaan histopatologi ditemukan

spongiosis, akantosis, rete redge yang memanjang, hiperkeratosis, infiltrasi sel

radang non spesifik, kadang-kadang terdapat epidermis yang menipis.1

2.8.Diagnosis Banding

Diagnosis banding eritroderma, sebenarnya yaitu diagnosis banding penyakit

yang mendasari terjadinya eritroderma itu sendiri. Yang dalam definisisnya yaitu

eritroderma melibatkan lebih dari 90% permukaan tubuh. Berdasarkaan penyebab

yang dapat mengakibatkan terjadinya eritoderma ialah: 1

 Dermatitis dari berbagai subtype

 Psoriasis

 Limfoma dan leukemia

 Obat-obatan

 Gangguan herediter Pemphigus foliaceus

 Penyakit kulit lainnya

2.9.Penatalaksanaan

Prinsip utama penatalaksanaaneritroderma adalah mempertahankan

kelembaban kulit, menghindari garukan, menghindari faktor pencetus, penggunaan


steroid superpoten dan menangani penyebab serta komplikasinya. Idealnya, pasien

eritroderma dengan penyebab apapun harus dirawat dirumah sakit. Hal ini

disebabkan karena eritroderma memerlukan pemantauan seluruh fungsi tubuh

seperti nutrisi, protein, keseimbangan elektrolit, status sirkulasi dan suhu tubuh.7

Eritroderma pada umumnya ditangani dengan pemberian steroid secara

sistemik. Namun pada kasus yang disebabkan oleh karena psoriasis, pemberian

kortikosteroid secara topikal harus dipertimbangkan baik-baik karena dapat

memperparah eritema pasien apabila proses penurunan obat gagal. Obat-obatan

golongan retinoid seperti Metotreksat adalah pilihan yang umum dalam menangani

Eritroderma yang disebabkan oleh Psoriasis. 7

Pemberian antibiotik juga dianjurkan, berkenaan dengan gangguan fungsi

kulit yang merupakan perthanan paling luar bagi tubuh. Pemberian antibiotik perlu

di pertimbangkan pada kasus-kasus eritema yang diserti krusta kekuningan, yang

merupakan tanda infeksi sekunder. 7

2.10. Komplikasi

Eritroderma merupakan penyakit yang serius dan dapat berakibat fatal.

Komplikasi utama eritroderma adalah gangguan hemodinamik dan metabolisme.

Rusaknya barier kulit pada eritroderma menyebabkan peningkatan extrarenal

water lost (karena penguapan air berlebihan melalui barrier kulit yang rusak).

Peningkatan extrarenal water lost ini menyebabkan kehilangan panas tubuh yang
menyebabkan hipotermia dan kehilangan cairan yang menyebabkan dehidrasi.

Respon tubuh terhadap dehidrasi dengan meningkatkan cardiac output, yang bila

terus berlanjut akan menyebabkan gagal jantung, dengan manifestasi klinis seperti

takikardia, sesak, dan edema. Oleh karena itu evaluasi terhadap balans cairan

sangatlah penting pada pasien eritroderma. Infeksi sekunder dapat terjadi karena

rusaknya barier kulit yang menyebabkan sepsis merupakan penyebab kematian

tersering. Dalam penelitian juga di jelaskan pasien yang mengalami sepsis dapat

berlanjut menjadi syok sepsis dan menyebabkan kematian.1,7

2.11. Prognosis

Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang

mendasarinya. Prognosis pada kasus alergi obat adalah baik setelah obat dihentikan.

Penyembuhan golongan ini adalah yang tercepat dibandingkan dengan golongan

lain.untuk pasien dengan penyebab idiopatik memiiki prognosis yang buruk karena

kemungkinan besar akan terjadi kekambuhan atau membutuhkan terapi steroid jangka

panjang dan bisanya akan meninggalkan gejala sisa. Prognosis kasus akibat gangguan

sistemik seperti limfoma akan tergantung pada keberhasilan pengobatan penyakitnya

itu sendiri.5
BAB III

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Usia : 38thn
Alamat : Ringinrejo-Kediri

Anamnesis
Anamnesis dilakukan di RS Gambiran KotaKediri, data diambil secara
Autoanamnesis pada tanggal 04/12/2019
KU: Seluruh tubuh panas
RPS: Seluruh tubuh terasa panas sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya dada terasa panas
dan berwarna kemerahan, kemuddian menyebar keseluruh tubuh dengan cepat dalam
sehari hingga seluruh badan berwarna merah, panas, dan sedikit gatal. Seminggu
kemudian muncul sisik pada seluruh tubuh, sampai badan sukar digerakkan. Terasa
dingin saat malam hari. Rambut dan alis memutih dan rontok sedikit demi sedikit
sejak 4 bulan yang lalu.
RPD: dulu pernah bersisik diawali kemerahan tidak gatal pada bagian dada 15 tahun
dan 5 tahun yang lalu saat hamil, namun hilang tanpa keluhan.
R.Obat: Sebelum sakit tidak dalam pengobatan
R. Alergi: Tidak ada

Tanda-Tanda Vital
TD: 80/60 mmHg
RR: 20x/menit
N: 109x/menit
Status Lokalis
A/R Capitis: Scalp tampak tertutup skuama berminyak warna kekuningan. Tampak
rambut yang memutih dan menipis

