ERITRODERMA
Pada eritroderma yang kronik eritema tidak begitu jelas, karena bercampur
dengan hiperpigmentasi. Sedangkan skuama adalah lapisan stratum
korneum yang terlepas dari kulit. Skuama mulai dari halus sampai kasar.
Pada eritroderma, skuama tidak selalu terdapat, misalnya eritroderma
karena alergi obat sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama, skuama
kemudian timbul pada stadium penyembuhan timbul. Bila eritemanya
antara 50-90% dinamakan pre-eritroderma.
2. Etiologi
Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik,
perluasan penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan. Penyakit
kulit yang dapat menimbulkan eritroderma diantaranya adalah psoriasis
23%, dermatitis spongiotik 20%, alergi obat 15%, CTCL atau sindrom
sezary 5%.
a. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik
Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat
menyebabkan eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri
(jarang), penisilin, barbiturat. Pada beberapa masyarakat, eritroderma
mungkin lebih tinggi karena pengobatan sendiri dan pengobatan secara
tradisional.2 Waktu mulainya obat ke dalam tubuh hingga timbul
penyakit bervariasi dapat segera sampai 2 minggu. Gambaran
klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat yang masuk lebih
dari satu yang masuk ke dalam tubuh diduga sebagai penyebabnya
ialah obat yang paling sering menyebabkan alergi.
b. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit
Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling
banyak ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis
maupun akibat pengobatan psoriasis yang terlalu kuat.
3. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya eritroderma belum diketahui dengan jelas.
Patogenesis eritroderma berkaitan dengan patogenesis penyakit yang
mendasarinya, dermatosis yang sudah ada sebelumnya berkembang
menjadi eritroderma, atau perkembangan eritroderma idiopatik de novo
tidaklah sepenuhnya dimengerti. Penelitian terbaru imunopatogenesis
infeksi yang dimediasi toxin menunjukkan bahwa lokus patogenesitas
stapilococcus mengkodekan superantigen. Lokus-lokus tersebut
mengandung gen yang mengkodekan toxin dari toxic shock syndrome dan
staphylococcal scalded-skin syndrome. Kolonisasi staphylococcus aureus
atau antigen lain merupakan teori yang mungkin saja seperti toxic shock
syndrome toxin-1, mungkin memainkan peranan pada patogenesis
eritroderma. Pasien-pasien pada dengan eritroderma biasanya mempunyai
kolonisasi S.aureus sekitar 83%, dan pada kulit sekitar 17%,
bagaimanapun juga hanya ada satu dari 6 pasien memiliki toxin S.aureus
yang positif.
Dapat diketahui bahwa akibat suatu agen dalam tubuh baik itu obat-
obatan, perluasan penyakit kulit dan penyakit sistemik maka tubuh beraksi
berupa pelebaran pembuluh darah kapiler (eritema) yang generalisata.
Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah.
Akibatnya pasien merasa dingin dan menggigil. Pada eritroderma kronis
dapat terjadi gagal jantung. Juga dapat terjadi hipotermia akibat
peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang makin meningkat dapat
menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat, kehilangan panas
juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas
menyebabkan hipermetabolisme kompensator dan peningkatan laju
metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat
sebanding laju metabolisme basal.
4. Gambaran Klinis
Pengendalian regulasi tubuh menjadi hilang, sehingga sebagai kompensasi
terhadap kehilangan panas tubuh, sekujur tubuh pasien menggigil untuk
dapat menimbulkan panas metabolik.5 Eritroderma akibat alergi obat
secara sistemik diperlukan anamnesis yang teliti untuk mencari obat
penyebabnya. Umumnya alergi timbul akut dalam waktu 10 hari. Pada
mulanya kulit hanya eritem saja, setelah penyembuhan barulah timbul
skuama.
Histopalogi
Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat
membantu mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan
50% kasus, biopsi kulit dapat menunjukkan gambaran yang
bervariasi, tergantung berat dan durasi proses inflamasi. Pada tahap
akut, spongiosis dan parakeratosis menonjol, terjadi edema. Pada
stadium kronis, akantosis dan perpanjangan rete ridge lebih dominan.
7. Komplikasi
Komplikasi eritroderma:
a. Abses
b. Limfadenopati
c. Furunkulosis
d. Hepatomegali
e. Konjungtivitis
f. Rinitis
g. Stomatitis
h. Kolitis
i. Bronkitis ( Ruseppo Hasan , 2005)
8. Pengobatan
a. Hentikan semua obat yang mempunyai potensi menyebabkan terjadinya
penyakit ini .
b. Rawat pasien di ruangan yang hangat.
c. Perhatikan kemungkinan terjadinya masalah medis sekunder (misalnya
dehidrasi, gagal jantung, dan infeksi)
d. Biopsi kulit untuk menegakkan diagnosis pasti.
e. Berikan steroid sistemik jangka pendek(bila pada permulaan sudah
dapat didiagnosis adanya psoriasis, maka mulailah mengganti dengan
obat-obat anti-psoriasis.
f. Mulailah pengobatan yang diperlukan untuk penyakit yang melatar-
belakanginya.
Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan
I, yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednison 3 x 10
mg- 4 x 10 mg. Penyembuhan terjadi cepat, umumnya dalam beberapa
hari – beberapa minggu.
Pada eritroderma yang lama diberikan pula diet tinggi protein, karena
terlepasnya skuama mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit
perlu pula diolesi emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi
oleh eritema, misalnya dengan salep lanolin 10%.
9. Prognosis
Eritroderma yang termasuk golongan I, yakni karena alergi obat secara
sistemik, prognosisnya baik. Penyembuhan golongan ini ialah yang
tercepat dibandingkan golongan yang lain. Pada eritroderma yang belum
diketahui sebabnya, pengobatan dengan kortikosteroid hanya mengurangi
gejalanya, penderita akan mengalami ketergantungan kortikosteroid.
Sindrome Sezary prognosisnya buruk, penderita pria umumya akan
meninggal setelah 5 tahun, sedangkan penderita wanita setelah 10 tahun.
Kematian disebabkan oleh infeksi atau penyakit berkembang menjadi
mikosis fungoides.
10.
B.