A/R Facialis: Makula eritematosa batas tidak tega tertutup skuama berlapis-lapis
A/R Thorkalis anterior-posterior dan abdomen: macula eritematosa batas tidak tegas
tertutup skuama berlapis-lapis
A/R ekstremitas superior: tampak macula eritematosa batas tidak tegas tertutup
skuama tipis
A/R ekstremitas inferior: macula hiperpigmentosa-makula eritematosa batas tidak
tegas tertutup skuama halus dengan diskromia xantonikia, onikolisis, Pitting nail
bilateral.
Pemeriksaan Penunjang
DL
Histopatologi

Diagnosis
Eritroderma e.c. Psoriasis

Terapi
Inj. IV Dexamethason ½ - ½ - ½
Inj. IV Gentamicyn 2x8mg
Cetrizin tab 1x10mg

Monitoring
Keadaan umum
RFT
LFT

Edukasi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang peyakit, penyebab penyakit,
dan terapi yang akan diberikan. Pasien hendaknya jangan menggaruk-garuk disaat
gatal.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 PEMBAHASAN

Eritroderma atau dermatitis eksfoliatif merupakan penyakit kulit dengan

gambaran eritema dan skuama yang mempengaruhi lebih dari 90% luas permukaan

tubuh1. Seperti pada kasus ini, hampir seluruh badan pasien mengalami perubahan

warna yang nyata pada hampir seluruh tubuh.

Terapi di RS Gambiran menggunakan steroid, antibiotic, serta antihistamin.

Penggunaan steroid pada kasus eritroderma yang disebabkan oleh psoriasis harus

dilakukan dengan penuh perhatian, yang mana menurut Levell dkk (2013)

penggunaan kortikosteroid secara sistemik dapat memperparah lesi yang diderita

pasien7. Singh dkk (2016) menyebutkan baha menurut konsensus, tatalaksana

eritroderma yang disebabkan oleh psoriasis adalah siklosporin atau infliximab sebagai

pilihan utama pada kasus kegawatan, dan metotreksat sebagai pilihan umum pada

kasus yang suah tertangani kegawatannya.6

3.2 KESIMPULAN

Eritroderma atau dermatitis eksfoliatif merupakan penyakit kulit dengan

gambaran eritema yang mempengaruhi lebih dari 90% luas permukaan tubuh.

Eritroderma bukan merupakan suatu diagnosis penyakit yang spesifik namun

merupakan suatu manifestasi klinis dari berbagai penyakit yang mendasarinya.


Eritroderma dapat mengakibatkan gangguan metabolik dan komplikasi yang fatal

sehingga eritroderma merupakan kegawatdaruratan di bidang dermatologi.

Patofisiologi eritroderma belum jelas, yang dapat diketahui ialah akibat suatu

agen dalam tubuh, maka tubuh bereaksi berupa pelebaran pembuluh darah kapiler

(eritema) yang universal. Kemungkinan berbagai sitokin berperan. Gejala klinis

pasien eritroderma hampir serupa satu sama lain tanpa melihat etiologi dasarnya oleh

karena secara definisi penderita eritroderma akan mengalami lesi berupa makula

eritematus pada >90% luas tubuh yang disertai dengan skuama

Prinsip utama penatalaksanaaneritroderma adalah mempertahankan

kelembaban kulit, menghindari garukan, menghindari faktor pencetus, penggunaan

steroid dan menangani penyebab serta komplikasinya. Komplikasi utama eritroderma

adalah gangguan hemodinamik dan metabolisme. Prognosis eritroderma tergantung

pada proses penyakit yang mendasarinya.


DAFTAR PUSTAKA

1. César A, Cruz M, Mota A, Azevedo F. Erythroderma. A clinical and etiological


study of 103 patients. Journal Dermatology Case Report. 2017;: 1-9.

2. Purwanto H, Febriana SA, Etnawati K. Eritroderma yang disebabkan Cutaneous T-


Cell Lymphoma. Media Dermato Venereologica Indonesiana. 2018; 45(4): 193-
197.

3. Shirazi N, Jindal R, Jain A, Yadav K, Ahmad S. Erythroderma: A Clinico-


etiological Study of 58 Cases in a Tertiary Hospital of North India. Asian Journal
of Medical Science. 2015;: 20-24.

4. Mistry N, Gupta A, Alavi A, Sibbald G. A Review of the Diagnosis and


Management of Erythroderma (Generalized Red Skin). ADVANCES IN SKIN &
WOUND CARE & VOL. 28 NO. 5. 2015;: 228-236.

5. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. In Menaldi SL. Ilmu Penyakit Kulit dan


Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017. p. 197-200.

6. Sings R, Lee K, Brodsky M, Atanelov Z, Farahnik B, Abrouk M, et al.


Erythrodermic psoriasis: pathophysiology and current treatment perspectives.
Dovepress. 2017;: 93-103.

7. Levell N. Emergency Dermathology: Erytroderma. Medicine. Vol. 6 Ed. 41. P.


356-359.

8. Oktarlina RZ, Suryani DPA. Eritroderma Et Causa Alergi Obat. Majority Vol. 6
No. 2. 2017;: 98-102.

Anda mungkin juga menyukai